MAKALAH
MODIFIKASI
METODE KESEHATAN
Disusun
oleh:
Abdul
Gofur
Bagus
Al Wibowo
Dimas
Janu Pratama
Ika
Safitri
Kiki
Suryaningsih
Muhammad
Saifulah
Nurul
Febriana Hidayah
Silvia
Anggarwati
U’un
Prapamaneta
Wiwik
Nurhikmah
Bagas
Amirul Rizal
Kelas
: 2 Reguler B
POLTEKKES
KEMENKES SEMARANG
PRODI
DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Menurut
Depkesos (2000), promosi kesehatan adalah upaya pemberdayaan lingkungannya.
Memberdayakan adalah upaya untuk membangun daya atau mengembangkan kemandirian,
yang dilakukan dengan menimbulkan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta
dengan mengembangkan iklim yang mendukung kemandirian tersebut. Istilah dan
pengertian promosi kesehatan merupakan pengembangan dan rangkuman dari Pendidikan
kesehatan, penyuluhan kesehatan, komunikasi, informasi dan edukasi
Promosi
kesehatan adalah proses memberdayakan/memandirikan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan
dan kemampuan, serta pengembangan lingkungan sehat, (Dachroni dkk,2000). Promosi kesehatan juga merupakan
suatu proses yang mempunyai masukan (input)
dan keluaran (output). Suatu proses
promosi kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan, yakni perubahan
perilaku, dipengaruhi oleh bannyak faktor. Faktor tersebut, disamping faktor
masukannya sendiri juga faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidik
atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu/alat peraga pendidikan yang
dipakai.
B.
Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini
untuk memberikan gambaran mengenai alternati-alternatif untuk membuat rancangan
metode kesehatan.
C. Manfaat
Penulisan
Manfaat yang
dapat diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu memberikan
pandangan,wawasan,pengetahuan baru terkait dengan cara-cara modifikasi metode
kesehatan terutama bagi tenaga kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
METODE DAN MEDIA PPROMOSI KESEHATAN
A.
METODE PROMOSI KESEHATAN
Promosi
kesehatan pada hakikatnya ialah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan
kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka
diharapkan masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan
tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan
dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain, adanya promosi tersebut
diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran.
Promosi
kesehatan juga merupakan suatu proses yang mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Suatu proses promosi kesehatan
yang menuju tercapainya tujuan pendidikan, yakni perubahan perilaku,
dipengaruhi oleh bannyak faktor. Faktor tersebut, disamping faktor masukannya
sendiri juga faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidik atau petugas
yang melakukannya, dan alat-alat bantu/alat peraga pendidikan yang dipakai.
Agar mencapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus
bekerjasama secara harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk masukan (sasaran
pendidikan) tertentu harus menggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus
disesuaikan dengan sasaran. Demikian juga alat bantu pendidikan. Untuk sasaran
kelompok maka metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran
individual. Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan
sebagainya.
Dibawah ini diuraikan beberapa
metode pendidikan individual, kelompok, dan massa (public).
1.
Metode Pendidikan Individual atau Perorangan
Dalam
promosi kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual digunakan untuk
membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu
perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, membina seorang ibu yang baru saja
menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi
TT karena baru saja memperoleh atau mendengarkan penyuluhan kesehatan.
Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu
hamil tersebut segera minta imunisasi, adalah dengan pendekatan secara
perorangan. Perorangan disini tidak hanya berarti harus hanya kepada ibu-ibu
yang bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga ibu tersebut.
Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap
orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui
dengan tepat serta dapat membantunya maka perlu menggunakan metode (cara).
Bentuk pendekatan ini antara lain :
a. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance And Counceling)
Dengan cara ini
kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi
oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya,. Akhirnya klien tersebut
dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Wawancara (Interview)
Cara ini
sebenarnya mmerupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara
petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau
belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak menerima perubahan
untuuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu
penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2.
Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pendidikan
kelompok, perlu diingat besarnya kelompok, sasaran, serta tingkat pendidikan
formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan
kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya
sasaran pendidikan.
a.
Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini
adalah peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk
kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.
1)
Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan metode ceramah :
a) Persiapan
Ceramah akan berhasil apabila penceramah
menguasai materi yang aka disampaikan untuk itu penceramah harus mempersiapkan
diri dengan :
Ø Mempelajari materi dengan
sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema.
Ø Mempersiapkan alat-alat bantu
pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan
sebagainya.
b) Pelaksanaan
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan
ceramah adalah apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah.
Untuk itu penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
Ø Sikap dan penampilan yang
meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah.
Ø Suara hendaknya cukup keras dan
jelas.
