MAKALAH
Pengkajian
Sistem Kardiovaskuler
Disusun
oleh:
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI
DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
2014/2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Kardiovaskuler terdiri
dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler. Cardiac yang berarti jantung dan
vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal ini mencakup sistem sirkulasi
darah yang terdiri dari jantung komponen
darah dan pembuluh darah. Pusat peredaran darah atau sirkulasi darah ini
berawal dijantung, yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis dan
berulang 60-100x/menit. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung,
ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri,
arteriol, dan kapiler kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena.
Dalam
melakukan pengkajian dengan baik, maka diperlukan pemahaman, latihan dan
ketrampilan mengenal tanda dan gejala yang ditampilkan oleh pasien. Proses ini
dilaksanakan melalui interaksi perawatan dari klien, observasi, dan pengukuran.Pemeriksaan
dalam keperawatan menggunakan pendekatan yang sama dengan pengkajian fisik
kedokteran, yaitu dengan pendekatan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.Pengkajian
fisik kedokteran dilakukan untuk menegakkan diagnosis yang berupa kepastian
tentang penyakit apa yang diderita klien.pengkajian fisik keperawatan pada
prinsipnya dikembangkan berdasarkan model keperawatan yang lebih difokuskan
pada respon yang ditimbulkan akibat masalah kesehatan yang dialami. Pengkajian
fisik keperawatan harus mencerminkan diagnosa fisik yang secara umum perawat
dapat membuat perencanaan tindakan untuk mengatasinya. Untuk mendapatkan data
yang akurat sebelum pemeriksaan fisik dilakukan pengkajian riwayat kesehatan,
riwayat psikososial, sosek, dll. Hal ini memungkinkan pengkajian yang fokus dan
tidak menimbulkan bias dalam mengambil kesimpulan terhadap masalah yang
ditemukan.
B. Tujuan penulisan
Makalah ini di buat
penulis dengan tujuan agar mahasiswa,
tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat memahami berkaitan dengan anatomi dan
fisiologi sistem kardiovaskuler.
C. Manfaat penulisan
Makalah ini di buat
oleh penulis agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik keperawatan
yang di sebabkan oleh ketidakpahaman dalam anatomi fisiologi dalam sistem kardiovaskuler
sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.
BAB
II
PEMBAHASAN
Anamnesa
Riwayat kesehatan sekarang
Dalam
mengumpulkan data riwayat kesehatan,perawat harus berfokus pada faktor resiko
dan setiap tanda dan gejala penyakit kardiovaskuler.Riwayat juga mencakup
perilaku pasien yang menyokong atau menyatakan kesehatan sistem kardiovaskuler.
Faktor-faktor
resiko utama yang dapat meningkatkan kemungkinan pasien mengalami penyakit
kardiovaskuler yaitu,keturunan,jenis kelamin,suku,umur,hipertensi,merokok,hiperlipidemia,dan
diabetes melitus.Faktor yang lain adalah kegemukan,kurang bergerak,stress,dan
diet.Keadaan seperti hipertropi ventrikuler,kontrasepsi oral,encok dan kondisi
lingkungan juga merupakan faktor resiko.
Tanda-tanda dan
gejala utama penyakit jantung meliputi nyeri dada(chest pain),dispnea(napas
pendek),dengan atau tanpa batuk,sinkope (pusing),edema,palpitasi(perasaan
tentang denyut jantung seperti ditumbuk,cepat dan melompat),lemah/lelah,dan
sianosis.
Pernyataan yang
diajukan kesehatan melalui dengan pengumpulan data pola sehat sakit yang
meliputi status kesehatan sekarang,status kesehatan dahulu,status kesehatan
keluarga, dan pertimbangan perkembangan.
a. Status
kesehatan sekarang
-
Apakah pasien mengalami
nyeri dada.
-
Napas sesak.
-
Pusing sewaktu merubah
posisi.
-
Bengkak pada kaki.
-
Detak jantung yang
cepat dan melompat.
-
Mudah lelah.
-
Obat-obatan yang
diminum khususnya yang mempengaruhi kerja jantung(misalnya anti
depresan,antineoplastik,antipsikotik).
-
Apakah luka pada kaki
tidak sembuh(disebabkan oleh kemunduran sirkulasi ke ekstremitas bawah).
b. Status
kesehatan dahulu
-
Apakah pasien lahir
dengan cacat jantung bawaan.
-
Apakah pernah menderita
demam reumatik.
-
Murmur jantung.
-
Tekanan darah tinggi.
-
Tinggi kolesterol.
