MAKALAH
“MOLA HIDATIDOSA”
Disusun oleh
:
1. Dewi Aisyah
2. Khilda Sari
3. Maulida Safutri
4. Wada Rahma Iqbal
3 REGULER B
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di Indonesia masalah ibu dan anak
merupakan sasaran prioritas dalam pembangunan bidang kesehatan. Angka kematian
ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan derajat kesehatan suatu
bangsa, oleh sebab itu hal ini merupakan prioritas dalam upaya peningkatan
status kesehatan masyarakat yang utama di Negara kita. Upaya kesehatan
reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
hamil dan bersalin.
Angka kematian ibu dengan kehamilan
di Indonesia termasuk tinggi di Asia. Pada setiap 2 jam terdapat satu ibu yang
meninggal karena melahirkan. Propinsi penyumbang kasus kematian ibu dengan
kehamilan terbesar ialah Papua 730 per 100.000 kelahiran, Nusa Tenggara Barat
370 per 100.000 kelahiran, Maluku 340 per 100.000. (Warta Demografi, tahun 2000).
Dari data diatas meskipun ada
kecenderungan menurun, tapi angka kematian ibu (AKI) penduduk Indonesia masih
relatif tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2003. Tingginya
angka kematian ibu diantaranya disebabkan oleh beberapa faktor meliputi: perdarahan,
toxemia gravidarum, dan infeksi. Salah satu dari ketiga faktor tersebut adalah
perdarahan dan perdarahan dapat terjadi pada wanita dengan mola hidatidosa.
Mola Hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak (benigna) dari chorion penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta melanjutkan sel-sel trophoblastik terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor yang invasif, kemudian edema dan membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola hidatiosa bentuk komplet dan bentuk parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio dan ada jaringan embrio.
Mola Hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak (benigna) dari chorion penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta melanjutkan sel-sel trophoblastik terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor yang invasif, kemudian edema dan membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola hidatiosa bentuk komplet dan bentuk parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio dan ada jaringan embrio.
Melihat fenomena diatas maka kami
tertarik membahas makalah Dengan judul
“MOLA HIDATIDOSA”.
B.
Rumusan
Masalah
1.
apa pengertian dari mola hidatidosa
?
2.
apakah etiologi dari mola hidatidosa
?
3.
bagaimana patofisiologi dari mola
hidatidosa ?
4.
bagaimana tanda dan gejala dari mola
hidatidosa ?
5.
bagaimana penatalaksanaan pada klien
dengan mola hidatidosa
6.
bagaimana asuhan keperawatan pada
klien dengan mola hidatidosa ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian dari mola hidatidosa
2.
Mengetahui etiologi dari mola hidatidosa
3.
Mengetahui patofisiologi mola hidatidosa
4.
Mengetahui tanda dan gejala mola
hidatidosa
5.
Mengetahui penatalaksanaan dari mola
hidatidosa
6.
Mengetahui askep pada klien mola
hidatosa
D.
Manfaat
Setelah
membuat makalah mola hidatidosa ini, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan
memahami pengertian mola hidatidosa, etiologi mola hidatidosa, patofisiologi
mola hidatidosa, tanda dan gejala mola hidatidosa, komplikasi mola hidatidosa,
gambaran diagnostic mola hidatidosa, penatalaksanaan mola hidatidosa,
serta membuat dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan mola hidatidosa.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Mola hidatidosa adalah kehamilan
abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan
edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan
edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai
segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339)
Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot
korion (chorionic villi) yang tumbuh bergandang berupa gelembung-gelembung
kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata
ikan karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini
merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (benigna) (Mochtar, 2000).
B.
Etiologi
Penyebab
mola hidatidosa tidak
diketahui, faktor-faktor yang menyebabkannya antara
lain:
1. Faktor
ovum : Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tapi
terlambat dikeluarkan.
terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif
dari trofoblas
3. Keadaan
sosio ekonomi yang rendah
4. Paritas
tinggi
5. Kekurangan
protein
6. Infeksi
virus dan kromosom yang belum jelas
C.
Patofisiologi
Mola hidatidosa
dapat terbagi menjadi :
1.
Mola hidatidosa komplet (klasik),
jika tidak ditemukan janin
2.