Ø Pandangan hatrus tertuju ke seluruh peserta
ceramah.
Ø Berdiri di depan (dipertengahan.
Ttidak boleh duduk.
Ø Menggunakan alat-alat bantu lihat
(AVA) semaksimal mungkin.
2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran
kelompok besar dengan pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu
penyajian (presentasi) dari suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik
yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok
Kecil
Apabila
peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil.
Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain :
1.)
Diskusi Kelompok
Agar semua anggota kelompok dapat
bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para peserta diatur
sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang
satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pemimpin
diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang
lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa berada dalam taraf yang
sama, sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/ keterbukaan untuk
mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin
diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa
pertanyaan-pertanyaan atau kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar
terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengatur dan
mengarahkan jalannya diskusi sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara
dan tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
2.)
Curah Pendapat (Brain
Storming)
Metode ini merupakan modifikasi
metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok.
Bedanya pada permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan
kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (curah pendapat).
Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart
atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh
diberikan komentar oleh siapapun. Harus setelah semua mengelurakan pendapatnya,
tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
3) Bola Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang)
kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5
menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi 1. Mereka tetap mendiskusikan
masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap-tiap pasang yang
sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan
demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
4) Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang kemudian diberi suatu
permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain. Masing-masing
kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya hasil dari tiap kelompok
didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
5) Memainkan Peranan (Role Play)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok diunjuk sebagai
pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas,
sebagai perawat, atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain
sebagai pasien atau anggota masyarakat.Mereka memperagakan, misalnya bagaimana
komunikasi/interaksi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
6) Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan
diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk
permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain
monopoli dan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah) selain beberan atau papan
main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi berperan sebagai
narasumber.
3.
Metode Pendidikan Massa
Metode pendidikan (pendekatan massa) cocok untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Oleh
karena sasaran pendidikan ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan
golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat
pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan
harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh masa tersebut.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap
suatu inovasi awarenss, dan belum
begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan tingkah laku. Namun demikian,
bila kemudian dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupaka hal
yang wajar. Pada umumnya, bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung.
Biasanya dengan menggunakan atau melalui media massa. Berikut ini akan
dijelaskan beberapa contoh metode yang cocok untuk pendekatan massa.
a. Ceramah umum (public speaking)
Pada cara-cara tertentu, misalnya
pada hari kesehatan nasional, menteri kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya
berpidato dihadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.
b. Pidato-pidato/diskusi
tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio, pada
hakikatnya merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
c.
Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan disuatu media massa
adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa contoh : Praktik
Dokter Herman Susilo di televisi pada tahun 1980-an.
d.
Sinetron Dokter Sartika dalam acara TV pada tahun 1990-an juga merupakan
pendekatan pendidikan kesehatan massa.
e. Tulisan-tulisan
dimajalah atau Koran, baik dalam bentuk artikel maupaun Tanya jawab/ konsultasi
tentang kesehatan dan penyakit juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan
kesehatan massa.
f. Billboard,
yang dipasang dipinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga merupakan
bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard Ayo ke Posyandu.
B.
ALAT BANTU/PERAGA/MEDIA PROMOSI KESEHATAN
1. Pengertian
Yang dimaksid alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang
digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran.
Alat bantu ini lebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk
membantu dan memperagakan sesuatu di dalam suatu proses pendidikan/pengajaran.
Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa
pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca
indra. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak
dan semakin jelas pula pengertian /pengetahuan yyang diperoleh. Dengan
perkataan lain alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indra sebanyak
mungkin kepada suatu objek, sehingga mempermudah pemahaman. Seseorang atau
masyarakat di dalam proses pendidikan dapat memperoleh pengalaman/pengetahuan
melalui berbagai macam alat bantu pendidikan. Tetapi masing-masing alat
mempunyai intensitas yang berbeda-beda di dalam membantu permasalahan
seseorang.
Edgar Dale membagi alat peraga
tersebut menjadi 11 macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas
tiap-tiap alat tersebut dalam sebuah kerucut.
1. Tulisan
2.
Kata- kata
3.
Rekaman, radio
4.
Film
5.
Televise
6.
Pameran
7.
Field trip
8.
Demonstrasi
9.
Sandiwara
10. Benda tiruan
11. Benda
asli
Dari kericut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang
paling dasar adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini
berarti bahwa dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang
lebih tinggi untuk mempersepsikan bahan pendidikan atau pengajaran. Sedangkan
penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektiv atau
intensitasnya paling rendah. Jelas bahwa penggunaan alat peraga merupakan
pengamalan salah satu prinsip proses pendidikan.
