TUGAS GADAR
SOLUSIO
PLASENTA
Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah gadar maternitas
Dosen pembimbing :
Disusun Oleh :
Dedy Samsulhidayat
Joko Setyabudi
Muhamad Sayifullah
U’un Prapmaneta (P.17420313088)
3 Reguler B
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta /
ablasia placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya
di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum
janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan
pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari
implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan
yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih
berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu
perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada / tidak sebanding
dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang
menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya
karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah
keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam
keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan
pasti, tetapi pada kasus-kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit
hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh pre eklampsia. Faktor
lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah
tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat
beragam, sehingga sulit menegakkan diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus
solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur idopatik, sampai kemudian
terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertomi
uterus yang menetap.Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal
tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi.Solusio plasenta merupakan penyakit
kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan
ibu.Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang
lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya.Solusio plasenta
juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin dan
bayi baru lahir.
B. TUJUAN
a. Tujuan
umum
Untuk
mengetahui asuhan keparawatan pada ibu dengan Solusio plasenta
b. Tujuan
Khusus
a.
Untuk mengetahui pengertian Solusio plasenta
b.
Untuk mengetahui klasifikasi Solusio plasenta
c.
Untuk mengetahui etiologi Solusio plasenta
d.
Untuk mengetahui patofisiologi Solusio plasenta
e.
Untuk mengetahui manifiestasi klinis Solusio plasenta
f.
Untuk mengetahui komplikasi Solusio plasenta
g.
Untuk mengetahui penatalaksanaan Solusio plasenta
h.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan Solusio plasenta
C. MANFAAT
Manfaat dari
penyusunan makalah ini yaitu memberikan sedikit informasi kepada mahasiswa
tentang solusio plasenta sampai rujukan pasien dengan solusio plasenta.
BAB II
TINAJUAN TEORI
A.
PENGERTIAN
Solusio
plasenta (abrubtio plasenta) adalah lepasnya sebagian atau seluruh plasenta
dimana pada keadaan normal implantasinya diatas 22 minggu dan sebelum lahirnya
anak.Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang
letaknya normal pada fundus uteri/korpus uteri sebelum janin lahir (PB
POGI,1991).
Solusio
plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
uterus sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22 minggu atau
berat janin di atas 500 gr (Rustam 2002 )
Solusio
plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasinya pada korpus uteri
sebelum bayi lahir.dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan. Terlepasnya
plasenta dapat sebagian (parsialis),atau seluruhnya(totalis) atau hanya rupture
pada tepinya (rupture sinus marginalis) (dr.Handayo,dkk).
Jadi
definisi yang lengkap adalah : solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh
plasenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (menurut
buku obstetric patologi 2002).
B.
KLASIFIKASI
Klasifikasi dari solusio plasenta
adalah sebagai berikut:
1) Solusio
plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari tempat
perlengkatannya.
a. Solusio
plasenta totalis ( komplek ) : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat
perlengketannya.
b. Prolapsus
plasenta : kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah dan dapat teraba pada
pemeriksaan dalam.
2) Solusio
plasenta di bagi menurut tingkat gejala klinik yaitu :
a. Kelas
0 : asimptomatik
Diagnosis ditegakkan
secara retrospektif dengan menemukan hematoma atau daerah yang mengalami
pendesakan pada plasenta. Rupture sinus marginal juga dimasukkan dalam kategori
ini.
b. Kelas
1 : gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48 % kasus.
Solusio plasenta ringan
yaitu : rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang
tidak berdarah banyak,sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu atau janinnya.
Gejala : perdarahan
pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit sekali bahkan tidak
ada,perut terasa agak sakit terus-menerus agak tegang,tekanan darah dan denyut
jantung maternal normal,tidak ada koagulopati,dan tidak ditemukan tanda-tanda
fetal distress.
c. Kelas
II : gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus.
Solusio plasenta sedang
dalam hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya tetapi belum sampai dua
pertiga luas permukaannya.
