BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal
jantung atau biasa disebut decompensasi cordis adalah
suatu keadaan pathologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung
gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung
terjadi akibat penyakit atau keadaan –keadaan pathologis pada jantung itu
sendiri maupun penyakit pada sistim peredaran darah (Noer,1996).
Penyebab
yang paling sering pada gagal jantung adalah Coronari Arteri deases (CAD), hipertensi, penyakit
jantung reumatik, Acut Miocard Infark( AMI),Disretmia, Conginetal
Heart Deases (penyakit jantung bawaan), bakterial
endokarditis, dan anemia. Gagal jantung dapat disebabkan oleh
berbagai macam penyakit jantung, meskipun demikian tidak semua penyakit
jantung harus disertai dengan kegagalan jantung dalam melakukan fungsinya
sebagai pompa. Jantung yang lemah masih dapat memompakan darah dalam jumlah
yang cukup bila penderita dalam keadaan istirahat, tetapi tidak mampu lagi bila
ada beban tambahan akibat kegiatan, kehamilan, demam dan
lain-lain. .
Faktor-faktor
pencetus adalah infeksi pada paru-paru, anemia akut atau menahun, tidak
teratur minum obat jantung atau obat diuretic, terjadi infark jantung
yang berulang, melakukan pekerjaan berat apa lagi mendadak (lari, naik tangga),
stress emosional, hipertensi yang tidak terkontrol (Noer,1996).
Payah
jantung dapat dimanifestasikan sebagai “Forward-Failure” misalnya pada
infark miocard dimana curah jantung menurun atau berkurang atau dapat bermanifestasi
sebagai “Backward-Failure”, dimana terjadi kegagalan ventrikel kanan
sebagai akibat dari kegagalan ventrikel kiri. Dalam hal ini terjadi peninggian
tekanan di dalam atrium kiri dan pembendungan vena pulmonal dengan tanda napas
sesak, oedema paru dan lain-lain (Toja,1989).
Payah jantung dapat di temukan pada
tingkat permulaan sampai pada tingkat yang berat. Gagal jantung dapat
diklasifikasikan berdasarkan beratnya gejala yang timbul, meskipun
klasifikasi ini tidak tepat benar akan tetapi dalam klinik sangat bermanfaat
terutama dalam menilai hasil therapi. Klasifikasi yang banyak digunakan adalah
dari New York Heart Association Classification (NYHA )1994.
NYHA mengklasifikasikan, gagal jantung
Class 1 : Berupa keadaan klien dalam aktifitas fisik sehari-hari
tidak menimbulkan sesak napas atau
kelelahan.
Class 2 : Penderita penyakit jantung saat istirahat
tidak ada keluhan namun bila melakukan aktifitas harian menimbulkan sesak napas
dan kelelahan. Class 3 : Saat istirahat tidak ada keluhan. Aktifitas fisik yang
lebih ringan dari aktifitas sehari-hari sudah menimbulkan sesak napas dan
kelelahan. Class 4 : Penderita tidak mampu melakukan aktifitas fisik. Gejala-
gejala gagal jantung sudah nampak pada saat penderita istirahat dan setiap
aktifitas fisik menambah beratnya keluhan
1.2.
TUJUAN
Tujuan penulisan laporan ini adalah
:
1.2.1. Tujuan Umum
: Agar mahasiswa dapat mengungkapkan pola pikir yang ilmiah dalam
melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien gagal jantung dengan menggunakan
pendekatan proses perawatan.