Dalam rangka promos kesehatan, masyarakat sebagai consumer
juga dapat dilibatkan dalam pembuatan alat peraga (alat bantu pendidikan). Untuk
itu peran petugas kesehatan bukan hanya membimbing dan membina, dalam hal
kesehatan mereka sendiri, tetapi juga memotivasi mereka sehingga meneruskan
informasi kesehatan kepada anggota masyarakat yang lain.
Alat peraga akan sangat membantu di dalam melakukan
penyuluhan agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas, dan
masyarakat sasaran dapat menerima pesan tersebut dengan jelas dan tepat pula.
Dengan alat peraga orang dapat llebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap
rumit, sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi
kehidupan.
2. Faedah Alat Bantu
Promosi (Pendidikan)
Secara
terperinci, faedah alat peraga antara lain adalah sebagai berikut :
a. Menimbulkan minat sasaran
pendidikan.
b. Mencapai sasaran yang lebih banyak.
c. Membantu dalam mengatasi banyak
hambatan dalam pemahaman.
d. Merangsang sasaran pendidikan untuk
meneruskan pesan-pesan yang diteima kepada orang lain.
e. Mempermudah penyampaian bahan
pendidikan atau informasi oleh para pendidik atau pelaku pendidikan.
f. Mempermudah penerima informasi oleh
sasaran pendidikan. Seperti diuraikan di atas bahwa pengetahuan yang ada pada
seseorang diterima melalui indra. Menurut penelitian para ahli, indra yang
paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih
75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui mata.
Sedangkan 13% samapi 25% lainnya tersalur melalui indra yang lain. Dari sini
dapat disimpulkan bahawa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian
dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan.
g. Mendorong keinginan orang untuk
mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang
lebih baik. Orang yang melihat sesuatu yang memang diperlukan tentu akan
menarik perhatiannya, dan apa yang dilihat dengan penuh perhatian akan
memberikan pengertian baru baginya, yang merupakan pendorong untuk
melakukan/melakukan sesuatu yang baru tersebut.
h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
Di dalam menerima sesuatu yang baru, manusia mempunyai kecenderungan untuk
melupakan atau lupa terhadap pengertian yang telah diterima. Untuk mengatasi
hal ini alat bantu akan membantu menegakkan pengetahuan-pengetahuan yang telah
diterima sehingga apa yang telah diterima akan lebih lama tersimpan di dalam
ingatan.
3. Macam-macam
Alat Bantu Promosi (Pendidikan)
Pada garis besarnya hanya ada 3 vmacam
alat bantu pendidikan (alat peraga).
a. Alat bantu lihat (visual aids) yang
berguna dalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu
terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :
1) Alat yang diproyeksikan, misalnya
slide, film, film strip, dan sebagainya
2) Alat-alat yang
tidak diproyeksikan :
-
2 dimensi, gambar peta, bagan, dan sebagainya.
-
3 dimensi, misalnya bola dunia, boneka, dan sebagainya.
b. Alat bantu dengar (audio aids),
yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasikan indera pendengar pada
waktu proses penyampaian bahan pendidikan / bahan pengajaran. Misalnya : piring
hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.
c. Alat bantu lihat-dengar, seperti
televise dan video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal
dengan audio visual aids (AVA).
Disamping
pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi 2 macam menurut
pembuatannya dan penggunaannya.
a. Alat peraga yang complicated
(rumit), seperti film, film strip, slide, dan sebagainya yang memerlukan
listrik dan proyektor.
b. Alat peraga yang sederhana, yang
mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh seperti
bambu, karton, kaleng bekas, kertas koran, dan sebagainya.
1) Contoh alat peraga sederhana
Beberapa contoh alat peraga
sederhana yang dapat dipergunakan diberbagai tempat, misalnya :
a) Di rumah tangga, seperti leaflet,
model buku bergambar, benda-benda yang nyata seperti buah-buahan,
sayur-sayuran, dan sebagainya.
b) Di masyarakat umum, misalnya poster,
spanduk, leaflet, flannel graph, boneka wayang, dan sebagainya.
2) Ciri alat peraga sederhana
Ciri-ciri alat peraga kesehatan yang sederhana antara lain :
a) Mudah dibuat
b) Bahan-bahannya dapat diperoleh dari
bahan-banahn local
c) Mencerminkan kebiasaan, kehidupan,
dan kepercayaan setempat
d) Ditulis (digambar) dengan sederhana
e) Memakai bahasa setempat dan mudah
dimengerti oleh masyarakat
f) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan petugas
kesehatan dan masyarakat
4. Sasaran yang
Dicapai Alat Bantu Promosi (Pendidikan)
Menggunakan
alat peraga harus didasari pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang akan dicapai alat peraga tersebut.
a. Yang perlu diketahui tentang sasarn
antara lain :
1) Individu atau kelompok
2) Kategori-kategori sasaran seperti
kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya
3) Bahasa yang mereka gunakan
4) Adat-istiadat serta kebiasaan
5) Minat dan perhatian
6) Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang
pesan yang akan diterima
b. Tempat memasang (menggunakan) alat-alat
peraga.
