MAKALAH
PENGKAJIAN GASTROINTESTINAL
Disusun oleh :
Kelompok 2
1.
DiahRiniSetiyawati
2.
Dimas JanuPratama
3.
DwiSeptyaningrum
4.
FinaWijayanti
5.
FitriFauziahApriliani
6.
HidayatulKhosidah
7.
Ika safitri
8.
Ike Kusuma Rimbani
9.
Indri DwiPratiwi
2 Reguler B
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia_Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah pengkajian kesehatan dan
diasnotik ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang
membantu memberikan semangat dan dorongan demi terwujudnya karya ini, yaitu
makalah pengkajian kesehatan dan diasnotik ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Bp. Supriyo yang telah membantu kami, sehingga
kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis makalah ini. Atas bimbingan
yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan
masih kurang sempurna.Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan untuk menyempurnakan
makalah ini.
Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik
mungkin, baik itu bagi diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman judul................................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan................................................................................... 1
C. Manfaat Penulisan................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pemeriksaan
fisik........................................................................................... 2
B.
Pemeriksaan fisik pada
mulut dan faring....................................................... 3
C.
Pemeriksaan fisik pada
abdomen................................................................... 3
D.
Pemeriksaan Diagnostik
Untuk Saluran Pencernaan..................................... 5
BAB III
PENUTUP
A.
Simpula................................................................................................... iv
B.
Saran....................................................................................................... iv
Daftar
Pustaka.................................................................................................... v
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perawat
mulai dengan mengambil riwayat lengkap, memfokuskan pada gejala-gejala umum
disfungsi gastrointestinal. Gejala-gejala dimana pengkajian difokuskan mencakup
nyeri, kembung, bising usus, mual dan muntah, hematemesis, perubahan kebiasaan
defekasi serta karakteristik feses.
Nyeri sering merupakan gejala utama dari
penyakit gastrointestinal. Kaji lokasi, durasi, pola, frekwensi, distribusi
penyebaran dan waktu nyeri
Indigesti. Indigesti dapat diakibatkan oleh gangguan control saraf lambung dan bagian lain GI. Makanan berlemak cenderung menimbulkan ketidaknyamanan karena lemak berada di lambung lebih lama Sendawa dan flatulensi. Akumulasi gas di saluran GI dapat menimbulkan sendawa (pengeluaran gas melalui mulut bila gas mencapai lambung) dan flatulensi (pengeluaran gas dari rektum). Keluhan yang sering dirasakan : kembung, distensi atau merasa penuh. Mual dan muntah. Muntah biasanya didahului oleh rasa mual yang dapat dicetuskankan oleh bau, aktifitas, atau makanan yang masuk. Muntah dapat berupa partikel yang tidak dapat dicerna atau darah (hematemesis). Diare dan konstipasi. Diare secara umum terjadi bila isi saluran pencernaan bergerak terlalu cepat dan terdapat ketidakadekwatan waktu untuk absorbsi. Konstipasi adalah reternsi atau perlambatan pengeluaran feses dari rectum. Absorpsi berlebihan air dari bahan fekal menghasilkan feses yang yang keras, kering dan volume yang lebih kecil dari normal. Dikatakan konstipasi jika pada saat BAB sering mengejan, frekwensi dua kali setiap minggu. Riwayat lain yang perlu dikaji adalah riwayat kesehatan terdahulu, kesehatan keluarga dan riwayat psikososial.
