PENGKAJIAN MATA & THT
A. Riwayat Kesehatan
Perawat
mengumpilkan data riwayat kesehatan dengan cara mengkaji status / masalah
kesehatan sekarang, dahulu dan keluarga,kemudian menggunakan pola PQRST dalam
mengumpulkan data yang lebih lengkap tentang setiap keluhan pasien
(morton,1991)
Pertanyaan-pertanyaan
penting yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data antara lain :
1. Apakah pasien pernah
mendapatkan trauma kepala,pembedahan kepala,rahang atau muka?
2. Apakah pasien pernah
mengalami saki kepala?
3. Apakah pasien pernah
mengalami bengkak dimuka,rahang atau proses mastoid?
4. Apakah pernah mengalami
infeksi atau nyeri tekan pada sinus?
5. Adakah cairan yang keluar
dari hidung,perdarahan hidung,luka pada mulut,kesulitan mengunyah atau
menggigit,perubahan suara,alergi yang menyebabkan sulit bernafas atau
kerongkongan seperti tersumbat,cidera pada leher dan pembedahan pada leher?
Bila
pasien mengalami keluhan yang diatas tanyakan kembali apakah terjadi terus
menerus , kapan terjadinya dan mengapa sampai terjadi.
Untuk
pasien anak kecil orang tua ditanya apakah anak sering menghisap jempol,kapan
giginya tumbuh,dan apakah tonsil nya membesar . pada pasien usia lanjut perlu
ditanya bagaimana keadaan penglihatannya, pendengaran dan apakah pasien memakai
gigi palsu.
Pola
pemeliharaan kesehatan dikajidengan menanyakan kebiasaan pasien misalnya,
kebiasaan merokok,apakh sering pusing atau tegang pada leher,apakah banyak
duduk dalam pekerjaan,apakah lingkungan pekerjaan mempunyai resiko yang sangat
besar menimbulkan cidera kepala,bagaimana kebiasaan menjaga mulut mata telinga
dan laim-lain.
Pasien
juga ditanya apakah masalah kepala atau organ-organ yang terkait mempengaruhi
perasaan peranan serta dalam berhubungan dengan orang lain.
B. Pemeriksaan fisik
1. Mata
Tujuan pengkajian mata adalah untuki mengetahui bentuk dan
fungsi mata
Inspeksi
Bagian-bagian mata yang perlu diamati adalh bola mata,kelopak
mata,konjungtiva,sklera dan pupil.
a. Amati bola mata terhadap
adanya protrusis gerakan mata, medan penglihatan dan fisus
b. Amati kelopak mata,perhatikan
terhadap bentuk dan setiap ada kelainan dengan cara sebagai berikut:
1.) Anjurkan pasien melihat
kedepan
2.) Bandingkan mata kanan dan
kiri
3.) Anjurkan pasien menutup kedua
mata
4.) Amati bentuk dan keadaan
kulit pada kelopak mata serta pada bagian pingggir kelopak mata, catat setiap
ada kelainan misalnya adanya kemerah merahan.
5.) Amati pertumbuhan rammbut
pada kelopak mata terhadap ada atau tidaknya bulu mata,dan posisi bulu mata
6.) Perhatikan keluasan mata
dapat membuka dan catat bila ada droping kelopak mata atas atau sewaktu mata
membuka (tossis)
c. Amati konjungtiva dan sklera
dengan cara sebagai berikut:
1.) Anjurkan pasien untuk melihat
lurus kedepan
2.) Amati konjungtiva, untuk
mengetahui ada tidaknya kemerah-merahan, keadaan vaskularisasi serta lokasinya
3.) Tarik kelopak mata bagian
bawah kebawah dengan menggunakan ibu jari
4.) Amati keadaan konjungtiva dan
kantong konjungtiva bagian bawah,catat bila didapatkan infeksi atau pus atau
bila warnanya tidak normal misalnya anemik
5.) Bila di perlukan amati
konjungtiva bagian atas yaitu dengan cara membuka atau membalik kelopak mata
atas dengan perawat berdiri di belakang pasien
6.) Amati warna sklera waktu
memeriksa konjungtiva yang pada keadaan tertentu warnanya dapat menjadi
ikhterik
d. Amati warna iris serta ukuran
dan bentuk pupil. Kemudian lanjutkan dengan mengevaluasi reaksi pupil terhadap
cahaya.
