MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA PARU
DiSusun Oleh:
Kelompok 6
1.
Bagus
Alwibowo (P17420313052)
2.
Dwi
Septiyaningrum (P17420313058)
3.
Joko
Setyabudi (P17420313065)
4.
Muhammad
Saifullah (P17420313072)
5.
Ratna
Faradila (P17420313080)
6.
Tissa
Opilaseli (P17420313087)
1
REGULER B
POLTEKKES
KEMENKES SEMARANG
PRODI D
III KEPERAWATAN PEKALONGAN TAHUN 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kanker paru
(Ca Paru) merupakan penyebab
kematian utama akibat kanker pada
pria dan wanita.
Kanker paru ini
meningkat dengan angka
yang lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker
payudara sebagai penyebab paling umum
kematian akibat kanker
pada wanita. Menurut
hasil penelitian, hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran
ketempat limfatik regional dan tempat
lain pada saat didiagnosis. Beberapa
bukti menunjukkan bahwa karsinoma
cenderung untuk timbul
di tempat jaringan
perut sebelumnya(tuberculosis
fibrosis ) di dalam paru . Kanker paru mengacu pada lapisan epithelium saluran
napas. Kanker paru dapat timbul dimana saja di paru dan kebanyakan kasus
kanker
paru dapat dicegah jika kebiasaan merokok dihilangkan.
Selama 50 tahun terakhir
terdapat suatu peningkatan
insidensi paru - paru
yang mengejutkan. America Cancer
Society memperkirakan bahwa
terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi
kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan
173.000/tahun, di Inggris
40.000/tahun, sedangkan di
Indonesia menduduki peringkat
4 kanker terbanyak. Di RS Kanker
Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor
paru menduduki urutan ke
3 sesudah kanker
payudara dan leher
rahim. Namun, karena
sistem pencatatan kita yang belum
baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan
paru di rumah
sakit merasakan benar
peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %), life
time risk 1:13 dan pada wanita 1:20.
Perawat
sebagai tenaga kesehatan
harus mampu memberikan
asuhan
keperawatan yang
efektif dan mampu
ikut serta dalam
upaya penurunan angka insiden
kanker paru melalui
upaya preventif, promotor,
kuratif dan rehabilitatif.Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok kami
akan membahas Asuhan Keperawatan pada klien
dengan Ca Paru-paru.
B.
Tujuan
1.
Mahasiswa
mampu memahami pengertian,anatomi fisiologi sistem pernapasan, patofisiologi,etiologi,klasifikasi
stadium,manifestasi klinis, pathway,pemeriksaan diagnostik,penatalaksanaan.
2.
Mahasiswa
mampu untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker paru-paru.
C.
Manfaat
Penulisan
1.
Bagi
mahasiswa
-
Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang penyakit kanker paru-paru.
-
Mahasiswa
mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker paru-paru.
2.
Bagi
klien
-
Klien
dapat memahami tentang penyakit kanker paru-paru.
-
Klien
dapat mengetahui tentang pennganan kanker paru-paru.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung
menyerang jaringan disekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya
jauh. Kanker terjadi karena profilerasi sel tak terkontrol yang terjadi tanpa
batas dan tanpa tujuan bagi pejamu.Kanker
paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalamiproliferasi dalam paru (
underwood, patologi, 2000 ). Kanker paru adalah
pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali
dalam
jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama
asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).Tumor paru merupakan
keganasan pada jaringan paru (price,
patofisiologi,1995).
Kanker paru berkembang paling
sering pada usia pertengahan akhir atau
pada orang berusia lanjut; penyakit ini lebih sering muncul pada pria dari pada
wanita, tetapi insidensinya pada wanita makin meningkat ( Finkelmeier 2000 ). Rasio pri di banding
wanita dulu 8:1; sekarang kurang dari 2:1 ( Shield 1994 ).
B.
Anatomi
fisiologi sistem pernapasan
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung,
faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli.Di dalamnya terdapat
suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke
alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau
benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.
