Saturday 15 November 2014

PENGKAJIAN FISIK DAN DIAGNOSTIK KARDIOVASKULER



MAKALAH
Pengkajian Sistem Kardiovaskuler



Disusun oleh:








POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang
Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler. Cardiac yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal ini mencakup sistem sirkulasi darah yang terdiri dari jantung  komponen darah dan pembuluh darah. Pusat peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung, yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis dan berulang 60-100x/menit. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung, ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena.
Dalam melakukan pengkajian dengan baik, maka diperlukan pemahaman, latihan dan ketrampilan mengenal tanda dan gejala yang ditampilkan oleh pasien. Proses ini dilaksanakan melalui interaksi perawatan dari klien, observasi, dan pengukuran.Pemeriksaan dalam keperawatan menggunakan pendekatan yang sama dengan pengkajian fisik kedokteran, yaitu dengan pendekatan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.Pengkajian fisik kedokteran dilakukan untuk menegakkan diagnosis yang berupa kepastian tentang penyakit apa yang diderita klien.pengkajian fisik keperawatan pada prinsipnya dikembangkan berdasarkan model keperawatan yang lebih difokuskan pada respon yang ditimbulkan akibat masalah kesehatan yang dialami. Pengkajian fisik keperawatan harus mencerminkan diagnosa fisik yang secara umum perawat dapat membuat perencanaan tindakan untuk mengatasinya. Untuk mendapatkan data yang akurat sebelum pemeriksaan fisik dilakukan pengkajian riwayat kesehatan, riwayat psikososial, sosek, dll. Hal ini memungkinkan pengkajian yang fokus dan tidak menimbulkan bias dalam mengambil kesimpulan terhadap masalah yang ditemukan.

B.   Tujuan penulisan
Makalah ini di buat penulis dengan  tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat memahami berkaitan dengan anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler.
C.   Manfaat penulisan
Makalah ini di buat oleh penulis agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik keperawatan yang di sebabkan oleh ketidakpahaman dalam anatomi fisiologi dalam sistem kardiovaskuler sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.















BAB II
PEMBAHASAN

Anamnesa
Riwayat kesehatan sekarang
Dalam mengumpulkan data riwayat kesehatan,perawat harus berfokus pada faktor resiko dan setiap tanda dan gejala penyakit kardiovaskuler.Riwayat juga mencakup perilaku pasien yang menyokong atau menyatakan kesehatan sistem kardiovaskuler.
Faktor-faktor resiko utama yang dapat meningkatkan kemungkinan pasien mengalami penyakit kardiovaskuler yaitu,keturunan,jenis kelamin,suku,umur,hipertensi,merokok,hiperlipidemia,dan diabetes melitus.Faktor yang lain adalah kegemukan,kurang bergerak,stress,dan diet.Keadaan seperti hipertropi ventrikuler,kontrasepsi oral,encok dan kondisi lingkungan juga merupakan faktor resiko.
Tanda-tanda dan gejala utama penyakit jantung meliputi nyeri dada(chest pain),dispnea(napas pendek),dengan atau tanpa batuk,sinkope (pusing),edema,palpitasi(perasaan tentang denyut jantung seperti ditumbuk,cepat dan melompat),lemah/lelah,dan sianosis.
Pernyataan yang diajukan kesehatan melalui dengan pengumpulan data pola sehat sakit yang meliputi status kesehatan sekarang,status kesehatan dahulu,status kesehatan keluarga, dan pertimbangan perkembangan.
a.       Status kesehatan sekarang
-          Apakah pasien mengalami nyeri dada.
-          Napas sesak.
-          Pusing sewaktu merubah posisi.
-          Bengkak pada kaki.
-          Detak jantung yang cepat dan melompat.
-          Mudah lelah.
-          Obat-obatan yang diminum khususnya yang mempengaruhi kerja jantung(misalnya anti depresan,antineoplastik,antipsikotik).
-          Apakah luka pada kaki tidak sembuh(disebabkan oleh kemunduran sirkulasi ke ekstremitas bawah).