Inspeksi gerakan
mata
a. Anjurkan pasien untuk melihat
lurus kedepan
b. Amati apakah kedua mata tetap
diam atau bergerak secara sepontan (nistagmus) yaitu gerakan ritmis bola mata, mula-mula
lambat bergerak kesatu arah, kemudian dengan cepat kembali ke posisi semula
c. Bila ditemukan adanya
nistagmus, maka amati bentuk,frekuensi (cepat atau lambat), amplitudo (luas
atau sempit) dan durasinya (hari/minggu)
d. Amati apakah kedua mata
memandang lurus kedepan atau salah satu defiasi
e. Luruskan jari telunjuk anda
dan dekatkan dengan jarak sekitar 15-30 cm
f.
Beritahu pasien untuk mengikuti gerakan jari anda dan jaga
posisi kepala pasien tetap. gerakan jari anda kedelapan arah , untuk mengetahui
fungsi enam otot mata
Inspeksi medan penglihatan
a. Berdirilah didepan pasien
b. Kaji kedua mata secara
terpisah yaitu dengan cara menutup mata
yang tidak diperiksa
c. Beritahu pasien untuk melihat
lurus kedepan dan memfokuskan pada satu titik pandang , misalnya hidung anda
d. Gerakan jari anda pada suatu
garis vertikal atau dari samping , dekatkan kemata pasien secara perlahan lahan
e. Anjurkan pasien untuk
memberitahu sewaktu mulai melihat jari anda
f.
Kaji mata sebelahnya
Pemriksaan fisus
a. Siapkan kartu snellen atau
kartu yang lain untuk pasien dewasa atau kartu gambar untuk anak-anak
b. Atur kursi tempat duduk
pasien dengan jarak 5-6cm dari kartu snellen
c. Atur penerangan yang memadahi
sehingga kartu dapat dibaja dengan jelas
d. Beritahu pasien untuk menutup
mata kiri dengan satu tangan
e. Pemeriksaan mata kanan dengan
cara pasien disuruh membaca huruf yang paling besar menuju huruf yang kecil dan
catat tulisan terakhir yang masih dapat d baca oleh pasien
f.
Selanjutnya pemeriksaan mata kiri
Palpasi
Tujuannya untuk mengetahui tekanan bola mata dan untuk mengetahui adanya nyeri tekan. Untuk mengukur tekanan bola mata secara lebih teliti di perlukan alat tonometri yang memerlukan keahlian khusus. Palpasi untuk mengetahui tekanan bola mata dapat dikerjakan sebagai berikut :
Tujuannya untuk mengetahui tekanan bola mata dan untuk mengetahui adanya nyeri tekan. Untuk mengukur tekanan bola mata secara lebih teliti di perlukan alat tonometri yang memerlukan keahlian khusus. Palpasi untuk mengetahui tekanan bola mata dapat dikerjakan sebagai berikut :
a. Beri tahu pasien untuk duduk
b. Anjurkan pasien untuk
memejamkan mata
c. Lakukan palpasi pada kedua
mata. Bila tekanan bola mata meninggi maka mata teraba keras.
Pengkajian tingkat mahir (pengkajian funduskopi)
Pengkajian mata tingkat mahir (funduskopi) dilakukan
paling akhir. Pengkajian ini dikerjakan untuk mengetahui susunan retina dengan
menggunakan alat optalmoskop. Untuk dapat melakukan hal ini maka diperlukan
pengetahuan anatomi dan fisiologi mata yang menandai serta keterampilan khusus
dalam mempergunakan alat. Langkah kerja pengkajian :
1. Atur posisi pasien duduk di
kursi
2. Beritahu pasien tentang
tindakan yang akan dikerjakan
3. Teteskan 1-2 tetes obat yang
dapat melebarkan pupil dalam jangka pendek misalnya tropisade (bila tidak ada
kontraindikasi)
4. Atur cahaya ruangan agak
redup
5. Duduk di kursi di hadapan
pasien
6. Beritahu pasien untuk melihat
secara tetap pada titik tertentu dan anjurkan untuk tetap mempertahankan sudut
pandangnya tanpa berkedip
7. Bila pasien atau anda memakai
kaca mata, hendaknya dilepas dahulu
8. Pegang optalmoskop atur lensa
pada angka 0, nyalakan dan arahkan pada pupil mata dari jarak sekitar 30 cm
sampai anda temukan red reflex yang
merupakan cahaya pancaran dari retina. Bila letak optalmoskop tidak teapat,
maka red reflex tidak akan muncul. Red reflex juga tidak muncul pada
berbagai gangguan misalnya katarak.