1) Di dalam keluarga, antara lain di
dalam kesempatan kunjungan rumah, waktu menolong persalinan dan menolong bayi,
atau menolong orang sakit dan sebagainya
2) Dimasyarakat, misalnya pada waktu
perayaan hari-hari besar
c.
Alat-alat peraga tersebut sedapat mungkin dapat diperguanakan oleh :
1) Petugas-petugas puskesmas/kesehatan
2) Kader kesehatan
3) Guru-guru sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat
lainnya.
4) Pamong desa
5) Merencanakan dan Menggunakan Alat Peraga.
5.
Merencanakan dan Menggunakan Alat Peraga
Biasanya kita menggunakan alat peraga sebagai pengganti
objek-objek yang nyata sehingga dapat memberikan pengalaman yang tidak langsung
bagi sasaran. Untuk memperjelas pesan-pesan yang disampaikan kepada masyarakat,
sebenarnya banyak benda yang dapat mempermudah masyarakat untuk mengerti serta
memahami pesan-pesan, karena alat peraga seperti ini merupakan benda-benda yang
mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sebelum
mempergunakan alat peraga lain sebagai pengganti benda-benda asli maka perlu
ditelaah terlebih dahulu apakah mungkin dipergunakan benda-benda asli.
Sebaliknya, kalau tidak ada benda-benda asli, maka dibuatlah alat peraga dari
benda-benda pengganti.
Sebelum membuat alat peraga, kita
harus merencanakan dan memilih alat peraga yang paling penting dan tepat untuk
digunakan. Untuk itu perlu diperhatikan antara lain hal-hal sebagai berikut.
Tujuan yang hendak dicapai :
a. Tujuan pendidikan
1) Menanamkan pengetahuan atau
pengertian, pendapat dan konsep-konsep.
2) Mengubah sikap dan persepsi.
3) Menanamkan tingkah laku atau
kebiasaan yang baru.
b. Tujuan penggunaan alat peraga
Alat peraga yang dapat digunakan
yaitu:
1) Sebagai alat bantu dalam latihan atau
penataran, atau pendidikan.
2) Untuk menimbulkan perhatian terhadap
suatu masalah
3) Untuk mengingatkan suatu pesan atau
informasi
4) Untuk menjelaskan fakta-fakta,
prosedur, tindakan.
Perencanaan dan pemilihan alat
peraga ditentukan sebagian besar oleh tujuan ini.
Kalau tujuan yang hendak dicapai rumit, maka mungkin
diperlukan lebih dari satu macam alat peraga. Kemampuan penyampaian pesan
masing-masing alat peraga berbeda-beda. Misalnya, leaflet da pamphalets lebih
banyak berisi pesan, sedangkan poster lebih sedikit mengandung pesan tetapi
lebih bersifat pemberitahuan dan propaganda. Dengan sendirinya alat peraga yang
digunakan untuk meningkatnkan pengetahuan akan berbeda dengan alat peraga yang
dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan.
6.
Persiapan Penggunaan Alat Peraga.
Semua alat peraga yang dibuat, berguna sebagai alat bantu
belajar. Tetapi harus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi sebagai alat
belajar dengan sendirinya. Kita harus mengembangkan keterampilan dalam memilih
dan mengadakan alat peraga secara tepat sehingga akan mendapatkan hasil yang
maksimal.Misalnya, satu set flash card tentang makanan sehat untuk bayi atau
anak-anak harus diperlihatkan satu persatu secara berurutan sambil menerangkan
tiap-tiap gambar beserta pesannya.
Kemudian diadakan pembahasan sesuai dengan kebutuhan
pendengarnya agar terjadi komunikasi dua arah. Apabila kita tidak mempersiapkan
diri dan hanya mempertunjukkan lembaran-lembaran flash card satu demi satu
tanpa menerangkan atau membahasnya, maka penggunaan flash card tersebut mungkin
akan gagal.Sebelum menggunakan alat peraga sebaiknya petugas mencoba terlebih
dahulu alat-alat yang masih dalam bentuk kasar atau draft, sebelum diproduksi
seluruhnya. Test ini berguna untuk mengetahui sejauh mana alat peraga tersebut
dapat dimengerti oleh sasaran pendidikan.