1.2.2. Tujuan khusus : Agar
mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisa data, menetapkan diagnosa
keperawatan, merencanakan tindakan, mengimplementasikan tindakan sesuai rencana
dan mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung serta
memberikan pendidikan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 definisi
Decompensasi cordis adalah suatu
keadaan dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk
metabolisme tubuh.Gagalnya aktifitas jantung terhadap pemenuhan keuthan
metabolik tubuh gagal.Fungsi pompa jantung secara keseluruhan tidak berjalan
normal. Meski demkian, buan berarti jantng tidak dapat bekerja sama sekali,
hanya saja jantung tidak berdetak sebagaimana mestinya. (sutanto, halaman 64)
Decompensasi kordis atau disebut
juga dengan gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan
pengisian vena normal. Definisi lain menyatakan bahwa gagal jantung bukanlah
suatu penyakit yang terbatas pada satu sistem organ, melainkan suatu sindrom
klinis akibat kelainan jantung yang ditandai dengan suatu bentuk respons
hemodinami, renal, neural dan hormonal. (arif muttaqin, halaman 196)
Decompensasi cordis atau gagal
jantung adalah salah satu tipe kegagalan sirkulasi, suatu istilah yang juga
mencakup hipoperfusi yang diakibatkan oleh kondisi jantung tambahan, seperti
hipovolemia, vasodilatasi perifer, dan ketidakadekuatan oksigenisasi
hemoglobin.Gagal jantung mengacu pada kumpulan tanda dan gejala yang
diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan cukup darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. (dr. Jan tambayong, halaman 86)
Decompensasi cordis adalah kegagalan
jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan
kebutuhan tubuh.(dr. Ahmad ramali.1994) dekompensasi kordis adalah suatu
keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat
pada penurunan fungsi pompa jantung ( tabrani, 1998; price ,1995).
Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya
untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.(dr. Ahmad
ramali.1994). Dekompensasi
kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan
kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa
jantung (tabrani, 1998; price, 1995).
2.2 anatomi fisiologi
A kedudukan jantung
Jantung
berada dalam thorax antara kedua paru-paru dan di belakang sternum dan lebih
menghadap ke kiri daripada ke kanan, tepatnya di dalam rongga dada sebelah
depan. Sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma,
pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta v dan vii dua jari di bawah
papilla mammae.Pada tempat ini teraba adanya pukulan jantung yang disebut iktus
kordis.
(syaifudin, anatomi fisiologi untuk siswa perawat, 1992)
B. Lapisan-lapisan jantung
Lapisan-lapisan jantung terdiri atas :
1)
endokardium; merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam sekali
yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi permukaan
rongga jantung.
2)
miokardium; merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot
jantung, otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot yaitu bundalan otot
atria yang membentuk serambi atau aurikula kordis, bundalan ventrikuler yang
membentuk bilik jantung. Bundalan otot atrioventrikuler yang merupakan dinding
pemisah antara serambi dan bilik jantung.
3)
pericardium; lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus
terdiri dari 2 lapisan yaitu : lapisan parietal dan visceral yang bertemu di
pangkal jantung membentuk katup jantung. Di antara dua lapisan jantung ini
terdapat lendir sebagai pelican untuk menjaga agar pergesekan antara
pericardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung.
(syaifudin, anatomi fisiologi untuk
siswa perawat, 1992)
C. Katup-katup pada jantung
Di dalam jantung terdapat
katup-katup yang sangat penting artinya dalam susunan peredaran darah dan
pergerakan jantung manusia.
1) valvula
trikuspidalis. Terdapat antara atrium dekstra dengan ventrikel dekstra yang
terdiri dari 3 katup.
2)
valvula bikuspidalis. Terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel sinistra
yang terdiri dari 2 katup.
3)
valvula semilunaris arteri pulmonalis. Terletak antara ventrikel dekstra dengan
arteri pulmonalis, dimana darah mengalir menuju ke paru-paru.
4)
valvula semilunaris aorta. Terletak antara ventrikel sinistra dengan aorta
dimana darah mengalir menuju ke seluruh tubuh.
D. Sirkulasi darah
Jantung adalah organ utama sirkulasi darah. Aliran darah dari ventrikel kiri melalui arteri, arteriola
dan kapiler kembali ke atrium kanan melalui vena disebut peredaran darah besar
atau sirkulasi sistemik.Aliran darah ventrikel kanan melalui paru-paru ke
atrium kiri adalah peredaran darah kecil atau sirkulasi pulmonal.
