ASKEP
PRE DAN POST OPERASI PADA SISTEM PERNAFASAN
Disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
tahun akademik 2014
Disusun oleh :
1.
Dea
Fera Indikasari
2.
Dimas
Janu Pratama
3.
Indri
Dwi Pratiwi
4.
Maulida
Safutri
5.
Qonitalillah
6.
Susiyanti
II Reguler B
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
PEKALONGAN
TAHUN AKADEMIK 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PRE DAN POST OPERASI PADA SISTEM PERNAFASAN”. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Demikian penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Dalam Penulisan makalah
ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Pekalongan, Agustus 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar.......................................................................................................................
i
Daftar isi ............................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan ............................................................................................................... 1
A.
Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C.
Tujuan .................................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan ............................................................................................................... 3
A.
Definisi .................................................................................................................. 3
B.
Klasifikasi .............................................................................................................. 3
C.
Etiologi...................................................................................................................
5
D.
Manifestasi Klinis .................................................................................................. 5
E.
Patofisiologi...........................................................................................................
6
F.
Pathway ................................................................................................................. 7
G.
Pemeriksaan
Diagnostik ........................................................................................ 8
H.
Penatalaksanaan .................................................................................................... 9
I.
Pengkajian ............................................................................................................ 16
J.
Diagnosa Keperawatan
..........................................................................................
18
K.
Intervensi
Keperawatan
.........................................................................................
18
L.
Evaluasi
..................................................................................................................
22
Bab III Penutup
1.
Kesimpulan
...............................................................................................................
23
2.
Saran
.........................................................................................................................
23
Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULAN
A.
LATAR
BELAKANG
B.
RUMUSAN
MASALAH
C.
TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Gangguan pada sistem pernapasan adalah
terganggunya pengangkutan O2 ke sel - selatau jaringan tubuh; disebu
asfiksi . Asfiksi ada bermacam-macam misalnya terisinyaalveolus dengan
cairan limfa karena infeksi Diplokokus pneumonia atau Pneumokokus
yangmenyebabkan penyakit pneumonia. Keracunan asam sianida, debu, batu
bara dan racunlain dapat pula menyebabkan terganggunya pengikatan O2 oleh
hemoglobin dalampembuluh darah, karena daya afinitas hemoglobin juga lebih
besar terhadap racundibanding terhadap O2. Asfiksi dapat pula disebabkan karena
penyumbatan saluranpernapasan oleh kelenjar limfa, misalnya polip, amandel, dan
adenoid. Gangguanpernapasan yang sering terjadi adalah emfisema berupa penyakit
yang terjadi karenasusunan dan fungsi alveolus yang abnormal.
B.
KLASIFIKASI
1. Klien dengan infeksi dan
inflamasi sistem pernafasan :
1.Tuberkolusis Paru
2.Pneumonia
3.Abses paru
4.Bronkhitis
2. Klien dengan gangguan pleura :
1.Efusi pleura
2. Pneumothoraks
3.Empiema
4.Hematothoraks
3. Klien dengan gangguan jalan nafas :
1.Penyakit Paru Obstruktif Menahun
2.Emfisema
3.Asma Bronkhial
4.Status Asmatikus
5.Bronkhiektasis
4. Klien dengan keganasan sistem
pernafasan :
1.Karsinoma Bronkhogenik
2.Karsinoma Mediastinum
5. Klien dengan gangguan pernafasan:
1.Gagal Nafas
2.Adult Respiratory Distress Syndrome
3.Penyakit Jantun –Paru ( Kor
Pulmonal )
4.Embolisme Paru
C.
ETIOLOGI( Penyebab Terjadinya Gangguan
Pernapasan )
Penyebab
utama penyakit pernapasan, yaitu:
a)
Mikroorganisme patogen yang mampu
bertahan terhadap fagositosis;
b)
Partikel - partikel mineral yang
menyebabkan kerusakan atau kematian makrofag yang menelannya, sehingga
menghambat pembersihan dan merangsang reaksi jaringan;
c)
Partikel - partikel organik yang
merespons imun;
d)
Kelebihan beban sistem
akibat paparan terus - menerus terhadap debu berkadartinggi yang menumpuk
disekitar saluran napas terminal.
Sedangkan faktor lain yang menyebabkan
terjadinya gangguan pernapasan adalahkebiasaan merokok, keturunan, perokok
pasif, polusi udara dan riwayat infeksi pernapasansewaktu kecil.
D.
MANIFESTASI
KLINIS
E.
