Thursday 27 March 2014

PATOFISIOLOGI - ASIDOSIS



D.    Patogenesis Asidosis
Pada keadaan Asidosis yang berperan adalah sistem buffer (penyangga). Sistem penyangga bikarbonat terdiri dari larutan air yang mengandung bikarbonat yang terdiri dari larutan air yang mengandung dua zat yaitu asam lemak (H2CO3) dan garam bikarbonat seperti NaHCO3.
H2CO3 dibentuk dalam tubuh oleh reaksi CO2 dengan H2O.
CO2 +  H2O   <—->  H2CO3
Reaksi ini lambat dan sangat sedikit jumlah H2CO3 yang dibentuk kecuali bila ada enzim karbonik anhidrase. Enzim ini terutama banyak sekali di dinding alveoli
Pada paru dimana CO2 dilepaskan, karbonik anhidrase juga ditemukan di sel-sel epitel tubulus ginjal dimana CO2 bereaksi dengan H2O untuk membentuk H2CO3
H2CO3 berionisasi secara lemah untuk membentuk sejumlah kecil H+ dan HCO3-
H2CO3 <—-> H+ +  HCO3-
Komponen kedua dari sistem yaitu garam bikarbonat terbentuk secara dominan  sebagai Natrium Bicarbonat (NaHO3) dalam cairan ekstraseluler. NaHCO3 berionisasi hampir secara lengkap untuk membentuk ion-ion bicarbonat  (HCO3-) dan ion-ion natrium (Na+) sebagai berikut :
NaHCO3 <—-> Na+ +  HCO3-
Sekarang dengan semua sistem bersama-sama, kita akan mendapatkan sebagai berikut :
CO2 + H2O  <—->   H2CO3 <—-> H+ + HCO3- + Na+
Akibat disosiasi H2CO3 yang lemah, konsentrasi H+ menjadi sangat kuat bila asam kuat seperti HCl ditambahkan ke dalam larutan penyangga bicarbonat, peningkatan ion hidrogen yang dilepaskan oleh asam disangga oleh HCO3 :
H + + HCO3- H2CO3 CO2 + H2O
Sebagai hasilnya, lebih banyak H2CO3 yang dibentuk. Meningkatkan produksi CO2 dan H2O. Dari reaksi ini kita dapat melihat bahwa ion hidrogen dari asam kuat HCl, bereaksi dengan HCO3- untuk membentuk asam yang sangat lemah yaitu H2CO3 yang kemudian membentuk CO2 dan H2O. CO2 yang berlebihan sangat merangsang pernapasan yang mengeluarkan CO2 dari cairan ekstraseluler. Ini berpengaruh terjadinya asidosis pada tubuh.

PATOFISIOLOGI - PROSES PENUAAN



A.    Terjadinya Proses Penuaan
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994)
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.
Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam  maupun dari  luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapain puncak maupun menurunnya.

B.     Penyebab Proses Penuaan
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, hormon yang menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan juga faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet, stress dan penyebab sosial lain seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling terkait dan memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan.
Tubuh kita membentuk suatu reaksi kimia kompleks yang membentuk suatu molekul kimia yang tidak stabil yang disebut radikal bebas. Molekul radikal bebas ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel yang sehat melalui suatu proses yang disebut dengan Oksidasi. Proses ini sama seperti proses yang kita lihat pada apel hijau yang berubah warna menjadi coklat atau logam tembaga yang berubah warna dari emas kemerahan menjadi biru kehijauan. Produksi radikal bebas ini dapat meningkat jumlahnya apabila kita sering terpapar oleh sinar matahari, merokok, polusi udara dan mengkonsumsi makanan yang rendah nilai gizinya. Produksi radikal bebas yang semakin meningkat dalam tubuh kita memberi kontribusi yang besar terhadap terjadinya proses penuaan berbagai organ tubuh.