1. pembuluh darah pada
peredaran darah kecil, terdiri atas :
A) arteri pulmonalis, merupakan
pembuluh darah yang keluar dari ventrikel dekstra menuju ke paru-paru.
Mempunyai 2 cabang yaitu dekstra dan
sinistra untuk paru-paru kanan dan kiri yang banyak mengandung co2 di
dalam darahnya.
B)vena pulmonalis, merupakan vena
pendek yang membawa darah dari paru-paru masuk ke jantung bagian atrium
sinistra. Di dalamnya berisi darah yang banyak mengandung o2.
2. pembuluh darah pada
peredaran darah besar, terdiri atas :
A)
aorta, merupakan pembuluh darah arteri yang besar yang keluar dari jantung
bagian ventrikel sinistra melalui aorta asendens lalu membelok ke belakang
melalui radiks pulmonalis sinistra, turun sepanjang kolumna vertebralis
menembus diafragma lalu menurun ke bagian perut.
Jalannya arteri terbagi 3 (tiga)
bagian :
(1) aorta asendens,
aorta yang naik ke atas dengan panjangnya ± 5 cm, cabangnya arteri koronaria
masuk ke jantung.
(2) arkus aorta, yaitu
bagian aorta yang melengkung arah ke kiri, di depan trakea sedikit ke bawah
sampai vena torakalis iv.
Cabang-cabangnya : arteri brakia
sefalika atau arteri anomina, arteri subklavia sinistra dan arteri karotis
komunis sinistra.
(3) aorta desendens,
bagian aorta yang menurun mulai dari vertebra torakalis iv sampai vertebra
lumbalis iv.
Letaknya :
(a) aorta
torakalis. Dimulai dari vertebra torakalis iv sampai menembus diafragma.
Percabangannya sampai pada dinding toraks
dan alat-alat visceral yang ada di dalam rongga toraks.
(b) aorta
abdominalis. Pada vertebra torakalis xii terbagi 2 : arteri iliaka komunis
dekstra dan arteri iliaka komunis sinistra. Percabangannya sampai pada dinding
perut dan alat dalam rongga perut, panggul dan anggota gerak bawah.
Peredaran darah kecil, darah dari
jantung ventrikel destra → valvula semilunaris → arteri pulmonalis → paru-paru
kiri dan kanan → vena pulmonalis.
Peredaran darah besar, darah dari
jantung bagian ventrikel sinistra → valvula semilunaris aorta → aorta → arteri
→ arteriole → kapiler arteri → kapiler vena → venolus → vena kava → atrium
dekstra. (syaifudin, anatomi fisiologi untuk siswa perawat, 1992)
2.3 etiologi
Mekanisme fisiologis yang
menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah keadaan-keadaan yang
meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas
miokardium.Keadaan yang meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan
cacat septum ventrikel.Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi
stenosis aorta atau hipertensi sistemik.Kontraktilitas miokardium dapat menurun
pada infark miokard atau kardiomiyopati.
Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisan ventrikel (stenosis katup atrioventrikuler), gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil (price.Sylvia a, 1995).
Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisan ventrikel (stenosis katup atrioventrikuler), gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil (price.Sylvia a, 1995).
Kondisi-kondisi penyebab gagal jantun secara umum dapat
terjadi oleh mekanisme sebagai berikut :
1. Penyempitan
pembuluh darah koroner
Kelainan fungsi otot jantung
disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner.ini mengakibakan otot
jantung tidk berfungsi krna terganggu nya darah ke otot jtung.ketidakmampuan
otot jantung untuk melakukan gerakan memompa seperti bisanya mengakibatkan isi
cira darah dan curah jantung .
2. Tekanan
darah tinggi
Penyebab utama gagal jantung adalah
tekanan darh tinggi. Hiperttensi sitmik meningkatkan bebean kerja jntung dan
pada gilirannya mengakibatkan kelainan serabutotat jantung .
