MAKALAH TENTANG NUTRISI PASIEN LUKA BAKAR
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Gizi
| |
Disusun oleh
1 Reg B
1 Reg B
Bagus Alwibowo | P17420313052 | |
Latifatunnissa Rusiana | P17420313068 | |
Mastini Febyanti | P17420313070 | |
Novi Dewi F | P17420313076 | |
Susiyanti | P17420313087 |
Dosen Pengampu
Sumarni, SST. Mkes.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Luka bakar merupakan salah satu rasa nyeri yang sangat hebat yang pernah
atau dapat dialami seseorang yaitu rasa nyeri yang diakibatkan oleh terbakar.
Sewaktu kejadian luka bakar, terjadi rasa sakit yang sangat hebat karena
ujung-ujung dari saraf rusak sehingga menimbulkan perasaan sakit yang terus
menerus. Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, kimia, listrik, cahaya, atau
radiasi. Luka bakar sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus
yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi) dan
anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau
yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih
intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang
disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan
prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh
api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan
pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau
percikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko infeksi
yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar
pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan
memerlukan teknik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
Selain teknik pengobatan dan perawatan luka bakar yang baik, pasien luka
bakar juga membutuhkan nutrisi yang baik untuk mendukung penyembuhannya.
Gangguan nutrisi pada pasien yang dirawat dapat disebabkan karena keadaan
penyakit penderita atau dapat juga disebabkan kurangnya perhatian petugas
kesehatan. Menurut pakar ahli gizi sekitar 75 persen status gizi pasien yang
dirawat di rumah sakit mengalami penurunan. Karena itu pelayanan gizi pasien,
khususnya bagi penderita luka bakar, yang dirawat di rumah sakit perlu
dilakukan secara dini agar dapat dilakukan upaya pemberian nutrisi yang
diperlukan.
Pemberian nutrisi bukan sekadar memberi makan, tetapi juga harus
memperhatikan kebutuhan gizibagi penderita. Dengan demikian
kerja sama antara dokter yang merawat dengan ahli gizi sangat diperlukan, agar makanan yang
dihidangkan sesuai dengan kebutuhan penderita tersebut.
B. Rumusan
Masalah
1. Nutrisisepertiapa yangharusdiberikanpadapenderitaluka bakar?
C. Tujuan
1. Untukmemberikanpengetahuankepadapembacamengenaipemberiannutrisi yang
seimbangbagipenderitaluka bakar.
2. Untukmemberikanpengetahuankepadapembacakarakteristikluka bakardengantindakankhusus yang
berbeda.
D. Manfaat
1. Pembacamampumengetahuipemberiannutrisi yang
seimbangbagipenderitaluka bakar.
2. Pembacamampumengetahuikarakteristikluka bakardengantindakankhusus yang
berbeda.
BAB II
PEMBAHASAN
1.GAMBARAN UMUM LUKA BAKAR
a. Pengertian
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
(Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001). Sedangkan menurut Moenajat (2001) luka
bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas
melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara
langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa
keadaan yang mengancam kehidupan.
b. Etiologi
Panas bukan merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa jenis
bahan kimia dan arus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar. Panas
atau suhu yang tinggi ini bisa berasal dari gas, cairan dan bahan padat (solid)
yang mengalami peningkatan suhu. Biasanya bagian tubuh yang terbakar adalah
kulit, tetapi luka bakar juga bisa terjadi pada jaringan di bawah kulit, bahkan
organ dalam pun bisa mengalami luka bakar meskipun kulit tidak terbakar.
Luka bakar listrik bisa disebabkan oleh suhu diatas 49820
Celsius, yang dihasilkan oleh suatu arus listrik yang mengalir dari sumber
listrik ke dalam tubuh manusia.Luka bakar listrik juga menyebabkan kerusakan
jaringan dibawah kulit yang sangat berat. Ukuran dan kedalamannya bervariasi
dan bisa menyerang bagian tubuh yang jauh lebih luas daripada bagian kulit yang
terluka.
Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh sejumlah iritan dan racun, termasuk
asam dan basa yang kuat, fenol dan kresol (pelarut organik), gas mustard dan
fosfat.
c.Patofisiologi
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga
air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema
yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn
shock ( shock Hipovolemik ) merupakan komplikasi yang sering terjadi dimana
manisfestasi sistemik tubuh terhadap kondisi ini adalah :
1. Respon kardiovaskuiler
Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melalui kebocoran
kapiler mengakibatkan kehilangan natrium, air dan protein plasma, edema
jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung serta hemokonsentrasi sel
darah merah dan penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh.
2. Respon Renalis
Dengan menurunnya
volume intravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan
keluaran urine juga menurun dan bisa berakibat gagal ginjal.
3. Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas
gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan
neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukaan yang luas.
4. Respon Imonologi
Kulit merupakan mekanisme pertahanan terhadap organisme yang berasal dari
luar. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme
masuk kedalam luka.
d.Klasifikasi Luka Bakar
Untuk membantu
mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar
diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka,
yakni :
1. Berdasarkan penyebab
·
Luka bakar karena api
·
Luka bakar karena air
panas
·
Luka bakar karena bahan
kimia
·
Luka bakar karena
listrik
·
Luka bakar karena
radiasi
·
Luka bakar karena suhu
rendah (frost bite).
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
·
Kerusakan terjadi pada
lapisan epidermis
·
Kulit kering, hiperemi
berupa eritema
·
Tidak dijumpai bulae
·
Nyeri karena
ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
·
Penyembuhan terjadi
spontan dalam waktu 5-10 hari
b.
Luka bakar derajat II
·
Kerusakan meliputi
epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses
eksudasi.
·
Dijumpai bulae.
·
Nyeri karena
ujung-ujung saraf teriritasi.
·
Dasar luka berwarna
merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
·
Luka bakar derajat II
ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
a) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan mengenai
bagian superfisial dari dermis.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar
sebasea masih utuh.Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
b) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan mengenai
hampir seluruh bagian dermis.
Organ-organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar
masih utuh.
Penyembuhan terjadi
lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih
dari sebulan.
c. Luka bakar derajat III
·
Kerusakan meliputi
seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
·
Organ-organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami
kerusakan.
·
Tidak dijumpai bulae.
·
Kulit yang terbakar berwarna
abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.
·
Terjadi koagulasi
protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
·
Tidak dijumpai rasa
nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami
kerusakan/kematian.
·
Penyembuhan terjadi
lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn
Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu :
a. Luka bakar mayor
·
Luka bakar dengan luas
lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak.
·
Luka bakar
fullthickness lebih dari 20%.
·
Terdapat luka bakar
pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
·
Terdapat trauma
inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
·
Terdapat luka bakar
listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
·
Luka bakar dengan luas
15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
·
Luka bakar
fullthickness kurang dari 10%.
·
Tidak terdapat luka
bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor
seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992) adalah :
·
Luka bakar dengan luas
kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-anak.
·
Luka bakar
fullthickness kurang dari 2%.
·
Tidak terdapat luka
bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
·
Luka tidak sirkumfer.
d. Rule 0f Nine LukaBakar
Dewasa
·
Kepala bagiandepan 4,5%
·
Kepalabagian belakang 4,5%
·
Dada 9%
·
Punggungatas 9%
·
Perut 9%
·
Punggungbawah 9%
·
Kelamin 1%
·
Lenganatasdepan 4,5%
·
Lenganatas belakang 4,5%
·
Tungkaidepan 9%
·
Tungkai belakang 9%
TotaI 100%
Bayi
·
Kepaladanleher 21%
·
Badanbagiandepan 13%
·
Badanbagian belakang 13%
·
Lengan 10%
·
Tungkai 13.5%
·
Bokong 5%
·
Alat Kelamin 1%
2. DIET PADA PENDERITA LUKA BAKAR
a. PengertianDiet Luka
Bakar
Diet luka bakar adalah
suatu tindakan untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya gangguan
metabolik serta mempertahankan status gizi secara optimal selama proses
penyembuhan, oleh pasien luka bakar dengan maksud untuk mempercepat penyembuhan.
b. Tujuan Diet Luka Bakar
1. Mempercepat penyembuhan jaringan yang rusak
2. Mencegah terjadinya keseimbangan nitrogen yang negatif
3. Memperkecil terjadinya hiperglikemia dan
hipergliseridemia.