Gejala : perdarahan
pervaginan yang berwarna kehitam-hitaman,perut mendadak sakit terus-menerus dan
tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam walaupun tampak
sedikit tapi kemungkinan lebih banyak perdarahan di dalam,didinding uterus
teraba terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian bagian janin sulit
diraba,apabila janin masih hidup bunyi jantung sukar di dengar dengan stetoskop
biasa harus dengan stetoskop ultrasonic,terdapat fetal distress,dan hipofibrinogenemi
(150 – 250 % mg/dl).
d. Kelas
III : gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus.
Solusio plasenta
berat,plasenta lebih dari dua pertiga permukaannya,terjadinya sangat tiba-tiba
biasanya ibu masuk syok dan janinnya telah meninggal.
Gejala : ibu telah masuk
dalam keadaan syok,dan kemungkinan janin telah meninggal,uterus sangat tegang
seperti papan dan sangat nyeri,perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai
dengan keadaan syok ibu,perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi
besar kemungkinan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan
ginjal,hipofibrinogenemi (< 150 mg/dl)
3) Berdasarkan
ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
a. Solusio
plasenta ringan
Perdarahan pervaginam
<100 -200 cc.
b. Solusio
plasenta sedang
Perdarahan pervaginam
> 200 cc,hipersensitifitas uterus atau peningkatan tonus,syok ringan,dapat
terjadi fetal distress.
c. Solusio
plasenta berat
Perdarahan pervaginam
luas > 500 ml,uterus tetanik,syok maternal sampai kematian janin dan
koagulopati.
4) Berdasarkan
ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
a. Solusio
plasenta yang nyata/tampak (revealed)
Terjadi perdarahan
pervaginam,gejala klinis sesuai dengan jumlah kehilangan darah,tidak terdapat
ketegangan uterus,atau hanya ringan.
b. Solusio
plasenta yang tersembunyi (concealed)
Tidak terdapat perdarahan
pervaginam,uterus tegang dan hipertonus,sering terjadi fetal distress berat.
Tipe ini sering di sebut perdarahan Retroplasental.
c. Solusio
plasenta tipe campuran (mixed)
Terjadi perdarahan baik
retroplasental atau pervaginam,uterus tetanik.
5) Berdasarkan
luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus
a. Solusio
plasenta ringan
Plasenta yang kurang
dari ¼ bagian plasenta yang terlepas.Perdarahan kurang dari 250 ml.
b. Solusio
plasenta sedang
Plasenta yang terlepas
¼ - ½ bagian. Perdarahan <1000 ml,uterus tegang,terdapat fetal distress
akibat insufisiensi uteroplasenta.
c. Solusio
plasenta berat
Plasenta yang terlepas
> ½ bagian,perdarahan>1000 ml,terdapat fetal distress sampai dengan
kematian janin,syok maternal serta koagulopati.
C.
ETIOLOGI
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum
diketahui dengan jelas. Meskipun demikian,beberapa hal di bawah ini di duga
merupakan factor-faktor yang berpengaruh pada kejadiannya,antara lain sebagai
berikut :
1) Hipertensi
esensial atau preeklampsi.
2) Tali
pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas.
3) Trauma
abdomen seperti terjatuh terkelungkup,tendangan anak yang sedang di gendong.
4) Tekanan
rahim yang membesar pada vena cava inferior.
5) Uterus
yang sangat kecil.
6) Umur
ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun
7) Ketuban
pecah sebelum waktunya.
8) Mioma
uteri.
9) Defisiensi
asam folat.
10) Merokok,alcohol,dan
kokain.
11) Perdarahan
retroplasenta.
12) Kekuatan
rahim ibu berkurang pada multiparitas.
13) Peredaran
darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada.
14) Pengecilan
yang tiba-tiba pada hidromnion dan gamely.
D.
PATOFISIOLOGI
Solusio
plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua basalis dan
terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat
berasal dari pembuluh darah miometrium atau plasenta, dengan
berkembangnya hematom subkhorionik terjadi penekanan dan perluasan pelepasan
plasenta dari dinding uterus.