9. Bila Red reflex sudah ditemukan, dekatkan optalmoskop pelan-pelan ke
mata pasien. Bila pasien miopi maka atur kontrol ke arah negatif (merah). Bila
pasien hipermiopi atur kontrol ke arah positif (hitam).
10. Amati fundus secara
sistematis diawali dengan mengamati pembuluh darah besar. Catat bila ditemukan
kelaian. Lanjutkan pengamatan dengan membandingkan ukuran arteri dan vena yang
normalnya mempunyai perbandingan 4 : 5. Kemudian amati warna makula yang
normalnya tampak lebih terang daripada retina. Berikutnya amati diskus optikus
terhadap warna, batas dan pigmentasinya. Normalnya diskus optikus berbentuk
melingkar, warna merah muda agak kuning, batas terang dan tetap dengan jumlah
pigmen yang bervariasi. Lalu amati retina terhadap warna, kemungkinan ada
perdarahan dan setiap ada kelainan.
11. Bandingkan mata kanan dan
kiri
12. Catat hasil pengkajian dengan
jelas
13. Setelah selesai pengkajian,
teteskan pilocarpine 2 % untuk menetralisir dilatasi pada mata yang diamati
(pada pasien yang ditetesi tropisamide)
14. Tunggu/pastikan pasien dapat
melihat seperti semula.
Telinga
Telinga
mempunyai fungsi sebagai alat pendengaran dan menjaga keseimbangan. Menurut
struktur anatominya, telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga
luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar meliputi aurikel ( pinna )
dan saluran pendengaran luar. Telinga tengah ( rongga timpani )terpisah dengan
telinga luar oleh adanya membran timpani ( gendang telinga ).
Pengkajian
telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui keada an telinga luar, saluran
telinga,gendang telinga/membran timpani
dan pendengaran. Alat-alat yang perlu
dipersiapkan dalam pengkajian telinga antara lain otoskop,garpu tala , dan arloji.
Inspeksi dan palpasi
1. Bantu pasien dalam posisi
duduk.pasien yang masih anak-anak dapat
diatur dipangkuan orang lain.
2. Atur posisi anda duduk
menghadap pada sisi telinga pasien yang akan dikaji.
3. Untuk pencahayaan gunakan
auroskop , lampu kepala atau sumber cahaya yang lain sehingga tangan anda akan
bebas bekerja.
4. Mulailah mengamati telinga
luar ,periksa keadan pinna terhadap ukuran , bentuk, warna dan adanya lesi
5. Lanjutkan pengkajian palpasi
dengan cara memegang telinga dengan jempol dan jari penunjuk
6. Palpasi kartilago telinga
luar secara sistematis yaitu jaringan lunak, kemudian jarimgan keras dan catat
bila ada nyeri.
7. Tekan bagian tragus kedalam
dan tekan pula tulang telinga di bawah daun telinga . bila ada peradangan maka
pasien akan merasa nyeri
8. Bandingkan telinga kanan dan
telinga kiri
9. Bila diperlukan, lanjutkan
pengkajian telinga bagian dalam
10. Pegang bagian pinggir daun
telinga/ heliks dan secara perlahan-lahan tarik daun telinga keatas dan
kebelakang sehingga lubang telinga menjadi lurus dan mudah diamati.Pada
anak-anak daun telinga ditarik kebawah.
11. Amati pintu masuk lubang
telinga dan perhatikan ada tidaknya pradahan, perdarahan dan kotoran.
12. Dengan hati-hati masukkan
otoskop yang menyala kedalam lubang telinga
13. Bila letak otoskop sudah
tepat, letakkan mata diatas eye-piece
14. Amati dinding lubang telinga
terhadap kotoran ,serumen,peradangan,atau adanya benda asing.
15. Amati membran timpani
mengenai bentuk , warna, transparansi, kilau, perforansi, atau terhadap
adanya cairan/darah.