-
DM,nyeri dada,napas
pendek,pingsan bengkak pada kaki,palpitasi,bingung,lelah dan reaksi alergi.
c. Status
kesehatan keluarga
-
Anggota keluarga yang
menderita gangguan jantung.
-
Meninggal tiba-tiba
tanpa diketahui penyebabnya.
-
Tekanan darah tinggi.
-
Tinggi kolesterol atau
diabetes melitus.
d. Pertimbangan
perkembangan.
-
Apakah anak mengalami
pertumbuhan lambat
-
Masalah koordinasi.
-
Nampak biru sewaktu
menangis.
-
Sering istirahat
sewaktu bermain.
-
Kesulitan sewaktu makan
atau sering mengalami infeksi tenggorokan.
Pada
wanita hamil anjurkan pertanyaan.
-
Apakah ia mengalami gagal
jantung(murmur jantung).
- Sering pusing sewaktu mengubah posisi.
- Tekanan darah tinggi,dan bengkak pada kaki.
e. Pola
pemeliharaan kesehatan
-
Kebiasaan
pribadi(merokok,minumam beralkohol).
-
Pola tidur dan terjaga(jumlah
tidur dan kelelahan).
-
Mendengkur,bangun untuk
kencing sewaktu tidur,napas pendek).
-
Pola aktifitas dan
olahraga(rutinitas,rencana latihan,perubahan jadwal/kemampuan olahraga,ikut
kegiatan olahraga rekreasi).
-
Pola nutrisi(jenis
makanan diet khusus,makanan berlemak,peningkatan BB).
-
Pola pemecahan masalah
dan stress(penyebab stress dan cara mengatasinya).
f. Pola
peran kekerabatan
-
Perasaan pasien tentang
kesehatannya.
-
Apakah masalah
kesehatan yang dialami merubah pola hidupnya.
-
Peran dan tugas dirumah
dan hubungan intim antara suami istri.
Dilihat dari
persepsi keperawatan,maka perawat harus mampu mengumpulkan data riwayat
kesehatan,mengkaji sirkulasi,denyut nadi arteri dan tekanan darah.pengkajian
yanag lebih mendalam yang langsung pada jantung antara lain bunyi
jantung,tekanan vena jugularis,ukuran jantung dan tanda-tanda tertentu misalnya
bising jantung memerlukan keterampilan khusus.
Denyut nadi
arteri menggambarkan perubahan tekanan pada ventrikel kiri jantung yang dapat
diketahui dengan meraba denyut nadi
karotis,brakhial,radial,femoral,popliteal,posterior tibial,dan dorsalis
pedis.Dalam mengkaji denyut nadi arteri,jelaskan menurut kualitas,kecepatan dam
kekuatan amplitudonya.
Kecepatan denyut
nadi secara normal tergantung pada usia seseorang yang secara praktis diuraikan
pada label dibawah:
Usia
|
Kecepatan
|
Irama
|
amplitudonya
|
Dibawah
1 bulan
Dibawah
1 tahun
2
tahun
6
tahun
10
tahun
14
tahun
Di
atas 14 tahun
|
90
s/d 170
80
s/d 160
80
s/d 120
75
s/d 115
70
s/d 110
65
s/d 100
60
s/d 100
|
Teratur
|
Kuat
mudah dipalpasi
|
Rata-rata tekanan darah tergantung pada
usia seperti diuraikan pada label dibawah:
Nilai rata-rata tekanan darah:
Usia
|
Nilai
rata-rata
|
Di
bawah 1 tahun
2
tahun
4
tahun
6
tahun
10
tahun
Remaja
Dewasa
|
63(flush
technique)
96/30
98/60
105/60
112/64
120/75
130/80
|
Pengukuran
tekanan vena dapat dilakukan dengan mudah.tekanan vena meninggi biasanya
didapatkan pada pasien dengan kegagalan jantung kongestif,temponade jantung
atau obstruksi vena kava superior.untuk mengukur tekanan vena ini maka pasien
diatur duduk dengan sudut 450.Apabila vena jugularis tetap datar dan
terlihat di atas klavikula berati normal,tetapi bila tekana vena jugularis
terlihat sekitar 3,5 cm diatas sudut sternal(tempat klavikula kanan dan kiri
bertemu),berati tekanan vena jugularis meninggi.
