MAKALAH
Kehamilan
Ektopik Terganggu
Di
susun oleh:
1.
Diah
Rini Setyawati
2.
Kiki
Suryaningsih
3.
Mastini
Febiyanti
4.
Wiji
Astuti
3
Reguler B
POLTEKKES
KEMENKES SEMARANG
PRODI
DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
2015
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum.
Wr. Wb.
Segala
puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya,
sehingga makalah yang berjudul “KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU” ini telah selesai tepat pada waktunya. Guna
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas Semester 5.
Terimaksih
kami ucapkan kepada Ibu Hj. Hartati SKM M.Kes
selaku dosen pembimbing mata kuliah Gadar Maternitas. Dan juga pihak –
pihak lain yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami
sadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan.
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita dalam mengembangkan profesionalisme
keperawatan di Indonesia. Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum.
Wr. Wb.
Pekalongan, 5 November 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Kehamilan
ektopik
adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh
diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau
ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik
Terganggu.
Sebagian
besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula
dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit
radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian
alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan
ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan
tindakan aborsi.
Gejala
yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi.
Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut
dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif,
infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka
mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat
dan cepat.
Insiden
kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama pada
mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada
kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut
menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah
definisi dari kehamilan ektopik
terganggu ?
2. Apa saja klasifikasi kehamilan ektopik terganggu?
3. Apakah
etiologi terjadinya kehamilan etopik terganggu?
4. Bagaimana patofisiologi kehamilan ektopik terganggu?
5. Apa
saja manifestasi klinis kehamilan ektopik tergangggu?
6. Apa
saja komplikasi kehamilan ektopik
terganggu?
7. Bagaimana
penatalaksanaan kehamilan ektopik terganggu?
8. Apakah
pemeriksaan penunjang kehamilan ektopik
terganggu?
9. Bagaimana
pencegahan kehamilan ektopik terganggu?
10. Bagaimana
asuhan keperawatan keamilan ektopik
terganggu?
C. TUJUAN
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui definisi dari kehamilan ektopik terganggu.
2. Untuk
mengetahui klasifikasi kehamilan ektopik
terganggu
3. Untuk
mengetahui etiologi terjadinya kehamilan etopik terganggu
4. Untuk
mengetahui patofisiologi kehamilan ektopik terganggu
5. Untuk
mengetahui manifestasi klinis kehamilan ektopik tergangggu
6. Untuk
mengetahui komplikasi kehamilan ektopik terganggu
7. Untuk
mengetahui penatalaksanaan kehamilan ektopik terganggu
8. Untuk
mengetahui pemeriksaan penunjang kehamilan ektopik terganggu
9. Untuk
mengetahui pencegahan kehamilan ektopik terganggu
10. Untuk
mengetahui asuhan keperawatan keamilan ektopik terganggu
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi Kehamilan
Ektopik
Istilah
ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada
di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus
atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka
kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan
ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba
falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan
ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi
implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus
yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)
Kehamilan
ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba
fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan
ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal)
Kehamilan
ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yang normal
ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim
misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di
dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars
interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim.(Obstetri Patologi.
1984. FK UNPAD)
Kehamilan
ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium
kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)
Kehamilan ektopik
terganggu (KET)
adalah sebuah keadaan gawat darurat yang terjadi dimana dapat mengancam dan
membahayakan nyawa ibu dan perkembangan kehidupan janin. Kehamilan di luar
kandungan juga merupakan salah satu penyebab utama kematian sang ibu dan
umumnya terjadi pada trimester1.
Kehamilan diluar
kandungan memberi
peluang akar plasenta melekat pada saluran telur. Dengan demikian saluran telur
akan mengalami pendarahan kecil yang berulang-ulang kemudian embrio yang
melekat pada saluran telur tersebut akan lepas secara spontan (abortus
tuba). Hamil diluar rahim tidak akan dapat dipertahankan karena bila
embrio menempel pada saluran telur akan mengakibatkan saluran telur tersebut
bengkak dan pecah.
Berdasarkan tempat implantasinya kehamilan
ektopik :
1.
Pars interstisial tuba
2.
Pars ismika tuba
3.
Pars ampuralis tuba
4.
Kehamilan infundibulum tuba
5.