Apabila
perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit mendesak jaringan
plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum terganggu, serta gejala dan tandanya
pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada
pemeriksaan plasenta didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan
bekuan darah lama yang berwarna kehitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus/tidak terkontrol
karena otot uterus yang meregang
oleh kehamilan tidak mampu berkontraksi untuk membantu dalam menghentikanperdarahan yang terjadi. Akibatnya hematom
subkhorionik akan menjadi bertambah besar, kemudian akan medesak plasenta
sehingga sebagian dan akhirnya
seluruh plasenta akan terlepas dari implantasinya di dinding uterus. Sebagian darah akan masuk ke bawah selaput
ketuban, dapat juga keluar melalui vagina, darah juga dapat menembus masuk ke
dalam kantong amnion, atau mengadakan ekstravasasi di antara otot-otot
miometrium.
Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat akanterjadi suatu kondisi uterus yang biasanya disebut dengan
istilah Uterus Couvelaire,dimana
pada kondisi ini dapat dilihat secara makroskopis seluruh permukaan uterus
terdapat bercak-bercak berwarna biru atau ungu. Uterus pada kondisi seperti ini (Uterus Couvelaire) akan terasa
sangat tegang, nyeri dan juga akan mengganggu
kontraktilitas (kemampuan berkontraksi) uterus yang sangat diperlukan pada saat
setelah bayi dilahirkan sebagai akibatnya akan terjadi perdarahan post partum
yang hebat.
Akibat
kerusakan miometrium dan bekuan retroplasenter adalah pelepasan tromboplastin
yang banyak ke dalam peredaran darah ibu, sehingga berakibatpembekuan intravaskuler dimana-mana yang akan
menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya ibu jatuh pada
keadaan hipofibrinogenemia. Pada keadaan hipofibrinogenemia ini
terjadi gangguan pembekuan darah yang tidak hanya di uterus, tetapi juga pada
alat-alat tubuh lainnya.
E. PATHWAYS
Sulistio plasenta
|
Perdarahan
Hematom
subkhronik
|
|||
Penekanan dan perluasan
Perdarahan Berkurang Mendesak
Plasenta
lahir
Cekungan
|
|||
Perdarahan terus menerus
Hematoma subkhronik
|
|||
Mendesak plasenta
Plasenta
lepas dari implantasi
F.
MANIFESTASI
KLINIS
Beberapa
gejala dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan
yang disertai nyeri.
b. Anemia
dan syok,beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya darah
yang keluar.
c. Rahim
keras seperti papan dan terasa nyeri saat dipegang karena isi rahim bertambah
dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus
en bois).
d. Palpasi
sulit dilakukan karena rahim keras.
e. Fundus
uteri makin lama makin baik.
f. Bunyi
jantung biasanya tidak ada.
g. Pada
toucher teraba ketuban yang teregang terus-menerus (karena isi rahim
bertambah).
h. Sering
terjadi proteinuria karena disertai preeklampsi.
G.
KOMPLIKASI
Komplikasi bisa terjadi
pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya dengan criteria :
a. Komplikasi pada ibu
1.
Perdarahan yang dapat menimbulkan :
variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok,perdarahan tidak sesuai
keadaan penderita anemis sampai syok,kesadaran bervariasi dari baik sampai
syok.
2.
Gangguan pembekuan darah : masuknya
trombosit ke dalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler
dan diserti hemolisis,terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen
dapat mengganggu pembekuan darah.
3.
Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan
glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang.
4.
Perdarahan postpartum : pada solusio
plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke otot rahim,sehingga
mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri,kegagalan
pembekuan darah menambah bertanya perdarahan.
5.
Koagulopati konsumtif,DIC: solusio plasenta
merupakan penyebab koagulopati konsumtif yang tersering pada kehamilan.
6.
Utero renal reflex
7.
Ruptur uteri
b. Komplikasi pada janin
1.
Asfiksia ringan sampai berat dan
kematian janin,karena perdarahan yang tertimbun dibelakang plasenta yang
mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah janin. Rintangan kejadian asfiksia
sampai kematian janin dalam rahim tergantung pada beberapa sebagian placenta
telah lepas dari implantasinya di fundus uteri.
2.
Kelainan susunan system saraf pusat
3.
