A. Pengertian
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagianØatau
seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri (Rustam Muchtar. Prof. Dr. MPH, Sinopsis
Obstetri, Jilid I, edisi 2 ; 1998).
Inversio uteri adalah suatu keadaan
dimana sebagian atas
uterus(fundus
uteri) memasuki kavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum
uteri.(PrawihardjoSarwono, Prof. Dr, Ilmu Kebidanan ; Jakarta)
Inversion
uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam kavum uteri,dapat secara
mendadak atau perlahan.kajadian ini biasanya disebabkan pada saat melakukan
persalinan plasenta secara crede,dengan otot rahim belum berkontraksi dengan
baik.inversio uteri memberikan rasa sakit yang dapat menimbulkan keadaan syok.
(dr.ida Bagus Gde manuaba,SpOG)
B. Pembagian
inversio uteri
1. Inversio uteri
ringan/ inversio uteri inkomplit : fundus uteri terbalik menonjol ke dalam
kavum uteri namun belum keluar dari ostium uteri
2. Inversio uteri
sedang /inversio uteri inkomplit :: terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
3. Inversio uteri
berat/ inversio prolaps : uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.
Pembagian
klasifikasi inversio uteri
|
Klasifikasi prolapsus uteri
-Tingkat I : Uterus turun dengan serviks paling rendah dalam introitus vagina
-Tingkat II: uterus sebagian besar keluar dari vagina
-Tingkat III : Uterus keluar seluruhnya dari vagina yang disertai dengan inversio vagina ( prosidensia uteri)
-Tingkat I : Uterus turun dengan serviks paling rendah dalam introitus vagina
-Tingkat II: uterus sebagian besar keluar dari vagina
-Tingkat III : Uterus keluar seluruhnya dari vagina yang disertai dengan inversio vagina ( prosidensia uteri)
C. Etiologi Inversio Uteri
Penyebab Inversio Uteri yaitu :
1. Spontan : grande multipara, atoni
uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan
dan batuk).
2. Tindakan : cara Crade yang
berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang dipaksakan, perlekatan
plasenta pada dinding rahim.
Faktor
yang mempermudah terjadinya inversio uteri :
1. Tunus otot rahim yang lemah
2. Tekanan atau tarikan pada fundus
(tekanan intraabdominal, tekanan dengan tangan, tarikan pada tali pusat)
3. Canalis servikalis yang longgar.
Akibat
traksi talipusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus uteri dan
dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan menyebabkan
inversio uteri
D. Tanda gejala inversio uteri
1. Gejala Klinis
Inversio Uteri:
a. Dijumpai pada kala III atau post
partum dengan gejala nyeri yang
hebat, perdarahan yang banyak sampai syok.Apalagi bila plasenta masih
melekat dansebagian sudah ada yang terlepas dandapat terjadi
strangulasi dan nekrosis.
b. Pemeriksaan dalam : ± Bila masih inkomplit maka pada daerahsimfisis
uterus teraba fundus utericekung ke
dalam. ± Bila komplit, di atas simfisis uterusteraba kosong dan dalam
vagina terabatumor lunak. ± Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).
2.
Tanda
dan gejala inversio uteri yang selalu ada
a.
Uterus terlihat
b.
Uterus
bisa terlihat sebagai tonjolan mengilat, merah lembayung di vagina
c.
Plasenta mungkin masih melekat (tampak tali
pusat)
d.
Perdarahan
3.
Tanda paling sering inversio uteri
Tanda paling sering inversio uteri adalah perdarahan, tetapi
cepatnya ibu mengalami kolaps dengan jumlah kehilangan darahnya
a. Syok berat
b. Nyeri
c. Nyeri abdomen bawah berat,
disebabkan oleh penarikan pada ovarium dan
peritoneum serta bias disertai rasa ingin defekasi
d. Lumen vagina terisi massa
4. Tanda dan gejala yang kadang –
kadang ada :
a. Syok neurogenik
b. Pucat dan limbung
E. Patologi
inversio uteri
Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan. Dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil danuterus akan terisi darah.
Dengan adanya persalinan yang sulit, menyebabkan kelemahan pada ligamentum-ligamentum, fasia endopelvik, otot-otot dan fasia dasar panggul karena peningkatan tekanan intra abdominal dan faktor usia. Karena serviks terletak diluar vagina akan menggeser celana dalam dan menjadi ulkus dekubiltus (borok). Dapat menjadi SISTOKEL karena kendornya fasia dinding depan vagina (mis : trauma obstetrik) sehingga kandung kemih terdorong ke belakang dan dinding depan vagian terdorong ke belakang. Dapat terjadi URETROKEL, karena uretra ikut dalam penurunan tersebut. Dapat terjadi REKTOKEL, karena kelemahan fasia di dinding belakang vagina, ok trauma obstetri atau lainnya, sehingga rektum turun ke depan dan menyebabkan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan. Dapat terjadi ENTEROKEL, karena suatu hemia dari kavum dauglasi yang isinya usus halus atau sigmoid dan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan. Sistokel, uretrokel, rektokel, enterokel dan kolpokel disebut prolaps vagina.Prolaps uteri sering diikuti prolaps vagina, tetapi prolaps vagina dapat berdiri sendiri
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masukIni adalah merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat ekstrem. Inversio Uteri terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai dari bentuk ekstrem berupa terbaliknya terus sehingga bagian dalam fundus uteri keluar melalui servik dan berada diluar seluruhnya ke dalam kavum uteri. Oleh karena servik mendapatkan pasokan darah yang sangat banyak maka inversio uteri yang total dapat menyebabkan renjatan vasovagal dan memicu terjadinya perdarahan pasca persalinan yang masif akibat atonia uteri yang menyertainya Inversio Uteri dapat terjadi pada kasus pertolongan persalinan kala III aktif . khususnya bila dilakukan tarikan talipusat terkendali pada saat masih belum ada kontraksi uterus dan keadaan ini termasuk klasifikasi tindakan iatrogenic
Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan. Dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil danuterus akan terisi darah.
