ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Nn. K DENGAN COMBUSTIO GRADE I
DI RUANG RAWAT INAP RS H.A DJUNAID PEKALONGAN
Disusun oleh
Annisa
Resiana
|
P17420313050
|
Arif
Alama
|
P17420313051
|
Bagus
Alwibowo
|
P17420313052
|
Dedy
Samsun Hidayat
|
P17420313053
|
Dea
Fera Indikasari
|
P17420313054
|
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Combustio dapat mengakibatkan masalah
yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada
jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua
sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun
lalu, seorang dengan combustio 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami
komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini
mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas combustio
75% mempunyai harapan hidup 50%. Dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk
memulangkanpasien dengan combustio 95% yang diselamatkan.
Pengurangan
waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah
komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik
rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan
hidup pada sejumlah klien dengan combustio serius.
Baru – baru ini RS H.A Djunaid pekalongan
menerima dua pasien combustio yakni dewasa dan anak. Hal tersebut yang membuat
kami tertarik untuk mengangkat kasus combustio.
B.
Tujuan
1.
Tujuan umum
Tujuan umum dari
penyusunan laporan ini adalah untuk mengupas dan membahas tentang asuhan
keperawatan pada klien combustio.
2.
Tujuan khusus
Tujuan khusus
dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas keperawatan klinik
keperawatan medikal bedah.
C.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup
penulisan makalah ini mengenai asuhan keperawatan dengan combustio
(combustio) di ruang rawat inap rs h.a djunaid
D.
Sistematika
Sistematika pada
laporan kasus ini diantaranya adalah sebagai berikut. BAB I berisi pendahuluan
yang meliputi : latar belakang, tujuan, ruang lingkup, dan sistematika.
Kemudian pada BAB II berisi tinjauan teori meliputi : pengkajian, diagnose yang
mungkin muncul, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi.
Untuk BAB III berisi tinjauan kasus yang meliputi langkah- langkah dalam asuhan
keperawatan antara lain : pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi. BAB IV berisi pembahasan.
Dan yang terakhiir adalah BAB V penutup yang berisi simpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Combustio
merupakan luka yang unik diantara bentuk luka-luka lainnya karena luka tersebut
meliputi sejumlah besar jaringan mati (escar) yang tetap berada pada tempatnya
untuk jangka waktu yang lama. (Arif Mutaqqin. 2011;127)
Combustio
merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma suhu atau termal
(Pierce dan Neil. 2006;56 )
Combustio
merupakan luka yang unik di antara bentuk–bentuk luka lainnya karena luka
tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada
tempatnya untuk jangka waktu yang lama. (Suzane C. Smeltzer, 2001:562)
B.
Etiologi
Penyebabnya Combustio dapat dibagi
dalam beberapa jenis, meliputi hal-hal berikut ini.
1). Panas basah (Combustio) yang
disebabkan oleh air panas
2). Combustio dari lemak panas akibat
memasak lemak.
3). Combustio akibat api unggun, alat
pemanggang, dan api yag disebabkan oleh merokok di tempat tidur.
4). Benda panas (misalnya radiator).
5). Radiasi (misalnya terbakar sinar
matahari).
6). Combustio listrik akibat buruknya
pemeliharaan peralatan listrik.
7). Combustio akibat zat kimia,
disebabkan oleh zat asam dan basa yang sering menghasilkan kerusakan kulit yang
luas.
(Arif
Mutaqqin. 2011;127)
C.
Manifestasi klinis
Dalam manifestasi klinis Combustio
digolongkan dalam pengklasifikasian. pengklasifikasian Combustio adalah
sebagai berikut:
1). Kedalaman Combustio
Pengaruh
panas terhadap tubuh, di kenal dengan “derajat Combustio” I sampai dengan III
a.
Derajat
I
Adalah
Combustio dimana terjadi kematian pada lapisan atas epidermis kulit disertai
dengan pelebaran pembuluh darah sehingga kulit tampak kemerah-merahan
b.