Retardasi pertumbuhan
4.
Anemi
H.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Solutio Plasenta
a. Konservatif
·
Hanya untuk Solutio
plasenta derajat ringan dan janin masih belum cukup bulan, apalagi
jika janin telah meninggal.
·
Transfusi darah (1x24 jam) bila anemia (HB kurang dari 10,0%).
·
Apabila ketuban telah pecah, dipacu dengan Oksitosin 10 IU dalam
larutan Saline 500cc, kemudian ditunggu sampai lahir pervaginan.
·
Bila 1 botol tersebut belum lahir,ulangi dengan 1 botol lagi dan
ditunggu sampai lahir. Dengan langkah ini biasanya sebagian besar kasus dapat
diselesaikan dengan baik (90%), sedangkan bagi yang gagal dapat dilakukan SC
emergency.
b. Pengobatan
1) Umum
·
Pemberian darah yang cukup
·
Pemberian O2
·
Pemberian antibiotic
·
Pada syok yang berat diberi kortikosteroid dalam dosis tinggi.
2) Khusus
a. Terhadap hypofibrinogenaemi
·
Substansi dengan human fibrinogen 10 g atau darah segar.
·
Menghentikan fibrinolyse dengan trasylol ( proteinase inhibitor)
200.000 S i.v. selanjutnya kalau perlu 100.000 S/jam dalam infus.
b. Untuk merangsang
diurese : Mannit, Mannitol diurese yang baik lebih dari 30-40cc/jam.
Pada Solutio plasenta darah
dari tempat pelepasan, mencari jalan keluar antara selaput janin dan dinding
rahim dan pada akhirnya keluar dari serviks. Terjadilah pendarahan keluar atau
pendarahan nampak. Kadang darah tidak keluar tetapi berkumpul di belakang
plasenta membentuk hematom retroplasentair.pendarahan ini disebut pendarahan
kedalam atau pendarahan tersembunyi. Pendarahan juga dapat terjadi keluar
tetapi sebagian masuk kedalam ruang amion, terjadilah pendarahan keluar dan
tersembunyi
I.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1)
Pengkajian
a.
Identitas klien secara
lengkap
b.
Keluhan utama :
·
Pasien mengatakan
perdarahan yang disertai nyeri.
·
Rahim keras seperti papan
dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan yang berkumpul
dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.
·
Perdarahan yang
berulang-ulang.
c.
Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah
kehitaman karena membentuk gumpalan darah, darah yang keluar sedikit banyak,
terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya
biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali
pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion gameli) dll.
d.
Riwayat penyakit masa
lalu
Kemungkinan pasien pernah
menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali pusat pendek atau trauma
uterus.
e.
Riwayat psikologi
Pasien cemas karena
mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal dan
penyebabnya.
f.
Pemeriksaan fisik
1)
Keadaan umum
·
Kesadaran : composmetis
s/d apatis
·
Postur tubuh : biasanya
gemuk
·
Raut wajah : biasanya
pucat
2)
Tanda-tanda vital
·
Tensi : normal sampai
turun (syok)
·
Nadi : normal sampai
meningkat (> 90x/menit)
·
Suhu : normal / meningkat
(> 37o c)
·
RR : normal / meningkat
(> 24x/menit)
3)
Pemeriksaan cepalo caudal
·
Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak
mudah mengelupas rambut biasanya rontok / tidak rontok.
·
Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada
cloasma
·
Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung
·
Mata : conjunctiva anemis
·
Dada : bentuk dada normal, RR
meningkat, nafas cepat dan dangkal
·
Abdomen :
ü Inspeksi
: Perut besar (buncit), terlihat
etrio pada area perut, terlihat linea alba dan ligra
ü Palpasi
: Rahim keras, fundus uteri naik
ü Auskultasi : Tidak terdengar DJJ, tidak terdengar
gerakan janin.
ü Genetalia
:Hiperpregmentasi pada vagina,
vagina berdarah / keluar darah yang merah kehitaman, terdapat farises pada
kedua paha / femur.
ü Ekstimitas : Akral dingin, tonus otot menurun.
g.