Stress juga berperan besar pada semakin cepatnya proses penuaan terjadi. Stress dalam hal ini tidak hanya terkait dengan psikologis tetapi juga jasmani. Apabila tubuh kita mengalami kerusakan, maka tubuh akan mencoba untuk memulihkan diri sendiri. Pada batas tertentu tubuh dapat pulih namun tidak seratus persen dan tentu tidak pada semua kasus. Semakin sering tubuh kita mengalami stress maka makin kecil kemungkinan tubuh untuk pulih akibatnya tubuh semakin menua dan menjadi rentan terhadap penyakit. Apa yang menyebabkan tubuh kita tidak bisa sepenuhnya memulihkan kerusakan tadi, sebagian besar belum diketahui.
C.    Perubahan – Perubahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia
1.      PERUBAHAN FISIK PADA LANSIA
a.      System Integument
Pada kulit akan mengalami perubahan berikut :
Struktur anatomis
1)      Lapisan epidermis
a)     Lapisan keranosit : tebalnya berkurang, daya adhesi kurang, terjadi perubahan secara morfologis dan kandungan air pada stratum korneum berkurang sehingga kulit menjadi kering dan kasar.
b)    Lapisan stratum basale : mengalami perubahan ukuran dan bentuk, reduplikasi pada lamina densa serta ruan antar sel keranosit menjadi bertambah lebar.
c)     Perbatasan dermis dan epidermis lebih datar sehingga pemberian nutrisi berkurang pada epidermis akibat lapisan tersebut bila terjadi trauma akan mudah robek dan abrasi ( bula ).
d)    Sel melanosit jumlahnya berkurang, hal ini mengakibatkan  terjadinya pigmentasi kulit tidak teratur, sebagain dampak lainnya insiden neoplasma kulit meningkat yang disebabkan oleh sel melanosit menyerap ultra violet.
e)     Sel-sel langerhans menurun, akibatnya : respon kekebalan seluler kulit tergangggu sehingga pembentukan antigen terganggu, dampak lain terjadinya karsinoma kulit.
2)     Lapisan dermis
a)   Dermis atrofi, relative aseluler dan avaskuler, sel mati berkurang sehingga reaksi hepersensitif menurun.
b)   Sel fibroblast mengandung banyak reticulum endoplasmic yang kasar.
c)   Serat kolagen jumlahnya berkurang disertai penebalan, kemampuan membengkak berkurang dan susunannya tidak teratur sehingga kulit menjadi kendur ( lax ).
d)   Jumlah glikosaminoglikan ( bahan dasar dermis ) berkurang sehingga viscoelastisitas berubah.
e)   Serat-serat elastic mengalami degradasi, anyaman serat hilang, akibatnya kulit keriput dan kendur.
3)    Jaringan sub kutis
a)    Adanya atrofi pada muka, dorsum tangan dan tungkai bawah, hal ini mengakibatkan hipotermi, telapak kaki mudah luka atau ulserasi.
b)    Jaringan subkutis mengalami hipertrofi, pada laki-laki lebih banyak pada daerah pinggang dan pada wanita pad paha.
2.     PERUBAHAN FUNGSI
a.      Proliferasi dan penyembuhan
1)         Waktu pergantian kulit menjadi lebih panjang.
2)          Epidermal repair berkurang sehingga resiko infeksi sekunder tinggi.
3)         Pertumbuhan kuku dan rambut lambat.
4)         Anaplasia : hampir semua orang diatas 65 tahun mengalami tumor jinak ( keratosis seboroika ), penyebabnya :
-     Sel epidermis bermacam bentuk dan ukuran.
-     Paparan bahan karsinogen.
-     Jumlah sel melanosit berkurang→proteksi kurang/.
-     Jumlah sel langerhans berkurang.
b.      Absorbsi dan clearance dermal
1)      Permeabilitas meningkat
2)      Dermal clearance menurun
-     Menurunkan sirkulasi pada dermis
-     Dermatitis kontak menetap
3)      Cenderung timbul gangguan termoregulator.
c.       Respon terhadap stimulasi eksternal
1)      Reaksi terhadap rangsangan raba, vibrasi dan kornea kurang, nilai ambang nyeri meningkat.