Kehamilan abdominal primer atau sekunder
B. Klasifikasi
Sarwono
Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain:
1.Tuba
Fallopii
a. Pars-interstisialis
b. Isthmus
c. Ampula
d. Infundibulum
e. Fimbrae
2.Uterus
a. Kanalis
servikalis
b. Divertikulum
c. Kornu
d. Tanduk
rudimenter
3.Ovarium
4.Intraligamenter
5.Abdominal
a. Primer
b. Sekunder
6.Kombinasi
kehamilan dalam dan luar uterus
C. Etiologi
Etiologi
kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya
menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik
terganggu:
1.Faktor
mekanis
Hal-hal
yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam kavum
uteri, antara lain:
a. Salpingitis,
terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan mukosa tuba
dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu. Berkurangnya
silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi hasil
zigot pada tuba falopii.
b. Adhesi
peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis, atau
endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen
c. Kelainan
pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan hipoplasi. Namun
ini jarang terjadi
d. Bekas
operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha untuk
memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
e. Tumor
yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada adneksia
f. Penggunaan
IUD
2.
Faktor Fungsional
a. Migrasi
eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang abnormal
b. Refluks
menstruasi
c. Berubahnya
motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan progesterone
3.Peningkatan
daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
4.Hal
lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
D. Patofisiologi
Tempat-tempat
implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi tersering, ismust,
fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen, serviks
dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba
maupun secara intercolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada
ujungatau sisi jonjot, endosalping yang relative sedikitmendapat suplai darah,
sehingga zigot mati dan kemudian di reabsorbsi.
Pada
implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot yang telah
bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua,
yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan
mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat
tersebut.
Selanjutnya,
hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di pengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan
banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti
kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami hipertropi akibat
pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan
seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometriumpun berubah menjadi
desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometriummenjadi
hipertropik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya
bervakuola. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella.
Karena tempat pada implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk
berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan akan
terkompromi.
Kemungkinan
yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :
a. Hasil
konsepsi mati dini dan direabsorbsi
b. Abortus
kedalam lumen tuba
c. Ruptur
dinding tuba.
E. Manifestasi Klinis
Gambaran
klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya ruptur.
Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan
per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang
dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu
dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
Selain
gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa
vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen
bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila
perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada
bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau
massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus
dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau
folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks
digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
Pada
umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut bagian
bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia
kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena
lembek.
Nyeri
merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas
tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok.
Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.
Amenorrhea
juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien
tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid
berikutnya.
F. Komplikasi
Komplikasi
kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis, diagnosis
yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis
secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus,
tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif,
syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi
yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan
organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain
itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
G. Penatalaksanaan
KET
merupakan keadaan gawat darurat dan memerlukan tindakan bedah. Karena itu
penderita yang tersangka KET harus segera dirujuk ke rumah sakit agar segera
mendapat pertolongan. Tindakan dilakukan di tingkat pelayanan dasar adalah
sebagai berikut :
a. Bila pasien dalam keadaan syok
1) Perbaiki keadaan umum, dengan memasang cairan infus ( Nacl 0,9, ringer laktat atau dekstrosa 5 % pada kedua sisi dengan tetesan cepat ( guyur ) bila mungkin lakukan tranfusi darah
2) Bila ada pasang oksigen dengan kecepatan 1-2 liter/menit
3) Bila tekanan darah sistolik sulit mencapai 90 mmHg, pasien tetap dirujuk disertai petugas yang mampu melakukan pertolongan dan mempertahankan keadaaan umum, menjaga cairan infus agar tetap. Lancar aliran dan memperhatikan tanda-tanda vital.
4) Siapkan keluarga pasien yang dapat mendampingi dan sekaligus menajdi calon donor darah, pasienj diminta puasa untuk mempersiapkan operasi.
b. Bila pasien tidak dalam keadaan syok
1) Pertahankankan keadaan umum pasien dengan pemberian cairan yang cukup
2) Siapkan surat rujukan dan segera rujuk ke rumah sakit yang mampu melakukan tindakan bedah
3) Selama dalam perjalanan didampingi oleh calon donor darah dari keluarga pasien di samping petugas yang dapat memantau pekembangan pasien dengan ketat ( TTV dan jumlah cairan yang masuk dan keluar ) pasien diminta puasa untuk persiapan operasi.
a. Bila pasien dalam keadaan syok
1) Perbaiki keadaan umum, dengan memasang cairan infus ( Nacl 0,9, ringer laktat atau dekstrosa 5 % pada kedua sisi dengan tetesan cepat ( guyur ) bila mungkin lakukan tranfusi darah
2) Bila ada pasang oksigen dengan kecepatan 1-2 liter/menit
3) Bila tekanan darah sistolik sulit mencapai 90 mmHg, pasien tetap dirujuk disertai petugas yang mampu melakukan pertolongan dan mempertahankan keadaaan umum, menjaga cairan infus agar tetap. Lancar aliran dan memperhatikan tanda-tanda vital.