b.      Status kesehatan dahulu
-          Apakah pasien lahir dengan cacat jantung bawaan.
-          Apakah pernah menderita demam reumatik.
-          Murmur jantung.
-          Tekanan darah tinggi.
-          Tinggi kolesterol.
-          DM,nyeri dada,napas pendek,pingsan bengkak pada kaki,palpitasi,bingung,lelah dan reaksi alergi.
c.       Status kesehatan keluarga
-          Anggota keluarga yang menderita gangguan jantung.
-          Meninggal tiba-tiba tanpa diketahui penyebabnya.
-          Tekanan darah tinggi.
-          Tinggi kolesterol atau diabetes melitus.
d.      Pertimbangan perkembangan.
-          Apakah anak mengalami pertumbuhan lambat
-          Masalah koordinasi.
-          Nampak biru sewaktu menangis.
-          Sering istirahat sewaktu bermain.
-          Kesulitan sewaktu makan atau sering mengalami infeksi tenggorokan.
Pada wanita hamil anjurkan pertanyaan.
-     Apakah ia mengalami gagal jantung(murmur jantung).
-     Sering pusing sewaktu mengubah posisi.
-     Tekanan darah tinggi,dan bengkak pada kaki.
e.       Pola pemeliharaan kesehatan
-          Kebiasaan pribadi(merokok,minumam beralkohol).
-          Pola tidur dan terjaga(jumlah tidur dan kelelahan).
-          Mendengkur,bangun untuk kencing sewaktu tidur,napas pendek).
-          Pola aktifitas dan olahraga(rutinitas,rencana latihan,perubahan jadwal/kemampuan olahraga,ikut kegiatan olahraga rekreasi).
-          Pola nutrisi(jenis makanan diet khusus,makanan berlemak,peningkatan BB).
-          Pola pemecahan masalah dan stress(penyebab stress dan cara mengatasinya).
f.       Pola peran kekerabatan
-          Perasaan pasien tentang kesehatannya.
-          Apakah masalah kesehatan yang dialami merubah pola hidupnya.
-          Peran dan tugas dirumah dan hubungan intim antara suami istri.





Dilihat dari persepsi keperawatan,maka perawat harus mampu mengumpulkan data riwayat kesehatan,mengkaji sirkulasi,denyut nadi arteri dan tekanan darah.pengkajian yanag lebih mendalam yang langsung pada jantung antara lain bunyi jantung,tekanan vena jugularis,ukuran jantung dan tanda-tanda tertentu misalnya bising jantung memerlukan keterampilan khusus.
Denyut nadi arteri menggambarkan perubahan tekanan pada ventrikel kiri jantung yang dapat diketahui dengan meraba denyut nadi karotis,brakhial,radial,femoral,popliteal,posterior tibial,dan dorsalis pedis.Dalam mengkaji denyut nadi arteri,jelaskan menurut kualitas,kecepatan dam kekuatan amplitudonya.
Kecepatan denyut nadi secara normal tergantung pada usia seseorang yang secara praktis diuraikan pada label dibawah:
Usia
Kecepatan
Irama
amplitudonya
Dibawah 1 bulan
Dibawah 1 tahun
2 tahun
6 tahun
10 tahun
14 tahun
Di atas 14 tahun

90 s/d 170
80 s/d 160
80 s/d 120
75 s/d 115
70 s/d 110
65 s/d 100
60 s/d 100
Teratur
Kuat mudah dipalpasi

Rata-rata tekanan darah tergantung pada usia seperti diuraikan pada label dibawah:
Nilai rata-rata tekanan darah:
Usia
Nilai rata-rata
Di bawah 1 tahun
2 tahun
4 tahun
6 tahun
10 tahun
Remaja
Dewasa
63(flush technique)
96/30
98/60
105/60
112/64
120/75
130/80







Pengukuran tekanan vena dapat dilakukan dengan mudah.tekanan vena meninggi biasanya didapatkan pada pasien dengan kegagalan jantung kongestif,temponade jantung atau obstruksi vena kava superior.untuk mengukur tekanan vena ini maka pasien diatur duduk dengan sudut 450.Apabila vena jugularis tetap datar dan terlihat di atas klavikula berati normal,tetapi bila tekana vena jugularis terlihat sekitar 3,5 cm diatas sudut sternal(tempat klavikula kanan dan kiri bertemu),berati tekanan vena jugularis meninggi.
Dalam melakukan pemeriksaan,perawat harus mampu mengamati posisi jantung dibawah sternum dan tulang rusuk,serta mengetahui batas-batas jantung.pada orang dewasa,sebagian besar jantung terletak di samping kiri sternum,dan sebagian kecil berada di samping kanan sternum.dasar jantung terletak di bagia atas dan apek jantung dibagian bawah.apek ventrikel kiri menyentuh dinding anterior dada dan sejajar pada garis midklavikula dan pada/dekat dengan spasium interkostalis ke-7.Titik dimana apek menyentuh dinding anterior dada dikenal sebagai Titik Implus Maksimal.
