-        Respon vascular menurun yang akan mengakibatkan gangguan regulasi suhu tubuh→hipotermi atau heat stroke.
-        Produksi keringat berkurang.
-        Produksi sebum menurun.
2)      Sifat-sifat mekanis
Serat kolagen dan serat elastisitas mengalami perubahan ( perubahan sifat mekanik ) sehingga elastic recovery menurun ( kulit lama kembali ), hal ini mengakibatkan kulit mudah robek bila trauma, penurunan piupi dan distorsi.
3)      Respon imun
a.      Gangguan fungsi sel beta
b.      Gangguan imunitet seluler, sehingga mudah mengalami infeksi virus, jamur dan keganasan.
3.     PERUBAHAN SISTEM TUBUH
a.     Sistem Pencernaan
Pada mulut, warna gigi menjadi lebih gelap. Terjadi penurunan produksi saliva yang mengakibatkan sel mukosa menjadi kering. Pada lansia juga terjadi perubahan kemampuan mencerna sehingga meningkatkan sisa zat makanan sehingga produksi gas meningkat, motilitas usus dan peristaltik menurun.
Perubahan akibat proses penuaan yang terjadi pada system pencernaan sering dimanifestasikan dengan terjadinya :
-     Kesulitan menelan
-     Sendahak (reflex gastroesofageal)
-     Perut terasa lama penuh ( hidroklorhidri )
-     Konstipasi
-     Obat tidak terlalu cocok.
Perubahan oleh karena menua primer :
-     Berkurangnya motilitas esophagus, fungsi spingter, sekresi asam lambung, pepsin dan tripsin.
-     Berkurangnya motilitas usus serta perubahan enzim hepar.
Perubahan oleh karena menua sekunder :
-     Hernia
-     Anemia pernisiosa
-     Konstipasi karena diit rendah residu dan pemakaian laksans yang berlebihan.
-     Merokok dan alcohol terlalu banyak, sehingga menyebabkan perubahan metabolisme obat.
b.    Sistem Pernafasan
Teradi perubahan struktur thorax yang menyebabkan pengembangan paru menjadi terbatas, tulang iga tidak dapat bergerak bebas. Tulang punggung kifosis yang menyebabkan paru semakin kaku dan kurang elastic, peningkatan kapasitas residual, penurunan kapasitas vital ynag pada akhirnya dapat mengakibtakan kolaps basal.
Perubahan oleh karena menua primer :
-     Berkurangnya elastisitas paru
-     Berkurangnya otot-otot pernapasan
Perubahan oleh karena menua sekunder :
-     Penyakit Paru Obstruksi Menahun ( PPOM ) atau COPD ssebagai akibat dari kebiasaan merokok dan polusi udara.
-     Menurunnya kekuatan otot pernafasan oleh karena kurang aktifitas ( olahraga ).
c.     Sistem Kardiovaskuler
Perubahan yang berhubungan dengan usia lanjut terjadi pada komposisis kimiawi, sel-sel, jaringan jantung dan pembuluh darah, semuanya ini akhirnya mempengaruhi fungsi kardiovaskuler. Namun walaupun demikian, jantung masih mampu memenuhi kebutuhan harian dan berfungsi dengan baik kecuali dalam kondisi stress atau karena gangguan penyakit.
Secara umum manifestasi klinis yng sering terjadi pada sistem kardiovaskuler akibat ketuaan adalah :
-     Berkurangnya cadangan jantung (cardiac reserve)
-     Bertambahnya tekanan nadi (pulse pressure)
-     Kecenderungan hipotensi dan sinkop.