Pemeriksaan
pendengaran
Pemeriksaan pendengaran dilakukan
untuk mengetahui fungsi telinga. Secara sederhana pendengaran dapat diperiksa
dengan menggunakan suara bisikan. Pendengaran yang baik akan dengan mudah dapat
mengetahui adanya bisikan. Bila pendengaran dicurigai tidak berfungsi baik ,
maka pemeriksaan yang lebih teliti dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan
garpu tala, atau tes audimetri.
1. Atur posisi pasien berdiri
membelakangi anda pada jarak sekitar 4,5 s/d 6 meter
2. Anjurkan pasien untuk menutup
salah satu telinga yang tidak diperiksa
3. Bisikkan suatu bilangan (
misalkan tujuh enam )
4. Beritahu pasien untuk
mengulangi bilangan yang didengar
5. Pemeriksaan telinga yang satu
dengan cara yang sama
6. Bandingkan kemampuan
mendengar telinga kanan dan kiri pasien
Pemeriksaan pendengaran dengan bisikan dapat pula
dikerjakan dengan menggunakan arloji dengan langkah kerja sebagai berikut :
1. Pegang sebuah arloji
disamping telinga pasien
2. Tanyakan pada pasien apakah mendengar detak arloji
3. Pindah posisi arloji
perlahan-lahan menjauhi telinga dan suruh pasien menyatakan bila tak dapat
mendengar lagi. Normalnya detak arloji masih dapat didengar sampai jarak
sekitar 30 cm dari telinga.
4. Bandingkan telinga kanan dan
kiri.
Pemeriksaan
pendengaran dengan garputala
Pemeriksaan dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui kualitas pendengaran secra lebih teliti. Pemeriksaan garputala
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemeriksaan rinne dan pemeriksaan webber.
Pemeriksaan rinne dilakukan untuk membandingkan antara konduksi udara dengan
konduksi tulang sedangkan pemeriksaan weber digunakan untuk mengetahui
lateralisasi fibrasi ( getaran, yang dirasakan baik oleh telinga kanan maupun
kii).pada pemeriksaan rinne normalnya konduksi udara lebih baik dibanding
dengan konduksi tulang, dan pada pemeriksaan
weber normalnya vibrasi/ suara dirasakan ditengah- tengah kepala atau seimbang
antara dua telinga.
Pemeriksaan pendengaran ini harus
dilakukan diruang yang tenang (tidak gaduh). Pemeriksaan pendengaran dengan
garputala dilakukan dengan langkah kerja sebagai berikut :
1. Pemeriksaan pertama (rinne)
a. Vibrasikan garputala
b. Letakkan garputala pada pada
mastoid kiri pasien
c. Anjurkan pasien untuk
memberitahu sewaktu tidak merasakan getaran lagi
d. Angkat garputala dan pegang
didepan telinga kiri pasien dengan posisi garputala pararel terhadap lubang
telinga luar pasien.
e. Anjurkan pasien untuk
memberitahu apakah masih mendengar getaran suara atau tidak. Normalnya suara
getaran masih dapat didengarkan karena konduksi udara lebih baik dari pada
konduksi tulang
2. Pemeriksaan kedua ( weber )
a. Fibrasikan garputala
b. Letakkan garputala
ditengah-tengah dahi pasien
c. Tanya pasien mengenai sebelah
mana telinga mendengar suara getaran lebih keras. Normalnya kedua telinga dapat
mendengar secara seimbang , sehingga getaran dirasakan ditengah tengah kepala
d. Determinasikan apakah pasien
mengalami gangguan konduksi tulang, udara atau keduanya.
HIDUNG DAN SINUS
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
bentuk dan fungsi hidung. Pengkajian hidung dimulai dari bagian luar,bagian dalam
lalu sinus-sinus . Pasien dipersiapkan dalam posisi duduk bila memungkinkan .
peralatan yang dipersiapkan antara lain : otoskop ,spekulum hidung,cermin kecil
dan sumber perangan/lampu.