Mola hidatidosa inkomplet
(parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang diajukan
untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :
Teori missed abortion. Mudigah mati
pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah
sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya
terbentuklah gelembung-gelembung.
Teori neoplasma dari Park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
Teori neoplasma dari Park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
Studi dari Hertig lebih menegaskan
lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai
degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke
lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus
menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama
pembentukan cairan.
(Silvia, Wilson, 2000 : 467)
(Silvia, Wilson, 2000 : 467)
D.
Tanda dan gejala
Gambaran klinik
yang biasanya timbul pada klien dengan mola hidatidosa adalah:
1.
Amenore dan tanda-tanda
kehamilanPerdarahan pervaginam berulang.
2.
Darah cenderung berwarna coklat.
Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
3.
Pembesaran uterus lebih besar dari
usia kehamilan.
4.
Tidak terabanya bagian janin pada
palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi
pusat atau lebih.
e.Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266)
e.Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266)
E.
Penatalaksanaan Medik
Penanganan yang
biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :
1.
Diagnosis dini akan menguntungkan
prognosis
2.
Pemeriksaan USG sangat membantu
diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat
dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada : Riwayat haid terakhir dan kehamilan
Perdarahan tidak teratur atau spotting Pembesaran abnormal uterus
Pelunakan serviks dan korpus uteri Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin, Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson
Perdarahan tidak teratur atau spotting Pembesaran abnormal uterus
Pelunakan serviks dan korpus uteri Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin, Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson
3.
Lakukan pengosongan jaringan mola
dengan segera
4.
Antisipasi komplikasi (krisis
tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)
5.
Lakukan pengamatan lanjut hingga
minimal 1 tahun.
Selain dari penanganan di atas,
masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan
mola hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara
proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl
atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif
terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus
secara tepat).
Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai
Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi
Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu
Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi
Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai
Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi
Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu
Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi
F.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN KELAINAN KEHAMILAN MOLA HIDATIDOSA
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pendekatan
sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat
diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu
dikaji adalah :
a. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
b. Riwayat
keperawatan
a)
Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
berulang
b)
Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus
haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
·
Riwayat pembedahan : Kaji
adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan ,
oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
·
Riwayat penyakit yang pernah
dialami : Kaji adanyaØ penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM ,
jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin ,
dan penyakit-penyakit lainnya.
·
Riwayat kesehatan keluarga :
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.
·
Riwayat kesehatan reproduksi :
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,
bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala
serta keluahan yang menyertainya
·
Riwayat kehamilan , persalinan
dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga
saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
·
Riwayat seksual : Kaji
mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluahn yang menyertainya.
·
Riwayat pemakaian obat : Kaji
riwayat pemakaian obat- obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
·
Pola aktivitas sehari-hari :
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
c) Pemeriksaan Fisik, meliputi :
·
Inspeksi : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa
tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan
fifik, dan seterusnya
·
Palpasi
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
·
Perkusi : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya
cairan , massa atau
konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
·
Auskultasi : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
d) Pemeriksaan laboratorium
Darah dan
urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga
berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB,ü apakah klien setuju,
apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
e) Data lain-lain : Kaji mengenai perawatan dan
pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.
f)
Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana polaü komunikasi dalam
keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang
digunakan.
g)
Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial
klien
h)
Data spiritual : Kaji tentang keyakina klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan
yang biasa dilakukan.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang
lazim muncul pada kasus ”mola hidatidosa” adalah :
1)
Nyeri berhubungan dengan
terputusnya kontinuitas
jaringan
2)
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan
3)
Gangguan pola tidur
berhubungan dengan adanya nyeri
4)
Gangguan rasa nyaman :
hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
5)
Kecemasan berhubungan dengan
perubahan status
kesehatan
6)
Risiko nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
7)
Risiko terjadi infeksi
berhubungan dengan tindakan
kuretase
8)
Risiko terjadinya gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1)
Nyeri berhubungan dengan
terputusnya kontinuitas
jaringan
Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang
Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria
Hasil : Klien mengatakan nyeri
berkurang/hilang
Ekspresi wajah tenang, TTV dalam batas normal
Ekspresi wajah tenang, TTV dalam batas normal
INTERVENSI :
a.