Anatomi
sistem pernapasan meliputi:
1.
Saluran
pernapasan bagian atas
a.
Rongga
hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat
banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara
terus menerus oleh sel – sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan
bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.
b.
Faring
Struktur yang menghubungkan hidung
dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region ; nasofaring,
orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran
pada traktus respiratoriun dan digestif.
c.
Laring
Struktur epitel kartilago
yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi utamanya adalah untuk
memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah
dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
2.
Saluran
pernapasan bagian bawah
a.
Trakea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk
seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea
bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina
memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat
jika dirangsang.
b.
Bronkus
Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri.
Broncus kanan lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang
arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit,
merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama
bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus
segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang permukaannya
dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia. Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang
tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian
menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan
udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
c.
Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat
tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang
membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel – sel yang aktif secara
metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam
dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag
yang merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan
bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.
Paru
adalah organ tubuh yang berperan dalam sistem pernapasan (respirasi) yaitu
proses pengambilan oksigen (O2) dari udara bebas saat menarik napas, melalui
saluran napas (bronkus) dan sampai di dinding alveoli (kantong udara) O2 akan
ditranfer ke pembuluh darah yang di dalamnya mengalir antara lain sel sel darah
merah untuk dibawa ke sel-sel sel di berbagai organ tubuh lain sebagai energi
dalam proses metabolisme. Pada tahap berikutnya setelah metabolisme maka
sisa-sisa metabolisme itu terutama karbondioksida (CO2) akan dibawa darah untuk
dibuang kembali ke udara bebas melalui paru pada saat membuang napas. Karena
fungsinya itu dapat dipahami bahwa paru paling terbuka dengan polusi udara yang
diisap termasuk asap rokok yang dihisap dengan penuh kesengajaan itu. Berbagai
kelainan dapat menganggu sistem pernapasan itu, antara lain udara berpolusi
sehingga kadar O2 sedikit, gangguan di saluran napas/paru, jantung atau
gangguan pada darah.
C.
Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang
percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga
terjadi pengendapan karsinogen.Dengan adanya pengendapan karsinogen maka
menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia.Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura,
biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan
korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang
bronkus yang terbesar.Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan
diikuti dengan supurasi di bagian distal.Gejala – gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi.Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati.Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding
esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
D.
Etiologi
1.
Rokok
Rokok
merupakan penyebab 85 – 90% kasus kanker paru, dimana resiko kanker paru pada
perokok 30 kali lebih besar dari yang bukan perokok. Perokok pasif memiliki
resiko 2 kali lipat untuk menjadi kanker paru, sedangkan perokok aktif 20 kali
lipat untuk mengalami kanker paru. Resiko untuk terjadinya kanker tipe sel
besar meningkat pada perokok sedangkan beberapa adenokarsinoma tidak
berhubungan dengan rokok khususnya pada wanita.Ini karena tembakau pada rokok
mengandung lebih dari 4.000 zat kimia, dimana 50 di antaranya dikenal sebagai
karsinogen (yang berarti agen penyebab kanker) yang dapat menyebabkan kerusakan
pada sel-sel paru-paru.Sebuah sel yang sudah rusak dapat menjadi kanker dalam
jangka waktu tertentu.
2.
Paparan
gas radon
Faktor risiko kedua untuk kanker paru-paru adalah
paparan gas radon. Radon adalah gas radioaktif yang terjadi secara alami di
tanah di daerah tertentu, yang dapat menyebabkan kanker paru-paru jika merembes
ke dalam rumah Anda.
3.
Skrining
kanker paru-paru
Skrining berarti pengetesan untuk tahap awal penyakit
sebelum ada gejala. Sebelum skrining untuk semua jenis kanker. Pengujian harus
handal dalam menangani kanker yang ada di sana. Kanker paru seringkali
ditangani dengan sinar-X dada, CT Scan untuk orang-orang
berisiko tinggi terkena kanker paru-paru.
4.
