Thursday, 20 March 2014

Sippositoria dan Bukal



TUGAS KDM
Sippositoria dan Bukal


Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Konsep Dasar Manusia II semester dua tahun akademik 2013/2014

Disusun Oleh :
1. Siti Nurrohmah Widhawati                P17420313084
2. Sulton Akbar Nafis                             P17420313085
3. Susiyanti                                               P17420313086
4. Tissa Opilaseli                                      P17420313087

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN AKADEMIK 2013 / 2014

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen yang telah memberikan bimbingannya kepada kami dan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan. Oleh karena itu kami mengharapkan sumbangan pikiran, saran, dan kritikan yang konstruktif demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Semoga dengan makalah yang sederhana ini dapat memenuhi harapan kita semua dan memberikan manfaat bagi pembaca, sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan. Terima kasih.

                                                                                          Pekalongan, 04 Maret 2014

                                                                                          Penyusun









DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................        i
KATA PENGANTAR ........................................................................................                ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................                iii
BAB I    : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ...............................................................................       1
B.     Tujuan ............................................................................................       1
BAB II   : PEMBAHASAN
A.    Obat Sippositoria
2.1 Pengertian .................................................................................      2
2.2 Tujuan Pemberian ....................................................................       2
2.3 Indikasi dan Kontra Indikasi.....................................................      3
2.4 Jenis Obat Sippositoria .............................................................      3
2.5 Bentuk dan Berat Sippositoria ..................................................      4
2.6 Keuntungan dan Kerugian ........................................................      4
2.7 Prosedur Pemberian Obat .........................................................      4

B. Tablet Sublingual dan Bukal
     3.1 Pengertian ................................................................................       6
     3.2 Keuntungan Tablet ...................................................................      7
     3.3 Kerugian Tablet .......................................................................,      7
     3.4 Contoh Tablet ...........................................................................      7
     3.5 Formulasi Tablet Bukal ............................................................       8
     3.6 Cara Pembuatan ........................................................................      9
     3.7 Evaluasi Tablet .........................................................................       9
     3.8 Pengemasan dan Penyimpanan ................................................       11


BAB III : PENUTUP
A.    Kesimpulan ....................................................................................       12
B.     Saran ..............................................................................................       12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................        v






















BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang Masalah
        Berdasarkan perkembangan zaman bentuk dan sediaan obat beragam,ada yang berbentuk tablet, serbuk, kapsul, sirup, dan suppositoria.Beragamnya bentuk sediaan tersebut didasarkan atas kebutuhan darikonsumen atau pasien. Bentuk dan sediaan obat pun dapat diberikan denganrute yang berbeda-beda dan memberikan efek yang berbeda-beda. Untuk suppositoria rute pemberiannya dimasukkan di dalam dubur atau lubangyang ada di dalam tubuh. Penggunaan suppositoria ditujukan untuk pasienyang susah menelan, terjadi gangguan pada saluran cerna, dan pada pasienyang tidak sadarkan diri.Suppositoria dapat dibuat dalam bentuk rektal, ovula, dan uretra.Bentuk suppositoria dapat ditentukan berdasarkan basis yang digunakan. Basis suppositoria mempunyai peranan penting dalam pelepasan obat yangdikandungnya. Salah satu syarat utama basis suppositoria adalah selalu padat dalam suhu ruangan tetapi segera melunak, melebur atau melarutibahas pada suhu tubuh sehingga obat yang dikandungnya dapat tersediasepenuhnya, segera setelah pemakaian. Basis suppositoria yang umumdigunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabatiterhidrogenasi, campuran polietilenglikol (PEG) dengan berbagai bobotmolekul dan ester asam lemak polietilen glikol.Suppositoria dapat memberikan efek lokal dan efek sistemik. Padaaksi lokal, begitu dimasukkan basis suppositoria akan meleleh, melunak, atau melarut menyebarkan bahan obat yang dibawanya ke jaringan-jaringandi daerah tersebut. Obat ini dimaksudkan agar dapat ditahan dalam ruangtersebut untuk efek kerja local, atau bisa juga dimaksudkan agar diabsorpsiuntuk mendapat efek sisitemik. Sedangkan pada aksi sitemik membranemukosa rectum atau vagina memungkinkan absorbsi dari kebanyakan obatyang dapat larut. Dalam makalah ini, akan dibahas secara mendalam tentangsuppositoria beserta formula suppositoria dengan zat aktif salbutamol.
B.        Tujuan

-          Untuk memenuhi nilai mata kuliah Konsep Dasar Manusia II semester dua
-          Untuk mengetahui tentang konsep dasar manusia tentang obat sippositoria
-          Untuk mengetahui tentang obat bukal
BAB II
PEMBAHASAN

A.        OBAT SIPPOSITORIA
2.1   Pengertian Pemberian Obat Suppositoria

Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria. Organ-organ yang dapat diberi obat suppositoria adalah rectum dan vagina.Suppositoria ini mudah meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh. Umumnya berbentuk menyerupai peluru atau torpedo dengan bobot sekitar 2 gram dan panjang sekitar 1 – 1,5 inci.