Inspeksi dan
palpasi hidung bagian luar dan palpasi sinus-sinus
1. Duduklah menghadap pada
pasien
2. Atur penerangan dan amati
hidung bagian luar sisi depan,samping dan sisi atas. Perhatikan bentuk atau
tulang hidung dari ketiga sisi ini
3. Amati keadaan kulit hidung
terhadap warna dan pembengkakan
4. Amati kesimetrisan lubang hidung
5. Lanjutkan dengan melakukan
palpasi hidung louar dan catat bila ditemukan ketidaknormalan kulit atau tulang
hidung
6. Kaji mobilitas septum hidung
7. Palpasi sinus maksilaris ,
frontalis dan etmoidalis, perhatikan terhadap adanya nyeri tekan
Inspeksi hidung bagian
dalam
Untuk dapat melakukan inspeksi hidung bagian dalam,
maka ada beberapa peralatan yang diperlukan antara lain otoskop,spekulum
hidung,cermin kecil dan lampu
1. Duduk menghadap kearah pasien
2. Pasang lampu kepala
3. Atur lampu sehingga sesuai
untuk menerangi lubang hideung
4. Elevasikan ujung hidung
pasien dengan cara menekan hidung secara ringan denhgan ibu jari anda
,kemungkinan amati bagian anterior lubang hidung
5. Amati posisi septum hidung
dan kemungkinan adanya perfusiv
6. Amatri bagian turbin inferior
7. Pasang ujung spekulum hidung
pada lubang hidung sehingga rongga hidung dapat diamati
8. Untuk memudahkan pengamatan
pada dasar hidung maka attur posisi
kepadal sedikit menengadah
9. Dorong kepala menengadah sehingga bagian atas rongga hidung
mudah diamati
10. Amati bentuk dan posisi
septum,kartilago dan dinding-dinding rongga hidun g serta selaput lendir pada
rongga hidung (warna,sekresi,bengkak )
11. Bila sudah selesai , lepas
spekulum secara perlahan-lahan
Untuk
pengkajian hidung bagian dalam ,dapat pula menggunakan otoskop,dianjurkan yang
dilengkapi dengan spekulum hidung dan
kaca pembesar
Pengkajian patensi hidung
Pengkajian
ini dilakukan terutama bila dicurigai adanya sumbatan atau deformitas pada
rongga hidung bagian bawah.
1.
Duduklah di hadapan pasien
2.
Gunakan satu tangan untuk menutup satu lubang hidung
pasien,suruh pasien menghembuskan udara dari lubang hidung yang tidak ditutup
dan rasakan hembusan udara tersebut. Normalnya udara dapat dihembuskan dengan
mudah dan dapat dirasakan dengan jelas
3.
Kaji lubang hidung satunya
Patensi hidung juga dapat dikaji dengan menggunakan
sebuah cermin yang diletakkan di bawah hidung. Pasien dianjurkan untuk
menghembuskan udara dengan mulut tertutup , kemudian kondensasi udara pada
cermin diamati. Normalnya sisi kanan dan kiri seimbangan.
MULUT DAN PARING
Pengkajian mulut dan paring dilakukan dengan posisi
pasien duduk. Pencahayaan harus baik
sehingga semua bagaian dalam mulut dapat
diamati dengan jelas. Pengkajian dimulai dengan mengamati bibir,gigi,gusi
,lidah , selaput lendir ,pipi bagian dalam, lantai dasar mulut dan
palatum/langit-langit mulut kemudian faring.
Inspeksi
1.
Bantu pasien duduk berhadapan dengan anda,dengan tinggi yang
sejajar
2.
Amati bibir untuk mengertahui adanya kelainan kongietal,bibir
sumbing ,warna bibir, ulkus, lesi dan massa
3.
Lanjutkan pengamatan pada gigi dengan pasien dianjurkan
membuka mulut
4.
Atur pencahayaan yang memadai dan bila diperlukan gunakan
penekan lidah untuk menekan lindah sehingga gigi akan tampak lebih jelas
5.
Amati keadaan setiap gigi mengenai posisi,jarak gigi rahang
atas dan bawah, ukuran,warna,lesi atau adanya tumor. Amati juga secara khusus
pada akar-akar gigi dan gusi
6.
Pemeriksaan setiap gigi dengan cara mengetuk secara
sistematis,bandingkan gigi bagian kiri,kanan,atas dan bawah dan anjurkan pasien
untuk memberitahu bila merasa nyeri sewaktu diketik
7.
Perhatikan pula ciri-ciri umum sewaktu melakukan pengkajian
antara lain kebersihan mulut dan bau mulut
8.
Lanjutkan pengamatan pada lidah dan perhatikan
kesimetrisannya. Suruh pasien menjulurkan lidah dan amati mengenai
kelurusan,warna,ulkus maupu b setiapb ada kelainan
9.