Polusi
udara
Sebuah studi menunjukkan bahwa orang yang tinggal di
daerah dengan tingkat oksida nitrogen tinggi (umumnya dari mobil dan kendaraan
lainnya) memiliki peningkatan risiko kanker paru-paru sebesar 30%.
5.
Diet
Beberapa
penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium,
dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin, 2006).Suatu
penelitian menunjukkan adanya hubungan erat antara betakaroten dan vitamin A
dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung koroner dan kanker.Hal ini
terkait dengan fungsi betakaroten dari vitamin A sebagai antioksidan yang mampu
melawan radikal bebas.Pencegahan kanker.Kemampuan retinoid dalam memengaruhi
perkembangan sel epitel dan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan,
berpengaruh terhadap pencegahan kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara,
dan kantong kemih.Betakaroten bersama dengan vitamin E dan C telah berperan
aktif sebagai antioksidan untuk mencegah berbagai kanker.
6.
Genetik
Terdapat
bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena
penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa
mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam
timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan
onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan
gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).
7.
Penyakit
paru
Penyakit
paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik
berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek
dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).
8.
Sejarah
kanker paru-paru sebelumnya
Orang-orang
yang selamat dari kanker paru mempunyai suatu risiko yang lebih besar daripada
populasi umum mengembangkan suatu kanker paru kedua.Orang-orang yang selamat
dari non-small cell lung cancers (NSCLCs, lihat dibawah) mempunyai suatu risiko
tambahan dari 1%-2% per tahun mengembangkan suatu kanker paru kedua.Pada orang-orang
yang selamat dari small cell lung cancers (SCLCs), risiko mengembangkan
kanker-kanker kedua mendekati 6% per tahun.
E.
Klasifikasi
stadium
Kanker
paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC)
dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC).
Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan
kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel
besar, atau campuran dari ketiganya.
1.
Karsinoma
sel skuamosa(epidermoid)
Merupakan
tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari
permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia
akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor.
Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol
ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan
cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding
dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan (Wilson,
2005).
2.
Adenokarsinoma
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus
dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer
segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal
pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh
darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi
primer menyebabkan gejala-gejala.
3.
Karsinoma
bronkoalveolus
Dimasukkan
sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO.
Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini
cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran
ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
4.
Karsinoma
sel kecil
Umumnya
tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan perluasan ke
dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan
mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga
lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering
ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh
dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan
biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada
pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan
sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar, 2007).
5.
Karsinoma
sel besar
Adalah
sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma
yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada
jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke
tempat-tempat yang jauh (Wilson, 2005).
F.
Manifestasi
Klinis
Manifestasi klinis baik tanda maupun
gejala kanker paru sangat bervariasi. Faktor-faktor seperti lokasi tumor,
keterlibatan kelenjar getah bening di berbagai lokasi, dan keterlibatan
berbagai organ jauh dapat mempengaruhi manifestasi klinis kanker paru.
Manifestasi klinis kanker paru dapat dikategorikan
menjadi:
1.
Manifestasi Lokal Kanker Paru (Intrapulmonal Intratorakal)
Gejala
yang paling sering adalah batuk kronis dengan/tanpa produksi
sputum. Produksi sputum yang berlebih merupakan suatu gejala karsinoma sel
bronkoalveolar (bronchoalveolar cell carcinoma).
Hemoptisis (batuk darah) merupakan gejala pada hampir 50% kasus. Susah bernafas
(dyspnea) dan penurunan berat badan juga sering dikeluhkan oleh pasien kanker
paru. Pneumonia fokal rekuren dan pneumonia segmental mungkin terjadi karena
lesi obstruktif dalam saluran nafas. Mengi unilateral dan monofonik jarang
terjadi karena adanya tumor bronkial obstruksi. Stridor dapat ditemukan
bila trakea sudah terlibat.
2.