PATOFISIOLOGI
HIPOKSIA dan HIPOKSEMIA
a.
Hipoksia merupakan suatu
mekanisme utama yang terjadi pada penyakit paru–paru akibat adanya penurunan
suplai oksigen. Hipoksia itu sendiri berarti kurangnya ( hipo) oksigen dalam
jaringan,
b.
Hipoksemia merupakan
kekurangan oksigen pada tingkatdarah / arteri ( heme ). (Irman Somantri,
2009, hlm.17)Jenis hipoksia adalah sebagai berikut :a)Hipoksia HipoksikHipoksia
jenis ini muncul akibat kurangnya suplai oksigen ataupun kadar oksigenyang ada
di lingkungan ( tekanan parsial arteri [ PaO2] rendah ). Biasanyamerupakan
masalah individu normal pada dataran tinggi, dimana kadar PO2 sangat rendah
sehingga orang yang berada pada tempat tersebut akan merasa kesulitanmenarik
nafas dan ini merupakan komplikasi dari pneumonia, dapat pula terjadipada
tempat dimana banyak sekali orang dalam satu ruangan dengan ventilasi
yangkurang. (Irman Somantri, 2009, hlm.18)
Penyebab Hipoksia Hipoksik antara lain adalah :
1)Penurunan PO2udara inspirasi ( ketinggian, kekurangan oksigen );
2)Hipoventilasi;
3)Gangguan difusi alveolar kapiler;
4)Rasio ventilasi–perfusi abnormal atau gangguan ventilasi–perfusi.b)
F.
PATYWAY
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
ü
Pemerikasan
gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
ü
Pemeriksaan rontgen
dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui
ü
Hemodinamik
Tipe I : peningkatan PCWP
Tipe I : peningkatan PCWP
ü
EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia.
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia.
H. PENATALAKSANAAN
OperasiPreoperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai prabedah
( preoperatif ), bedah (
intraoperatif ), pascaoperatif ( postoperatif ).Prabedah merupakan masasebelum
dilakukannya tindakan pembedahan dimulai sejak ditentukannya persiapan
pembedahan danberakhir sampai pasien di meja bedah. Intra bedah merupakan masa
pembedahan yang dimulai sejakditransfer kemeja bedah dan berakhir sampai pasien
dibawa ke ruang pemulihan. Pasca bedahmerupakan masa setelah dilakukan
pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang danberakhir sampai evaluasi
selanjutnya. (scribd.com)2.
Pengkajian psikososial Dengan
mengumpulkan riwayat kesehatan secara cermat, perawat menemukan
kekhawatiranpasien yang dapat menjadi beban langsung
selama pengalaman pembedahan. Tidak diragukan lagipasien
yang mengalami pembedahan ini dilingkupi oleh kecemasan,
termasuk ketakutan akanketidaktahuan dan lain sebagainya. Akibatnya,
perawat harus memberikan dorongan r k a n k e k h a w a t I r a n tersebut.Untuk
pasien pre operatif berbagai kecemasan yang cukup besar cemas dan takut
terhadap anastesia, takut terhadap rasa nyeri dan kematian atau ancamanlain
yang dapat menimbulkan supaya dapat memberikan perasaan tenang pada pasien
apabila memungkinkan. (scribd.com)3.
Pengkajian fisik umumSebelum
pengobatan dimulai, riwayat kesehatan dikumpulkan dan pemeriksaan fisik
dilakukan,selama pemeriksaan fisik tersebut, tanda-tanda vital di catat dan
data dasar ditegakan untukpembandingan dimasa
yang datang, pemeriksaan diagnostik dilakukan seperti Analisis
Gas Darah( AGD ), pemeriksaan rontgen, endoskopi, biopsi jaringan, dan
pemeriksaan feses dan urin, perawatberada dalam posisi untuk membantu pasien
memahami perlunya pemeriksaan diagnostic adalah suatukesempatan
selama pemeriksaan fisik untuk memperhatikan temuan fisik
yang signifikan, seperti
Latihan yang diberikan
pada pasien sebelum operasi antara lain :
a.
Latihan nafas dalam sangat
bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi dandapat membantu
pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan
dapatmeningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan oksigenasidarah setelah anastesi umum. Dengan melakukan
latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benarmaka pasien dapat segera
mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dankebutuhan
pasien. Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.
Pasien tidur dengan
posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lututditekuk dan perut
tidak boleh tegang.
2.
Letakkan tangan diatas
perut
3.
Hirup udara
sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi muluttertutup rapat.