Derajat
II
Adalah
derajat Combustio dimana terjadi kerusakan epidermis dan dermis sedangkan
pembuluh darah dibawah kulit menumpuk dan mengeras. Selain timbul warna
kemerah-merahan pada kulit juga timbul gelembung-gelembung pada luka.
c.
Derajat
III
Adalah
derajat Combustio dimana terjadi kerusakan seluruh epitel kulit (epidermis,
dermis, kutis) dan otot pembuluh darah mengalami nombisit.
2). Luasnya Combustio
Menurut
Sunita Almatsia, (2004) Luasnya Combustio merupakan luasnya permukaan tubuh
yang terkena panas. Combustio dinyatakan dalam persen luas tubuh untuk dewasa,
perkiraan luas tubuh yang terkena didasarkan pada bagian tubuh yang t yang
terkena menurut “rumus 9” (rule of nine) yang dikembangkan walace (1940),
yaitu:
0
– 1 tahun
|
1
– 4 tahun
|
5
– 9 tahun
|
10
– 14 tahun
|
15
tahun
|
Dewasa
|
|||||
Kepala
|
19
|
17
|
13
|
11
|
9
|
7
|
||||
Leher
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
||||
Badan bagian depan
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
||||
Badan bagian belakang
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
||||
Pantat kanan
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
||||
Pantat kiri
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
||||
Genitalia (kemaluan)
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
||||
Lengan kanan atas
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
||||
lengan kiri atas
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
||||
Lengan bawah kanan
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
||||
Lengan bawah kiri
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
||||
Tangan kanan
(telapak tangan depan
dan punggung tangan)
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
||||
Tangan kiri (telapak tangan dan
punggung tangan)
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
||||
Paha kanan
|
5.5
|
6.5
|
8
|
8.5
|
9
|
9.5
|
||||
Paha kiri
|
5.5
|
6.5
|
8
|
8.5
|
9
|
9.5
|
||||
Betis kanan
|
5
|
5
|
5.5
|
6
|
6.5
|
7
|
||||
Betis kiri
|
5
|
5
|
5.5
|
6
|
6.5
|
7
|
||||
Kaki kanan (bagian tumit sampai
telapak kaki)
|
3.5
|
3.5
|
3.5
|
3.5
|
3.5
|
3.5
|
||||
Kaki kiri
|
3.5
|
3.5
|
3.5
|
3.5
|
3.5
|
3.5
|
||||
Total : 100 %
|
(Sunita Almatsia. 2004 ; 67)
D.
Patofisiologi
Combustio disebabkan oleh pengalihan
energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat
hantaran atau radiasi elektromagnetik. Combustio dapat dikelompokan menjadi Combustio termal,
radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi
protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan
lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat
mengalami kerusakan karena Combustio elektrik atau kontak yang lama dengan
agens penyebab (burning agens). Nekrosis dan kegagalan organ dapat
terjadi. Dalamnya Combustio bergantung
pada suhu agen penyebab Combustio dan lamanya kontak dengan agen tersebut.
Perawatan Combustio harus direncanakan menurut luas dan dalamnya Combustio;
kemudian perawatannya dilakukan melalui tiga fase Combustio yaitu : fase
darurat / resusitasi, fase akut / intermediate dan fase rehabilitasi. (Suzane C. Smeltzer, 2001:562)
E.
Pathways
F.
Komplikasi
1).
Gagal
jantung kongestif dan edema pulmonal
2).
Sindrom
kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses
terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok Combustio akan menghilang dan
cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan
meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada Combustio yang melingkar.
Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal
menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
3).
Adult
Respiratory Distress Syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi
jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
4).
Ileus
Paralitik dan Ulkus Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan
bising usus merupakan tanda-tanda ileus paralitik akibat Combustio. Distensi
lambung dan nausea dapat mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi
sekunder akibat stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat
ditandai oleh darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang
berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling.
5).
Syok
sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang
terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya
pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan
haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena
sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi.
6).
Gagal
ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai
dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin
atau mioglobin terdektis dalam urine.
G.