Pemeriksaan fisik
1.      Inspeksi dan palpasi
Palpasi dilakukan secara sistematis mengikuti struktur anatomi jantung mulai dari area aorta,area pulmonal,area trikuspidalis,area apikal dan area epigastrik.Hasil palpasi dijelaskan mengenai lokasi yaitu pada spasi interkostale ke berapaa,jarak dari garis midsternal,midklavikula,dan garis aksilaris.
Cara kerja:
·         Bantu pasien mengatur posisi supinasi dan perawat pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien.
·         Tentukan lokasi sudut Louis dengan palpasi.sudut ini terlelak diantara manubrium dan badan sternum.Ini akan terasa seperti bagian dari sternum.
·         Pindah jari-jari kebawah ke arah tiap sisi sudut sehingga akan teraba spasium interkostalis ke-2.Area aorta terletak di spasium interkostalis ke-2 kanan dan area pulmonal terletak pada spasium interkostale ke-2 kiri.
·         Inspeksi kemudian palpasi area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada atau tidak adanya pulpasi.
·         Dari area pulmonal pindahkan jari-jari anda ke bawah sepanjang tiga spasi interkostale kiri menghadap ke sternum. Amati terhadap ada atau tidaknya pulsasi
·         Dari area trikuspidalis, pindah tangan anda secara lateral 5-7 cm ke garis midclavikularis kiri dimana akan ditemukan area apikal atau PMI (Point of Maximal Impulse)
·         Inspeksi dan palpasi pulsasi pada area apikal. Sekitar 50% orang dewasa akan memperlihatkan pulsasi apikal. Ukuran jantung dapat diketahui dengan mengamati lokasi pulsasi apikal. Apabila jantung membesar maka pulsasi ini bergeser secar lateral ke garis midklavikula.
·         Untuk mengetahui pulsasi aorta, lakukan inspeksi dan palpasi pada area epigastrik di dasar sternum
2.      Perkusi
Perkusi jantung dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar. Perkusi dilakukan dengan meletakkan jari tengah tangan kiri sebagai plesimeter atau landasan rapat-rapat pada dinding dada perkusi dapat dilakukan dari semua arah menuju letak jantung. Untuk menentukan batas sisi kanan dan kiri, perkusi dikerjakan dari arah samping ke tengah dada. Batas atas jantung dapat diketahui dengan perkusi dari atas ke bawah.
Batas kiri umumnya tidak lebih dari 4,7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada spasium intercostalis ke 4,5 dan 8. Perkusi dapat pula dilakukan dari arah sternum keluar dengan jari yang stasioner secara paralel pada spasium intercostalis sampai suara redup tidak terdengar. Ukurlah jarak garis midsternal dan tentukan dalam centimeter.
3.      Auskultasi
Bunyi ini dihasilkan oleh penutupan katup-katup jantung. Bunyi jantung pertama (S1) timbul akibat penutupan katup mitralis dan trikuspidalis. Bunyi jantung kedua (S2) timbul akibat penutupan katup aorta dan katup pulmonalis. Biasanya S1 terdengar lebih keras dari pada S2, namun nada S1 lebih rendah sedangkan pada S2 lebih tinggi. S1 dideskripsikan sebagai bunyi “lub” dan S2 sebagai “dup”. Jarak kedua bunyi adalah satu detik atau kurang.
Bunyi jantung kadang-kadang sulit di dengar karena dinding thorak terlalu tebal, jarak rongga anteroposterior terlalu besar atau karena kondisi-kondisi patologis tertentu. S1 terdengar lebih keras pada keadaan takikardia misalnya setelah olahraga, pada saat emosi, demam, anemia. S2 juga dapat terdengar lebih keras misalnya pada penderita hipertensi.
Periode yang berkaitan dengan bunyi jantung S1dan S2 adalah periode sistole dan periode diastole. Periode sistole adalah periode saat ventrikel berkontraksi, yang dimulai dari bunyi jantung pertama sampai bunyi jantung kedua. Diastole merupakan periode saat ventrikel relaksasi yang dimulai dari bunyi jantung kedua dan berakhir pada saat atau mendekati bunyi jantug pertama. Sistole biasanya lebih pendek dari diastole.
Secara normal tidak ada bunyi lain yang terdengar selama periode-periode di atas, tetapi pemeriksa yang sudah berpengalaman dapat mendengar berbagai bunyi tambahan (S3 dan S4) selama periode diastole. S3 dan S4 dapat didengar lebih jelas pada area apikal dengan menggunakan bagian sungkup (bell) stetoskop. S3 timbul pada awal diastole yang terdengar seperti “lub-dub-ee”. S3 normal terdengar pada anak-anak dan dewasa muda. Bila didapatkan pada orang dewasa maka dapat pertanda adanya kegagalan jantung. S4 jarang terdengar pada orang normal. Bila ada, ini terdengar saat mendekati akhir diastole sebelum bunyi jantung pertama, S1 dan dinyatakan kira-kira seperti”dee-lub-dub”(S4, S1, S2). S4 dapat sebagai tanda adanya hipertensi.
Auskultasi harus dilakukan pada area auskultasi utama dengan menggunakan stetoskop bagian diafragma kemudian dengan bagian bell (sungkup). Gunakan tekanan yang lembut sewaktu menggunakan bagian bell.
Lima area utama yang di gunakan untuk mendengarkan bunyi jantung adalah : katup aorta, pulmonalis, triskupid, apikal dan epigastrik. Cara kerja auskultasi bunyi jantung adalah sebagai berikut :
1.      Kaji ritme dan kecepatan jantung secara umum, perhatikan dan tentukan area auskultasi.
2.      Anjurkan pasien untuk pasien untuk bernafas secara normal dan kemudian tahan napas saat ekspirasi. Dengarkan S1 sambil melakukan palpasi nadi karotis. Bunyi S1 seirama dengan saat nadi karotis berdenyut. Perhatikan intensitas, adanya kelainan/ variasi, pengaruh respirasi, dan adanya spliting S1 (bunyi S1 ganda yang terjadi dalam waktu yang sangat berhimpitan).
3.      Konsentrasikan pada sistole, dengarkan secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan atau murmur S1 pada awal sistole.
4.      Konsentrasikan pada sistole yang merupakan inteval yang lebih panjang daripada sistole, perhatikan secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan atau murmur (Durasi sistole)
5.      Anjurkan pasien bernafas secara normal, dengarkan S2 secara seksama untuk mengetahui apakah ada spliting S2 saat inpirasi.
6.      Anjurkan pasien untuk menghembuskan dan menahan napas kemudian menghirup/inhalasi dan menahan. Dengarkan S2 untuk mengetahui apakah S2 menjadi bunyi tunggal.




