Manifestasi Ekstrapulmonal Intratorakal
Manifestasi ini disebabkan oleh adanya
invasi/ekstensi kanker paru ke struktur/organ sekitarnya. Sesak nafas dan
nyeri dada bisa disebabkan oleh keterlibatan pleura atau perikardial. Efusi
pleura dapat menyebabkan sesak nafas, dan efusi perikardial dapat
menimbulkan gangguan kardiovaskuler. Tumor lobus atas kanan atau kelenjar
mediastinum dapat menginvasi atau menyebabkan kompresi vena kava superior dari
eksternal. Dengan demikian pasien tersebut akan menunjukkan suatu
sindroma vena kava superior, yaitu nyeri kepala, wajah sembab/plethora, lehar
edema dan kongesti, pelebaran vena-vena dada.
3.
Manifestasi Ekstratorakal Non Metastasis
Kira-kira 10-20% pasien kanker paru mengalami sindroma
paraneoplastik. Biasanya hal ini terjadi bukan disebabkan oleh tumor, melainkan
karena zat hormon/peptida yang dihasilkan oleh tumor itu sendiri. Pasien dapat
menunjukkan gejala-gejala seperti mudah lelah, mual, nyeri abdomen,
confusion, atau gejala yang lebih spesifik seperti galaktorea (galactorrhea).
Produksi hormon lebih sering terjadi pada karsinoma sel kecil dan beberapa sel
menunjukkan karakteristik neuro-endokrin.
Peptida yang disekresi berupa adrenocorticotrophic hormone (ACTH),
antidiuretic hormone (ADH), kalsitonin, oksitosin dan hormon paratiroid.
Walaupun kadar peptide-peptida ini tinggi pada pasien-pasien kanker paru, namun
hanya sekitar 5% pasien yang menunjukkan sindroma klinisnya. Jari tabuh (clubbing finger) dan hypertrophic
pulmonary osteo-arthropathy (HPOA) juga termasuk manifestasi non metastasis
dari kanker paru.
4. Manifestasi Ekstratorakal Metastasis
Penurunan berat badan >20%
dari berat badan sebelumnya (bulan sebelumnya) sering mengindikasikan adanya
metastasis. Pasien dengan metastasis ke hepar sering mengeluhkan penurunan
berat badan. Kanker paru umumnya juga bermetastasis ke kelenjar adrenal,
tulang, otak, dan kulit. Keterlibatan organ-organ ini dapat menyebabkan
nyeri local. Metastasis ke tulang dapat terjadi ke tulang mana saja namun
cenderung melibatkan tulang iga, vertebra, humerus, dan tulang femur. Bila
terjadi metastasis ke otak, maka akan terdapat gejala-gejala neurologi, seperti
confusion, perubahan kepribadian, dan kejang. Kelenjar getah bening
supraklavikular dan servikal anterior dapat terlibat pada 25% pasien dan
sebaiknya dinilai secara rutin dalam mengevaluasi pasien kanker paru.
G.
Patway
H.
Pemeriksaan
diagnostik
1.
Radiologi
a.
Foto thorax
posterior – anterior
(PA) dan leteral
serta Tomografi dada.Merupakan pemeriksaan awal sederhana
yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.Menggambarkan bentuk,
ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan
massa udara pada bagian hilus,effuse pleural,atelektasis
erosi tulang rusuk atau vertebra.
b.
Bronkhografi
untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
c.
Pemeriksaan
CT-scan dan MRI
Pemeriksaan
CT-scan dada lebih sensitif dibandingkan dengan fotodada PA karena dapat
mendeteksi massa ukuran 3 mm.MRI dilakukan untuk mengetahui penyebaran tumor ke
tulang belakang.
d.
Pemeriksaan
bone Scaning
Pemeriksaan
ini juga dilakukan untuk mengetahui adanya metastasis tumor ke tulang. Zat
radioaktif yang dialirkan pada pembuluh darah yang melayani tulang yang
dicurigai telah mengalami metastasis akan diserap oleh sel kanker yang
kemudiandi scan akan memperlihatkan gambaran berbeda dari sel normalsekitarnya.
2.
Laboratorium
a.