Dengan adanya persalinan yang sulit, menyebabkan kelemahan pada ligamentum-ligamentum, fasia endopelvik, otot-otot dan fasia dasar panggul karena peningkatan tekanan intra abdominal dan faktor usia. Karena serviks terletak diluar vagina akan menggeser celana dalam dan menjadi ulkus dekubiltus (borok). Dapat menjadi SISTOKEL karena kendornya fasia dinding depan vagina (mis : trauma obstetrik) sehingga kandung kemih terdorong ke belakang dan dinding depan vagian terdorong ke belakang. Dapat terjadi URETROKEL, karena uretra ikut dalam penurunan tersebut. Dapat terjadi REKTOKEL, karena kelemahan fasia di dinding belakang vagina, ok trauma obstetri atau lainnya, sehingga rektum turun ke depan dan menyebabkan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan. Dapat terjadi ENTEROKEL, karena suatu hemia dari kavum dauglasi yang isinya usus halus atau sigmoid dan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan. Sistokel, uretrokel, rektokel, enterokel dan kolpokel disebut prolaps vagina.Prolaps uteri sering diikuti prolaps vagina, tetapi prolaps vagina dapat berdiri sendiri
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masukIni adalah merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat ekstrem. Inversio Uteri terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai dari bentuk ekstrem berupa terbaliknya terus sehingga bagian dalam fundus uteri keluar melalui servik dan berada diluar seluruhnya ke dalam kavum uteri. Oleh karena servik mendapatkan pasokan darah yang sangat banyak maka inversio uteri yang total dapat menyebabkan renjatan vasovagal dan memicu terjadinya perdarahan pasca persalinan yang masif akibat atonia uteri yang menyertainya Inversio Uteri dapat terjadi pada kasus pertolongan persalinan kala III aktif . khususnya bila dilakukan tarikan talipusat terkendali pada saat masih belum ada kontraksi uterus dan keadaan ini termasuk klasifikasi tindakan iatrogenic
F. Penatalaksanaan
inversio uteri :
Dalam memimpin persalinan harus dijaga kemungkinan timbulnya inversio uteri. Tarikan pada tali pusat sebelum plasenta benar-benar lepas, jangan dilakukan dan apabila melakukan prasat Crede harus diperhatikan syarat-syaratnya.
Apabila terdapat inversio uteri dengan gejala-gejala syok, maka harus diatasi lebih dulu dengan infuse i.v cairan elektrolit dan transfusi darah, segera sesudah itu dilakukan reposisi.
Dalam memimpin persalinan harus dijaga kemungkinan timbulnya inversio uteri. Tarikan pada tali pusat sebelum plasenta benar-benar lepas, jangan dilakukan dan apabila melakukan prasat Crede harus diperhatikan syarat-syaratnya.
Apabila terdapat inversio uteri dengan gejala-gejala syok, maka harus diatasi lebih dulu dengan infuse i.v cairan elektrolit dan transfusi darah, segera sesudah itu dilakukan reposisi.
Apabila
reposisi pervaginam gagal, sebaiknya dilakukan pembedahan menurut Haultein
(dikerjakan laparotomi, dinding belakang lingkaran konstriksi dibuka, sehingga
memungkinkan penyelenggaraan reposisi uterus sedikit demi sedikit, kemudian
luka di bawah uterus dijahit dan luka laparotomi ditutup).
G. Penatalaksanaan Gawat Darurat Inversio Uteri
H. Pencegahan
Inversi Sebelum Tindakan :
1. Koreksi Manual
a. Pasang sarung tangan DTT
b. Pegang uterus pada daerah insersi
tali pusat dan masukkan kembali melalui serviks.
c. Gunakan tangan lain untuk membantu menahan
uterus dari dinding abdomen.Jika plasenta masih belum terlepas,lakukan plasenta
manual setelah tindakan koreksi.masukkan bagian fundus uteri terlebih dahulu.
d. Jika koreksi manual tidak
berhasil,lakukan koreksi hidrostatik.