Amati selaput lendir mulut secara sistematis pada semua
bagian mulut mengenai warna,adanya pembengkakan ,
tumor,sekresi,peradangan,ulkus dsn perdarahan
10. Beri kesempatan pasien untuk
istirahat dengan menutup mulut sejenak bila capai,lalu lanjutkan dengan
inspeksi paring dengan cara pasien dianjurkan membuka mulut ,tekan lidah ke bawah pasien sewaktu
pasien berkata “ah”. Amati paring terhadap kesimetrisan ovula.
Palpasi
Palpasi pada pengkajian mulut dilakukan terutama bila
dari inspeksi belum diperoleh data yang
meyakinkan . Tujuan palpasi pada mulut terutama untuk mengetahui
bentuk dan setiap ada kelainan pada mulut
yang dapat diketahui dengan palpasi, yang antara lain meliputi pipi, dasar
mulut , palatum /langit-langit mulut dan lidah. Palpasi harus dilakukan secara
hati-hati dan perlu diupayakan agar pasien tidak mutah.
1.
Atur posisi pasien duduk menghadap anda
2.
Anjurkan pasien membuka mulut
3.
Pegang pipi diantara ibujari
dan jari telunjuk (jari telunjuk
berada didalam). Palpasi pipi secara sistematis dan perhatikan terhadap adanya
tumor atau pembengkakan. Bila ada pembengkakan dtermikasikan menurut ukuran ,
konsistensi , hubungan dengan daerah sekitarnya dan adanya nyeri
4.
Lanjutkan dengan palpasi pada palatum dengan jari telunjuk
dan rasakan terhadap adanya pembengkakan dan fisura
5.
Palpasi dasar mulut dengan cara pasien disuruh mengatakan
“el” kemudian palpasi dilakukan pada dasar mulut secara sistematis dengan jari
penunjuk tangan kanan. Bila diperlukan berisedikit penekanan dengan ibu jari
dari bawah dagu untuk mempermudah
palpasi. Catat bila didapatkan pembengkakan.
6.
Palpasi lidah dengan cara pasien disuruh menjulurkan lidah,
pegang lidah dengan kassa steril menggunakan tangan kiri. Dengan jari penunjuk
tangan kanan lakukan palpasi lidah terutama bagian belakang dan batas-batas
lidah.
LEHER
Leher dikaji setelah pengkajian kepala selesai
dikerjakan. Tujuan pengkajian leher secara umum adalah untuk mengetahui bentuk
leher serta organ-organ penting yang berkaitan . Dalam pengkajian, baju pasien
sebaiknya dilepas sehingga leher dapat dikaji dengan mudah. Pengkajian dimulai
dengan inspeksi kemudian palpasi lalu dilanjutkan dengan pengkajian mobilitas
leher
Inspeksi
1. Anjurkan pasien untuk melepas
baju
2. Atur pencahayaan yang baik
3.
Lakukan inspeksi leher mengenai bentuk leher,warna
kulit,adanya pembengkakan, jaringan parut dan adanya massa. Inspeksi dilakukan
secara sistematis mulai dari garis tengah sisi depan leher,dari samping dan
dari belakang. (bentuk leher yang panjang dan ramping umumnya ditemukan pada
orang berbentuk ektomorf ,orang dengan gizi jelek atau orang dengan TBC
paru,leher pendek dan gemuk didapatkan pada orang berbentuk endomorf atau
obesitas). Warna kulit leher normalnya sama dengan kulit sekitarnya . dapat
menjadi kuning pada semua jenis ikterus, dan menjadi merah,bengkak,panas dan
nyeri tekan bila mengalami peradangan
4.
Inspeksi tiroid dengan cara pasien disuruh menelan dan amati
gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal. Normalnya gerakan kelenjar
tiroid tidak dapat dilihat kecuali pada orang yang sangat kurus.
Palpasi
Palpasi pada leher dilakukan terutama
untuk mengetahui keadaan dan lokasi kelenjar limfe pada leher dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok. Kelenjar limfe sulit dipalpasi pada
orang yang sehat atau orang gemuk.untuk dapat menentukan adanya pembesaran ,
maka perawat perlu memperlihatkan lokasi
kelompo-kelompok kelenjar limfe . pembesaran kelenjar limfe dapat disebabkan
oleh berbagai penyakit misalnya peradangan akut/kronis di
kepala,orofaring,kulit kepala atau daerah leher. Pembesaran limfe juga terjadi
pada beberapa kasuss infeksi seperti tuberkulose,atau spilis. Secara umum
pembesaran limfe disebut adenopati limfe.