Sitologi
(sputum, pleural,atau nodus limfe) dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap
karsinoma.
b.
Pemeriksaan
fungsi paru dan GDA
Dapat
dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c.
Tes
kulit jumlah absolute limfosit
Dapat
dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3.
Histopatologi
a.
Bronkoskopi
Memungkinkan
visualisasi,pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi(besarnya karsinoma
bronkogenik dapat diketahui).
b.
Biopsi
trans torakal(TTB)
Biopsi
dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,
sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c.
Torakoskkopi
Biopsi
tumor didaerah pleura memberikan hasil
yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
d.
Mediastinosopi
Untuk
mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e.
Torakotomi
Totakotomi
untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam–macam prosedur non
invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
I.
Penatalaksanaan
Tujuan
pengobatan kanker dapat berupa :
1.
Kuratif
Memperpanjang
masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup.
2.
Paliatif
Mengurangi
dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3.
Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi
dampak fisis maupun psikologis kanker baik
pada pasien maupun keluarga.
4.
Suportif
Menunjang
pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,tranfusi
darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu
Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000).
Penatalaksanaan
pada klien dengan kanker paru.
1.
Pembedahan
a.
Toraktomi
eksplorasi
Untuk
mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma,untuk melakukan biopsi.
b.
Pneumonektomi
(pengangkatan paru)
Karsinoma
bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
c.
Lobektomi
(pengangkatan lobus paru)
Karsinoma
bronkogenik yang terbatas pada satu lobus,
bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa,abses paru, infeksi jamur dan tumor jinak tuberkulosis.
d.
Resesi
segmental
Merupakan
pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e.
Resesi
baji
Tumor
jinak dengan batas tegas, tumor metas metik,atau penyakit peradangan yang
terlokalisir.Merupakan pengangkatan dari permukaan paru –paru berbentuk baji
(potongan es).
f.
Dekortikasi
Merupakan
pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris.
2.
Radiasi
Pada beberapa
kasus, radioterapi dilakukan
sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga sebagai
terapi adjuvant/ paliatif
pada tumor dengan
komplikasi, seperti
mengurangi efek obstruksi/
penekanan terhadap pembuluh
darah/ bronkus.
3.
Kemoterapi
Kemoterapi
digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien
dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi
bedah atau terapi radiasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN Ca PARU
A.
PENGKAJIAN
1.
Pemeriksaan
fisik
Pada
pemeriksaan fisik pasien dengan kanker paru akan diperoleh sebagai berikut:
a.
Inspeksi
Adalah pemeriksaan
yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui
pengamatan.Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna,
bentuk dan kebersihan tubuh klien.Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh
meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris.Dan perlu dibandingkan
hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.Contoh
: mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis),
dan lain-lain.
b.
Palpasi
Palpasi adalah suatu
teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen
yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur,
turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
c.
Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk
bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya
(kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.Perkusi bertujuan untuk
mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat
menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun
suara-suara yang dapat dijumpai:
- Sonor
Suara
perkusi jaringan yang normal.
- Redup
Suara
perkusi jaringan yang lebih padat,misal pada penderita pneumonia.
- Pekak
Sura
perkusi jaringan yang padat seperti pada jantung,hepar.
- hipersonor/timpani
Suara
perkusi pada daerah yang lebih kosong misal pada daerah carvena paru,pada klien
asma kronik
d.
Auskultasi
Pemeriksaan fisik yang
dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh.Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop.Hal-hal yang didengarkan adalah
: bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Suara-suara yang tak normal yang bisa muncul:
- Rales
Suara yang dihasilkan dari
eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi
(rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
- Ronchi
Nada rendah dan sangat kasar
terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah
akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
- Wheezing
Bunyi yang terdengar
“ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada
bronchitis akut, asma.
- Pleura Friction Rub
Bunyi yang terdengar “kering”
seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan
pleura.
2.
Pola
gordon
a. Aktivitas
istirahat
Gejala :
Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea karena
aktivitas.Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
b.