Suppositoria biasanya diberikan kepada pasien-pasien khusus yang tidak bisa mengonsumsi obat secara oral lewat mulut. Hal ini bisa terjadi misalnya pada pasien yang sedang tidak sadarkan diri, pasien yang jika menerima sediaan oral akan muntah, pasien bayi, dan pasien lanjut usia, yang juga sedang dalam keadaan tidak memungkinkan untuk menggunakan sediaan parenteral (obat suntik).
Selain itu, suppositoria juga didesain untuk beberapa zat aktif yang dapat mengiritasi lambung serta zat aktif yang dapat terurai oleh kondisi saluran cerna, jika digunakan secara oral. Misalnya, zat aktif yang akan rusak dalam suasana asam lambung, rusak oleh pengaruh enzim pencernaan, atau akan hilang efek terapinya karena mengalami first pass effect.
Penggunaan suppositoria tidak hanya ditujukan untuk efek lokal seperti pengobatan ambeien, anestesi lokal, antiseptik, antibiotik, dan antijamur, tetapi juga bisa ditujukan untuk efek sistemik sebagai analgesik, anti muntah, anti asma, dan sebagainya.

2.2   Tujuan Pemberian
-   Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
-   Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
-   Untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar
-   Untuk mencegah efek lokal dan sistematik
-   Untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat di bandingkan secara oral

2.3  Indikasi dan Kontra Indikasi
Ø  Indikasi
Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut dan osteoritis.
Ø  Kontra Indikasi
-          Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain.
-          Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau peradangan aktif (inflamasi akut) pada saluran cerna.
-          Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma bronchial atau alergi.
-          Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat.
-          Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada penderita piotitis atau hemoroid.
-          Pembedahan rektal.

2.4  Jenis Obat Supositoria
Pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac suppositoria yang berfungsi secara local untuk meringankan defekasi. Dan efek sistemik seperti pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat suppositoria ini diberikan tepat pada dinding rectal yang melewati sfinkter ani interna.
Ø  Jika dikombinasikan dengan preparat obat oral, maka pada umumnya dosis perhari adalah 1 supositoria yang dimasukan ke dalam rectum. Jika tidak dikombinasikan, dosis lazim adalah 1 dosis 2 kali sehari.
Ø  Contoh obat supositoria :
-  Kaltrofen supositoria
-  Profeid supositoria
-  Ketoprofen supositoria
-  Dulcolax supositoria
-  Profiretrik supositoria
-  Stesolid supositoria
-  Boraginol supositoria
-  Tromos supositoria
-  Propis supositoria
-  Dumin supositoria

2.5  Bentuk dan Berat Supositoria
a.      Supositoria untuk rektum
Bentuknya seperti peluru, torpedo/jari- jari tergantung pada bobot jenis dan bahan obat dan basis yang di gunakan.
b.      Supositoria dari lemak coklat
Berat supositoria untuk dewasa kira-kira  2gr dan biasanya lonjong seperti torpedo, sedangkan untuk anak-anak 1gr dan ukrannya lebih kecil
c.       Supositoria uretal (BOUGI)
Bentuknya seperti pensil, dan meruncing pada salah satu ujungnya. Untuk laki-laki beratnya  ±4gr dan wanita 2gr.

2.6  Keuntungan dan Kerugian
a.      Keuntungan
-          Bisa mengobati secara bertahap
-          Kalau missal obat einimbulkan kejang, atau panas reaksinya lebih cepat, dapat memberikan efek local dan sistemik.
-          Memberikan efek local dulcolax untuk meningkatkan defeksasi.
b.      Kerugian
-          Sakit tidak nyaman daya fiksasi lebih lama dari pada IV.
-          Kalau pemasangan obat tidak benar, obat akan keluar lagi.
-          Tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami pembedahan rekrtal.

