BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengalami
pendarahan ketika hamil adalah masalah yang menakutkan sehingga menyebabkan
setengah wanita trauma untuk mengandung lagi. Karena kebimbangan masalah yang
sama akan terulang lagi. Sebab ini dapat membahayakan nyawa ibu dan anak dalam
kandungan. Biasanya pendarahan terjadi pada trimester ke 3 akibat kedudukan uri
yang abnormal yaitu terletak pada bagian bawah rahim sehingga menutup jalan
bukaan rahim/servik. Keadaan ini disebut plasenta previa. Plasenta akan
terbentuk saat wanita hamil. Plasenta ini berfungsi untuk mengirim oksigen dan
nutrisi dari ibu ke janin dimana plasenta ini akan keluar bersama bayi saat
dilahirkan.
Pada awal
kehamilan, plasenta terdapat pada bagian bawah rahim. Apabila janin besar,
biasanya plasenta akan berada di atas menjauhi pangkal rahim.
Isiden dari
plasenta previa sangat kecil, kira kira 0,5 % dari setiap 200 kehamilan. Tetapi
resikonya sangat tinggi karena pendarahan ini dapat menyebabkan ibu dan bayi
mengalami masalah kekurangan darah atau anemia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum
dari pembuatan makalah ini adalah agar setiap mahasiswa mampu memahami tentang
plasenta previa dan dapat memberikan perawatan yang sesuai dengan standar
asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus
dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Menjelaskan tentang pengertian, etiologi,
klasifikasi, tanda dan gejala, serta komplikasi tentang plasenta previa
b. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan
pada penderita plasenta previa
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Plasenta Previa adalah keadaan dimana plasenta mempunyai
letak abnormal yang rendah didalam uterus, normalnya plasenta memiliki letak
yang tinggi didalam uterus (Farrer. H 2001: 116)
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
(Sarwono 1994: 365)
Plasenta previa adalah yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim meliputi bagian servic yang terlibat pendataran dan pembukaan,
dengan demikian bias menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum
dan oleh karenanya bagian terdepan janin sering sekali terkendala memasuki
pintu atas panggul. (Dr. TMA Chalik: 129)
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan derajat abnormalitasnya,
plasenta previa dibagi:
1.
Plasenta previa totalis: Keseluruhan ostium internum
servik tertutup sama sekali.
2. Plasenta previa parsialis: Sebagian ostium
interenum servik tertutup sebagian.
3. Plasenta preevia marginalis: Tepi plasenta
terletak pada bagian pinggir ostium internum sevik.
4. Plasenta previa letak rendah: Implantasi
plasenta pada segmen uterus hingga letak tepi plasenta sangat dekat dengan
ostium internum servik.
C. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari placenta previa belum diketahui
sampai saat ini. Tetapi berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim
karena bekas luka operasi uterus, kehamilan molar, atau tumor yang menyebabkan
implantasi placenta jadi lebih rendah merupakan sebuah teori tentang penyebab
palcenta previa yang masuk akal.
Selain itu, kehamilan multiple / lebih dari satu yang
memerlukan permukaan yang lebih besar untuk implantasi placenta mungkin juga
menjadi salah satu penyebab terjadinya placenta previa. Dan juga pembuluh darah
yang sebelumnya mengalami perubahan yang mungkin mengurangi suplai darah pada
daerah itu, faktor predisposisi itu untuk implantasi rendah pada kehamilan berikutnya.
D.
PATOFISIOLOGI
Vaskularisasi yang berkurang atau
perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau mengakibatkan
aliran darah ke plasenta berkurang atau di perlukan lebih banyak suplai darah
pada kehamilan kembar. Pada kehamilan tua segmen bawah uterus melebar.
Pelebaran tidak dapat diikuti plasenta, sehingga terjadi pergeseran antara
permukaan plasenta dan tempat dimana plasenta melekat pada dinding rahim.
Pelebaran dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus menjadi robek karena ketidak
mampuan serabut otot segmen bawah uterus
E. TANDA DAN GEJALA
1.
Rasa tak sakit, perdarahan uteri, terutama pada
trimester ketiga.
2.
Jarang terjadi pada episode pertama kejadian yang
mengancam kehidupan atau menyebabkan syoc hipovolemik.
3.
Kira-kira 7% dari placenta previa tanpa gejala dan
merupakan suatu temuan yang kebetulan pada scan ultrasonic.
4.
Beberapa adalah jelmaan untuk pertama kali, saat uterin
bawah merentang dan tipis: saat sobek dan perdarahan terjadi dilokasi
implantasi bawah.
5.
Plasenta previa mungkin tidak menyebabkan perdarahan
hingga kelahiran mulai atau himgga terjadi dilatasi yang lengkap. Perdarahan
awal terjadi dan berlebih-lebihan pada total previa. Perdarahan yang merah
terang mungkin terjadi secara intermitten, terjadi pancaran atau lebih jarang,
mungkin juga berlanjut. Ini mungkin berawal saat wanita sedang istsrahat atau
tengah-tengah segala aktifitas. Kebetulan kejadian ini hamper tidak pernah
terjadi kecuali jika dilakukan pangkajian vaginal atau rectal memulai
perdarahan dengan kasar sebelum atau selama awal kehamilan.
6.
Sikap yang
tak terpengaruh pada plasenta previa adalah rasa sakit. Bagaimanapun
jika perdarahan yang pertama bersamaan dengan serangan kelahiran, wanita
mungkin mengalami rasa tak nyaman karena kontraksi uterus.