4. Mencegah terjadinya gejala-gejala kekurangan zat gizi
mikro.
c.Syarat Diet pada Luka Bakar
1.Memberikan makanan
dalam bentuk cair sedini mungkin atau Nutrisi Enteral Dini(NED).
2. Kebutuhan energi dihitung dengan pertimbangan
kedalaman dan luas luka bakar yaitu:
a. Menurut Curreri : 25 kkal/kg BB aktual + 40 kkal x %
luka bakar
b. Menurut Asosiasi Dietetik Australia berdasarkan % luka
bakar. (Tabel 3.1)
Tabel 3.1 Kebutuhan energi sehari berdasarkan
persen luka bakar
Luka Bakar (%)
|
Kebutuhan Energi (kkal)
|
<10
11-20
21-30
31-50
> 50
|
1,2 x AMB
1,3 x AMB
1,5 x AMB
1,8 x AMB
2,0 x AMB
|
Sumber: Handbook No. 6 Principles of Nutritional Management of Disorders.
JADA, 1990.
3. Protein tinggi, yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi
total.
4. Lemak sedang, yaitu 15-20 % dari kebutuhan energi
total.
5. Karbohidrat sedang yaitu 50-60 % dari kebutuhan energi
total. Bila pasien mengalami trauma jalan napas (trauma inhalasi), karbohidrat
diberikan 45-55 % dari kebutuhan energi total.
6. Vitamin diberikan diatas Angka Kecukupan Gizi (AKG)
yang dianjurkan, untuk membantu mempercepat penyembuhan. Vitamin umumnya
ditambahkan dalam bentuk suplemen. Kebutuhan beberapa jenis vitamin adalah
sebagai berikut:
a. Vitamin A minimal 2 kali AKG
b. Vitamin B minimal 2 kali AKG
c. Vitamin C minimal 2 kali AKG
d. Vitamin E 200 SI
7. Mineral tinggi, terutama zat besi, seng ,natrium,
kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium. Sebagian mineral diberikan dalam bentuk
suplemen.
8. Cairan tinggi. Akibat luka bakar terjadi kehilangan
cairan dan elektrolit secara intensif. Pada 48 jam pertama, pemberian cairan
ditujukan untuk mengganti cairan yang hilang agar tidak terjadi shock.
d. Jenis Diet Dan Indikasi Pemberian Pada Luka Bakar
1. Diet Luka Bakar I
Diet Luka Bakar I
diberikan pada pasien luka bakar berupa cairan Air Gula Garam Soda (AGGS) dan
Makanan Cair Penuh dengan pengaturan sebagai berikut :
a. 0-8 jam pertama sampai residu lambung kosong diberi
AGGS dan Makanan Cair Penuh ½ kkal/ml, dengan cara drip (tetes) dengan
kecepatan 50 ml/jam.
b. 8-16 jam kemudian, jumlah energi per ml ditingkatkan
menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan yang sama.
c. 16-24 jam kemudian, apabila tidak kembung dan muntah,
energi ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan 50-75 ml/menit. Diatas
24 jam bila tidak ada keluhan kecepatan pemberian makanan dinaikkan sampai
dengan 100 ml/menit.
d. Apabila ada keluhan kembung dan mual, AAGS dan Makanan Cair
Penuh diberikan dalam keadaan dingin. Apabila muntah, pemberian makanan
dihentikan selama 2 jam.