Pemeriksaan Penunjang
1). Hitung darah lengkap
Hb
(Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan
peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit)
yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat
terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
2). Leukosit
Leukositosis
dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.
3). GDA (Gas Darah Arteri)
Untuk
mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2)
atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi
karbon monoksida.
4). Elektrolit Serum
Kalium
dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi
ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi
dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai
diuresis.
5). Natrium Urin
Lebih
besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL
menduga ketidakadekuatan cairan.
6). Alkali Fosfat
Peningkatan
Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan
pompa, natrium.
7). Glukosa Serum : Peninggian Glukosa
Serum menunjukkan respon stress.
8). Albumin Serum : Untuk mengetahui
adanya kehilangan protein pada edema cairan.
9). BUN atau Kreatinin : Peninggian
menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat
meningkat karena cedera jaringan.
10). Loop aliran volume : Memberikan
pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.
11). EKG : Untuk mengetahui adanya tanda
iskemia miokardial atau distritmia.
12). Fotografi Combustio : Memberikan
catatan untuk penyembuhan Combustio.
H.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pada penderita
Combustio sebagai berikut:
1). Mematikan sumber api
Upaya
pertama saat terbakar adalah mematikan api pada seluruh tubuh (menyelimuti,
menutup bagian yang terbakar, berguling, menjatuhkan diri ke air).
2). Merendam atau mengaliri luka
Setelah
sumber panas hilang adalah dengan merendam Combustio dalam air atau menyiram
dengan air mengalir selama kurang lebih 15 menit. Pada Combustio ringan tujuan
ini adalah untuk menghentikan proses koagulasi protein sel jaringan dan
menurunkan suhu jaringan agar memperkecil derajat luka dan mencegah infeksi sehingga
sel-sel epitel mampu berfoliferasi.
3). Rujuk ke Rumah Sakit
Pada
Combustio dalam pasien harus segera di bawa ker Rumah Sakit yang memiliki unit Combustio
dan selama perjalanan pasien sudah terpasang infus.
4). Resusitasi
Pada
Combustio berat penanganannya sama seperti diatas . namun bila terjadi syok
segera di lakukan resusitasi ABC.
5). Pemberian obat-obatan
Pemberian
obat seperti antibiotic spectrum luas bertujuan untuk mencegah infeksi terhadap
pseudomonas yang dipakai adalah golongan aminoglikosida. untuk mengatasi nyeri
diberikan opiate dalam dosis rendah melalui intravena.
6). Nutrisi
Nutrisi
harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen
yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari
dengan kadar protein tinggi.
(R. Sjamsuhidajat. 2010;139)
I.
Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan
1). Wawancara
Tanyakan tentang :
§ Penyebab Combustio
(kimia, termal, listrik).
§ Waktu Combustio
(penting karena kebutuhan resusitasi cairan dihitung dari waktu cidera Combustio,
bahkan dari waktu tibanya Combustio, area terbuka tertutup).
§ Adanya masalah
– masalah medis yang menyertai.
§ Alergi
(khususnya sulfa) karena banyak antimikrobial kapital mengandung sulfa.
§ Tanggal
terakhir imunisasi tetanus.
§ Obat-obatan
yang digunakan bersamaan.
2). Pemeriksaan
fisik
Menurut Doengoes (2000, 804-806)
pengkajian ada Combustio meliputi :
a) Aktivitas/
Istirahat
Tanda :
Ø Penurunan
kekuatan, tahanan
Ø Keterbatasan
rentan gerak pada area yang sakit
Ø Gangguan masa
otot, perubahan tonus
b) Sirkulasi
Tanda (dengan cederaCombustio lebih
dari 20 % APTT)
Ø Hipotensi (
shock )
Ø Penurunan nadi
perifer distal pada ekstremitas yang cidera, vasokontriksi umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin ( Shock listrik)
Ø Takikardi (
Shock/ ansietas/ nyeri )
Ø Distritmia(
Shock listrik).
Ø Pembentukan
edema jaringan ( semua Combustio)
c) Integritas ego
Tanda : marah, ansietas, menangis,
ketergantungan, menyangkal, menarik diri.