7.
Pengkajian perut jika fetus terletak longitudinal,
ketinggian fundus biasanya lebih besar dari yang diharapkan untuk umur
kehamilannya, kerena placenta menghalangi turunnya bagian-bagian janin.
8.
Manuver Leovod mungkin menampakkan fetus pada posisi
miring atau melintang karena abnormalitas lokasi implementasi placenta.
9.
Seperti kaidah, fetal distress atau kematian janin
terjadi anya jika bagian penting dari placenta previa terlepas dari desidua
basalis atau jika ibu menderita shock hypovolemik.
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi
rendah berbaring placnta tapi apakah placenta melapisi cervik tidak biasa
diungkapkan
2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan
lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit
menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di dalam batas normal.
4. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan
mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga
kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini
disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup
adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan
kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
5. Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan
placenta.
6. Amniocentesis
Jika 35 – 36 minggu kehamilan
tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk menaksir kematangan
paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau kehadiran
phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah
mature.
G. KOMPLIKASI
1. Pendarahan yang banyak
2. Kelahiran
sebelum waktunya
3. Kedudukan
bayi yang abnormal (sungsang atau melintang)
4. Terjadi
plasenta akreta (plasenta tertanam pada dinding rahim dan sukar di cabut) jika
terjadi keadaaan seperti ini perlu dilakukan pembedahan dan pembuangan rahim
untuk menyelamatkan nyawa ibu.
5. Terjadi
plasenta abruptio (plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum bayi di
lahirkan) ini menyebabkan kecacatan pada bayi akibat dari oksigen dan nutrisi
tidak dapat tersalurkan dari ibu ke janin.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a.
Keluhan Utama
Perdarahan pervagina berwarna merah segar tanpa
nyeri, tanpa sebab dan berulang terjadi pada kehamilan setelah 22 minggu
b.
Riwayat haid
Haid yang pertama, mulainya kapan, siklus lamanya,
banyaknya darah yang keluar, baunya keluhan saat haid.
c.
Riwayat
hamil dan persalinan lalu
Nilai GPA,
usia saat hamil, jarak kehamilan
2. Pemeriksaan fisik
a. TTV :
suhu, nasi, tekanan darah dan respirasi rate normal
b. Mata :
konjungtiva anemis karena perdarahan
c. Payudara :
hiperpigmentasi areola, kollostrum, putting susu
d. Abdomen :
1) Inspeksi :
jika presbo/prespek tidak terlihat adanya kelainan, kalau letak lintang
perkembangan perut ibu akan melintang
2) Palpasi
- Menentukan usia kehamilan
- Letak janin biasanya abnormal
- Bagian bawah janin biasanya belum masuk
PAP
- Uterus lembek dan tidak ada nyeri tekan
- Bagian terewndah janin tinggi
3) Auskultasi : mendengarkan
DJJ, biasanya DJJ masih terdengar
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan
- Resti infeksi b.d insisi luka operasi
- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d syok hipovolemik
- Resti fetal distress b.d terlepasnya placenta
C.
INTERVENSI KEPERAWATAN
- Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Rasa nyeri pasien
berkurang atau hilang
Kriteria Hasil : Klien tidak
gelisah, skala nyeri 1 – 2, tanda vital normal.
Intervensi :
a. Kaji karakristik, skala, lokasi,
intensitas, dan frekuensi nyeri.
b. Monitor tanda vital pasien.
c. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
d. Anjurkan tirah baring dengan posisi datar
berbaring.
e. Lakukan latihan nafas dalam
f. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
g. Kolaborasi dengan dokter pemberian
analgesik
- Resti infeksi b.d insisi luka operasi
Tujuan : Tidak terjadi
infeksi.
Kriteria Hasil: Limfosit dalam
batas normal, tanda vital normal dan tidak ditemukan tanda infeksi.
Intervensi :
a. Kaji lokasi dan luas luka.
b. Pantau jika terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, dan perubahan
fungsi).
c. Pantau tanda vital klien.
d. Kolaborasi pemberian antibiotik.
e. Ganti balut dengan prinsip steril.
f. Awasi pemeriksaan laboratorium (lekosit)
- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d syok hipovolemik
Tujuan : Membaiknya
keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kriteria Hasil : Cairan dan
elektrolit seimbang
Intervensi :
a. Monitor tanda vital.
b. Monitor urin meliputi warna hemates sesuai
indikasi.
c. Pertahankan pencatatan komulatif jumlah
dan tipe pemasukan cairan.
d. Monitor berat badan tiap hari.
e. Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht,
dan natrium urin).
f. Kolaborasi pemberian diuretik.
- Resti fetal distress b.d terlepasnya placenta
Tujuan : Tidak terjadi
distress janin
Intervensi :
a. Kaji DJJ, perhatikan frekuensi dan
regularitas. Biarkan pasien
memantau gerakan janin.
b. Kaji adanya kontraksi uterus preterm, yang
mungkin ataupun tidak disertai dengan dilatasi cervik
c. Pantau kemajuan persalinan dan kecepatan
turunnya janin
d. Siapkan klien atau tinjau ulang seri tes
USG
e. Siapkan dan bantu dengan terminasi
kehamilan dengan pervaginam atau SC sesuai dengan indikasi
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G.
2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC
Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Editor : Abdul Bari Saifudin, George
Adriaansz, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Djoko Waspodo. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2000
Doenges. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Dokumentasi Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
No comments:
Post a Comment