Sirkulasi
Gejala
: JVD (obstruksi vana kava). Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan
efusi), Takikardi/ disritmia, Jari tabuh.
c.
Integritas
ego
Gejala :
Perasaan takut. Takut hasil pembedahan,Menolak kondisi yang berat/ potensi
keganasan.Tanda :Kegelisahan,insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
d.
Eliminasi
Gejala
: Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
e.
Makanan
dan cairan
Gejala :
Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, Kesulitan
menelan, Haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda :
Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut) Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/
periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil),Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap
dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi
oleh perubahan posisi.Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau
adenokarsinoma).Nyeri abdomen hilang timbul.
g. Pernapasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari
biasanya dan atau produksi sputum. Nafas pendek, Pekerja yang terpajan polutan,
debu industri, Serak, paralysis pita suara.
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja. Peningkatan
fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi). Krekels/ mengi pada inspirasi atau
ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea
( area yang mengalami lesi).Hemoptisis.
h. Seksualitas
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik,
karsinoma sel besar).Amenorea/ impotent
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil).
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN.
1.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan mukus/viskositas
sekret, kehilangan fungsi silia jalan nafas, meningkatnya tahanan jalan nafas.
2.
Nyeri
b/d lesi dan melebarnya pembuluh darah.
3.
Kerusakan
pertukaran gas b/d gangguan suplai O2 akibat perubahan sruktur alveoli.
C.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
1.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan mukus/viskositas
sekret, kehilangan fungsi silia jalan nafas, meningkatnya tahanan jalan nafas.
Tujuan:
Dengan
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan jalan nafas
efektif,dengan
Kriteria
hasil:
Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi
nafas bersih
Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/
mempertahankan bersihan jalan nafas.
Intervensi:
Catat perubahan upaya dan pola bernafas.
Rasional :
Penggunaan otot interkostal/
abdominal dan pelebaran
nasal
menunjukkan
peningkatan upaya bernafas.
Observasi penurunan ekspensi dinding dada
Rasional : Ekspansi
dad terbatas atau
tidak sama sehubungan
dengan
akumulasi
cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.
Catat
karakteristik batuk (misalnya,
menetap, efektif, tak
efektif), juga produksi dan
karakteristik sputum.
Rasional:
Karakteristik batuk dapat
berubah tergantung pada
penyebab/
etiologi gagal
perbafasan. Sputum bila
ada mungkin banyak,
kental,
berdarah,
dan/ atau purulen.
Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan
gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.
Rasional:
Memudahkan memelihara jalan
nafas atas paten
bila jalan nafas pasien.
Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh
aminofilin, albuterol dan lainlain
Awasi untuk efek samping merugikan dari obat,
contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
Rasional: Obat diberikan
untuk menghilangkan spasme
bronkus,
menurunkan viskositas
sekret, memperbaiki ventilasi,
dan memudahkan
pembuangan
sekret. Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.
2.
Nyeri
b/d lesi dan melebarnya pembuluh darah.
Tujuan:
Dengan
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri berkuran,dengan
Kriteria
hasil :
Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.
Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan
baik.
Berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan/ dibutuhkan
Intervensi
:
Tanyakan pasien tentang nyeri.Tentukan
karakteristik nyeri.Buat rentang
intensitas
pada skala 0 – 10.
Rasional:Membantu
dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker.Penggunaan
skala rentang
membantu pasien dalam
mengkaji tingkat nyeri
dan
memberikan
alat untuk evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan kontrol
nyeri.
Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri
pasien.
Rasional:Ketidaksesuaian
antar petunjuk verbal/non verbal dapat
memberikan
petunjuk derajat nyeri,kebutuhan/keefektifan intervensi.
Catat
kemungkinan penyebab nyeri
patofisologi dan psikologi.
Rasional:Insisi
posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada
insisi
anterolateral.Selain itu takut, distress,ansietas dan kehilangan sesuai
diagnosa
kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya.
Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.
Rasional
:Takut/masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan
menurunkan
ambang persepsi nyeri.