Gejala : masalah tentang keluarga,
pekerjaan, keuangan, kecacatan
d) Eliminasi
Tanda :
Ø Haluaran urune
menurun/ tak ada selama fase darurat, warna mungkin hitam kemerahan bila
terjadi miogluobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam.
Ø Diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan kedalam sirkulasi)
Ø Penurunan
bising usus/ tak ada, khususnya pada Combustio kutaneus lebih besar dari 20 %
sebagai stress penurunan motilitas/ peristalticgastric
e) Makanan cairan
Tanda :
Ø Edema jaringan
umum
Ø Anoreksia,
mual/ muntah
f) Neurosensori
Tanda :
Ø Perubahan
orientasi, afek, perilaku
Ø Penurunan
refleks tendon dalam( RTD) pada cedera ekstremitas
Ø Aktifitas
kejang ( shock listrik)
Ø Laserasi
korneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan ( shock listrik)
Ø Ruptur membran
timpani ( shock listrik)
Ø Paralisis (
cidera listrik pada aliran ayaraf)
Gejala : area
bebas, kesemutan
g) Nyeri/
Kenyamanan
Gejala : Berbagai nyeri, contoh Combustio
derajat pertama secara ekstreme sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara
dan perubahan suhu, Combustio ketebalan sedang derajat dua sangat nyeri,
sementara respon pada Combustio derajat ke dua tergantung pada keutuhan ujung
syaraf, Combustio derajat tiga tidak nyeri
h) Pernafasan
Tanda :
Ø Serak, batuk
mengi, partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan dalam menelan sekresi oral,
dan sianosis, indikasi inhalasi
Ø Pengembangan
thoraks mungkin terbatas pada adanya Combustio lingkar dada
Ø Jalan nafas
atas stridor/ mengi (obstruksi sehubungan dengan laring spasme, edemalaringeal)
Ø Bunyi nafas :
gemericik ( edema paru), stridor ( edema laringeal) sekret jalan nafas dalam (
ronkhi)
Ø Gejala :
Terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama (kemungkinan cidera inhalasi)
i)
Keamanan
Tanda :
Ø Kulit : umum :
destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan
dengan proses trombus mikrovaskuler pada beberapa luka
Ø Area kulit tak
terbakar mingkin dingin atau lembab, pucat dengan pengisian kapiler lambat pada
adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan adanya kehilangan cairan atau
status shock
Ø Cidera api :
trerdapat area cidera campuran dalam, sehubungan dengan variase intensitas
panas yang dihasilkan bekuan terbakar, bulu hidung gosong, mukosa hdung dan
mulut kering, merah :lepuh pada faring posterior, edema lingkai mulut dan
lingkar nasal
Ø Cidera kimia :
tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab
Ø Kulit mungkin
coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit semak halus, lepuh, ulkus,
nekrosis atau jaringan paru tebal.
Cidera secara umum lebih dalam tampaknya
secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah
cidera
Ø Cidera listrik
: cidera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit dan bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/ keluar( eksplosif)
Combustio dar hgerakan aliran pada
proksimal tubuh tertutup dan Combustio termal berhubungan dengan pakaian
terbakar.
3). Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
yang mungkin timbul pada penderita Combustio adalah:
1. Nyeri b.d hipoksia jaringan, cedera
jaringan, serta saraf dan dampak emosional dari Combustio
2. Risiko tinggi infeksi b.d.
hilangannya barier kulit dan terganggunya respon imun.
3. Gangguan intergritas kulit b.d. Combustio
terbuka.
4. Risiko ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit b.d. peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat
evaporasi dari daerah Combustio.
5. Risiko bersihan jalan napas tidak
efektif b.d. edema dan efek dari inhalasi asap.
(Nanda. 2009;48)
4). Rencana Keperawatan
Diagnosa
I
Nyeri akut berhubungan dengan Combustio, kerusakan
jaringan.
|
||
Tujuan
|
:
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nyeri
berkurang.
|
Kriteria Hasil
|
:
|
a. Melaporkan
nyeri, frekuensi, dan lama nyeri.
b. Posisi tubuh
pasien melindungi nyeri.
c.