Kaji tingkat nyeri, lokasi dan
skala nyeri yang dirasakan klien
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat
b.
Observasi tanda-tanda vital
tiap 8 jam
Rasional : Perubahan tanda-tanda vital
terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang
dialami oleh klien
c.
Anjurkan klien untuk melakukan
teknik relaksasi
Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan
Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan
d.
Beri posisi yang
nyaman
Rasional : Posisi yang nyaman dapat
menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri
e.
Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Obat-obatan analgetik akan
memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan
2) Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri
Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri
Kriteria Hasil: Kebutuhan personal hygiene
terpenuhi Klien nampak rapi dan
bersih
Intervensi :
a.
Kaji kemampuan klien dalam
memenuhi rawat diri
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya
b.
Bantu klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari
Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat
Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat
c.
Anjurkan klien untuk melakukan
aktivitas sesuai kemampuannya
Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya
Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya
d.
Anjurkan keluarga klien untuk
selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien
Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan
klien yang tidak terpenuhi secara mandiri
3)
Gangguan pola tidur
berhubungan dengan adanya nyeri
Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu
Kriteria Hasil: Klien dapat tidur 7-8 jam per hari Konjungtiva tidak anemis
Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu
Kriteria Hasil: Klien dapat tidur 7-8 jam per hari Konjungtiva tidak anemis
Intervensi :
a.
Kaji pola
tidur
Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan
intervensi
selanjutnya
b.
Ciptakan lingkungan yang
nyaman dan tenang
Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk
beristirahat
c.
Anjurkan klien minum susu
hangat sebelum tidur
Rasional : Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur
Rasional : Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur
d.
Batasi jumlah penjaga
klien
Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat
dikurangi sehingga klien dapat beristirahat
e.
Berlakukan jam besuk
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk
beristirahat
f.
Kolaborasi dengan tim medis
pemberian obat tidur Diazepam
Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur
Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur
4)
Gangguan rasa nyaman :
hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas
Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas
Kriteria
Hasil : Tanda-tanda
vital dalam batas normal, Klien tidak
mengalami,komplikasi
Intervensi :
a.
Pantau suhu klien, perhatikan
menggigil/diaphoresis
Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat
membantu diagnos
b.
Pantau suhu
lingkungan
Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati
normal
c.
Anjurkan untuk minum air
hangat dalam jumlah yang
banyak
Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam
Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam
d.
Berikan kompres
hangat
Rasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu
tubuh
e.
Kolaborasi pemberian obat
antipiretik
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada
hypothalamus
5)
Kecemasan berhubungan dengan
perubahan status
kesehatan
Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang
Kriteria Hasil : Ekspresi wajah tenang
Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya
Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang
Kriteria Hasil : Ekspresi wajah tenang
Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya
Intervensi :
a.
Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien
b.
Beri kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan
Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan
c.
Dengarkan keluhan klien dengan
empati
Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan merasa
diperhatikan
d.
Jelaskan pada klien tentang
proses penyakit dan terapi yang diberikan
Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang
penyakitnya
e.
Beri dorongan
spiritual/support
Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat
berkurang
6)
Risiko nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
Tujuan : Klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil: Nafsu makan meningkat, Porsi makan dihabiskan
Tujuan : Klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil: Nafsu makan meningkat, Porsi makan dihabiskan
Intervensi :
a.
Kaji status nutrisi
klien
Rasional : Sebagai awal untuk menetapkan
rencana selanjutnya
b.
Anjurkan makan sedikit demi
sedikit tapi sering
Rasional : Makan sedikit demi sedikit tapi sering mampu membantu untuk meminimalkan
anoreksia
c.
Anjurkan untuk makan makanan
dalam keadaan hangat dan bervariasi
Rasional : Makanan yang hangat dan bervariasi dapat menbangkitkan nafsu makan
klien
d.
Timbang berat badan sesuai
indikasi
Rasional : Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi
e.
Tingkatkan kenyamanan
lingkungan termasuk sosialisasi saat makan, anjurkan
orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai
klien
Rasional : Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makanan
Rasional : Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makanan
7)
Risiko terjadi infeksi
berhubungan dengan tindakan
kuretase
Tujuan : Klien akan terbebas dari infeksi
Kriteria Hasil : Tidak tampak tanda-tandaü infeksi Vital sign dalam batas normal
Tujuan : Klien akan terbebas dari infeksi
Kriteria Hasil : Tidak tampak tanda-tandaü infeksi Vital sign dalam batas normal
Intervensi :
a.