Pemeriksaan Penunjang     
 Pemeriksaan Penunjang :
a.       Elektrokardiogram (ECG atau EKG)
Alat diagnostik yang secara rutin digunakan untuk menilai fungsi listrik dan otot jantung.
b.      Echocardiography (ECHO)
Memberikan gambaran struktural anatomi jantung dan pembuluh darah besar, berperan dalam diagnosa berbagai kelainan jantung. Mendeteksi struktur anatomi katup-katup jantung (kekakuan, pembukaan / penutupan, tebalnya, geraknya, perlekatan ). Mengetahui ukuran ruang - ruang jantung. Menilai kemampuan gerak otot -otot dinding jantung akibat penyempitan pembuluh koroner. Menilai fungsi pompa dan pengembangan jantung. Melihat massa tumor seperti trombus, vegetasi atau adanya cairan di selaput jantung.
c.       CT Scan
Tomografi Jantung Terkomputerisasi (CT) scan adalah tes non-invasif yang memeriksa arteri jantung, pembuluh darah yang memasok darah beroksigen ke dinding jantung. Plak adalah kumpulan lemak dan substansi lainnya termasuk kalsium, yang dapat mempersempit  arteri atau bahkan menutup aliran darah ke jantung dari wktu ke waktu. Ini mungkin mengakibatkan nyeri dada atau serangan jantung. CT jantung adalah scan relative tidak nyeri yang memungkinkan dokter untuk mendapatkan informasi tentang lokasi dan jangkauan kalsifikasi plak pada arteri jantung dengan tingkat akurasi lebih tinggi.
d.      MRA (Magnetic Resonance Angiogram)
Teknik berdasarkan pada pencitraan resonansi magnetic ( MRI ) untuk pembuluh darah.


No comments:

Post a Comment