Tekanan darah, nadi, suhu dan
respirasi dalam batas normal.
|
Intervensi
|
:
|
|
1.
Kaji
nyeri dengan pendekatan PQRST.
Rasional: Parameter dasar untuk mengetahui sejauh mana
intervensi yang diperlukan dan sebagai evaluasi kberhasilan intervensi
manajement nyeri.
2.
Atur
posisi fisiologis.
Rasional: Meningkatkan asupan O2 ke jaringan yang mengalami
peradangan.
3.
Istirahatkan
klien.
Rasional: Meningkatkan suplai darah pada jaringan yang
mengalami peradangan.
4.
Ajarkan
teknik relaksasi pernapasan dalam.
Rasional: Menurunkan nyeri sekunder dari peradangan.
5.
Kolaborasi
dalam pemberian analgetik
Rasional : mengurangi nyeri
|
Diagnosa
II
Resiko tinggi
infeksi b.d hilangnya barier kulit dan tergangguanya respon imun.
|
||
Tujuan
|
:
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi, terjadi
perbaikan pada integritas jaringan lunak.
|
Kriteria Hasil
|
:
|
a. lesi Combustio mulai menutup pada
hari ke-7 minimal 0,5 cm tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan pada
area lesi.
b. Leukosit dalam batas norma TTV
dalam batas normal.
|
Intervensi
|
:
|
|
1.
Kaji
derajat, kondisi kedalaman, luasnya lesi Combustio, serta apakah adanya
advice dokter dalam perawatan luka.
Rasional:
Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang diharapkan.
2.
Lakukan
perawatan steril setiap hari
Rasional:
Menurunkan kontak kuman ke dalam lesi
3.
Pantau
ketat TTV ( respiratori, renal, atau
gastrointestinal)
Rasional:
Mampu mendeteksi dengan cepat mulainya suatu infeksi.
4.
Buat
kondisi balutan dalam keadaan bersih dan kering
Rasional:
Menghindari kontaminasi
5.
Kalaborasi
penggunaan antibiotic
Rasional:
Mencegah aktivasi yang masuk
|
Diagnosa
III
Gangguan integritas kulit b/d Combustio
terbuka.
|
||
Tujuan
|
:
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
integritas kulit membaik secara optimal.
|
Kriteria Hasil
|
:
|
Pertumbuhan
jaringan membaik dan lesi psoriasis berkurang.
|
Intervensi
|
:
|
|
1.
Kaji
kerusakan jaringan kulit yang terjadi pada klien.
Rasional: Data dasar untuk
memberikan informasi intervensi perawatan yang akan digunakan
2.
Lakukan
perawatan luka terbuka
Rasiomal: Kadang-kadang Combustio
dibiarkan terbuka agar terkena udara. Dengan tetap mempertahankan lingkungan
poasien tetap bersih dan tetap membatasi infeksi Combustio.
3.
Lakukan
komunikasi efektif
Rasional: komunikasi yang akbrab
dan kerja sama antar pasien menghasilkan perawatan luka yang optimal.
4.
Lakukan
perawatan luka tertutup.
Rasional: mencegah infeksi dan mempercepat proses
perbaikan kulit
|
Diagnosa
IV
Risiko ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit b.d. peningkatan, permeabili-tas kapiler dan kehilangan cairan
akibat evaporasi dari daerah Combustio.
|
||
Tujuan
|
:
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
tidak
terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
|
Kriteria Hasil
|
:
|
a. Pasien tidak mengeluh pusing, TTV
batas normal, kesadaran potimal, urine > 600ml/hari.
b. Keluhan diare, mual, muntah
berkurang.
c. Hasil lab: nilai elektrolit dan
analisis gas darah normal.
|
Intervensi
|
:
|
|
1. Identifikasi faktor penyebab,
spesifikasi luka, luas Combustio, kedalaman Combustio, dan riwayat penyakit
lain.