2. Koreksi Hidrostatik
a. Pasien dalam posisi trendelenburg
dengan kepala lebih rendah sekitar 50 cm dari perineum.
b. Siapkan sistem bilas yang sudah
desinfeksi,berupa selang 2 m berujung penyemprot berlubang lebar.
c. Selang disambung dengan tabung
berisi air hangat 2-5 l(atau NaCl atau infus lain) dan dipasang setinggi 2 m.
d. Identifikasi forniks posterior.
e. Pasang ujung selang douche pada
forniks posterior sampai menutup labia sekitar ujung selang dengan tangan.
f. Guyur air dengan leluasa agar
menekan uterus ke posisi semula.
- Koreksi Manual Dengan Anestesia Umum
- Koreksi Manual Dengan Anestesia Umum
g. Jika koreksi hidrostatik
gagal,upayakan reposisi dalam anastesia umum. Halotan merupakan pilihan untuk
relaksasi uterus.
3. Koreksi Kombinasi Abdominal – Vaginal
Kaji ulang indikasi
Kaji ulang indikasi
a. Kaji ulang prinsip dasar perawatan
operatif
b. Lakukan insisi dinding abdomen sampai
peritoneum,dan singkirkan usus dengan kasa.tampak uterus berupa lekukan.
c. Dengan jari tangan lakukan dilatasi
cincin konstriksi serviks.
d. Pasang tenakulum melelui cincin
serviks pada fundus.
e. Lakukan tarikan atau traksi ringan
pada fundus sementara asisten melakukan koreksi manual melalui vagina.
f. Jika tindakan traksi gagal,lakukan
insisi cincin kontriksi serviks di bagian belakang untuk menghindari resiko
cedera kandung kemih,ulang tindakan dilatasi,pemasangan tenakulum dan fraksi
fundus.
g. Jika koreksi berhasil,tutup dinding
abdomen setelah melakukan penjahitan hemostasis dan dipastikan tidak ada
perdarahan.
h. Jika ada infeksi ,pasang drain
karet.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
klien : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record, dll
2. Keluhan
utama : nyeri, perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, keluar keringat
dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.
3. Riwayat
kehamilan dan persalinan : riwayat hipertensi dalam kehamilan, multipara, anemia,
perdarahan saat hamil, persalinan dengan tindakan, induksi persalinan,
manipulasi kala II dan III.
4. Riwayat
kesehatan : kelainan darah dan hipertensi.
5. Pengkajian
fisik
·
Tanda vital
® Tekanan
darah : normal/turun
® Nadi
: normal/meningkat
® Pernafasan
: normal/meningkat
·
Suhu : normal/meningkat
·
Kesadaran : normal/turun
·
Fundus uteri/abdomen: teraba cekungan
mirip kawah
·
Kulit : dingin, berkeringat, kering,
hangat, pucat, CRT memanjang.
·
Pervaginaan : pemeriksaan dalam teraba
dinding fundus uteri, tampak uterus pada vagina, ada tidaknya
perdarahan,robekan.
·
Kandung kemih : distensi, produksi urin
menurun/berkurang.
B. Diagnose dan intervensi keperawatan
1. Gangguan
rasa aman: nyeri akut berhubungan denganinversio uteri
Intervensi
- Kaji
TTV klien
- Tentukan
skala nyeri klien
- Ajarkan
teknik relaksasi
- Tindakan
khusus: reposisi invertio, sambil melakukan massage internal sehingga kontraksi
berlangsung. Bila plasenta belum lepas, diikuti pelepasan plasenta scara
manual.
- Kolaborasi
dalam pemberian analgesik.
2. Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginaan.
Intervensi
- Kaji
tanda vital setiap 5-10menit.
- Catat
perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah.
- Kolaborasi
dalam pemberian terapi oksigen
- Kolaborasi
dalam pemberian transfusi darah
- Kolaborasi:
monitor kadar gas darah dan PH
3. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan perdarahan perviginam
Intervensi
- Monitor
tanda vital
- Monitor
intake dan output cairan setiap 5-10 menit
- Tidurkan
pasien dengan posisi kaki lebih tinggi
- Lakukan
massase uterus serta tangan lainnyadiletakkan diatas simpisis
- Batasi
pemeriksaan vagina dan rectum
- Kolaborasi
dalam pemberian cairan secara intravena
4. Cemas
berhubungan dengan perubahan keadaan/ancama kematian
Intervensi
- Kaji
respon psikologis klien terhadap perdarahan pasca persalinan
- Kaji
respon fisiologis klien (takikardia, takipnea, gemetar)
- Berikan
informasi tentang perawatan dan pengobatan
- Kaji
mekanisme koping yang digunakan klien
- Anjarkan
teknik relaksasi
- Berikan
dukungan serta sikap empati kepada klien
- Anjurkan
keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien
5. Resiko
tinggi infeksi berhunungan dengan perdarahan akibat insersio uteri
Intervensi
- Kaji
TTV
- Pantau
hasil laboratorium untuk melihat adanya tanda infeksi
- Pertahankan
teknik steril dalam setiap tindakan
- Perhatikan
kemungkinan infeksi di tempat lain : misalnya disaluran kemih
- Kolaborasi
dalam pemberian antibiotik
No comments:
Post a Comment