Thursday 2 October 2014

ASKEP PNEUMONIA



KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
ASUHAN KEPERAWATANPNEUMONIA
Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai tugas semester tiga mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 



Disusun Oleh :
1.      Akhmad Aji Mulyanto                  P17420313047
2.      Dewi Aisyah                                 P17420313055
3.      Ika Safitri                                      P17420313062
4.      Loly Risqiani                                 P17420313069
5.      Nur Huda Al Fauzi                       P17420313076
6.      Siti Nurrohmah Widhawati           P17420313084
7.      Wiwik Nurhikmah                         P17420313091

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2014


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya, sehingga makalah Keperawatan Medikal Bedah I yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pneumonia” ini telah selesai tepat pada waktunya. Guna untuk memenuhi nilai tugas Keperawatan Medikal Bedah semester 3.
Terimaksih kami ucapkan kepada Bapak Ahmad Baequny, yang mana telah membantu kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Dan juga pihak – pihak lain yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami sadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita dalam mengembangkan profesionalisme keperawatan di Indonesia. Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Pekalongan, 19 Agustus 2014


Penyusun





DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................       i
KATA PENGANTAR.............................................................................................       ii
DAFTAR ISI............................................................................................................       iii
BAB I    : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................................       1
B.     Rumusan Masalah.............................................................................       1
C.     Tujuan ..............................................................................................       2
D.    Manfaat ............................................................................................       2
BAB II   : LANDASAN TEORI
1.1    Definisi Pneumonia .......................................................................        3
1.2    Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan ...........................................        3
1.3    Etiologi Pneumonia .......................................................................        8
1.4    Manifestasi Klinis .........................................................................        10
1.5    Patofisiologi ..................................................................................        11
1.6    Klasifikasi Pneumonia ..................................................................         12
1.7    Pemeriksaan Diagnosis .................................................................         13
1.8    Komplikasi ...................................................................................         14
1.9    Pathways Keperawatan ................................................................         14
STUDI KASUS PNEUMONIA .........................................................        16
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA ...................................       16
BAB III : PENUTUP
2.1   Kesimpulan ................................................................................          21
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................         iv
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LatarBelakang
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadi pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa di sebut dengar broncho nomonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru meradang secara mendadak.  
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita meninggal setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan bahwa sampai dengan 1 juta ini (vaksin dicegah) kematian yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus''''pneumoniae, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-negara berkembang.
Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan – 5 tahun, pada usia dibawah 2 bulan pneumonia berat di tandi dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit juga disertai penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam.  Pneumonia berat ditandai dengan adanya gejala seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan suara nafas bunyi krekels (suara nafas tambahan pada paru) saat inspirasi. Kasus terbnyak terjadi pada anak dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan. Apabila anak diklasifikasikan menderita pneumonia berat di puskesmas atau balai pengobatan, maka anak perlu segera dirujuk setelah diberi dosis pertama antibiotik yang sesuai.
Olehkarenaitu, penulistertarikuntukmembahasmasalah  pneumonia, agar dapatmemberikanmanfaatuntukkitasemua.

B.     RumusanMasalah
1.      Apa itu pneumonia?
2.      Bagaimanaanatomifisiologi system respirasi?
3.      Apasajaetiologi pneumonia?
4.      Bagaimanapatofisilogiasmabronkial?
5.      Bagaimanaklafikasi pneumonia?
6.      Bagaimanapenatalaksanaan pneumonia?
7.      Bagaimanadiagnonis pneumonia?
8.      Apasajakomplikasi pneumonia?
9.      Bagaimanaasuhankeperawatan pneumonia?
C.    Tujuan
1.      TujuanUmum
                                    Mengetahuiasuhankeperawatanunutukpasien pneumonia.
2.  TujuanKhusus
a. Mengetahui pengertian pneumonia.
b. Mengetahui bagaimana anatomidanisiologi pneumonia.
c. Mengetahui etiologi pneumonia.
d. Mengetahui patofisilogi pneumonia.
e. Mengetahuiklasifikasi pneumonia..
f. Mengetahuipenatalaksanaan pneumonia.
g. Mengetahui diagnosis pneumonia.
h. Mengetahuikomplikasipneumona.
i. Mengrtahuiasuhankeperawatan pneumonia.
D.    Manfaat
1. BagiPenulis
Penulisdapatmengetahuisecaradalammengenai pneumonia dandapatmengetahuiasuhankeperawatannya.
            2. BagiLingkungan
Agar masyarakat mengetahui tentang penyakit pneumonia.