Rasional: Sebagai parameter dalam menentukan intervensi
kedaruratan.
2. Kaji status dehidrasi.
Rasional: Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan
sesuai dengan derajat dehidrasi dari individu.
3. Lakukan pemasangan IVFD
(intravenous fluid drops).
Rasional: Kompensasi awal hidrasi cairan di gunakan untuk
mencegah syok hipovolemik.
4. Kaji penurunan kadar peurunan
elektrolit
i.
Rasional:
Mendeteksi kondisi hiponatremi dan hipokalemi sekunder dari hilangnya
elektrolit dari plasma.
|
Diagnosa
V
Resiko
bersihan jalan napas tidak efektif b.d. edema dan efek dari inhalasi asap.
|
||
Tujuan
|
:
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
kebersihan jalan pasien tetap
optimal
|
Kriteria Hasil
|
:
|
a.
Jalan
napas bersih, tidak ada obstruksi
b.
Suara
napas normal tidak ada bunyi napas tambahan seperti stridor.
c.
Tidak
ada penggunaan otot bantu napas.
|
Intervensi
|
:
|
|
1. Kaji dan monitor jalan napas
Rasional: Deteksi awal untuk interprestasi selanjutnya.
2. Tempatkan pasien di bagian
resusitasi
Rasional: Memudahkan melakukan monitoring status
kardiorespirasi dan intervensi kedaruratan.
3.
Beri
oksigen 4 liter/menit dengan kanul atau sungkup
Rasional: Membantu meningkatkan paO2 di cairan
otak yang akan mempengaruhi pengaturab pernapasan,
4. Lakukan tindakkan kedaruratan
jalan napas agresif.
Rasional: Tindakkan ini termasuk membalikkan tubuh pasien,
mendorong pasien bernapas dalam, mengeluarkan timbunan sekret melalui
penghisapan trakea.
5. Atur Posisi semi fowler
Rasional: Pengaturan posisi tubuh pasien dapat mengurangi
kerja pernapasan, meningkatkan ekspansi dada yang maksimal, dan pemberian
oksigen yang dilembabkan dapat menurunkan stres metabolik dan oksigenasi jaringan
adekuat.
6. Bersihkan jalan napas dengan
suction bila kemampuan mengeluarkan sekret tidak efektif.
Rasional: Pernapasan menjadi adekuat bila jalan napas
bersih
7. Intruksikan pasien untuk napas
dalam dan batuk efektif
Rasional: Pernapasan diafragma dapat meningkatkan ekspansi
paru sehingga pasien dapat melakuan inspirasi maksimal. Batuk efektif
melonggarkan mukus.
8. Evaluasi dan monitor keberhasilan
intervensi bersihan jalan napas.
Rasional: Memantau status respirasi dan keberhasilan
bersihan jalan napas
|
BAB III
TINJAUAN
KASUS
A.
PENGKAJIAN
Ruang/RS : Rawat
Inap / RS H.A Djunaid
No Register : 01 57 792
Tanggal Masuk : 25 Juli 2015,
Tanggal Pengkajian : 27 Juli 2015, Pukul
Diagnosa Medis :
Combustio
I. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Ny. K
Umur : 20 tahun
Agama : Islam
Jenis
kelamin : Perempuan
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan :
Swasta
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Karangdadap
b. Identitas penangguang jawab
Nama :
Tn. T
Umur :
27 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dg klien : Kakak
Alamat : Karangdadap
II. Status kesehatan
a. Persepsi kesehatan/manajemen
kesehatan
1. Keluhan utama
Nyeri pada
luka bakar
2. Alasan masuk rumah sakit
Pada
tanggal 25 Agustus 2015 klien
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien
mengatakan baru pertama kali di rawat di rumah sakit, dan baru pertama
mengalami luka bakar seperti saat ini.
5. Riwayat kesehatan keluarga
a) Riwayat Penyakit
Klien
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti hipertensi, diabetes
mellitus dan tidak mempunyai penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B.
b) Genogram
Klien anak
ke dua dari tiga bersaudara, dan tinggal bersama kedua orang tua, kakak dan
adiknya.