4) Siapkan keluarga pasien yang dapat mendampingi dan sekaligus menajdi calon donor darah, pasienj diminta puasa untuk mempersiapkan operasi.
b. Bila pasien tidak dalam keadaan syok
1) Pertahankankan keadaan umum pasien dengan pemberian cairan yang cukup
2) Siapkan surat rujukan dan segera rujuk ke rumah sakit yang mampu melakukan tindakan bedah
3) Selama dalam perjalanan didampingi oleh calon donor darah dari keluarga pasien di samping petugas yang dapat memantau pekembangan pasien dengan ketat ( TTV dan jumlah cairan yang masuk dan keluar ) pasien diminta puasa untuk persiapan operasi.
Penanganan
kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam tindakan demikian ,
beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.
1. Kondisi
ibu pada saat itu.
2. Keinginan
ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Lokasi
kehamilan ektropik.
4. Kondisi
anatomis organ pelvis.
5. Kemampuan
teknik bedah mikro dokter.
6. Kemampuan
teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil
pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah kondisi ibu
buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada
kasus kehamilan ektropik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di
tangani dengan menggunakan kemoterapi untung menghindari tindakan pembedahan.
Karena
kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran
kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat
dilakukan melalui:
1. Obat-obatan
Dapat
diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan
adalah methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk
kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah
tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada
obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
Bila
diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan
:
1. Laparotomi :
eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi
longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan
keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
2. Laparoskop :
untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi superior
dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
Operasi
Laparoskopik : Salfingostomi
Bila
tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar β-hCG rendah
maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung gestasi dengan
harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi
methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
Syarat
pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
1.
Ukuran kantung kehamilan
2.
Keadaan umum baik (“hemodynamically
stabil”)
3.
Tindak lanjut (evaluasi) dapat
dilaksanakan dengan baik
Keberhasilan
pemberian methrotexate yang cukup baik bila :
1. Masa
tuba
2. Usia
kehamilan
3. Janin
mati
4. Kadar
β-hCG
Kontraindikasi
pemberian Methrotexate :
1. Laktasi
2. Status
Imunodefisiensi
3. Alkoholisme
4. Penyakit
ginjal dan hepar
5. Diskrasia
daraH
6. Penyakit
paru aktif
7. Ulkus
peptikum
Pasca
terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG
setiap minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan “second look operation”.
I. Pemeriksaan Penunjang
Kesukaran membuat
diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu demikian besarnya,
sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba atau rupture tuba
sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan ektopik yang belum
terganggu, maka penderita segera dirawat di rumah sakit. Alat bantu diagnostic
yang dapat digunakan ialah ultrasonografi, laparoskopi atau kuldoskopi.
Diagnosis kehamilan
ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak banyak mengalami kesukaran, tetapi
pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali. Untuk mempertajam diagnosis, maka
pada tiap wanita dalam masa reproduksi dengan keluhan nyeri pada perut bagian
bawah atau kelainan haid, kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan. Pada
umumnya dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan yang cermat diagnosis
dapat ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostic seperti
kuldosentesis, ultrasonografi dan laparoskopi masih diperlukan anamnesis. Haid
biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala
subyektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat
dinyatakan. Perdarahan per vaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu :
1.
Pemeriksaan umun : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada
perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis
tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
2.
Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin
ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba,
maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping
uterus dengan batas yang sukar ditemukan. Kavum Douglas yang menonjol dan
nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik,
sehingga menyukarkan perbedaan denga infeksi pelvik.
3.
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel
darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu,
terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis
tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan
hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam. Penghitungan leukosit secara berturut
menunjukkan adanya perdarahan bila leukositosis meningkat. Untuk membedakan
kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit.
Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang
terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi tes negative tidak
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil
konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human chorionic
gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negative.
4.
