ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)
MYOCARDITIS
Dosen
Pembimbing : Zaenal Amirudin, S.Kep, Ns, M.Kes
Disusun Oleh :
Dea Fera
Indikasari (P17420313053)
Dedy Samsun Hidayat
(P17420313054)
Dewi Aisyah (P17420313055)
Diah Rini Setiyawati
(P17420313056)
Dimas Janu Pratama
(P17420313057)
Dwi Arum Septiyani
(P17420313058)
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau
miokardium. pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi
dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin
bahan-bahan kimia dan radiasi.
Terdapat perubahan epidemiologi endokarditis infektif pada
saat sekarang yang disebabkan tingkat kesehatan umum yang baik, tingkat
kesehatan gigi yang baik, pengobatan yang lebih dini dan penggunaan antibiotic.
Insidens endokarditis 10-60 kasus per 1.000.000 penduduk per tahun diseluruh
dunia dan cenderung meningkat pada usia lanjut.
Penyakit ini perlu penanganan dan pengobatan yang tepat dan
sesegera mungkin karena apabila tidak disegerkan akan mengakibatkan dampak yang
fatal.
1.2 Rumusan masalah
- Apa yang dimaksud dengan miokarditis?
- Apa etiologi dari miokarditis ?
- Apa saja faktor resiko pada pasien dengan miokarditis?
- Apa saja manifestasi klinis dari miokarditis miokarditis?
- Apa saja pemeriksaan diagnostik pada miokarditis?
- Bagaimanakah asuhan keperawatan pada miokarditis?
1.3 Tujuan
- Untuk menegetahui definisi miokarditis?
- Untuk mengetahui etiologi dari miokarditis?
- Untuk mengetahui faktor resiko pada klien dengan miokarditis?
- Untuk mengetahui manifestasi klinis dari miokarditis?
- Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaaan diagnostik pada miokarditis?
- Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada miokarditis?
1.4 Manfaat
Manfaat
yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1.4.1
Mendapatkan pengetahuan tentang Miokarditis?
1.4.2
Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan Miokarditis?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau
miokardium. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa myocarditis adalah
peradangan otot jantung oleh berbagai penyebab terutama agen-agen
infeksi.
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau
miokardium. Pada umumnya miokarditis disebabkan penyakit-penyakit infeksi
tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toksik
bahan-bahan kimia radiasi. Miokarditis dapat disebabkan infeksi, reaksi alergi,
dan reaksi toksik. Pada miokarditis, kerusakan miokardium disebabkan oleh
toksin yang dikeluarkan basil miosit. Toksin akan menghambat sintesis protein
dan secara mikroskopis akan didapatkan miosit dengan infiltrasi lema, serat
otot mengalami nekrosis hialin. Beberapa organisme dapat menyerang dinding
arteri kecil, terutama arteri koronaintramuskular yang akan memberikan reaksi
radang perivaskular miokardium. Keadaan ini dapat disebabkan oleh pseudomonas
dan beberapa jenis jamur seperti aspergilus dan kandida. Sebagian kecil
mikroorganisme menyerang langsung sel-sel miokardium ysng menyebaban reaksi
radang. Hal ini dapat terjadi pada Toksoplasmosis gondii. Pada trikinosis,
sel-sel radang yang ditemukan terutama eusinofil (Elly Nurachmach, 2009).
Myocardium lapisan medial dinding jantung yang terdiri atas
jaringan otot jantung yang sangat khusus (Brooker, 2001). Myocarditis adalah
peradangan pada otot jantung atau miokardium. pada umumnya disebabkan oleh
penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap
obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999).
Myocarditis adalah peradangan dinding otot jantung yang disebabkan oleh infeksi
atau penyebab lain sampai yang tidak diketahui (idiopatik) (Dorland, 2002).
Miokarditis
adalah inflamasi fokal atau menyebar dari otot jantung (miokardium) (Doenges,
1999). Dari pebgertian diatas dapat disimpulkan bahwa myocarditis adalah
peradangan/inflamasi otot jantung oleh berbagai penyebab terutama agen-agen
infeksi.