Kaji adanya tanda-tanda
infeksi
Rasional : Mengetahui adanya gejala awal dari proses infeksi
Rasional : Mengetahui adanya gejala awal dari proses infeksi
b.
Observasi vital
sign
Rasional : Perubahan vital sign merupakan salah satu indikator dari terjadinya proses infeksi dalam tubuh
Rasional : Perubahan vital sign merupakan salah satu indikator dari terjadinya proses infeksi dalam tubuh
c.
Observasi daerah kulit yang
mengalami kerusakan (luka, garis jahitan), daerah yang terpasang alat invasif
(infus, kateter)
Rasional : Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan komplikasi selanjutnya
Rasional : Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan komplikasi selanjutnya
d.
Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemberian obat
antibiotic
Rasional : Anti biotik dapat menghambat pembentukan sel bakteri, sehingga proses infeksi tidak terjadi. Disamping itu antibiotik juga dapat langsung membunuh sel bakteri penyebab infeks.
Rasional : Anti biotik dapat menghambat pembentukan sel bakteri, sehingga proses infeksi tidak terjadi. Disamping itu antibiotik juga dapat langsung membunuh sel bakteri penyebab infeks.
8)
Risiko terjadinya gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan
Tujuan : Klien akan menunjukkan gangguan perfusi jaringan perifer tidak terjadi
Tujuan : Klien akan menunjukkan gangguan perfusi jaringan perifer tidak terjadi
Kriteria
Hasil : Hb dalam
batasü normal (12-14 g%), Turgor
kulit baik, Vital, sign dalam batas normal Tidak ada mual
muntah
Intervensi
a.
Awasi tanda-tanda vital, kaji
warna kulit/membran mukosa, dasar kuku
Rasional : Memberika informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu
menentukan intervensi selanjutnya
b.
Selidiki perubahan tingkat
kesadaran, keluhan pusing dan sakit kepala
Rasional : Perubahan dapat menunjukkan ketidak adekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan darah arterial
Rasional : Perubahan dapat menunjukkan ketidak adekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan darah arterial
c.
Kaji kulit terhadap dingin,
pucat, berkeringat, pegisian kapiler lambat dan nadi perifer
lemah
Rasional :Vasokonstriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi
dan dapat terjadi sebagai efek samping
vasopressin
d.
Berikan cairan intravena,
produk darah
Rasional : Menggantikan kehilangan daran, mempertahankan volume
sirkulasi
e.
Penatalaksanaan pemberian obat
antikoagulan tranexid 500 mg 3×1 tablet
Rasional : Obat anti kagulan berfungsi mempercepat terjadinya pembekuan darah / mengurangi perarahan
Rasional : Obat anti kagulan berfungsi mempercepat terjadinya pembekuan darah / mengurangi perarahan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mola Hidatidosa adalah kehamilan
abnormal yang merupakan jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh
bergandang berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan
sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan karena itu disebut juga hamil
anggur atau mata ikan. Tanda dan gejalanya berupa Amenore, Perdarahan
pervaginam berulang, Darah cenderung berwarna coklat, dan Pembesaran uterus
lebih besar dari usia kehamilan.
Penatalkasanaannya Segera lakukan
evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus
10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per
menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas
kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat).
B.
Saran
1.
Untuk Akademi
Diharapkan
kepada akademi agar dapat lebih memperbanyak buku-buku yang dapat menunjang
perkuliahan, khususnya mata kuliah Keperawatan Maternitas dan mata
kuliah lainnya.
2.
Untuk Mahasiswa /i
Untuk dapat
membaca dan memberikan masukan tentang makalah ini serta dapat mempergunakan
makalah ini sebagai bahan penunjang materi pembelajaran.
3.
Untuk pembaca
Agar dapat
membaca makalah dan menggunakan makalah ini sebagai bahan bacaan yang
bermanfaat bagi si pembaca dan juga yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan
keperawatan. EGC: Jakarta
Johnson & Taylor. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC: Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius: Jakarta
No comments:
Post a Comment