Kuldosentris : adalah suatu cara pemeriksaan untuk
mengetahui apakah kavum Douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu
membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Tekniknya :
a. Penderita dibaringkan
dalam posisi litotomi
b. Vulva dan vagina
dibersihkan dengan antiseptic
c. Speculum dipasang dan
bibir belakang porsio dijepit dengan cunam servik ; dengan traksi ke depan
sehingga forniks posterior tampak
d. Jarum spinal no 18
ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit 10 ml dilakukan
penghisapan
e. Bila pada penghisapan
ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan perhatikan apakah
darah yang dikeluarkan merupakan :
·
Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan
membeku; darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertususk
·
Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau
yang berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel
retrouterina.
·
Ultrasonografi : berguna dalam diagnostic kehamilan
ektopik. Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus
yang di dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat pada ± 5 %
kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini masih harus diyakini lagi
bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterine pada kasus uternus
bikornis.
·
Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic
terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic
yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam
dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum
Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin
mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk
melakukan laparotomi.
H. Pencegahan
Wanita
yang merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan
ektopik. Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Berhubungan
seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan
ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari
penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang
panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran
tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.
ASUHAN
KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK
A. Pengkajian
1.
Gadar
Airway: Kaji kepatenan jalan nafas dengan look,
listen, feel serta kaji suara nafas apakah snoring, gurgling, stridor, wheezing
atau ronchi.
Breathing : Kaji pola
nafas apakah bernafas spontan/tidak, nafas cepat/lambat. Kaji apakah ada sesak
nafas/tidak, gerakan dinding dada simetris/asimetris, pola nafas teratur/tidak,
auskultasi bunyi nafas normal/tidak, kaji frekuensi nafas serta penggunaan otot
bantu pernafasan.
Circulation : pada pasien KET tampak pucat, akral
dingin, tekanan darah mungkin menurun, nadi teraba cepat dan kecil, pasien
tampak meringis atau kesakitan karena nyeri
Disability : pada pasien
kemungkinan terjadi syncope, pasien tampak lemah.
2.
Anamnesis dan gejala klinis
a.
Riwayat terlambat haid
b.
Gejala dan tanda kehamilan muda
c.
Dapat ada atau tidak ada perdarahan per
vaginan
d.
Terdapat aminore
e.
Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri
bahu dan seluruh abdomen, terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
f.
Berat atau ringannya nyeri tergantung
pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
3. Pemeriksaan
fisik :
a. Inspeksi
·
Mulut : bibir pucat
·
Payudara :
hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
·
Abdomen : terdapat
pembesaran abdomen.
·
Genetalia : terdapat
perdarahan pervaginam
·
Ekstremitas : dingin
b. Palpasi
·
Abdomen :
uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri
tekan, perut teraba tegang, messa pada
adnexa.
·
Genetalia
: Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
c. Auskultasi
·
Abdomen
: bising usus (+),
DJJ (-)
d. Perkusi
·
Ekstremitas : reflek patella + / +
4. Pemeriksaan
fisik umum:
a. Pasien
tampak anemis dan sakit
b. Didapatkan
rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
c. Kesadaran
bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
d. Daerah
ujung (ekstremitas) dingin
e. Adanya
tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tanda-tanda
abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas
dinding abdomen.
f. Pemeriksa
nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
g. Pemeriksaan
abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat perabaan.
5. Pemeriksaan
khusus:
a. Nyeri
goyang pada pemeriksaan serviks
b. Kavum
douglas menonjol dan nyeri
c. Mungkin
tersa tumor di samping uterus
d. Pada
hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
e. Pemeriksaan
ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri
B. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan
diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Devisit
volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai
efek tindakan pembedahan.
2. Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan
untuk pengiriman nutrient ke sel.
3. Nyeri
yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.
C. Intervensi
keperawatan
1. Devisit
volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai
efek tindakan pembedahan.
Kriteria
hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang di buktikan
oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat,
serta frekuensi berat jenis urine adekuat.