2. Diet Luka Bakar II
Diet Luka Bakar II merupakan perpindahan dari Diet Luka Bakar I, yaitu
diberikan segera setelah pasien mampu menerima cairan AGGS dan Makanan Cair
Penuh dengan nilai energi 1 kkal/ml, serta sirkulasi cairan tubuh normal.
Cara pemberiannya
sebagai berikut :
a.
Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dapat berbentuk cair,
saring, lumat, lunak, atau biasa.
b.
CairanAGGS, tidak terbatas.
c.
Bila diberikan dalam bentuk cair, frekuensi pemberian 8 kali sehari. Volume
setiap kali pemberian disesuaikan dengan kemampuan pasien, maksimal
300 ml.
d. Bila
diberikan dalam bentuk saring, frekuensi pemberian 3-4 kali sehari dan dapat
dikombinasikan dengan Makanan Cair Penuh untuk memenuhi kebutuhan gizi.
e.
Bila diberikan dalam bentuk lunak atau biasa, frekuensi pemberian disesuaikan
dengan kemampuan pasien sehingga asupan zat gizi terpenuhi.
e. Preskripsi Diet (Penetapan Diet)
1.
Pemberian makanan dapat dimulai sesudah fase akut terlewati dan aliran darah ke
saluran cerna kembali normal. Makanan yang diberikan harus mudah dicerna dan
diserap seperti larutan hidrat arang (maltodextrin)
2. Pilih bahan makanan yang mudah dilumatkan, seperti :
·
Ikan sebagai sumber
protein hewani,
·
Tahu atau tempe sebagai
sumber protein nabati
·
Sayur dan buah yang
mudah dilumatkan seperti : wortel, labu siam, lobak, pepaya,dll
3. Pemberian susu kedelai, kacang merah dan kacang hijau
dapat dianjurkan untuk memberikan glutamin dan arginin yang banyak terdapat di
dalam produk kacang-kacangan, khususnya kacang merah. Minyak ikan yang kaya
akan vitamin A dan asam lemak omega 3 dapat pula diberikan sementara minyak
zaitun yang merupakan sumber asam lemak omega 9 dapat pula dimakan mentah
sebagai campuran susu atau formula enteralnya.
4.
Gunakan santan sebagai bahan untuk menggurihkan makanan karena santan terutama
yang kental kaya akan asam lemak jenuh untuk menambah kandungan protein dalam
sereal, sup, dll.
5.
Minum banyak air untuk mengencerkan darah. Misalnya 1 gelas air mineral setiap
2 hingga 3 jam sekali dan minum setiap kali terbangun untuk buang air kecil
pada malam hari
6. Untuk menghindari
keletihan setelah sembuh dari trauma, luka bakar atau pembedahan, pasien dianjurkan agar makan
sedikit-sedikit tetapi sering.
e. Bahan Makanan
Sehari serta Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
1. Bahan Makanan Sehari
a. Bentuk Cair
Diberikan dalam bentuk Makanan Cair Penuh, yaitu Formula Rumah Sakit (FRS)
dan Formula Komersial (FK).