BAB II
LANDASAN TEORI

1.1          Defenisi Pneumonia
Pneumonia adalahpenyakitinflamasipadaparu yang dicirikandenganadanyakonsolidasiakibateksudat yang masukdalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam interstitium, menyebabkan sekumpulan gejala dan tanda khas biasanya dengan gambaran infiltrat sampai konsolidasi pada foto rontgen dada. Gejala/tanda tersebut antara lain, demam, sesak napas, batuk dengan dahak purulen kadang disertai darah dan nyeri dada (anonim a 2012)
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara-gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal (anonim a. 2012).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkhiolus terminalis yang mencakup bronkhiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan mengganggu pertukaran gas setempat. Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang  merupakan penyebab tersering, sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi (anonim b. 2011)
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer dan dapat juga akibat penyakit komplikasi. (A. Aziz Alimul : 2006).

1.2          Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx, trachea, bronkus, dan bronkiolus.
a.       Hidung
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
§  Lubang hidung
§  Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
§  Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media dan diantara concha media dan inferior
§  Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
§  Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
b.      Faring (tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan gabungan sistem respirasi dan pencernaan.
c.       Laring (tenggorok)
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus. Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas:cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea.
Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis Cartilago tyroidea à berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea.Membrana Tyroide à mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os hyoideum. Membrana cricothyroideum à menghubungkan batas bawah dengan cartilago cricoidea.
Epiglottis
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum.
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring
Cartilago cricoidea
Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea. Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan cincin trachea I
Cartilago arytenoidea
Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan
Membrana mukosa
Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.
Plica vokalis
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.
Otot
Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea, yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan plica vocalis. Otot-otot tersebut diinervasi oleh nervus cranialis X (vagus).
Respirasi
Selama respirasi tenang, plica vocalis ditahan agak berjauhan sehingga udara dapat keluar-masuk. Selama respirasi kuat, plica vocalis terpisah lebar.
Fonasi
Suara dihasilkan olch vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang dihasilkan dimodifikasi oleh gerakan palaturn molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi tertentu oleh sinus udara cranialis.
Gambaran klinis
Laring dapat tersumbat oleh:
§  Benda asing, misalnya gumpalan makanan, mainan kecil
§  Pembengkakan membrana mukosa, misalnya setelah mengisap uap atau pada reaksi      alergi
§  Infeksi, misalnya difteri
§  Tumor, misalnya kanker pita suara.
d.      Trachea atau batang tenggorok
Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.


e.       Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm.
Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
f.       Paru-Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki :
1.      Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
2.      permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada
3.      permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.
4.      Basis, Terletak pada diafragma.
Paru-paru juga dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.