Berikan tindakan kenyamanan.Dorong dan ajarkan
penggunaan teknik
Relaksasi.
Rasional
:Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian
3.
Kerusakan
pertukaran gas b/d gangguan suplai O2 akibat perubahan struktur
alveoli.
Tujuan:
Dengan
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan rasa sesak klien
berkurang,dengan
Kriteria
hasil :
Menunjukkan
perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA
dalam
rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Berpartisipasi
dalam program pengobatan,dalam kemampuan/ situasi.
Intervensi
:
Kaji
status pernafasan dengan sering,catat peningkatan frekuensi atau upaya
pernafasan
atau perubahan pola nafas.
Rasional
: Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan
nafas.
Catat
ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan,
misalnya
krekels,mengi.
Rasional :Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau
tak ada pada area
yang
sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan
sebagai
akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler.Mengi
adalah
bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan
dengan
mukus/ edema serta tumor.
Kaji adannya sianosis
Rasional :Penurunan oksigenasi bermakna terjadi
sebelum sianosis.
Sianosis
sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga
adalah
paling indikatif.
Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai
indikasi
Rasional
: Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.
Awasi atau gambarkan seri GDA.
Rasional
: Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi.Digunakan sebagai dasar
evaluasi
keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.
D.
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Dx:1
-
Mencatat
perubahan upaya dan pola nafas
-
Mengobservasi
penurunan ekspansi dinding dada
-
Mencatat karakteristik
batuk
(misalnya,menetap,efektif,tak efektif),
juga produksi dan karakteristik sputum.
-
Mempertahankan
posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.
-
Mengkolaborasi
pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dan lain-lain.
-
Mengawasi
untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor,
insomnia.
Dx:2
-
Menanyakan kepada pasien tentang nyeri.Menentukan
karakteristik nyeri.Membuat rentang intensitas pada skala 0 – 10.
-
Mengkaji
pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.
-
Mencatat kemungkinan
penyebab nyeri patofisologi
dan psikologi.
-
Mendorong
menyatakan perasaan tentang nyeri.
-
Berikan
tindakan kenyamanan.Dorong dan ajarkan penggunaan teknik
Relaksasi.
Dx:3
-
Mengkaji
status pernafasan dengan sering,catat peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan
atau perubahan pola nafas.
-
Mencatat
ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya
krekels,mengi.
-
Mengkaji
adannya sianosis.
-
Mengkolaborasi
pemberian oksigen lembab sesuai indikasi.
-
Mengawasi
atau gambarkan seri GDA
-
E.
EVALUASI
S:
Subjek yaitu data yang di dapatkan dari pasien mengenai apa yang di rasakan
pasien.
O:
Objektif yaitu data yang di dapatkan
baik dari hasil pengukuran vital sains maupun data yang tampak secara fisik
maupun psikis dari pasien.
A:
Assignment yaitu keterangan mengenai tindakan keperawatan berhasil tidaknya di
lakukan pada pasien.
P:
Planning yaitu tindakan keperawatan u ntuk mengatasi masalah pasien.
DAFTAR PUSTAKA
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35524-Kep%20Respirasi-Askep%20Kanker%20Paru.html
Sahre perawat, gabung di situs forum keperawatan indonesia, wajib buat perawat atau mahasiswa di http://www.forkep.com
ReplyDeleteSahre perawat, gabung di situs forum keperawatan indonesia, wajib buat perawat atau mahasiswa di http://www.forkep.com
ReplyDeleteterimakasih banyak udah share... :)
ReplyDeletehttp://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-kanker-serviks/
terimakasih buat artikelnya.. informasi yang sangat bermanfaat..
ReplyDeletehttp://tokoonlineobat.com/obat-penyakit-kanker-hati-alami/
mungkin untuk melengkapi Askep Kanker paru, boleh juga mba di post LP TB PARU yang lengkap dan referensi terbaru ya....
ReplyDeletesangat baik mbak ini, sudah memberikan ilmu yang berguna
ReplyDeletekesehatan yang sangat berguna untuk kita kita,