4.
Tahan nafas beberapa
saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udaradikeluarkan sedikit demi
sedikit melalui mulut.
5.
Lakukan hal ini berulang
kali (15 kali).
6.
Lakukan latihan dua kali
sehari praopeartif.
b.
Latihan gerak sendi
merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasiendapat
segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat
prosespenyembuhan. Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang
keliru tentangpergerakan pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak
berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek
atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas
keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan
lebih cepat merangsang usus(peristaltik usus) sehingga
pasien akan lebih cepat kentut / flatus. Keuntungan lain adalahmenghindarkan
penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi
danterjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk
mencegah stasis vena danmenunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi
ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Rangeof Motion (ROM). Latihan
perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian
seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan
secaramandiri.
c.
Persiapan penunjang
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakanpembedahan. Tanpa
adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak meungkin
bisamenentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan
penunjang yangdimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium
maupun pemeriksaan lain seperti ECG,dan lain-lain.Sebelum dokter mengambil
keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukanberbagai
pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkanpenyakit
yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi
maka dokteranstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak
menjalani operasi. Untuk itu dokteranastesi juga memerlukan berbagai macam
pemrikasaan laboratorium terutama pemeriksaan masaperdarahan ( bledding time )
dan masa pembekuan ( clotting time ) darah pasien, elektrolit serum,Hemoglobin,
protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
d.
Pemeriksaan Status
AnastesiPemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk
keselamatan selamapembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan
pembedahan, pasien akan mengalamipemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk
menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diripasien. Pemeriksaan yang
biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA (American
Society of Anasthesiologist ). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik
anastesi padaumumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan
sistem saraf. Berikut adalah tabelpemeriksaan ASA.
e.
Persiapan Mental /
Psikis Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasikarena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakanpembedahan merupakan ancaman
potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapatmembangkitkan
reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long). Contoh perubahan
fisiologisyang muncul akibat kecemasan dan ketakutan antara lain :Pasien dengan
riwayat hipertensi jikamengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan
pasien sulit tidur dan tekanan darahnyaakan meningkat sehingga operasi bisa
dibatalkan. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasidapat mengalami
menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda.
Setiaporang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman
operasi sehingga akanmemberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi
sesungguhnya perasaan takut dan cemas selaludialami setiap orang dalam
menghadapi pembedahan.Berbagai alasan yang dapat menyebabkan
ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapipembedahan antara lain :
1.
Takut nyeri setelah
pembedahan.
2.
Takut terjadi perubahan
fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal ( bodyimage ).
3.
Takut keganasan ( bila
diagnosa yang ditegakkan belum pasti ).
4.
Takut / cemas mengalami
kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyaipenyakit yang sama.
5.
Takut / ngeri menghadapi
ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
6.
Takut mati saat dibius /
tidak sadar lagi.
7.
Takut operasi gagal.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan
adanyaperubahan - perubahan fisik seperti : meningkatnya frekuensi nadi dan
pernafasan, gerakan - gerakantangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang
lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang samaberulang kali, sulit tidur,
sering berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasadigunakan
oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal -
hal yangbisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan
dan kecemasan ini,seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien,
faktor pendukung / support system.Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan
pasien, perawat dapat menanyakan hal - hal yang terkaitdengan persiapan operasi,
antara lain :
1). Pengalaman operasi
sebelumnyaPersepsi pasien dan keluarga tentang tujuan / alasan tindakan
operasiPengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik
maupun penunjang.
2). Pengetahuan pasien
dan keluarga tentang situasi / kondisi kamar operasi dan petugaskamar operasi
Pengetahuan pasien dan
keluarga tentang prosedur ( pre, intra, post operasi )Pengetahuan tentang
latihan - latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harusdijalankan
setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.
Persiapanmental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
pasien dankeluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang
sebelumnya telah disetujuidan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa
hari kemudian datang lagi kerumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini
berarti telah menunda operasi yangmestinya sudah dilakukan beberapa hari /
minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapanmental pasien menjadi hal yang
penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga /orang terdekat
pasien.Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga danperawat.
Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental
pasien.Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa
dan dukunganpasien dengan kata-kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan
keputusan pasienuntuk menjalani operasi
.Peranan perawat dalam
memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai cara:
3). Membantu pasien
mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum
operasi,memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang
akan dialami olehpasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar
operasi, dll.