1.3          Etiologi Pneumonia
Pneumonia bisa diakibatkan adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat hingga menimbulkan perubahan karakteristik pada kuman. Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan hal ini berdampak kepada obat yang akan di berikan. Mikroorganisme penyebab yang tersering adalah bakteri, yang jenisnya berbeda antar Negara, antara suatu daerah dengan daerah yang lain pada suatu Negara, maupun bakteri yang berasal dari lingkungan rumah sakit ataupun dari lingkungan luar. Karena itu perlu diketahui dengan baik pola kuman di suatu tempat.
Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi antara lain :
1.      Bakteri
Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif atau gram-negatif seperti : Steptococcus pneumonia (pneumokokus), Streptococcus piogenes, Staphylococcus aureus, Klebsiela pneumoniae, Legionella, hemophilus influenzae.
2.      Virus
Influenzae virus, Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial adenovirus, chicken-pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herves simpleks, Virus sinial pernapasan, hantavirus.
3.      Fungi
Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma kapsulatum.Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga bisa di sebabkan oleh bahan-bahan lain/non infeksi :
§  Pneumonia Lipid : Disebabkan karena aspirasi minyak mineral
§  Pneumonia Kimiawi : Inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik atau uap kimia seperti berillium
§  Extrinsik allergic alveolitis : Inhalasi bahan debu yang mengandung alergen seperti spora aktinomisetes termofilik yang terdapat pada ampas debu di pabrik gula
§  Pneumonia karena obat : Nitofurantoin, busulfan, metotreksat
§  Pneumonia karena radiasi
§  Pneumonia dengan penyebab tak jelas.
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:
§  Virus sinsisial pernafasan
§  Adenovirus
§  Virus parainfluenza
§  Virus influenza
Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui : 
§  Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar.
§  Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
§  Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.
Faktor-faktor resiko terkena pneumonia, antara lain: Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan, Jenis kelamin laki-laki , Gizi kurang, Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI memadai, Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang tidak memadai, Membedong bayi, efisiensi vitamin A dan penyakit kronik menahun. Selain faktor-faktor resiko diatas, faktor-faktor di bawah ini juga mempengaruhi resiko dari pneumonia :
1. Individu yang mengidap HIV
2. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang
3. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung
4. Karena muntah air akibat tenggelam
5. Bahan yang teraspirasi
Pneumonia paling sering diakibatkan oleh infeksi bakteri, virus, atau mikoplasma, atau aspirasi benda asing. Organisme utama penyebab pnuemonia bakteri pada bayi berusia kurang dari 3 bulan adalah streptococcus pneumonia, streptococcus grup A, staphylococcus, basil gram-negatif, basil enterik, dan chlamydia. Pada anak-anak berusia antara tiga bulan sampai 5 tahun, S. Pneumoniae, H. Influenzae (menurun sejak diberikan vaksin), dan staphylococcus merupakan organisme umum penyebab pneumonia bakteri. Pneumonia virus lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakteri. Penyebab paling sering pneumonia virus pada bayi adalah RSV. Adeno –associated virus, virus influenza dan parainfluenza merupakan organisme yang biasanya menyebabkan pneumonia virus pada anak-anak yang lebih besar. Pneumonia mikoplasma mirip dengan pneumonia virus, kecuali bahwa organisme mycoplasma lebih besar dibandingkan virus. Pneumonia mikoplasma terjadi lebih sering pada anak-anak berusia lebih dari 5 tahun (Mary E. Muscari, 229).

1.4          Manifestasi Klinis
a.       Kesulitan dan sakit pada saat pernapasan
·         Nyeri pleuritik
·         Napas dangkal dan mendengkur
·         Takipnea
b.      Bunyi napas diatas area yang mengalami konsolidasi
·         Mengecil, kemudian menjadi hilang
·         Krekels, rhonki, egofoni
c.       Gerakan dada tidak simetris
d.      Menggigil dan deman 38,80C sampai 41,10C, delirium
e.       Diafoesis
f.       Anoreksia
g.      Malaise
h.      Batuk kental produktif
Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
i.        Gelisah
j.        Sianosis
k.      Area sirkumoral
Dasar kuku kebiruanMasalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati.