Pemeriksaan Penunjang
v Darah
: Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.
v USG
untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin.
v Kardioktokgrafi
: untuk mengetahui kesejahteraan janin
2)
Diagnosa Keperawatan
a.
Gangguan perfusi jaringan
b.d. perdarahan ditandai dengan conjungtiva anemis, akral dingin, Hb
turun, muka pucat, dan lemas.
b.
Risiko tinggi terjadinya
letal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta berkurang.
c.
Nyeri akut b.d.
kontraksi uterus ditandai terjadi distress/ pengerasan uterus, nyeri tekan
uterus.
d.
Cemas b.d. kurang
terpapar informasi klien mengenai keadaan patologi yang dialaminya.
e.
Risiko terjadinya
shock hemoragik b.d. perdarahan
3)
Rencana Keperawatan
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Rencana keperawatan
|
Rasional
|
1.
|
Gangguan perfusi jaringan b.d.
perdarahan ditandai dengan conjungtiva anemis, akral dingin, Hb turun, muka
pucat, dan lemas.
|
Setelah diberikan
askep, diharapkan perfusi jaringan pasien adekuat, dengan kriteria hasil :
· Conjunctiva tidak anemis
· Akral hangat
· Hb normal
· Muka tidak pucat, dan pasien tidak lemas.
|
1.
Monitor
tanda tanda vital
2.
Observasi tingkat pendarahan setiap 15-20
menit
3.
Catat
intake dan output
4.
Kolaborasi
dalam pemberian terapi infuse isotonic
5.
Kolaborasi
dalam pemberian tranfusi darah apabila Hb rendah
|
1.
TD,
frekuensi nadi yang rendah, frekuensi RR dan suhu tubuh yang tinggi
menunjukkan gangguan sirkulasi darah
2.
Mengantisipasi
terjadinya shock
3.
Produksi
urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan penurunan fungsi ginjal
4.
Cairan
infus isotonic dapat mengganti volume darah yang hilang akibat pendarahan
5.
Tranfusi
darah dapat menggan volume darah yang hilang akibat pendarahan
|
2.
|
Risiko tinggi terjadinya letal distress
berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta berkurang .
|
Setelah diberikan askep, diharapkan tidak
terjadi fetal distress, dengan kriteria hasil:
· DJJ
normal/terdengar
· Adanya
pergerakan bayi
· Bayi
lahir selamat
|
1.
Jelaskan
risiko terjadinya distress janin/kematian janin pada ibu
2.
Observasi
perubahan frekuensi dan pola DJ janin
3.
Berikan
O2 10-12 liter dengan masker jika terjadi tanda-tanda fetal distress
|
1.
Memberikan
penjelasan mengenai risiko terjadinya distress janin pada klien membuat
klien kooperatif pada setiap tindakan yang akan diberikan
2.
Penurunan
frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen janin sehingga menyebabkan
perubahan frekuensi jantung janin
3.
Meningkatkan
supali oksigen janin
|
3.
|
Nyeri akut b.d. kontraksi uterus
ditandai terjadi distress/ pengerasan uterus, nyeri tekan uterus
|
Setelah diberikan askep, diharapkan klien
dapat beradaptasi dengan nyeri yang dideritanya, dengan kriteria hasil :
· Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
· Klien
kooperatif dengan tindakan yang diberika
|
1.
Jelaskan
penyebab nyeri pada klien
2.
Ajarkan
teknik relaksasi distraksi pernapasan
3.
Berikan
posisi yang nyaman (miring ke kiri / kanan)
4.
Berikan
teknik relaksasi massage pada perut dan punggung
5.
Libatkan
suami dan keluarga dalam tindakan pengontrolan nyeri
6.
Kolaborasi
dalam pemberian obat analgetik
|
1.
Memberikan
informasi mengani penyabab nyeri yang dideritanya akan membuat klien
kooperatif dengantindakan yang akan diberikan
2.
Teknik
relaksasi distraksi pernapasan dapat mendorong klien relaks dan memberikan
klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat nyeri
3.
Posisi
miring mencegah penekanan pada vena cava
4.