Contoh, dibuat desain atau rancangan sebuah poster yang akan
digunakan untuk menunjang program keluarga berencana. Desain ini lalu dicobakan
pada kelompok kecil sasaran yang dianggap mempunyai cirri-ciri yang sama dengan
sasaran pada umumnya, yakni kepada siapa poster ini nantinya akan ditujukan.
Jika terdapat salah satu desain yang paling mudah dipahami, terutama yang dapat
dikenali pesan-pesannya dengan baik, maka itulah yang akan diproduksi dan
diperbanyak.
Cara melakukan test tersebut antara
lain sebagai berikut :
a. Merencanakan terlebih dahulu test
pendahuluan untuk suatu media yang akan diproduksi.
b. Menentukan pokok-pokok yang akan
dipesankan dalam media tersebut.
c. Menentukan gambar-gambar pokok atau symbol-simbol
yang disesuaikan dengan cirri-ciri sasaran.
d. Memperlihatkan alat peraga/media
tesebut kepada sasaran tercoba.
e. Memperlihatkan kepada sasaran
tercoba
1) Apakah mereka mengalami kesukaran
dalam memahami pesan-pesan, kata-kata dan gambar-gambar di dalam media tersebut
2) Menanyakan hal-hal yang tidak
dimengerti
3) Mencatat komentar-komentar dari
sasaran tercoba
4) Melakukan perbaikan alat peraga
(media) tersebut
f. Mendiskusikan alat yang dibuat
tersebut dengan orang lain (teman-teman) atau dengan para ahli.
7.
Cara Menggunakan alat Peraga
Cara mempergunakan alat peraga sangat tergantung pada jenis
alatnya. Menggunakan alat peraga gambar sudah tentu berbeda dengan menggunakan
film strip dan sebagainya. Di samping itu juga dipertimbangkan faktor sasarn
pendidikannya. Untuk masyarakat yang buta huruf akan berbeda dengan masyarakat
yang telah berpendidikan. Dan yang lebih penting adalah bahwa alat yang
digunakan harus menarik sehingga menimbulkan minat para pesertanya. Pada waktu
menggunakan AVA hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Senyum adalah lebih baik, untuk
mencari simpati
b. Tunjukkan perhatian bahwa hal yang
akan dibicarakan/dipergunakan itu adalah penting
c. Pandangan mata hendaknya ke seluruh
pendengar agar mereka tidak kehilangan control pihak pendidik
d. Gaya bicara hendaknya bervariasi
agar pendengar tidak bosan dan tiodak mengantuk
e. Ikut sertakan para peserta/pendengar
dan berikan kesempatan untuk memegang dan atau mencoba alat-alat tersebut
f. Bila perlu berilah selingan humor,
guna menghidupkan suasana dan sebagainya
8.
Media promosi kesehatan
Yang dimaksud dengan media promosi
kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA) seperti telah
diuraikan di atas. Disebut media promosi kesehatan karena alat-alat tersebut
merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan informasi kesehatan dan karena
alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan
bagi masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan
kesehatan, media ini dibagi menjadi 3, yakni media cetak, media elektronik, dan
media papan.
a. Media
Cetak
Media cetak sebagai alat bantu
menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi, antara lain sebagai
berikut :
1) Booklet, ialah suatu media untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan
maupun gambar.
2) Leaflet, ialah bentuk penyampaian
informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi
informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi.
3) Flyer (selebaran), bentuknya seperti
leaflet, tetapi tidak berlipat.
4) Flif chart (lembar balik), media
penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya
dalam bentuk buku dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan
lembar baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan
dengan gambar tersebut.
5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada
surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan, atau hal-hal
yang berkaitan dengan kesehatan.
6) Poster ialah bentuk media cetak yang
berisi pesan atau informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok,
di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.
7) Foto yang mengungkapkan informasi
kesehatan.
b. Media Elektronik
Media elektronok sebagai sasaran
untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan berbeda-berbeda
jenisnya antara lain :
1) Televisi
Penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media
televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi, atau tanya
jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah),
TV spot, kuis/cerdas cermat, dan sebagainya.
2) Radio
Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui
radio juga dapat bermacam-macam bentuknya antara lain obrolan (tanya jawab),
sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan sebagainya.
3) Video
Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat
melalui video.
4) Slide
Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi-informasi kesehatan
5) Film strip
Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan-pesan kesehatan
c. Media Papan
(Billboard)
Papan
atau billboard yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi dengan
pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan disini juga
mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada
kendaraan-kendaraan umum ( bus dan taksi).
Daftar Pustaka