1.5          Patofisiologi
1.         Aspirasi mikroorganisme yang mengkolonisasi sekresi orofarinks merupakan rute infeksi yang peling sering. Rute inokulasi lain meliputi inhalasi, penyebaran infeksi melalui darah (hematogen) dari area infeksi yang jauh, penyebaran langsung dari tempat penularan infeksi.
2.         Jalan napas atas merupakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi, tetapi, pembersihan mikroorganisme oleh air liur, ekspulsi mukosiliar, dan sekresi IgA dapat terhambat oleh berbagai penyakit, penurunan imun, merokok, dan intubasi endotrakeal.
3.         Pertahanan jalan napas bawah meliputi batuk, refleks muntah, ekspulsi mukosiliar, surfaktan, fagositosis makrofag dan polimorfonukleosit (PMN), dan imunitas selular dan humoral. Pertahan ini dapat dihambat oleh penurunan kesadaran, merokok, produksi mukus yang abnormal (mis, kistik fibrosis atau bronkitis kronis), penurunan imun, intubasi dan tirah baring berkepanjangan.
4.         Makrofag alveolar merupakan pertahanan primer terhadap invasi saluran pernapasan bawah dan setiap harimembersihkan jalan napas dari mikroorganisme yang teraspirasi tanpa menyebabkan inflamasi yang bermakna.
5.         Bila jumlah atau virulensi mikroorganisme terlalu besar, maka makrofag akan merekrut PMN dan memulai rangkaian inflamasi dengan pelepasan berbagai sitokin termasuk leukotrien, faktor nekrosis tumor (TNF), interleukin, radikal oksigen, dan protese.
6.         Inflamasi tersebut menyebabkan pengisian alveolus mengalami ketidakcocokan ventilasi/perfusi dan hipoksemia. Terjadi apoptosis sel-sel paru yang meluas, ini membantu membasmi mikroorganisme intrasel seperti tuberkulosis atau klamidia, tetapi juga turut andil dalam proses patologis kerusakan paru.
7.         Infeksi dan inflamasi dapat tetap terlokalisir di paru atau dapat menyebabkan bakteremia yang mengakibatkan meningitis atau endokarditis, sindrom respons inflamasi sistemik (Systemic inflamatory response syndrome, SIRS), dan/atau sepsis.
8.         Faktor virulensi dari berbagai mikroorganisme dapat memengaruhi patofisiologi dan perjalanan klinis penyakit. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) merupakan contoh yang sangat tepat.


1.6   Klasifikasi Pneumonia
Sistem klasifikasi lain yang penting digunakan untuk pneumonia adalah klasifikasi klinis kombinasi, yang mengkombinasikan banyak faktor termasuk usia,      
§  Suksion subglotis kontinu
§  Variasi/rotasi postural
§  Gunakan sukralfat daripada penyekat H2 untuk profilaksis (masih kontroversial)
§  Bilas mulut dengan klorheksidin
§  Usia diatas 65 tahun, tunawisma, dirawat dirumah sakit karena pneumonia ditahun yang lalu
§  Denyut nadi > 140/menit, frekuensi respirasi > 30/menit hipotensi.
§  Temperatur > 38,30C
§  Penurunan status mental, sianosis
§  Imunosupresi, kondisi penyerta
§  Mikroorganisme risiko tinggi (mis, infeksi pseudomonas yang terbaru)
§  SDP < 4000 atau > 3000/µL
§  Tekanan parsial oksigan dalam darah arteri (PaO2) < 60 atau PaCO2> 50
§  Foto ronsen dada dengan keterlibatan banyak lobus atau progresi cepat
§  Menarik napas dalam dan batuk, fisioterapi dada bila tersedia
§  Antibiotik untuk pneumonia bakteri, parasit, atau jamur (bukan virus)
§  Perlindungan empiris paling sering digunakan pada pasien rawat jalan; pewarnaan gram pada sputum dapat menjadi panduan terapi pada pasien rawat inap tetapi mungkin perlu diubah bila kultur dengan sensitivitas telahtersedia (48 samapi 72 jam).
§  Pilihan antibiotik empiris bervariasi berdasar pada pasien rawat jalan versus rawat inap, usia, faktor risiko pasien, dan pengkajian pasien; pilihan antibiotika empiris yang umum dirangkum dalam tabel dibawah.