6. Riwayat minum alkohol
Klien
mengatakan tidak pernah minum alkohol
7. Riwayat merokok
Klien
mengatakan tidak pernah merokok
8. Riwayat alergi
Klien
mengatakan tidak memiliki alergi pada makanan ataupun pada obat.
b. Nutrisi dan metabolic
|
|
Sebelum Sakit
|
Selama Sakit
|
M
A
K
A
N
|
Frekuensi
|
3x/hari
|
3x/hari
|
Jumlah
|
1 Porsi Makan
|
1 Porsi Makan
|
|
Jenis makanan
|
Nasi, lauk, sayur
|
Nasi, lauk, sayur
|
|
Keluhan
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
|
M
I
N
U
M
|
Frekuensi
|
3 – 6 x/hari
|
3 – 5 x/hari
|
Jumlah
|
± 600cc – 1200 cc
|
± 600cc – 1000 cc
|
|
Jenis minuman
|
Air Putih, Teh hangat
|
Air putih, teh hangat
|
|
Keluhan
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Masalah
keperawatan : *Tidak Ada*
c. Eliminasi
|
Sebelum Sakit
|
Selama Sakit
|
|
B
A
B
|
Frekuensi
|
1x/hari
|
1 x/hari
|
Konsistensi
|
Padat lunak
|
Padat lunak
|
|
Bau
|
Khas
|
Khas
|
|
Keluhan
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
|
B
A
K
|
Frekuensi
|
2 – 3 x/hari
|
2 – 3x/hari
|
Bau
|
Khas amoniak
|
Khas amoniak
|
|
Keluhan
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Masalah
keperawatan : *Tidak Ada*
d. Aktivitas
Jenis Aktivitas
|
Sebelum Sakit
|
Selama Sakit
|
Duduk
|
Mandiri
|
Mandiri
|
Berdiri
|
Mandiri
|
Mandiri
|
Berjalan
|
Mandiri
|
Mandiri
|
Toileting
|
Mandiri
|
Mandiri
|
Berpakaian
|
Dibantu orang lain
|
Dibantu orang lain
|
Personal hygiene
|
Dibantu orang lain
|
Dibantu orang lain
|
Masalah keperawatan : *Tidak Ada*
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
Klien
tidak mengalami gangguan tidur.
|
|
Sebelum Sakit
|
Selama Sakit
|
S
I
A
N
G
|
Frekuensi
|
|
|
Lamanya
|
|
|
|
Kualitas
|
|
|
|
M
A
L
A
M
|
Frekuensi
|
|
|
Lamanya
|
|
|
|
Kualitas
|
|
|
Masalah keperawatan :
f. Persepsi/kognitif
|
|
Masalah
Keperawatan :
|
|
g. Persepsi diri
|
|
Masalah
Keperawatan :
|
|
h. Hubungan sosial
|
|
Masalah
Keperawatan :
|
|
i. Seksualitas/reproduksi
|
|
Masalah
Keperawatan :
|
|
j. Mekanisme koping
|
|
Masalah
Keperawatan :
|
|
k. Spritual
|
|
Masalah
Keperawatan :
|
|
III. Pemeriksaan penunjang
a. Data umum kesehatan saat ini
1. Keadaan Umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda Vital
Tekanan
Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,9 0C
Pernapasan :
20 x/menit
b. Pemeriksaan Fisik head to toe
1.
Kepala
Ø Kepala dan rambut
Inspeksi
|
:
|
Rambut hitam bersih, tidak rontok,
tidak ada benjolan.
|
Palpasi
|
:
|
Kepala tidak oedem, dan tidak ada
nyeri tekan
|
Ø Mata
Inspeksi
|
:
|
Simetris kanan dan kiri, konjungtiva
tidak anemis
|
Ø Hidung
Inspeksi
|
:
|
Bersih tidak ada sekret. Tidak ada
nafas cuping hidung
|
Ø Mulut dan lidah
Inspeksi
|
:
|
Mukosa bibir lembab, lidah bersih
|
Ø Telinga
Inspeksi
|
:
|
Bersih, fungsi pendengaran baik
|
2.