3. Volume
cairan berlebihan
Jika volume cairan maka jantung
mula-mula akan meningkat sesuai dengan besarnya regangan ototjantung tetapi
bila beben terus menerus bertambah hingga melampai batas maka curah jantung
justru menurun .
4. Penyakit
penurunan fungsi otot
Peradangan dan penyakit miokrdium degeneratif berhubungan
dengn gagal jantung.
(sutanto, penyakit modern 2010)
2.4 klasifiksi
Berdasarkan bagian jantung yang
mengalami kegagalan pemompaan,gagal jantung terbagi atas gagal jantung
kiri,gagal jantung kanan,dan gagal jantung kongestif.Pada gagal jantung kiri
terjadi dyspneu d’effort,fatigue,ortopnea,dispnea nocturnal
paroksismal,batuk,pembesaran jantung,irama derap,ventricular heaving,bunyi
derap s3 dan s4,pernapasan cheyne stokes,takikardi,pulsusu alternans,ronkhi dan
kongesti vena pulmonalis.
Pada gagal jantung kanan timbul edema,liver
engorgement,anoreksia,dan kembung.pada pemeriksaan fisik didapatkan hipertrofi
jantung kanan,heaving ventrikel kanan,irama derap atrium kanan,murmur,tanda
tanda penyakit paru kronik,tekanan vena jugularis meningkat,bunyi p2
mengeras,asites,hidrothoraks,peningkatan tekanan vena,hepatomegali,dan pitting
edema.
2.5 patofisiologi
Bila cadangan jantung untuk berespon terhadap stres tidak
adekuat dalam memenuhi kebutuhan metebolik tubuh , maka jantung gagal untuk
melalkukan tugasnya sebagai pompa, akibatnya terjadi gagal jantung . Juga pada
awal tingkat , disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan. Jika
cadangan jantung normal mengalami payah dan kegagalan, respons fisiologis
tertentu pada penurunan curah jantung adalah penting.Semua respon ini
menunjukan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital normal.
Sebagai
respon terhadap jantung , ada tiga mekanisme respon primer.
1.
Meningkatnya aktifitas adrenertik simpatis
2.
Meningkatnya beban awal akibat aktivasi neurohormon
3.
Hipertrofi ventrikel
Ketiga
respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.mekanisme –
mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat
normal atau hampir normal pada gagal jantung dini dan pada keadaaan istirahat.
Akan tetapi kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya
tampak pada keadaaan beraktifitas dengan berlanjutnya gagal jantung , maka
konpensasi akan menjadi semakin kurang efektif.
Peningkatan
metabolisme tubuh
|
secara
skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Mekanisme
kompensasi yang digunakan antara lain:
1. Peningkatan
HR.
2. Hipertropi
miokard.
3. Pengaktifan
sistem renin angiotensin.
4. Regulasi ADH
dan reabsorbsi cairan.
|
Jantung
menggunakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan kardiak output
|
Peningkatan
beban kerja jantung oleh karena peningkatan SVR
|
Jantung bekerja lebih keras dengan
meningkatkan HR
|
Memperpendek
waktu pengisian ventrikel dan arteri koronaria
|
Menimbulkan injury dan iskemi pada
miokard
|
Menimbulkan injury dan iskemi pada
miokard
|
Menimbulkan kegagalan mekanisme
pemompaan
|
Kegaglan jantung dapat di nyatakan sebagai kegagalan sisi
kiri atau sisi kanan jantung. Kegagalan pada salah satu sisi jantung dapat
berlanjut dengan kegagalan pada sisi yang lain dan manifestasi klinis yang
sering menampakan kegagalan pemompaan total. Manifestasi klinis dari gagal
jantung kanan adalah: edema, distensi vena, asites, penambahan berat badan,
nokturia, anoreksia, peningkatan tekanan atrium kanan, peningkatan tekanan vena
perifer.