2.2 Etiologi Dan Klasifikasi
1) Acute isolated myocarditis
adalah miokarditis interstitial acute dengan etiologi tidak diketahui.
2) Bacterial myocarditis
adalah miokarditis yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
3) Chronic
myocarditis adalah penyakit radang miokardial kronik.
4) Diphtheritic
myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan oleh toksin bakteri yang
dihasilkan pada difteri : lesi primer bersifat degeneratiff dan nekrotik dengan
respons radang sekunder.
5) Fibras myocarditis
adalah fibrosis fokal/difus mikardial yang disebabkan oleh peradangan kronik.
6) Giant
cell myocarditis adalah subtype miokarditis akut terisolasi yang ditandai
dengan adanya sel raksasa multinukleus dan sel-sel radang lain, termasuk
limfosit, sel plasma dan makrofag dan oleh dilatasi ventikel, trombi mural, dan
daerah nekrosis yang tersebar luas.
7) Hypersensitivity
myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan reaksi alergi yang disebabkan
oleh hipersensitivitas terhadap berbagai obat, terutama sulfonamide,
penicillin, dan metildopa.
8) Infection myocarditis
adalah disebabkan oleh agen infeksius ; termasuk bakteri, virus, riketsia,
protozoa, spirochaeta, dan fungus. Agen tersebut dapat merusak miokardium
melalui infeksi langsung, produksi toksin, atau perantara respons immunologis.
9) Interstitial
myocarditis adalah mikarditis yang mengenai jaringan ikat interstitial.
10) Parenchymatus myocarditis
adalah miokarditis yang terutama mengenai substansi ototnya sendiri.
11) Protozoa myocarditis adalah
miokarditis yang disebabkan oleh protozoa terutama terjadi pada penyakit Chagas
dan toxoplasmosis.
12)Rheumatic myocarditis adalah
gejala sisa yang umum pada demam reumatik.
13) Rickettsial myocarditis adalah
mikarditis yang berhubungan dengan infeksi riketsia.
14) Toxic myocarditis adalah
degenerasi dan necrosis fokal serabut miokardium yang disebabkan oleh obat,
bahan kimia, bahan fisik, seperti radiasi hewan/toksin serangga atau
bahan/keadaan lain yang menyebabkan trauma pada miokardium.
15) Tuberculosis myocarditis
adalah peradangan granulumatosa miokardium pada tuberkulosa.
16) Viral myocarditis
disebabkan oleh infeksi virus terutama oleh enterovirus ; paling sering terjadi
pada bayi, wanita hamil, dan pada pasien dengan tanggap immune rendah (Dorland,
2002).
2.3 Patofisiologi
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui
tiga mekanisme dasar :
1)
Invasi langsung ke miokard.
2)
Proses immunologis terhadap miokard.
3)
Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
Proses miokarditis viral ada dua tahap, fase pertama (akut)
berangsung kira-kira 1 minggu (pada tikus) di mana terjadi invasi virus ke
miokardium, replikasi virus dan lisis sel. Kemudian terbentuk neutralizing
antibody dan virus akan dibersihkan atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan
makrofag dan neutral killer cell (sel NK).
Fase kedua miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radang
dan sistem imun akan diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibodi terhadap
miokardium, akibat perubahan permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini
berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan dan diikuti kerusakan
miokardium dan yang minimal sampai yang berat.
Enterovirus sebagai penyebab miokarditis viral juga
merusakkan sel-sel endotel dan terbentuknya antibodi endotel, diduga sebagai
penyebab spasme mikrovaskular. Walaupun etiologi kelainan mikrovaskular belum
pasti, tetapi sangat mungkin berasal dari respon imun atau kerusakan endotel
akibat infeksi virus.
Jadi pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro yang
menyebabkan proses berulang antara obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan
larutnya matriks miokardium dan habisnya otot jantung secara fokal menyebabkan
rontoknya serabut otot, dilatasi jantung, dan hipertrofi miosit yang tersisa.