Perubahan oleh karena menua primer :
-     Berkuranhgnya jumlah sel dinding jantung dan vaskuler
-     Baroreseptor sensitivity
Perubahan oleh karena menua sekunder :
-     Iskemia akibat adanya arteriosklerosis
-     Disfungsi ventrikel
-     Debaran jantung tidak teratur ( aritmia )
-     Penyakit ujantung oleh karena hipertensi
-     Gagal jantung kongestive
-     Infeksi akibat imunitas berkurang
d.    Sistem Perkemihan
Terjadi hubungan langsung antara suplai darah dan fungsi ginjal, renal sendiri mendapat darah ( blood flow ) sekitar 25% dari keseluruhan volume darah yang ada dalam tubuh, dengan kecepatan aliran darah kira-kira 5 sampai 10 kali lebih besar dari suplai untuk jantung, hati dan otak.
Perubahan pada system urogenital dimanifestasikan dengan :
-     Berkurangnya rasio filtrasi glomerular dan reabsorbsi tubuler.
-     Uropati obstruktif dan overflow incontinence.
-     Stress incontinence.
Perubahan oleh karena menua primer :
-     Jumlah nefron berkurang disertai perubahan fungsi tubuler.
-     Tekanan dinding atau kapasitas kandung kemih dan tegangan spingter berkurang.
-     Pada kebanyakan laki-laki mengalami hipertropi prostat, sedangkan pada perempuan tegangan otot-otot pelvis yang berkurang.
Perubahan oleh karena menua sekunder :
-     Kondisi nefrosclerosis, biasanya karena adanya penyakit hipertensi.
-     Penyakit ginjal yang disebabkan oleh konsumsi obat-obatan .
-     Infeksi saluran kemih karena system imunitas berkurang.
e.     Sistem Endokrin
Perubahan akibat proses penuaan pada system endokrin secara klinis dimanifestasikan oleh:
-     Pada wanita terjadi menopause yang meliputi system vasomotoris dan atrofi vagina.
-     Pada laki-laki terjadi penurunan libido, potensi serta frekuensi kegiatan seks.
-     Intoleransi relative terhadap glukosa.
Perubahan oleh karena menua primer :
-     Relative lebih cepat terjadi pada wanita setelah berhenti haid.
-     Relative lambat pada laki-laki : testis mengecik, reserve capacity testis, sperbmatogenesis dan kadar testosterone berkurang.
-     Respon dan sensitivitas terhadap insulin berkurang, sehingga cenderung menjadi gemuk.
-     Respon tiroid berkurang.
Perubahan oleh karena menua sekunder :
-     Hipogonadism oleh karena pembedahan atau alcoholism.
-     Penyakit Diabetes Melitus.
f.     Sistem Musculoskeletal
Perubahan struktur musculoskeletal dan fungsi bervariasi diantara individu selama proses penuaan. Perubahan yang bermakna terjadi mulai usia pertengahan. Secara umum perubahan sacara fisiologis adalah :
-     Penurunan tinggi badan sekitar 6-10 cm.
-     Lebar bahu menurun.
-      Fleksi pada lutut dan panggul.
-      Terjadi penyempitan  dari diskus intervertebrae yang dapat berkurangnya ukuran intervertebrae dan ruang intercostae.
-      Patah tulang akibat kompresi dari vertebrae.
-      Peningkatan kurve spina thoraks.
-      Kepala miring ke belakang dan leher memendek→ mengimbangi kondisi kiposis.
-      Jalan goyah karena perubahan otot dan fungsi motorik.
-      Jengkal lengan lebih besar.
Perubahan secara klinis dimanifestasikan oleh adanya :
-     Kekuatan berkurang.
-     Cenderung patah tulang ( osteoporosis )
-      Sendi kaku dan cenderung inflamasi
Perubahan oleh karena menua primer :
-      Berkurangnya serta dan diameter otot.
-      Jumlah mineral dalam tulang berkurang.
-      Pembentukan tulang berkurang ( senile osteoporosis )
-      Resorbsi tulang bertambah.
-      Tendon dan jaringan pengikat bertambah kaku
-      Tulang rawan persendian makin tipis
Perubahan oleh karena menua sekunder :
-      Atropi akibat inaktivitas ( misalnya karena terlalu banyak duduk )
-      Defisiensi steroid gonadal.