Indigesti. Indigesti dapat diakibatkan oleh gangguan control saraf lambung dan bagian lain GI. Makanan berlemak cenderung menimbulkan ketidaknyamanan karena lemak berada di lambung lebih lama Sendawa dan flatulensi. Akumulasi gas di saluran GI dapat menimbulkan sendawa (pengeluaran gas melalui mulut bila gas mencapai lambung) dan flatulensi (pengeluaran gas dari rektum). Keluhan yang sering dirasakan : kembung, distensi atau merasa penuh. Mual dan muntah. Muntah biasanya didahului oleh rasa mual yang dapat dicetuskankan oleh bau, aktifitas, atau makanan yang masuk. Muntah dapat berupa partikel yang tidak dapat dicerna atau darah (hematemesis). Diare dan konstipasi. Diare secara umum terjadi bila isi saluran pencernaan bergerak terlalu cepat dan terdapat ketidakadekwatan waktu untuk absorbsi. Konstipasi adalah reternsi atau perlambatan pengeluaran feses dari rectum. Absorpsi berlebihan air dari bahan fekal menghasilkan feses yang yang keras, kering dan volume yang lebih kecil dari normal. Dikatakan konstipasi jika pada saat BAB sering mengejan, frekwensi dua kali setiap minggu. Riwayat lain yang perlu dikaji adalah riwayat kesehatan terdahulu, kesehatan keluarga dan riwayat psikososial.
B.
Tujuan
Untuk
mempelajari tentang pengkajian gastrointestinal.
C.
Manfaat
1.
Diharapkan
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam melakukan
pengkajian gastrointestinal
2.
Menambah
pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
3.
Sebagai sumber
referensi bagi pembaca mengenai gastrointestinal
BAB II
PEMBAHASAN
1) Pemeriksaan
Fisik
Temuan
fisik kemudian dikaji untuk memastikan data subyektif yang didapat dari pasien.
Abdomen diinspeksi, diauskultasi, di palpasi dan diperkusi. Pasien ditempatkan
pada posisi supine. Kontur dan simetrisitas dari abdomen dilihat dengan
identifikasi penonjolan lokal, distensi atau gelombang peristaltik. Auskultasi
dilakukan sebelum palpasi dan perkusi untuk mencegah terjadi perubahan
motilitasi usus. Karakter, lokasi dan frekwensi usus dicatat, timpani atau
pekak dicatat selama perkusi. Palpasi digunakan untuk mengidentifikasi massa
abdomen atau area nyeri tekan.
Adanya
temuan abnormal harus dicatat berdasarkan kwadran atau regio-regio untuk
menggambarkan abdomen. (Kwadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan kwadran
kiri bawah)
Regio-regio abdominalis
· Hipokondria
kanan
ü Lobus
kanan hepar
ü Bagian
duodenum
ü Fleksur
hepatica
ü Ginjal
kanan
ü Kelenjar
suprarenal
· Epigastrik
ü Akhir
pilorik
ü Duodenum
ü Pankreas
· Hipokondria
kiri
ü Lambung
ü Limpa
ü Ginjal
kiri
· Lumbal
kanan
ü Kolon
asenden
ü Bagian
duodenum dan yeynu
· Umbilikalis
ü Omentum
ü Mesentrika
ü Bag.
Bawah duodenum
ü Yeyenum
dan ileum
· Lumbal
kiri
ü Kolon
desenden
ü Bagian
bawah ginjal kiri
ü Bag.