Akhirnya proses ini mengakibatkan habisnya kompensasi mekanis dan biokimiawi
yang berakhir dengan payah jantung (Elly Nurachmach, 2009).
2.4 Gejala
Klinis
- Letih
- Napas pendek
- Detak jantung tidak teratur
- Demam
Gejala-gejala
lain karena gangguan yangmendasarinya (Griffith, 1994).
a)
Menggigil
b)
Demam
c)
Anoreksia
d)
Nyeri dada
e)
Dispnea dan disritmia.
f)
Tamponade
g)
ferikardial/kompresi (pada efusi perikardial)
2.5 Komplikasi
- Kardiomiopati kongestif/dilated.
- Payah jantung kongestif.
- Efusi perikardial.
- AV block total.
- Trombi Kardiac
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
- Laboratorium : leukosit, LED, limfosit, LDH.
- Elektrokardiografi.
- Rontgen thorax.
- Ekokardiografi.
- Biopsi endomiokardial.
2.7 Penatalaksanaan
- Perawatan untuk tindakan observasi.
- Tirah baring/pembatasan aktivitas.
- Antibiotik atau kemoterapeutik.
- Pengobatan sistemik supportif ditujukan pada penyakti infeksi sistemik.
- Antibiotik.
- Obat kortikosteroid.
- Jika berkembang menjadi gagal jantung kongestif : diuretik untuk mnegurangi retensi ciaran ; digitalis untuk merangsang detak jantung ; obat antibeku untuk mencegah pembentukan bekuan.
- Terapi komplikasi : alat pacu jantung (blok total)
2.8 Prognosis
- Sebagian cepat sembuh cepat, kadang jadi kronis.
- Prognosis buruk bila :
1)
Umur muda, sering mati mendadak
2)
Bentuk akut fulminan karena virus atau difteri
3)
Miokarditis yang sangat progresif
4)
Bentuk kronis yang berlanjut menjadi kardiomiopati
5)
Penyakit chaga.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian
adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
a. Keluhan utama
- Demam
- Nyeri dada mirip angina pectoris dan perikarditis
- Palpitasi
- Sesak napas
b. Tanda Penting
- Takikardi
- Kardomegali (cepat terjadi)
- Bunyi jantung melemah
- Irama gallopTanda-tanda gagal jantung, terutama gagal jantung kanan.
Pengkajian
pasien myocarditis (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :
v Aktivitas /
istirahat
Gejala
: kelelahan, kelemahan.
Tanda
: takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas.
v Pernapasan
Gejala
:napas pendek (napas pendek kronis memburuk pada malam hari).
Tanda
:DNP (dispnea nocturnal paroxismal) ; batuk, inspirasi mengi ; takipnea,
krekels, dan ronkhi ; pernapasan dangkal.
v Sirkulasi
Gejala
:riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi,
jatuh pingsan.
Tanda
:takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal, kardiomegali,
frivtion rub, murmur, irama gallop (S3 dan S4), edema, DVJ, petekie, hemoragi
splinter, nodus osler, lesi Janeway.
v Eliminasi
Gejala
: riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlsh urine.
Tanda : urin pekat gelap.
Tanda : urin pekat gelap.
v Nyeri
Gejala
:nyeri seperti tertimpa beban bert dan terasa
terbakar
Tanda
: perilaku distraksi, misalnya
gelisah.
v Keamanan
Gejala
:riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis ; trauma dada ; penyakit
keganasan/iradiasi thorakal ; dalam penanganan gigi ; pemeriksaan endoskopik
terhadap sitem GI/GU), penurunan system immune, SLE atau penyakit kolagen
lainnya.
Tanda
:demam.
3.2 Pemeriksaan Khusus
a.
Pemeriksaa EKG :Tidak khas
- ST-T changes inferior
- Gangguan konduksi jantung
- Foto Toraks :Tidak khas
- Pembesaran jantung dengan efusi perikard atau pleura.