2.6 patoflow
Decompensasi Cordis
Curah
Jantung Kongesti
Pulmonalis
Pengisisan
LV Tekanan
Hidrostatik
(
LVEDP ) tekanan
osmotic
Aliran
tidak adekuat
ke Pembesaran
Cairan ke Alveoli
Kerusakan
pertukaran gas
|
Jantung
dan
otak
Kelemahan
Fisik
Intoleransi aktivitas
|
Edema
Paru
Pengembangan Paru tidak Optimal
Resiko
Pola Nafas Tidak Efektif
|
Hipertrofi
Ventrikel Penurunan
Suplai O2 Ke miokard
Pemendekan
Miokard Perubahan
Metabolisme Miokardium
Nyeri
Dada
|
Aliran tidak adekuat
ke
Jantung
dan otak
2.7 manifestasi klinis
Tanda
dominan :meningkatnya volume intravaskuler kongestif jaringan akibat tekanan
arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah jantungmanifestasi kongesti
dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi .
Gagal
jantung kiri :
Kongesti
paru menonjol pada gagal ventrikel kiri krn ventrikel kiri tak mampu memompa
darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
·
Dispnoe
Terjadi
akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas. Dapat
terjadi ortopnu.bebrapa pasien dapat mengalami ortopnu pda malam hari yang
dinamakan paroksimal nokturnal dispnea ( pnd)
·
Mudah lelah
Terjadi
karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal
dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi
karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang
terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
·
Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi
akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
·
Batuk
Gagal
jantung kanan :
·
Kongestif jaringan perifer dan
viseral.
·
Edema ekstrimitas bawah (edema
dependen), biasanya edema pitting, penambahan berat badan.
·
Hepatomegali dan nyeri tekan pada
kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar.
·
Anorexia dan mual. Terjadi akibat
pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen.
·
Nokturia
·
Kelemahan.
2.8 pemeriksaan penunjang
Berikut
beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
1. Ekg
untuk mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis,
iskemia, dan kerusakan pola.
2. Ecg
untukmengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi, disfungsi penyakit katup jantung.
3. Rontgen
dada untuk menunjukan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan
pulnonal.
4. Scan
jantung untuk tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
5. Kateterisasi
jantung untuk mengetahui tekanan abnormal, menunjukan indikasi, dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katup, serta mengkaji
potensi arteri koroner.
6. Terapi
diuretic, elektrolit mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan
fungsi ginjal.
7. Oksimetri
arteri, saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika chf memperburuk ppom.
8. Agd,
gagal ventrikrl kiri ditandai dengan hipoksemia dengan peningkatan tekanan
karbondioksida.
9. Enzim
jantung, meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung.
(sutanto, penyakit modern 2010)
2.9 penatalaksanaan medis
Tujuan
pengobatan adalah :
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium
dengan preparat farmakologi, dan
3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara
memberikan terapi antidiuretik, diit dan istirahat
Terapi
farmakologis :
·
Glikosida jantung.
Digitalis
, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi
jantung.efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan
vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema.
·
Terapi diuretik.
Diberikan
untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal.penggunaan hrs hati – hati
karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
·
Terapi vasodilator.
Obat-obat
fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan
darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan
peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan engisian ventrikel kiri dapat
dituruinkan
Obat
–obat yang digunakan antara lain :
1. Antagonis kalsium, untuk memperbaiki relaksasi miokard dan
menimbulkan vasodilatasi koroner.
2. Beta bloker, untuk mengatasi takikardia dan memperbaiki
pengisian ventrikel.
3. Diuretika, untuk gagal jantung disertai udem paru akibat
disfungsi diastolik. Bila tanda udem paru sudah hilang, maka pemberian
diuretika harus hati-hati agar jangan sampai terjadi hipovolemia dimana
pengisian ventrikel berkurang sehingga curah jantung dan tekanan darah menurun.
Pemberian
antagonis kalsium dan beta bloker harus diperhatikan karena keduanya dapat
menurunkan kontraktilitas miokard sehingga memperberat kegagalan jantung.