b. Bentuk Saring
Diberikan dalam bentuk Makanan Saring, yang dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.2 Bahan Makanan Sehari
(Makanan Cair)
Bahan Makanan
|
Berat (gr)
|
URT
|
Tepung Beras
Maizena
Telur Ayam
Daging sapi
Tahu
Kacang Hijau
Pepaya
Margarin
Santan
Gula Pasir
Gula Merah
Susu
|
90
15
50
100
100
25
300
10
100
60
50
500
|
15 sdm
3 sdm
1 btr
2 ptg sdg
1 bh bsr
2 ½ sdm
3 ptg sdg
1 sdm
½ gls
6 sdm
5 sdm
2 ½ gls
|
Makanan ini ditambah Makanan Cair sebagai berikut:
Pukul 10.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
Pukul 16.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
Pukul 21.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
Pukul 05.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
c. Bentuk Lunak
Diberikan dalam bentuk Makanan Lunak, yang dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.3 Bahan Makanan Sehari
(Makanan Lunak)
Bahan Makanan
|
Berat (gr)
|
URT
|
Beras
Daging
Telur Ayam
Tempe
Kacang Hijau
Sayuran
Buah Pepaya
Gula Pasir
Minyak
Susu
|
250
100
50
100
25
200
200
50
25
200
|
5 gls nasi tim
2 ptg sdg
1 btr
4 ptg sdg
2 ½ sdm
2 gls
2 ptg sdg
5 sdm
2 ½ sdm
1 gls
|
Sumber : Penuntun Diet, ed. baru. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia, 2006
Makanan ini ditambah Makanan Cair sebagai berikut:
Pukul 10.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
Pukul 16.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
Pukul 21.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
Pukul 05.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
d. Bentuk Biasa
Diberikan dalam bentuk Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (Diet ETPT), yang
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Bahan Makanan yang
Ditambahkan
pada Makanan Biasa (Diet ETPT)
Bahan Makanan
|
ETPT I
|
ETPT II
|
||
Berat (gr)
|
URT
|
Berat (gr)
|
URT
|
|
Susu
Telur Ayam
Daging
Formula Komersial
Gula Pasir
|
200
50
50
200
30
|
1 gls
1 btr
1 ptg sdg
1 gls
3 sdm
|
400
100
100
200
30
|
2 gls
2 btr
2 ptg sdg
1 gls
3 sdm
|
Sumber : Penuntun Diet, ed. baru. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia, 2006
Bila pasien tidak dapat menghabiskan porsi makanan biasa, maka frekuensi
makan dapat ditambah menjadi 4 kali makanan utama. Jadwal makanan adalah
sebagai berikut:
Pukul 08.00 : Makan
Pagi
Pukul 10.00 :
Selingan
Pukul 13.00 : Makan
Siang
Pukul 16.00 :
Selingan
Pukul 18.00 : Makan
Malam I
Pukul 21.00 : Makan
Malam II
Pukul 05.00 :
Selingan
·
Bahan makanan yang
dianjurkan merupakan semua bahan makanan sumber energi dan protein seperi susu,
telur, daging, ayam, dan keju, serta gula pasir, dan sirup.
·
Bahan makanan yang
tidak dianjurkan yaitu bahan makanan hiperalergik seperti udang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas
melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara
langsung. Luka bakar perlu ditangani secara saksama untuk mencegah kejadian
yang mengancam jiwa. Prinsip utama penanganan luka bakar, menurut situs burn
survivors online, meliputi pengurangan rasa sakit, mencegah infeksi,
menyeimbangkan cairan dan elektrolit tubuh, serta asupan gizi yang baik.
Diet pada luka bakar bertujuan untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah
terjadinya gangguan metabolik serta mempertahankan status gizi secara optimal
selama proses penyembuhan.
B. Saran
1.
Pengaturan diet sangat dibutuhkan oleh penderita luka bakar untuk memastikan kebutuhan
energinya tercukupi.
2.
Respons metabolik pada luka bakar mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit, keseimbangan nitrogen negatif serta kehilangan berat badan yang
cepat. Dengan demikian energi dan protein pengganti pun perlu diberikan secepatnya.
3.
Pemberian makanan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi pasien. Bisa melaluisonde,
disajikan bubur halus, kasar, tim, ataupun nasi. Cara pemberiannya pun
sebaiknya bertahap dari porsi kecil hingga sesuai dengan kebutuhan penderita.
4. Penanganan
luka dan diet sebaiknya dilakukan di rumah sakit agar lebih terkontrol dan
untuk menghindari dampak lebih fatal pascakebakaran.
DAFTAR PUSTAKA
·
Instalasi Gizi PERJAN
RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. 2006. Penuntun
Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
·
Hartono, Andry. Terapi
Gizi dan Diet Rumah Sakit. 2000. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
·
Oetoro, Samuel, Dr.
2000. Penatalaksanaan Nutrisi pada penderita Luka Bakar. http://mnu-malang.com
·
Arisandi, Defa,
A.Md.Kep. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio).
http://fadlie.web.id
No comments:
Post a Comment