- Ekokardiografi :
- Pembesaran jantung kiri
- Dapat di bedakan dengan kardiomiopati hipertrofi dan mitral stenosis.
3.3
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah
pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah
1. Nyeri berhubungan dengan
inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia jaringan.
2. Risiko tinggi terhadap
penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung,
penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
3.
Infeksi berhubungan dengan penyebaran agen infeksius
4. Gangguan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan penrunan cardiac output.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard, penurunan curah jantung.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan
belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya
ingat, mis-intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal
diagnosa.
3.4 Intervensi
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan.
Intervensi
dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis
(Doenges,
1999).
1.
Nyeri
Tujuan
: Nyeri hilang atau terkontrol.
Kriteria
Hasil : - Nyeri berkurang atau
hilang
- Klien tampak tenang.
- Klien tampak tenang.
Intervensi
:
- Kolaborasi
pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin
; antipiretik ; steroid).
R : dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi, menurunkan demam ; steroid diberikan untuk gejala yang lebih berat. - Kolaborasi
pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung - Berikan
lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan
posisi, gosokkan punggung, penggunaan kompres hangat/dingin, dukungan
emosional.
R : tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien. - Berikan
teknik distraksi yang
tepat
R : mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu. - Menitoring keluhan nyeri dada dan faktor pemberat atau penurun. Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan otot, menangis.
R
: pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan
hilang dengan duduk
tegak/membungkuk.
2.
Risiko tinggi terhadap penurunan curah
jantung
Tujuan
: Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
Kriteria
Hasil :
-
Melaporkan/menunjukkan
penurunan periode dispnea, angina,angina,dandistritmia.
-
Memperlihatkan
irama dan frekuensi jantung
stabil.
Intervensi
:
- Pertahankan
tirah baring dalam posisi
semi-Fowler.
R : menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung. - Memberikan
tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, dan
aktivitas hiburan dalam tolerransi jantung.
R : meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian. - Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, seperti digitalis, diuretik.
R
: dapat diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan meurunkan beban
kerja jantung.
- Kolaborasi pemberian antibiotik/antimikrobial intervena
R
: diberikan untuk mengatasi patogen yang teridentifikasi dan mencegah kerusakan
jantung yang lebih lanjut.
- Memantau
frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah
aktivitas dan selama diperlukan.
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas. - Auskultasi
bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3
dan S4.
R : memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade jantung.
3.
Resiko infeksi b.d penyebaran agen infeksius
Tujuan:
Tidak terjadi penyebaran infeksi
Kriteria
hasil: -Suhu tubuh normal, 36,5-37 C
Nilai
WBC normal 3800–9800/mcl
Intervensi:
- Kolaborasi pemberian antibiotik
R/
Antibiotik untuk mengurangi agen infeksius
- Melakukan tes darah lengkap memantau nilai granulosit dan WBC
R/
untuk mengetahui nilai WBC dan granlosit sebagai indikator adanya infeksi
- Observasi tanda-tanda vital
R/
Memantau perkembangan kondisi pasien dan melakukan tindakan selanjutnya
4.
Intoleransi aktivitas
Tujuan
: pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria
hasil
:- Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
-Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
- Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
-Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi
:
- Bantu
pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk
turun dari tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi pasien
pada peningkatan aktivitas.
R : saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi. - Mengkaji
respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dan keluhan
kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan dengan
aktivitas.
R : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel miokardial. - Pertahankan
tirah baring selama periode demam dan sesuai
indikasi.
R : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut. - Kolaborasi
pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menmgimbangi konsumsi oksigen yang terjadi dengan aktifitas - Meantau
frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah
aktivitas dan selama diperlukan.
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal.Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.
5.
Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan cardiac output.
Tujuan
: Gangguan perfusi jaringan teratasi dalam waktu 3x24 jam.
Kriteria
Hasil : - RR 30-60 x/mnt
-Nadi
120-140 x/mnt.