Dalam melakukan
pemeriksaan,perawat harus mampu mengamati posisi jantung dibawah sternum dan
tulang rusuk,serta mengetahui batas-batas jantung.pada orang dewasa,sebagian
besar jantung terletak di samping kiri sternum,dan sebagian kecil berada di
samping kanan sternum.dasar jantung terletak di bagia atas dan apek jantung
dibagian bawah.apek ventrikel kiri menyentuh dinding anterior dada dan sejajar
pada garis midklavikula dan pada/dekat dengan spasium interkostalis ke-7.Titik
dimana apek menyentuh dinding anterior dada dikenal sebagai Titik Implus
Maksimal.
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
dan palpasi
Palpasi
dilakukan secara sistematis mengikuti struktur anatomi jantung mulai dari area
aorta,area pulmonal,area trikuspidalis,area apikal dan area epigastrik.Hasil
palpasi dijelaskan mengenai lokasi yaitu pada spasi interkostale ke
berapaa,jarak dari garis midsternal,midklavikula,dan garis aksilaris.
Cara
kerja:
·
Bantu pasien mengatur
posisi supinasi dan perawat pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien.
·
Tentukan lokasi sudut
Louis dengan palpasi.sudut ini terlelak diantara manubrium dan badan
sternum.Ini akan terasa seperti bagian dari sternum.
·
Pindah jari-jari
kebawah ke arah tiap sisi sudut sehingga akan teraba spasium interkostalis
ke-2.Area aorta terletak di spasium interkostalis ke-2 kanan dan area pulmonal
terletak pada spasium interkostale ke-2 kiri.
·
Inspeksi kemudian
palpasi area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada atau tidak adanya
pulpasi.
·
Dari area pulmonal
pindahkan jari-jari anda ke bawah sepanjang tiga spasi interkostale kiri
menghadap ke sternum. Amati terhadap ada atau tidaknya pulsasi
·
Dari area
trikuspidalis, pindah tangan anda secara lateral 5-7 cm ke garis
midclavikularis kiri dimana akan ditemukan area apikal atau PMI (Point of
Maximal Impulse)
·
Inspeksi dan palpasi
pulsasi pada area apikal. Sekitar 50% orang dewasa akan memperlihatkan pulsasi
apikal. Ukuran jantung dapat diketahui dengan mengamati lokasi pulsasi apikal.
Apabila jantung membesar maka pulsasi ini bergeser secar lateral ke garis
midklavikula.
·
Untuk mengetahui
pulsasi aorta, lakukan inspeksi dan palpasi pada area epigastrik di dasar
sternum
2. Perkusi
Perkusi
jantung dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar.
Perkusi dilakukan dengan meletakkan jari tengah tangan kiri sebagai plesimeter
atau landasan rapat-rapat pada dinding dada perkusi dapat dilakukan dari semua
arah menuju letak jantung. Untuk menentukan batas sisi kanan dan kiri, perkusi
dikerjakan dari arah samping ke tengah dada. Batas atas jantung dapat diketahui
dengan perkusi dari atas ke bawah.
Batas
kiri umumnya tidak lebih dari 4,7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal
pada spasium intercostalis ke 4,5 dan 8. Perkusi dapat pula dilakukan dari arah
sternum keluar dengan jari yang stasioner secara paralel pada spasium
intercostalis sampai suara redup tidak terdengar. Ukurlah jarak garis
midsternal dan tentukan dalam centimeter.
3. Auskultasi
Bunyi
ini dihasilkan oleh penutupan katup-katup jantung. Bunyi jantung pertama (S1)
timbul akibat penutupan katup mitralis dan trikuspidalis. Bunyi jantung kedua
(S2) timbul akibat penutupan katup aorta dan katup pulmonalis. Biasanya S1
terdengar lebih keras dari pada S2, namun nada S1 lebih rendah sedangkan pada
S2 lebih tinggi. S1 dideskripsikan sebagai bunyi “lub” dan S2 sebagai “dup”.
Jarak kedua bunyi adalah satu detik atau kurang.
Bunyi
jantung kadang-kadang sulit di dengar karena dinding thorak terlalu tebal,
jarak rongga anteroposterior terlalu besar atau karena kondisi-kondisi
patologis tertentu. S1 terdengar lebih keras pada keadaan takikardia misalnya
setelah olahraga, pada saat emosi, demam, anemia. S2 juga dapat terdengar lebih
keras misalnya pada penderita hipertensi.
Periode
yang berkaitan dengan bunyi jantung S1dan S2 adalah periode sistole dan periode
diastole. Periode sistole adalah periode saat ventrikel berkontraksi, yang
dimulai dari bunyi jantung pertama sampai bunyi jantung kedua. Diastole
merupakan periode saat ventrikel relaksasi yang dimulai dari bunyi jantung
kedua dan berakhir pada saat atau mendekati bunyi jantug pertama. Sistole
biasanya lebih pendek dari diastole.