4). Dengan
mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien mejadi
lebihsiap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga yang tidak
menghendaki pasienmengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi
yang akan dialami pasien.
5). Memberikan penjelasan
terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi sesuaidengan tingkat
perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika
pasienharus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai
kapan, manfaatnyauntuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan
penjelasan tujuan dari pemeriksaandarah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan
pemberian informasi yang lengkap, kecemasanyang dialami oleh pasien akan
dapat diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik
6).Memberi kesempatan
pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala proseduryang ada.
Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa
bersama-samasebelum pasien di antar ke kamar operasi.
7). Mengoreksi
pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain
karenapengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien
8). Kolaborasi dengan
dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium dandiazepam
tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat
tidursehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
9). Pada saat pasien
telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas kesehatandi
situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang.
Untukmemberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn untuk
mengantarpasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu
di ruang tungguyang terletak di depan kamar operasi.
10). Obat
Obatan Pre
MedikasiSebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat
- obatan premedikasiuntuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu
istirahat yang cukup. Obat –obatan premedikasi yang diberikan biasanya
adalah valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis biasanya diberikan sebelum
pasien di operasi. Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk
mencegahterjadinya infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis
biasanya di berikan 1 - 2 jam sebelumoperasi dimulai dan dilanjutkan pasca
bedah 2 - 3 kali. Antibiotik yang dapat diberikan adalahceftriakson 1gram dan
lain - lain sesuai indikasi pasien.
I. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah
langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh(Boedihartono,
1994 : 10). Pengkajian pasien Pre operatif (Marilynn E. Doenges,
1999) meliputi :
1)
Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular
perifer, atau stasisvascular (peningkatan risiko pembentukan trombus
2)
Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress
multiple, misalnya financial,hubungan, gaya hidup.Tanda : tidak dapat
istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
3)
Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas / DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi(termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering
(pembatasan pemasukkan / periode puasapra operasi).
4)
Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi
yang kronis/batuk, merokok.
5)
Keamanan
Gejala : alergi/sensitive
terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi
immune(peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker /
terapikanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi
anestesi ; Riwayat penyakithepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan
dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfusedarah / reaksi transfuse.Tanda :
menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6)
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan
antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik
glokosid,antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan
atautranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan
rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan jugapotensial bagi penarikan
diri pasca operasi ).
J.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensialberdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 :
17).Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif (Wilkinson, M.
Judith, 2006) meliputi:
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahanstatus kesehatan, ancaman
terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis situasi ataukrisis
maturasi.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek samping penanganan, factorbudaya atau spiritual yang
berpengaruh pada perubahan penampilan.
3. Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan penampilan,
keluhanterhadap reaksi orang lain,
kehilangan fungsi, diagnosis kanker.
4. Proses keluarga, perubahan berhubungan dengan terapi yang kompleks,MM hospitalisasi /perubahan lingkungan, reaksi orang lain terhadap perubahan
penampilan
5.
Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit / prognosis ( misalnya kanker ),
Ketidakberdayaan
6.
Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kerusakan saraf /otot, dan nyeri
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi adalah
penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untukmenanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono,
1994:20).Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun padatahap perencanaan (Effendi, 1995:40).
Intervensi dan
implementasi keperawatan pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith, 2006)adalah:
1. Ansietas adalah suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau dreadyang disertai dengan respons
autonomis ; sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidakdiketahui oleh
individu ; perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi
terhadapbahaya.ini merupakan tanda bahya yang memperingatkan bahaya yang akan
terjadi danmemampukan individu untuk membuat pengukuran untuk mengatasi ancaman.Tujuan : ansietas
berkurang/terkontrol.
Kriteria hasil :
1. klien mampu merencanakan
strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress.
2. klien mampu mempertahankan
penampilan peran.
3. klien melaporkan tidak ada
gangguan persepsi sensori
4. klien melaporkan tidak ada
manifestasi kecemasan secara fisik.
5. tidak ada manifestasi
perilaku akibat kecemasan.
L.
EVALUASI
Evaluasi
addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapaian tujuankeperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan(Brooker,
Christine. 2001).Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre Operasi
Respirasi adalah :
1) Ansietas berkurang/terkontrol.
2) Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
3) Pasien menunjukkan koping yang efektif.
4) Pasien dan keluarga memahami perubahan - perubahan dalam peran keluarga.
5) Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.
6) Pasien akan menunjukkan tingkat Respirasi yang optimal.
BAB
III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
2.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
adakan pre postpada sistem imunitas
ReplyDelete