2.10pencegahan
Kunci untuk mencegah gagal jantung adalah dengan
mengurangi faktor – faktor yang beresiko. Misalnya dengan mengontrol atau
menghilangkan banyak faktor – faktor resiko penyakit jnatung, tekanan darah
tinggi dan penyakit arteri koroner. Hal tersebut bisa teratasi misalnya dengan
melakukan perubahn gaya hidup bersama dengan bantuan obat apapun yang
diperlukan. Perubahan – perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan meliputi :
- Tidak merokok
- Mengendalikan
kondisi tertentu. Seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan diabetes.
- Tetap aktif
secar fisik
- Makan makanan
yang sehat
- Menjaga berat
badan yang sehat
- Mengurangi dan
mengelola stres
- Membiasakan
diri ber-olah raga
2.11 komplikasi
Komplikasi
lebih lanjut yag dapat terjadi akibat decompensasi cordis adalah
Renjatan(
shock) cardiogenik , dimana ventrikel kiri jugaudah tidak mampu berfungsi lagi
. Selain itu dapat terjadi gagal nafas total akibat perluasan edema paru yang
hebat . (soeparman, ilmu penyakit dalam, 1987)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Gagal serambi kiri/kanan dari
jantung mengakibtkan ketidakmampuan memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik .
Karenanya diagnostik dan teraupetik berlnjut .GJK selanjutnya dihubungkan
dengan morbiditas dan mortalitas.
·
Aktivitas/istirahat
1. Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang
hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada
saat istirahat.
2. Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis :
letargi, tanda vital berubah pad aktivitas.
·
Sirkulasi
1. Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit
jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki,
telapak kaki, abdomen.
2. Tanda :
a. TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
b. Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
c. Irama Jantung ; Disritmia
d.Frekuensi jantung ; Takikardia.
e. Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah posisi
secara inferior ke kiri.
f. Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
g. terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
h. Murmur sistolik dan diastolic.
i. Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
j. Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
k. kapiler lambat.
l. Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
m. Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
n. Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
o. khususnya pada ekstremitas.
·
Integritas ego
1. Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan
dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
2. Tanda : Berbagai manifestasi
perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
·
Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih
malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
·
Makanan/cairan
1. Gejala : Kehilangan nafsu
makan, mual/muntah, penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada
ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang
telah diproses dan penggunaan diuretic.
2. Tanda : Penambahan berat badan
cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dn
pitting).
·
Higiene
1. Gejala : Keletihan/kelemahan,
kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
2. Tanda : Penampilan menandakan
kelalaian perawatan personal.
·
Neurosensori
1. Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
2. Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan
perilaku dan mudah tersinggung.
·
Nyeri/Kenyamanan
1. Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen
kanan atas dan sakit pada otot.
2. Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku
melindungi diri.
·
Pernapasan
Gejala : Dispnea saat
aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa
pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
Tanda :
1) Pernapasan; takipnea, napas
dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan.
2) Batuk : Kering/nyaring/non
produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3) Sputum ; Mungkin bersemu darah,
merah muda/berbuih (edema pulmonal)
4) Bunyi napas ; Mungkin tidak
terdengar.
5) Fungsi mental; Mungkin menurun,
kegelisahan, letargi.
6) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
·
Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental,
kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
·
Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang
biasa dilakukan.
·
Pembelajaran/pengajaran
Gejala : menggunakan/lupa menggunakan
obat-obat jantung, misalnya : penyekat saluran kalsium.
Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan
kebutuhan miokardium sekunder daru penurunan suplai darah ke miokardium,
peningkatan produksi asam laktat.
2. Kerusakan
pertukaran gas yang berhubungan dengan perembesan cairan, kongesti paru
sekunder, perubahan membran kapiler alveoli, dan retensi cairan interstisial.
3. Resiko
Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak
optimal, kelebihan cairan di paru sekunder pada edema paru akut.
4. Intoleransi
aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke
jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curah jantung.