No
|
Rencana
Inervensi
|
Rasional
|
1
|
Lakukan
pendekatan kepada pasien dan keluarga.
|
Pasien
dan keluarga lebih kooperatif
|
2
|
Berikan penjelasan mengenai kondisi
pasien saat ini
|
pasien
mengerti tentang keadaan dirinya dan lebih kooperatif terhadap tindakan.
|
3
|
Observasi
TTV dan observasi tanda akut abdoment.
|
parameter
deteksi dini adanya komplikasiyang terjadi.
|
4
|
Pantau
input dan output cairan
|
Untuk
mengetahui kesaimbangan cairan dalam tubuh
|
5
|
Pemeriksa
kadar Hb
|
mengetahui
kadar Hb klien sehubungan dengan perdarahan.
|
6
|
Lakukan
kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut.
|
melaksanakan
fungsi independent.
|
2. Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan
untuk pengiriman nutrient ke sel.
Kriteria
hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya: Tanda-tanda vital
stabil, membrane mukosa warna merah muda, pengisian kapilerbaik, haluaran urine
adekuat, wajah tidak pucat dan mental seperti biasa.
No
|
Tindakan
intervensi
|
Rasional
|
1
|
Awasi
tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
|
Memberikan
informasi tentang derajat/adekuat perfusi jaringan dan membantu menentukan
kebutuhan intervensi.
|
2
|
Catat
keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai
indikasi.
|
Vasokonstriksi
menurunkan sirkulasi perifer. Kenyamanan pasien/ kebutuhan rasa hangat harus
seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan.
|
3
|
Kolaborasi
dengan tim medis yang lain, awasi pemeriksaan lab: misalnya: HB/HT
|
Mengidentifikasi
defisiensi dan kebuutuhan pengobatan atau terhadap terapi.
|
3. Nyeri
yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.
Kriteria
hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam
batas normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang kesakitan.
No
|
Rencana
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
|
||
1
|
Tentukan
sifat, lokasi dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus hemoragi ataunyeri
tekan abdomen.
|
Membantu
dalam mendiagnosis dan menentukan tindakan yang akan dilakukan. Ketidak
nyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan dan molahidatiosa karena kontraksi
uterus yang mungkin diperberat oleh infuse oksitosin. Rupture kehamilan
ektropik mengakibatkan nyeri hebat, karena hemoragi tersembunyi saat tuba
falopi rupture ke dalam abdomen.
|
2
|
Kaji
steres psikologi ibu/pasangan dan respons emosional terhadap kejadian.
|
Ansietas
terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidak nyamanan karena syndrome
ketegangan, ketakutan, dan nyeri..
|
3
|
Berikan
lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri.
Instruksikan klien untuk menggunakan metode relaksasi, misalnya: napas dalam,
visualisasi distraksi, dan jelaskan prosedur.
|
Dapat
membantu dalam menurunkan tingkat asietas dan karenanya mereduksi
ketidaknyamanan.
|
Kolaborasi:
|
||
4
|
Berikannarkotik
atau sedative berikut obat-obat praoperatif bila prosedur pembedahan
diindikasikan.
|
Meningkatkan
kenyamanan, menurunkan komplikasi pembedahan
|
5
|
Siapkan
untuk prosedur bedah bila terdapat indikasi
|
Tingkatkan
terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri.
|
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Kehamilan
Ektopik Terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur
pada dinding tuba.
Etiologi
kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan
beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu,
yaitu:
·
Faktor mekanis
·
Faktor fungsional
·
Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba
terhadap ovum yang dibuahi.
·
Hal lain seperti; riwayat KET dan
riwayat abortus induksi sebelumnya.
Kalangan
usia yang rentan terhadap Kehamilan Ektopik Terganggu adalah antara 20-40 tahun
dengan umur rata-rata 30 tahun.
B.
Saran
Banyak
hambatan yang penulis dapatkan dalam pembuatan makalah ini akibat keterbatasan
ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis menyarankan agar kegiatan
seperti ini agar kiranya dapat slalu dilakukan untuk menambah ilmu dan
pengetahuan serta sebagai bahan aplikasi jika kelak mengambil profesi dan
terjun dimasyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian
obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : FK UNPAD
http://www.google.com/Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik
Terganggu di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Provinsi Riau Periode
1 Januari 2003-31 Desember 2005
http://www.medica store.com/kehamilanektopik,kehamilanluarkandungan/page:1-4.2013.
http://www.pusmaika’s.blogspot.com
Mansjoer
Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media Aesculapius FKUI
Prawirohardjo
S, Hanifa W.
2005. Gangguan Bersangkutan dengan
Konsepsi. Dalam: Ilmu Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono.
1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP
Sarwono.
2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP-SP
No comments:
Post a Comment