Leher
Inspeksi
|
:
|
Bersih, tidak kemerah-merahan.
|
Palpasi
|
:
|
Tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid.
|
3.
Dada
Ø Paru – paru
Inspeksi
|
:
|
Simetris kanan dan kiri, tidak asfiksi.
|
Palpasi
|
:
|
Tidak ada odema
|
Auskultasi
|
:
|
Sonor
|
Ø Jantung
Inspeksi
|
:
|
Tampak ictus cordis
|
Palpasi
|
:
|
tidak ada odema, tidak ada nyeri tekan.
|
Auskultasi
|
:
|
Bunyi jantung lup dup
|
4.
Abdomen
Inspeksi
|
:
|
Bersih tidak ada luka.
|
Palpasi
|
:
|
Tidak ada nyeri tekan
|
Perkusi
|
:
|
Tympani
|
Auskultasi
|
:
|
Bising usus terdengar 5 – 10 detik. (normal)
|
5.
Genitalia
dan anus
Inspeksi
|
:
|
Keadaan bersih, anus tidak terdapat hemoroid.
|
6.
Kulit
Inspeksi
|
:
|
|
Palpasi
|
:
|
|
7. Ekstremitas atas
a) Dextra
Inspeksi
|
:
|
|
Palpasi
|
:
|
|
b) Sinistra
Inspeksi
|
:
|
|
Palpasi
|
:
|
|
8.
Ekstemitas
bawah
a)
Dextra
Inspeksi
|
:
|
|
Palpasi
|
:
|
|
b)
Sinistra
Inspeksi
|
:
|
|
Palpasi
|
:
|
|
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan
tanggal :
Jenis pemeriksaan
|
Hasil
|
Satuan
|
Nilai normal
|
a. Pemeriksaan darah rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Lekosit
Trombosit
Eritrosit
b. Index eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
CV
RDW
SD
PDW
MPV
PLCR
|
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
|
g/dl
%
10^3 /ul
10^3/ul
10^6/ul
Fl
pg
g/dl
%
fL
fL
fL
%
|
11,5 – 16,5
35,0 – 47,0
4,0 – 10,0
150 – 500
4,4 – 6,0
79,0 – 99,0
27,0 – 31,0
33,0 – 37,0
11,5 – 14,5
33 – 47
9 – 13
7,9 – 11,1
15,0 – 25,0
|
d. Terapi
Terapi
yang diberikan pada tanggal ……………..
·
.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien :
Ruang/No Reg :
Diagnosa Medis :
No
|
Tanggal
|
Data Fokus
|
Problem/Masalah
|
Etiologi
|
Diagnosa
Keperawatan
|
1.
|
|
|
|
|
|
2.
|
|
|
|
|
|
3.
|
|
|
|
|
|
C.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien :
Ruang/No Reg :
Diagnosa Medis :
No
|
Tanggal
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
dan Kriteria
hasil
|
Intervensi
|
Paraf
|
1.
|
|
|
|
|
|
2.
|
|
|
|
|
|
3.
|
|
|
|
|
|
D.
TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Klien :
Ruang/No Reg :
Diagnosa Medis :
Tanggal
|
Jam
|
Dx
|
Tindakan
Keperawatan
|
Respon Klien
|
Paraf
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
E.
EVALUASI
Nama Klien :
Ruang/No Reg :
Diagnosa Medis :
Tanggal
|
Jam
|
Dx
|
Evaluasi
|
Paraf
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta. Salemba
Medika
DR.
Sunita Almatsia, M.SC. 2004. Penuntun
Diet. PT Gramedia Pustaka Utama
Nanda,
2009. Pedoman Diagnosa Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006. At Glace Ilmu Bedah. Surabaya. Erlangga
R.
Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta. EGC
Sjamsuhidajat,
R & Wim de Jong. 2010.
Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, EGC,
Jakarta.
Smeltzer C.
Suzanne, Bare, Brenda. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC
No comments:
Post a Comment