3.3 Intervensi
1. Nyeri
yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan
kebutuhan miokardium sekunder daru penurunan suplai darah ke miokardium, peningkatan
produksi asam laktat
Tujuan
: Dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan dan terdapat penurunan respons
nyeri dada
Kriteria
hasil : Secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada.
No
|
DX
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
1
|
1. catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama, dan
penyebarannya.
2. ganjurkan kepada klien untuk melaporkan nyeri dengan
segera.
3. atur posisi fisilogis.
4. ajarkan teknik telaksasi pernapasan dalam
5. kolaborasi pemberian terapi farmakologis antiangina
|
1. Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi
sebagai temuan pengkajian.
2. Nyeri berat dapat menyebabkan syok kardiogenik yang
berdampak pada kematian mendadak.
3. Posisi fisiologis akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan
perifer.
4. Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri
sekunder dari iskemia jaringan otak.
5. Obat-obatan antiangina bertujuan untuk meningkatkan aliran
darah, baik dengan menambah suplai oksigen atau dengan mengurangi kebutuhan
miokardium akan oksigen.
|
DX 2 : Kerusakan pertukaran gas
yang berhubungan dengan perembesan cairan, kongesti paru sekunder, perubahan
membran kapiler alveoli, dan retensi cairan interstisial.
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam
tidak ada keluhan sesak atau terdapat penurunan respons sesak napas.
Kriteria hasil : Secara
subjektif klien menyatakan penurunan sesak napas.
No
|
DX
|
Intervensi
|
Rasional
|
2
|
2
|
1. Berikan tambahan O2 6 liter/menit.
2. Koreksi keseimbangan asam basa.
3. Cegah atelektasis dengan melatih batuk efektif dan napas
dalam
4. Kolaborasi
a. RL 500 cc/24 jam
b. Digoxin 1-0-0
|
1. Untuk meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran
gas.
2. Mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi
pernapasan.
3. Kongesti yang berat akan memperburuk proses pertukaran gas
sehingga berdampak pada timbulnya hipoksia.
4. Meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga dapat
mengurangi timbulnya edema dan dapat mencegah gangguan pertukaran gas.
|
DX
3 : Resiko Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan
paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru sekunder pada edema paru akut
Tujuan
:Dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas
Kreteia
hasil : klien tidak sesak nafas
No
|
DX
|
Intervensi
|
Rasional
|
4
|
4
|
1. Auskultasi bunyi napas (krakles).
2. Kaji adanya edema.
3. Ukur intake dan output.
4. Kolaborasi dalam pemberian diet tanpa garam.
|
1. Indikasi edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung.
2. Curiga gagal kongestif/kelebihan volume cairan.
3. Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi
ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan keluaran urine.
4. Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan
volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung dan
akan membuat kebutuhan miokardium meningkat.
|
DX 4 : Intoleransi aktivitas
yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan
dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curah jantung.
Tujuan
: Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan
beraktivitas
Kriteria hasil :Klien menunjukkan
kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat.
No
|
DX
|
Intervensi
|
Rasional
|
4
|
4
|
1. Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD, selama
dan sesudah beraktivitas.
2. Pertahankan klien pada posisi tirah baring sementara sakit
akut.
3. Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis.
4. Pertahankan penambahan O2 , sesuai kebutuhan.
|
1. Respons klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan
adanya penurunan oksigen miokard
.
2. Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen.
3. Untuk mengurangi beban jantung.
4. Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.
|
3.4 implementasi
:
DX 1 : Nyeri yang berhubungan
dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan miokardium
sekunder daru penurunan suplai darah ke miokardium, peningkatan produksi asam
laktat.
1. Mencatat
karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama, dan penyebarannya.
2. Menganjurkan
kepada klien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
3. Mengatur
posisi fisilogis
4. Mengajarkan
teknik telaksasi pernapasan dalam
5. Mengkolaborasi
pemberian terapi farmakologis antiangina
DX 2: Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan
perembesan cairan, kongesti paru sekunder, perubahan membran kapiler alveoli,
dan retensi cairan interstisial
1. Memberikan
tambahan O2 6 liter/menit.