Palpasi kelenjar tiroid dilakukan
untuk mengetahui adanya pembesaran tiroid ( gondok) yang biasanya disebabkan oleh kekurangan
garam zodium. Secara otomatis, ismus kelenjar tiroid berada sedikit dibawah
tulang rawan krikoid,setinggi cincin trakea ke-2 sampai ke-4. Bentuk kelenjar
tiroid dapat diketahui jika kepala pasien ditengadahkan sambil pasien disuruh
menelan ludah (air),sementara perawata melakukan palpasi kelenjar tersebut.
Kedudukan trakea perlu dikaji karena
dapat sebagi petunjuk terhadap adanya gangguan misalnya trakea yang bergeser ke
salah satu ssisi dapat merupakan petunjuk
adanya proses desak ruang atau fibrosis pada paru-paru maupun mediastinum . trakea akan tertarik pada
keadaan terjadi proses fibrosis dan akan terdorong pada keadaan terjadi
pendesakan ruang.
Cara
kerja palpasi kelenjar limfe,kelenjar tiroid dan trakea adalah :
1.
Duduklah dihadapan pasien
2.
Anjurkan pasien untuk menengadah ke samping menjauhi perawat
pemeriksa sehingga jaringan lunak dan otot-otot akan relaks
3.
Lakukan palpasi secara sisitematis dan determinasikan menurut
lokasi,batas-batas,ukuran,bentuk dan nyeri tekan pada setiap kelompok kelenjar
limfe yang terdiri dari :
a. Preaurikular-didepan telinga
b. Posterior
aurikuler-superfisial terhadap prosesus mastoidius
c. Osipital-di dasar posterior
tulang kepala
d. Tonsilar-di sudut mandibula
e. Submaksilaris-ditengah-tengah
antara sudut dan ujung mandibula
f.
Submental- pada garis tengah beberapa cm di belakang ujung
mandibula
g. Servikal superfisial –
superfisial terhadap sternomastoidius
h. Servikal posterior –
sepanjang tepi anterior trapesisus
i.
Servikal dalam – dalam sternomastoid dan sering tidak dapat
dipalpasi
j.
Supraklavikula – dalam suatu sudut yang terbentuk oleh
klavikula dan sternomastoidius
4.
Lakukan palpasi kelenjar tiroid dengan cara :
a. Letakkan tangan anda pada
leher pasien
b. Palpasi pada fossa
suprasternal dengan jari penunjuk palpasi
c. Palpasi dapat pula dilakukan
dengan perawat berdiri di belakang pasien,tangan dilet kkan mengelilingi leher
dan palpasi dilakukan denga jari kedua
dan ketiga
d. Bila teraba kelenjar tiroid
maka dterminasikan menurut bentuk,ukuran,konsistensi,dan permukaannya.
5.
Lakukan palpasi trakea dengan cara berdiri disampingkanan
pasien. Letakkan jari tengah pada bagian bawah trakea dan raba trakea ke atas,
ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakea dapat diketahui.
Mobilitas leher
Pengkajian mobilitas leher dilaukan paling akhir pada
pemeriksaan leher. Pengkajian ini dilakukan baik secara aktif maupun pasif.
Untukmendapatkan data yang akurat maka leher dan dada bagian atas harus bebas
dari pakaian dan perawat berdiri/duduk dibelakang pasien.
1.
Lakukan pengkajian mobilitas leher secara aktif . suruh
pasien menggerakkan leher dengan urut-urutan sebagi berikut :
a. Antefleksi, normalnya 45°
b. Dorsifleksi, normalnya 60°
c. Rotasi ke kanan , normalnya
70°
d. Rotasi ke kiri , normalnya 70°
e. Lateral fleksi ke kiri ,
normalnya 40°
f.
Lateral fleksi ke kanan , normalnya 40°
2.
Determinasikan sejauh mana pasien mampus menggerakkan
lehernya. Normalnya gerakan dapat dilakukan secara terkoordinasi,tanpa gangguan
3.
Bila diperlukan lakukan pengkajian mobilitas secara pasif
dengan cara kepala pasien depegang dengan dua tangan kemudian digerakkan dengan
urut-urutan yang sama seperti pada pengkajian mobilitas leher secara aktif
No comments:
Post a Comment