-      Osteoporosis oleh karena defisiensi kalsium, alcoholism dan pengaruh tembakau.
-      Osteomalasia ( tulang lunak ) oleh karena defisiensi vitamin D.
g.    System Penglihatan
Pada usia 40-50 tahun visus akan menurun, dan pada 70 tahun banyak memakai alat bantu. Terjadi perubahan struktur retina, pupil, lensa dan kornea. Retina akan kehilangan sel-selnya. Kemampuan penglihatan berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa, astigmatisma (tidak terpusatnya cahaya pada satu titik retina ).
Perubahan pada system penglihatan secara klinis dimanifestasikan oleh adanya :
-      Penurunan kekuatan otot mata untuk berakomodasi.
-      Kulit kelopak mata mengendur, jaringan lunak berkurang, sehingga mata menjadi cekung.
-      Kelopak mata jauh dari permukaan bola mata sehingga mata tampak berair.
-      Selaput mata keruh, pinggir kornea bergaris putih,pupil kecil sehingga penglihatan menjadi tidak terang.
h.     Sistem Pendengaran
Perubahan yang terjadi pada system pendengaran akibat penuaan adalah kehilangan daya mendengar jenis sensori neural berupa : presbikusis ( TULA = Tuli Usia Lanjut ), dengan manifestasi klinis :
-      Kekurangan pendengaran progresif.
-      Pendengaran bertambah menurun → stress.
-      Daya diskriminasi menurun.
-      Tinnitus jika mendengar suara dengan nada tinggi.
i.      Sistem Persyarafan
Pada persyarafan, walaupun tidak mengalami mitosis, tapi karena terjadinya penurunan fungsi, maka secara klinis akan menunjukkan adanya hal-hal berikut :
1)     Status mental
a)        Gangguan ingatan ( lupa ).
b)        Sangat hati-hati, namun inisiatif kurang.
c)        Curiga
2)     Insomnia→perubahan pola tidur/bangun.
a)      Saraf kranialis
-     Saraf penglihatan
·           Melihat dekat terganggu
·           Melihat jauh dengan koreksi lensa
-     Saraf pendengaran
Kemampuan mendegar menurun
-     Saraf  penggerak bola mata
Gerak bola mata lambat, melirik dan melihat ke atas terbata
-     Saraf pengecap dan penghidu
Sensasi rasa terganggu
-     Sistem motorik
·         Cara berjalan dengan langkah kecil
·         Dasar melebar → Parkinson
·         Postur tubuh bungkuk
·         Ayunan tangan berkurang
·         Tungkai mengalami kekakuan
·         Tendo kurang elastis
-     Reflex
·         Reflex otot dan tumit menurun
·         Reflex telapak kaki → ekstensi
·         Reflex abdomen menghilang
-     Sensorik
·         Rasa getar menurun pada tungkai bawah
·         Ambang rasa, raba dan tusuk meningkat
4.     PERUBAHAN PSIKOSOSIAL PADA LANSIA
Perubahan psikososial pada lansia sering dimanifestasikan dengan tingkat  penyesuaian/adaptasi usila terhadap hal-hal berikut :
a.     Penyesuaian terhadap penurunan fisik .
b.     Penyesuaian terhadap penurunan penghasilan.
c.     Penyesuaian terhadap pengaturan hidup yang layak.
d.     Penyesuaian terhadap kematian pasangan hidup orang yang dicintai.
e.     Penetapan hubungan dengan teman sebaya.
f.      Pertemuan-pertemuan atau sosialisasi dengan masyarakat dan pemenuhan kewajiban sebagai warga negara.
5.     PENYAKIT-PENYAKIT YANG SERING TERJADI PADA LANSIA
a.     Osteoarthritis
b.     Hipertensi
c.     Diabetes Mellitus
d.     Gastritis
e.     Rabun Senja
f.      Remathoid Arthritis
g.     Decomp Cordis
h.     AMI
i.       Dislokasi Sendi







Daftar Pustaka

http://duniagiant.blogspot.com/2011/02/proses-menua.html