Tipe pasien
Pengkajian pasien
Antibiotika empiris
Pasien rawat jalan
Imunokomperen
Diperkirakan terdapat S pneuminiae yang resisten terhadap PCN
Aspirasi
Usia 18 sampai 40 tahun
Makrolida, fluoroqulnolon atau doksisiklin
Amoksilin/klavulanat
doksisiklin
Pasien rawat inap
Bangsal medis umum
ICU
Penyakit paru
Aspirasi
Beta laktam dengan makrolida atau fluoroquinolon sama seperti anti-pseudomonas dengan makrolida atau fluoroquinolon dengan aminoglikosida
Fluoroquinolon dengan klindamisin.


1.7              Pemeriksaan Diagnosis

1.      Chest X-ray: teridentifikasi adanya penyebaran (misalnya: lobus dan bronkhial); dapat juga menunjukan multipel abses/infiltrat, empiema (staphylococcus); penyebaran atau lokasi infiltrat (bakterial); atau penyebaran/extensive nodul infiltrat (sering kali viral), pneumonia mycoplasma chest X-ray mungkin bersih.
2.      Analisis gas darah (analysis blood gasses-ABGs) dan pulse oximetry: abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru.
3.      Pewarna Gram/culture sputum dan darah: didapatkan dengan needly biopsy, apirasi transtrakheal, fiberoptic bronchoscopy, ataubiopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan organisme penyabab. Lebih dari satu tipe organisme yang dapat ditemukan, seperti diplococcus pneumonia, staphylococcus aureus, A. Hemolytic streptococcus , dan hemophilus influenzae.
4.      Periksa darah lengkap (complete blood count-): leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood coun-WBC) rendah pada infeksi virus
5.      Tes serologi : membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik
6.      LED: meningkat
7.      Pemeriksaan fungsi paru-paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar): tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun, hipoksemia
8.      Elektrolit :sodium dan klorida mungkin rendah
9.      Bilirubin mungkin meningkat

1.8              Komplikasi
Kadang-kadang pneumonia berperan penting dalam penambahan masalah medis yang disebut komplikasi. Komplikasi yang penting sering disebabkan oleh pneumonia karena bekteri daripada virus. Komplikasi yang penting meliputi :
1.      Gagal napas dan sirkulasi
Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orng yang menderita pneumonia sering kesulitan bernapas, dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk tetap cukup bernapas tanpa bantuan agar tetap hidup. Bantuan pernapasan non-invasiv yang dapat membantu seperti mesin untuk jalan napas dengan bilevel tekanan positif, dalam kasus lain pemasangan endotracheal tube kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk membantu pernapasan.
Pneumonia dapat menyebabkan gagal napas oleh pencetus akut respiratory distress syndrome (ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan respons inflamasi dalam paru-paru segera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu dengan keras menyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan alveoli, harus membuat ventilasi mekanik yang membutuhkan.
Syok sepsis dan septik merupakan komplikasi potensial dari pneumonia. Sepsis terjadi karena mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem imun melalui sekresi sitokin. Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena bakteri; streptococcus pneumonia merupakan salah satu penyebabkan individu dengan sepsis atau septik membutuhkan unit perawatan intensif dirumah sakit. Mereka membutuhkan cairan infus dan obat-obatan untuk membantu mempertahankan tekanan darah agar tidak turun sampai rendah. Sepsis dapat meyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan jantung diantara masalah lain dan sering menyebabkan kematian.
2.      Efusi pleura, empyema, dan abces
Ada kalanya, infeksi mikroorganisme pada paru-apru akan menyebabkan bertambahnya (effusi pleura)cairan dalam ruang yang mengelilingi paru (rongga pleura). Jika mikroorganisme itu sendiri ada di rongga pleura, kumpulan cairan ini disebut empyema. Bila cairan pleura ada pada orang dengan pneumonia, cairan ini sering diambil dengan jarum (toracentesis) dan periksa, tergantung dari hasil pemeriksaan ini. Perlu pengaliran lengkap dari cairan ini, sering memerlukan selang pada dada. Pada kasusu empyema berat perlu tindakan  pembedahan. Jika cairan tidak dapat dikeluarkan, mungkin infeksi berlansung lama, karena antibiotik tidak menembus dengan baik ke dalam rongga pleura.
Bakteri akan menginfeksi bentuk kantong yang berisi cairan yang disebut abses. Abses pada paru biasanya dapat dilihat dengan foto thorax dengan sinar x atau CT scan. Abses-abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering mengandung beberapa tipe bakteri. Biasanya antibiotik cukup untuk pengobatan abses pada paru, tetapi kadang abses harus dikeluarkan oleh ahli bedah atau ahli radiologi.
1.9                   Pathways Keperawatan