Secara
normal tidak ada bunyi lain yang terdengar selama periode-periode di atas, tetapi
pemeriksa yang sudah berpengalaman dapat mendengar berbagai bunyi tambahan (S3
dan S4) selama periode diastole. S3 dan S4 dapat didengar lebih jelas pada area
apikal dengan menggunakan bagian sungkup (bell) stetoskop. S3 timbul pada awal
diastole yang terdengar seperti “lub-dub-ee”. S3 normal terdengar pada
anak-anak dan dewasa muda. Bila didapatkan pada orang dewasa maka dapat
pertanda adanya kegagalan jantung. S4 jarang terdengar pada orang normal. Bila
ada, ini terdengar saat mendekati akhir diastole sebelum bunyi jantung pertama,
S1 dan dinyatakan kira-kira seperti”dee-lub-dub”(S4, S1, S2). S4 dapat sebagai
tanda adanya hipertensi.
Auskultasi
harus dilakukan pada area auskultasi utama dengan menggunakan stetoskop bagian
diafragma kemudian dengan bagian bell (sungkup). Gunakan tekanan yang lembut
sewaktu menggunakan bagian bell.
Lima
area utama yang di gunakan untuk mendengarkan bunyi jantung adalah : katup
aorta, pulmonalis, triskupid, apikal dan epigastrik. Cara kerja auskultasi
bunyi jantung adalah sebagai berikut :
1. Kaji
ritme dan kecepatan jantung secara umum, perhatikan dan tentukan area
auskultasi.
2. Anjurkan
pasien untuk pasien untuk bernafas secara normal dan kemudian tahan napas saat
ekspirasi. Dengarkan S1 sambil melakukan palpasi nadi karotis. Bunyi S1 seirama
dengan saat nadi karotis berdenyut. Perhatikan intensitas, adanya kelainan/
variasi, pengaruh respirasi, dan adanya spliting S1 (bunyi S1 ganda yang
terjadi dalam waktu yang sangat berhimpitan).
3. Konsentrasikan
pada sistole, dengarkan secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan
atau murmur S1 pada awal sistole.
4. Konsentrasikan
pada sistole yang merupakan inteval yang lebih panjang daripada sistole,
perhatikan secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan atau murmur
(Durasi sistole)
5. Anjurkan
pasien bernafas secara normal, dengarkan S2 secara seksama untuk mengetahui
apakah ada spliting S2 saat inpirasi.
6. Anjurkan
pasien untuk menghembuskan dan menahan napas kemudian menghirup/inhalasi dan
menahan. Dengarkan S2 untuk mengetahui apakah S2 menjadi bunyi tunggal.
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
Penunjang :
a.
Elektrokardiogram (ECG atau EKG)
Alat diagnostik yang secara rutin
digunakan untuk menilai fungsi listrik dan otot jantung.
b.
Echocardiography (ECHO)
Memberikan gambaran struktural
anatomi jantung dan pembuluh darah besar, berperan dalam diagnosa berbagai
kelainan jantung. Mendeteksi struktur anatomi katup-katup jantung (kekakuan,
pembukaan / penutupan, tebalnya, geraknya, perlekatan ). Mengetahui ukuran
ruang - ruang jantung. Menilai kemampuan gerak otot -otot dinding jantung
akibat penyempitan pembuluh koroner. Menilai fungsi pompa dan pengembangan
jantung. Melihat massa tumor seperti trombus, vegetasi atau adanya cairan di
selaput jantung.
c.
CT Scan
Tomografi Jantung Terkomputerisasi
(CT) scan adalah tes non-invasif yang memeriksa arteri jantung, pembuluh darah
yang memasok darah beroksigen ke dinding jantung. Plak adalah kumpulan lemak
dan substansi lainnya termasuk kalsium, yang dapat mempersempit arteri
atau bahkan menutup aliran darah ke jantung dari wktu ke waktu. Ini mungkin
mengakibatkan nyeri dada atau serangan jantung. CT jantung adalah scan relative
tidak nyeri yang memungkinkan dokter untuk mendapatkan informasi tentang lokasi
dan jangkauan kalsifikasi plak pada arteri jantung dengan tingkat akurasi lebih
tinggi.
d. MRA
(Magnetic Resonance Angiogram)
Teknik berdasarkan pada pencitraan
resonansi magnetic ( MRI ) untuk pembuluh darah.
No comments:
Post a Comment