2. Mengkoreksi
keseimbangan asam basa.
3. Mencegah
atelektasis dengan melatih batuk efektif dan napas dalam
4. Mengkolaborasi
1. RL
500 cc/24 jam
2. Digoxin
1-0-0
DX 3Resiko Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru sekunder pada edema
paru akut.
1. Mengauskultasi
bunyi napas (krakles)
2. Mengkaji
adanya edema.
3. Mengukur
intake dan output.
4. Mengkolaborasi
dalam pemberian diet tanpa garam.
DX 4 : Intoleransi aktivitas
yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan
dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curah jantung.
1. Mencatat
frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD, selama dan sesudah beraktivitas.
2. Mempertahankan
klien pada posisi tirah baring sementara sakit akut.
3. mempertahankan
rentang gerak pasif selama sakit kritis.
4. Mempertahankan penambahan
O2 , sesuai kebutuhan.
3.5 evaluasi
DX 1 :
S: penurunan rasa nyeri dada
O: pasien tampak tidak lagi
kesakitan karna nyeri
A : intervensi tercapai sebagian
P : intervensi tercapai
A : intervensi tercapai sebagian
P : intervensi tercapai
DX2:
S: klien mengatakan tidak lagi sesak
nafas
O: klien tampak telah bernafas dengan normal
A : intervensi tercapai
P: intervensi di hentikan
O: klien tampak telah bernafas dengan normal
A : intervensi tercapai
P: intervensi di hentikan
DX 3:
S: klien mengatakan pola nafas
kembali efektiv
O : klien tampak bernafas dengan normal
A :intervensi tercapai
P : intervensi di hentikan
O : klien tampak bernafas dengan normal
A :intervensi tercapai
P : intervensi di hentikan
DX 4:
S: klien mengatakan telah dapat
beraktivitas kembali
O : klien tampak telah kembali beraktivitas
A : intervensi tercapai
P : intervensi di hentikan
O : klien tampak telah kembali beraktivitas
A : intervensi tercapai
P : intervensi di hentikan
BAB
IV
PENUTUP
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gagal
jantung atau biasa disebut decompensasi cordis adalah
suatu keadaan pathologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung
gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung
terjadi akibat penyakit atau keadaan –keadaan pathologis pada jantung itu
sendiri maupun penyakit pada sistim peredaran darah (Noer,1996).
Penyebab
yang paling sering pada gagal jantung adalah Coronari Arteri deases (CAD), hipertensi, penyakit
jantung reumatik, Acut Miocard Infark( AMI),Disretmia, Conginetal
Heart Deases (penyakit jantung bawaan), bakterial
endokarditis, dan anemia. Gagal jantung dapat disebabkan oleh
berbagai macam penyakit jantung, meskipun demikian tidak semua penyakit
jantung harus disertai dengan kegagalan jantung dalam melakukan fungsinya
sebagai pompa. Jantung yang lemah masih dapat memompakan darah dalam jumlah
yang cukup bila penderita dalam keadaan istirahat, tetapi tidak mampu lagi bila
ada beban tambahan akibat kegiatan, kehamilan, demam dan
lain-lain. .
Faktor-faktor
pencetus adalah infeksi pada paru-paru, anemia akut atau menahun, tidak
teratur minum obat jantung atau obat diuretic, terjadi infark jantung
yang berulang, melakukan pekerjaan berat apa lagi mendadak (lari, naik tangga),
stress emosional, hipertensi yang tidak terkontrol (Noer,1996).
4.2 Saran
1.
Bagi Mahasiswa
Untuk
memberikan banyak pengetahuan untuk semuanya dan semoga penyakit decompesasi
cordis ini dapat di tekan anggak orang yang terkena penyakit ini
2.
Bagi perawatan
PATHWAYS
SUMBER: http://dwitasari37.blogspot.com/2013/09/decompensasi-cordis.html
= MAKALAH
No comments:
Post a Comment