STUDI KASUS PNEUMONIA

Ny. R umur 25 tahun agama islam, suku bangsa jawa, pekerjaan PNS alamat Jl. Husni Tamrin No 24 b pasar jambi. klien masuk RS pada tgl 30 september 2012 ruang paru kelas 1, klien msuk RS dengan keluhan demam sudah 5 hari, menggigil, klien juga mengtakan nyeri dada pleuritik, batuk produktif, sputum hijau dan purulen. pada saat pengkajian klien mengatakan nyeri dada pada saat batuk skala nyeri 8,intesitasnyerisetiap 20 menit,  hidung memerah, retraksi interkostal, penggunaan otot bantu pernapasan dan timbul sianosis, badan lemas dan teraba panas, malaise, dari hasil pemeriksaan fisik TD 130/90 mmHg, suhu 39 C, nadi 100 x/menit, dari hsil labor didapatkan Hb. 10.0 gr%, leukosit 15000 ml.

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

1.      PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien:
1.      Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2.      Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat.
3.      Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia(malnutrisi)
4.      Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
5.      Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
6.      Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : - sputum: merah muda, berkarat
             
- perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
             
- premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
             
- bunyi nafas menurun
             
- warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
7.      Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
.
8.      Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah
2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
b.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigendarah.
3.      RENCANA KEPERAWATAN
No Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Setelah diberikan asuhan keperawatan 2x24 jam diharapkan  bersihan jalan napas efektif dengan kriteria hasil :
-       Batuk efektif
- Nafas normal (12-20x/menit)
- Bunyi nafas bersih
- Sianosis
Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan.


Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas
Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.


Biarkan teknik batuk efektif
Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan
jalan nafas paten.


Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, eks.
Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan.


No Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
2.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan  gangguan pertukaran gas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
-       Sianosis
- Nafas normal (12-20x/menit)
- Sesak
- Hipoksia
- Gelisah
Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas
Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan
paru dan status kesehatan umum.


Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku)
atau sianosis sentral.
Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.


Kaji status mental.
Gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia
atau penurunan oksigen serebral.


Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
Tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran sekret
untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.


Kolaborasi dengan tim dokter dalam memberikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.
Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pe.

4.      IMPLEMENTASI
          Dilakukan sesuai dengan rencana tindakan menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan pedoman atau prosedur teknik yang telah ditentukan.
5.      EVALUASI
Kriteria keberhasilan:
§  Berhasil
Tuliskan kriteria keberhasilannya dan tindakan dihentikan
§  Tidak berhasil
Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.






BAB III
PENUTUP


2.1          Kesimpulan
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia.
Pneumonia adalahpenyakitinflamasipadaparu yang dicirikandenganadanyakonsolidasiakibateksudat yang masukdalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti :
1.      Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2.      Virus: virus influenza, adenovirus
3.      Micoplasma pneumonia
4.      Jamur: candida albicans
5.      Aspirasi: lambung




DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Respirasi. Jakarta : Salemba Medika
Marilynn E. Doenges Mary france Moorhouse. Alice C. Geissler. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Anonima. 2012.Asuhan Keperawatan Pneumonia. Http://sains.wordpress.com. Diakses tanggal 02 Desember 2012  jam 21:08 WIB
Anonimb. 2012. Definisi Pneumonia. Http://www.scribd.com/. Diakses tanggal 02 Desember 2012  jam 21:20 WIB
http://meilanyhartanti.blogspot.com/2013/10/asuhan-keperawatan-pneumonia.html


No comments:

Post a Comment