Meningkatkan
relaksasi dan meningkatkan kooping dan kontrol klien terhadap nyeri
5.
Melibatkan
suami dan keluarga dapat memberikan dukungan mental kepada klien
6.
Obat
analgetik dapat mengurangi nyeri yang dirasakan klien dengan memblok impuls
nyeri
|
4.
|
Cemas b.d. kurang terpapar informasi klien
mengenai keadaan patologi yang dialaminya
|
Setelah diberikan askep, diharapkan klien tidak cemas dan dapat mengerti tentang keadaannya, dengan kriteria hasil :
· Klien
melaporkan cemas berkurang
· Klien
tampak tenang dan tidak gelisah
|
1.
Anjurkan
klilen untuk mengemukakan hal-hal yang dicemaskan
2.
Beri
penjelasan tentang kondisi janin
3.
Beri
penjelasan tentang kondisi klien
4.
Anjurkan
keluarga untuk mendampingi dan memberi dukungan kepada klien
5.
Anjurkan
penggunaan/kontinuitas teknik pernapasan dan latihan relaksasi.
|
1.
Mengungkapkan
perasaan tentang hal-hal yang dicemaskan dapat mengurangi beban pikiran klien
2.
Mengurangi
kecemasan klien mengenai kondisi janinnya
3.
Mengurangi
kecemasan klien mengenai kondisinya
4.
Dukungan
keluarga dapat memberikan rasa aman kepada klien dan mengurangi kecemasan
klien
5.
Memberikan
perasaan rileks sehingga dapat menurunkan kecemasan klien
|
5
|
Risiko terjadinya shock hemoragik b.d. perdarahan
|
Setelah diberikan askep, diharapkan shock hipovolemik tidak terjadi, dengan kriteria hasil :
· Perdarahan berkurang
· TTV normal
· Kesadaran komposmentis
|
1.
Kaji
pendarahan setiap 15-30 menit
2.
Oservasi
TTV setiap 15 menit dan apabila TTV normal, observasi TTV dilakukan setiap 30
menit
3.
Awasi
adanya tanda-tanda syok, pucat, keringat dingin, dan kepala pusing.
4.
Kolaborasi
dalam pemberian terapi cairan
|
1.
Mengetahui
adanya gejala syok sedini mungkin.
2.
Mengetahui
kondisi klien dan untuk mengetahui adanya gejala syok sedini mungkin
3.
Mendeteksi
adanya gejala syok sedini mungkin
4.
Mempertahankan
volume cairan sehingga sirkulasi bisa adekuat
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
uraian di atas penulis dapat menyimpulkan :
1) Pada
solusio plasenta,darah dari tempat pelepasan
akan mencari jalan keluar antara selaput janin dan dinding rahim hingga
akhirnya keluar dari serviks hingga terjadilah perdarahan keluar atau
perdarahan terbuka.Terkadang darah tidak keluar,tetapi berkumpul di belakang
plasenta membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut
perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi.
2) Indikasi
section saesaria dapat dilihat dari sisi ibu dan /atau anak. Tindakan section
caesaria dipilih bila persalinan diperkirakan tidak akan berakhir dalam waktu
singkat (dengan dilatasi 3-4 cm kejadian solusio plasenta pada nulipara).
3) Sikap
paling utama dari bidan dalam menghadapi solusio plasenta adalah segera
melakukan rujukan ke rumah sakit.
B. Saran
Bagi
ibu yang mempunya hipertensi esensial atau preeklampsi.dan penyebab lain yang dapat memicu terjadinya
Solusio plasenta, harus dapat memperhatikan pencetus terjadinya Solusio
plasenta, dengan cara memperhatikan pencetus terjadinya Solusio plasenta.
DAFTAR
PUSTAKA
Fadlun,Feryanto,Achmad.2012. Asuhan
Kebidanan Patologis.Jakarta:Salemba Medika
Maryunani,Anik.2012. Asuhan
Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan.Jakarta :TIM
Yeyeh,Ai Rukiyah.2010.Asuhan
Kebidanan Patologi.Jakarta:Trans Info Media
Obstetric,William.Jakarta
terima kasih
ReplyDelete