-Suhu
36,5-37 C
-Sianosis
(-)
-Ekstremitas
hangat
Intervensi:
- Beri oksigen sesuai kebutuhan
R/
Membantu meningkatkan cardiac output
- Observasi frekuensi dan bunyi jantung
R/
Frekuensi dan bunyi jantung yang normal mengindikasikan aliran darah lancar
yang berarti perfusi jaringan kembali normal.
- Observasi adanya sianosis.
R/
adanya sianosis atau kebiruan menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan.
- Observasi TTV.
R/
Memantau perkembangan kondisi pasien
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.
R/
Meningkatkan cardiac output
6.
Kurang pengetahuan
Tujuan
: menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Kriteria
hasil : -Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang
perlu diperhatikan.
-Memperlihatan perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi.
-Memperlihatan perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi.
Intervensi
:
- Kaji
kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang
terdekat.
R : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit. - Jelaskan
efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarakkn untuk
memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala
yang dilaporkan dengan segera pada pemberi perawatan, contoh ; demam,
peningkatan nyeri dada yang tak biasanya, peningkatan berat badan,
peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
R : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi. - Anjurkan
pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat;
kebutuhan diet ; pertimbangan khusus ; aktivitas yang
diijinkan/dibatasi.
R : informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada program terapeutik, mencegah komplikasi. - Kaji
ulang perlunya antibiotic jangka panjang/terapy
antimicrobial.
R : perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotic IV/antimicrobial perlu sampai kultur darah negative/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.
3.5 Evaluasi
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana
taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan
ditetapkan.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1.
Nyeri
hilang atau terkontrol
2.
Mengidentifikasi
perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
3.
Tidak
ada infeksi sistemik
4.
Perfusi
jaringan perifer kembali normal
5.
Pasien
memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
6.
Menyatakan
pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Miokarditis jarang didapat pada saat puncak penyakit infeksinya karena akan
tertutup oleh manifestasi sistemis penyakit infeksi tersebut dan baru jelas
pada fase pemulihan. Bentuk ini umumnya sembuh dengan sendirinya, tetapi
sebagian berlanjut menjadi bentuk kardiomiopati dan ada juga yang menjadi
penyebab aritmia, gangguan konduksi atau payah jantung yang secara struktural
dianggap normal.
Sebagian besar keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan
rasa lemah, berdebar-debar, sesak napas, dan rasa tidak enak di dada. Nyeri
dada biasanya ada bila disertai perikarditis. Kadang-kadang didapatkan rasa
nyeri yang menyerupai angina pektoris. Gejala yang paling sering
ditemukan adalah takikardia yang tidak sesuai dengan kenaikan suhu.
Kadang-kadang didapatkan hipotensi dengan nadi yang kecil atau dengan gangguan
pulsasi.
4.2 Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit myocarditis karena
akan menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi
health education kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan myocarditis
dan bagaimana pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2008.InefectiveEndocarditis.Diaksesdari:www.satriaperwira.wordpress.com
Pada :3 September 2014. Pukul: 11.00 WIB.
Baswin,Ade.2009.Endokarditis.
Diakses dari : www.one.indoskripsi.com Pada :2 September 2014. Pukul : 19.00
WIB.
Doenges,
E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Wulandari,Veni.2009.Endokarditis.Diaksesdari:www.veniwulandari.blogspot.com
Pada :2 September 2014. Pukul : 20.00 WIB.
Medika,Yasir.2009.AskepEndokarditis.Diaksesdari:www.yasirblogspotcom.blogspot.com
Pada :2 September 2014. Jam : 19.30 WIB.
Muttaqin,
Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta:
Salemba Medika.
Patriani.2008.Askep
Miokasrditis. Diakses dari : www.asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com
Pada :3 September 2014. Pukul 18.30 WIB.
Udjianti,
Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba.
Yuflihul-khair.2010.Endokarditis.Diaksesdari :www.yuflihulkhair.blogspot.
com
No comments:
Post a Comment