Jejunum dan ileum
· Inguinalis
kanan
ü Sekum
ü Apendik
ü Ureter/ovarium
· Hipogastrik
ü Ileum
ü Kandung
kemih
ü uterus
· Inguinalis
kiri
ü kolon
sigmoid
ü ureter
ü ovarium
2) Pemeriksaan fisik pada
mulut dan faring
Ø Inspeksi
warna bibir, kesimetrisan, luka/ulkus
Ø Kemampuan
membuka dan menutup mulut
Ø Isspeksi
lidah, bagian dalam mulut, warna dan kondisi membrane mukosa
Ø Keadaan
gigi geligi dan gusi, dikaji apakah ada carries, inflamasi atau tanda-tanda
Perdarahan
3) Pemeriksaan fisik pada
abdomen
Inspeksi
Inspeksi
§ Perubahan
warna di abdomen
§ Distribusi
rambut
§ Adanya
ras, lesi, striae, petechie, scar atau ikterik
§ Kesimetrisan
Auskultasi
§ Bising
usus à bunyi klik lembut yang terdengar setiap 5-10 detik di setiap kwdran
abdomen, bising usus normal terdengar 5-12 kali/menit
§ Bising
usus tidak ada (-) : dijumpai setelah tindakan pembedahan, peritonitis, ileus
paralitik
§ Bising
usus meningkat disebabkan hipermotilitas usus pada diare atau gastro enteritis,
obstruksi usus
§ Bising
abdomen (bruit) merupakan bunyi dari pembuluh darah (artery narrowing)
§
Perkusi
§ Menentukan
ukuran dan lokasi organ abdomen
§ Menentukan
akumulasi berlebihan dari cairan dan udara dalam abdomen
§ Dilakukan
disemua kwadran
§ Bunyi
perkusi normal : Timpani pada 4 kwadran , timpani diatas hepar dan limpa
Palpasi
Karakter dinding abdomen, ukuran, kondisi dan konsistensi organ, lokasi nyeri
Karakter dinding abdomen, ukuran, kondisi dan konsistensi organ, lokasi nyeri
§ Palpasi
ringan : tekan ujung-ujung jari sedalam 1-2 cm, palpasi dalam dilakukan
penekanan sedalam 4 cm
§ Lakukan
palpasi secara sistematis pada ke empat kwadran
Kwadran-kwadran abdomen
Kwadran-kwadran abdomen
v Kwadran
kanan atas :
·
Sebagian besar hati
·
Kandung empedu
·
Duodenum
·
Bagian kepala pancreas
·
Fleksur hepatikus colon
·
Sebagian kolon asenden
dan tranversum
v Kwadran
kiri atas :
· Lobus
kiri hati
· Lambung
· Lien
· Badan
dan ekor pancreas
· Pleksur
splenikus colon
· Sebagian
kolon tranversum dan asenden
v Kwadran
kanan bawah :
· Sekum
· Apendiks
· Ureter
kanan
· Ovarium
kanan dan tuba fallopi
· Korda
spermatikus kanan
v Kwadran
kiri bawah :
·
Sebagian kolon desenden
·
Kolon sigmoid
·
Ureter kiri
·
Ovarium kiri dan tuba
fallopi
·
Korda spermatikus kiri
4)
Pemeriksaan
Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan
Definisi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
Definisi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
· Endoskop
(tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk
memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
· Rontgen
· Ultrasonografi
(USG)
· Perunut
radioaktif
· Pemeriksaan
kimiawi.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut
bisa membantu dalam menegakkan diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang
mengobati penyakit pada sistem pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.
Langkah pertama dalam mendiagnosis
kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Tetapi
gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter
mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti. Kelainan psikis
(misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan
gejala-gejalanya.
a.
Pemeriksaan
Kerongkongan
1)
Pemeriksaan barium.
Penderita
menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui
fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati
atau difilmkan). Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan
anatomi kerongkongan (misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali
direkam pada sebuah film atau kaset video.
Selain
cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga
bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak
berkontraksi secara normal.
·
Cairan barium yang
ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa menunjukkan
kelainan seperti: selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat
oleh jaringan fibrosa)
·
divertikulum Zenker
(kantong kerongkongan)
·
erosi dan ulkus
kerongkongan
·
varises kerongkongan
·
tumor.
2)
Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan. Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan. Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.
3)
Pengukuran pH
kerongkongan.
Mengukur
keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.
4)
Uji Bernstein (Tes
Perfusi Asam Kerongkongan).
Pada
pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui sebuah
selang nasogastrik. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri
dada disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang
baik untuk menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).
5) Intubasi
Intubasi
adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau
mulut ke dalam lambung atau usus halus. Prosedur ini bisa digunakan untuk
keperluan diagnostik maupun pengobatan. Intubasi bisa menyebabkan muntah dan
mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri. Ukuran selang yang digunakan bervariasi,
tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau
pengobatan).
1.
Intubasi Nasogastrik.
Pada
intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke
lambung. Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk
menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim
dan karakteristik lainnya. Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini
dianalisa untuk mengetahui racunnya. Kadang selang terpasang agak lama sehingga
lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat.
v Intubasi
nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:
-
Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
-
Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
-
Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.
2.
Kadang intubasi
nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi lambung.
Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan mengisap gas
dan cairan dari lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Intubasi Nasoenterik. Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Intubasi Nasoenterik. Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
v Prosedur
ini bisa digunakan untuk:
-
mendapatkan contoh isi usus
-
mengeluarkan cairan
-
memberikan makanan.
Sebuah
selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan
untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara
mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim).
Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak menimbulkan nyeri.
Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak menimbulkan nyeri.
3.
Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat optik yang disebut endoskop.
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat optik yang disebut endoskop.
v Endoskop
yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
-
kerongkongan (esofagoskopi)
-
lambung (gastroskopi)
-
usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
v Jika
dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
-
rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
-
keseluruhan usus besar (kolonoskopi).
Diameter endoskop berkisar dari
sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari sekitar 30 cm-150 cm. Sistem
video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya
sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan. Banyak endoskop yang juga
dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat contoh jaringan dan
sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal. Dengan
endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang
mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal.
Biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya. Endoskop
juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa
dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop: Elektrokauter bisa
digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan perdarahan atau
untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil. Sebuah jarum bisa digunakan
untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan
perdarahannya. Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya
dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa
menghalangi pandangan dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.
Komplikasi
dari penggunaan endoskopi relatif jarang.
Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.
Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.
4.
Laparoskopi
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop.
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop.
Laparoskopi
biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total. Setelah kulit
dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian
endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut.
v Dengan
laparoskopi dokter dapat:
-
mencari tumor atau kelainan lainnya
-mengamati
organ-organ di dalam rongga perut
-
memperoleh contoh jaringan
-
melakukan pembedahan perbaikan.
5.
Rontgen
i.
Foto polos perut.
Foto
polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan
persiapan khusus dari penderita.
Sinar
X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
-
suatu penyumbatan
-
kelumpuhan saluran pencernaan
-
pola udara abnormal di dalam rongga perut
-
pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).
ii.
Pemeriksaan barium.
Setelah
penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen dan
membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan,
lambung dan usus halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan
adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.
Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.
v Dengan
mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat
menilai:
-
fungsi kerongkongan dan lambung
-
kontraksi kerongkongan dan lambung
-
penyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium
juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah.
Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau
kelainan struktur lainnya. Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan
rasa tidak nyaman.
Barium
yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam
tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera
dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa
diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.
6.
Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke
dalam rongga perut dan mengambil cairannya.
Dalam keadaan normal, rongga perut
diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa
terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus,
penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa.
Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan.
Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai
dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga
perut mengandung cairan yang berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul.
Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul.
Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.
7.
USG Perut
USG
menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam.
USG
bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas)
dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.
USG juga dapat menunjukkan adanya cairan.
Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar. USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.
USG juga dapat menunjukkan adanya cairan.
Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar. USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.
8.
Pemeriksaan Darah Samar
Perdarahan di dalam saluran pencernaan
dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan maupun kanker yang serius. Bila
perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah
segar atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena). Jumlah darah yang
terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan tinja, bisa
diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya
ulkus, kanker dan kelainan lainnya.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sistem
pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem
organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut daritubuh.
Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan
kandung empedu.
B. Saran
`Di
sarankankepadapembaca agar
pembacalebihbaikdalammengkajidanlebihtelitidalammengkaji gastrointestinal.
DAFTAR PUSTAKA
http://aianpramadhan.blogspot.com/2012/04/pengkajian-keperawatan-sistem.html
No comments:
Post a Comment