2.7  Prosedur Pemberian Obat Suppositoria
1.  Persiapan Alat
-          Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)
-          Aplikator untuk krim vagina
-          Pelumas untuk supositoria
-          Sarung tangan sekali pakai
-          Pembalut
-          Handuk bersih
-          Gorden / sampiran
2.  Persiapan Pasien dan Lingkungan
-          Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
-          Memebritahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
-          Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel bila perlu.
-          Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan.
3.  Pelaksanaan
Ø  Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan waktu, jumlah dan dosis obat.
Ø  Siapkan klien
-          Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
-          Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi klien
-          Atur posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai bagian atas fleksi ke depan
-          Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area parineal saja
Ø  Kenakan sarung tangan
Ø  Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatan dengan jeli, beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dan tangan dominan anda.
Ø  Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelaksasikan sfingterani. Mendorong supositoria melalui spinter yang kontriksi menyebabkan timbulnya nyeri
Ø  Regangkan bokong klien dengan tangan dominan, dengan jari telunjuk yang tersarungi, masukan supusitoria ke dalam anus melalui sfingterani dan mengenai dinding rektal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.
Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya pada kliennya di serap dan memberikan efek terapeutik
Ø  Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien dcngan tisu.
Ø  Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit untuk mencegah keluarnya suppositoria
Ø  Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak fases, letakan tombol pemanggil dalam jangkauan klien agar klien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi
Ø  Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar
Ø  Cuci tangan
Ø  Kaji respon klien
Ø  Dokumentasikan seluruh tindakan.

B.        TABLET SUBLINGUAL DAN BUKAL
3.1   Pengertian Tablet Sublingual dan Bukal
Tablet sublingual adalah tablet yang digunakan dengan cara diletakkan di bawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral, atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat. Tablet bukal adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut (Syamsuni, 2006).
Kedua tablet ini umumnya berbentuk kecil, pipih, dan oval yang dimaksudkan untuk pemberian pada daerah bukal atau bawah lidah yang melarut atau tererosi perlahan, oleh karena itu, diformulasi dan dikopresi dengan tekanan yang cukup untuk menghasilkan tablet yang keras (Rudnic and Schwartz, 1990). Setelah obat dilepaskan dari tablet, bahan aktif diabsorpsi tanpa melewati saluran gastrointestinal. Ini rute yang menguntungkan untuk obat yang bisa dihancurkan oleh saluran gastrointestinal (Parrot, 1980).
Kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk diserap langsung oleh selaput lendir mulut. Obat-obatan yang diberikan dengan cara ini dimaksudkan agar memberikan efek sistemik, dan karena itu harus dapat diserap dengan baik oleh selaput lendir mulut. Tablet bukal dan sublingual hendaklah diracik dengan bahan pengisi yang lunak, yang tidak merangsang keluarnya air liur. Ini mengurangi bagian obat yang tertelan dan lolos dari penyeraapan oleh selaput lendir mulut. Di samping itu, kedua tablet ini hendaklah dirancang untuk tidak pecah, tetapi larut secara lambat, biasanya dalam jangka waktu 15-30 menit, agar penyerapan berlangsung dengan baik (Lachman dkk, 2008).


3.2    Keuntungan Tablet Sublingual dan Bukal Adalah :
-          Cocok untuk jenis obat yang dapat dirusak oleh cairan lambung atau sedikit sekali diserap oleh saluran pencernaan.
-          Bebas First Pass Metabolism.
-          Proses absorpsinya cepat karena langsung diabsorpsi melalui mukosa mulut, sehingga diharapkan dapat memberikan efek yang cepat juga.

3.3    Kerugian Tablet Sublingual dan Bukal Adalah :
-          Hanya sebagian obat yang dapat dibuat menjadi tablet sublingual dan bukal karena obat yang dapat diabsorpsi melalui mukosa mulut jumlahnya sangat sedikit.
-          Untuk obat yang mengandung nistrogliserin pengemasan dan penyimpanan obat memerlukan cara khusus karena bahan ini mudah menguap.    

3.4    Contoh Tablet Sublingual dan Bukal
Tablet bukal dan sublingual pemberiannya hanya terbatas pada gliseril trinitrat, nitrogliseril dan hormon - hormon steroid.
1.      Nitrogliserin
Sediaan nitrogliserin sublingual dan bukal dapat mengurangi serangan anginal pada penderita iskemia jantung. Pemberian 0,3 – 0,4 mg melepaskan rasa sakit sekitar 75% dalam 3 menit, 15% lainnya lepas dari sakit dalam waktu 5 – 15 menit. Apabila rasa sakit bertahan melebihi 20 – 30 menit setelah penggunaan dua atau tiga tablet nitrogliserin berarti terjadi gejala koroner akut dan pasien diminta untuk mencari bantuan darurat (Sukandar, dkk, 2008).
Efek samping mencakup hipotensi postural yang berhubungan dengan gejala sistem saraf pusat, refleks takikardi, sakit kepala, dan wajah memerah, dan mual pada waktu tertentu (Sukandar, dkk, 2008).
2.      Hormon – Hormon Steroid
a.       Estrogen
Estrogen yang diberikan oral menstimulasi sintesis protein hepatik dan meningkatkan konsentrasi sirkulasi glogulin terikat hormn seks, yang dapat menjamin bioavailabilitas androgen dan astrogen. Estradiol merupakan bentuk kuat dan paling aktif dari estrogen endogen saata diberikan oral dia termetabolisme dan hanya 10% mencapai sirkulasi sebagai estradiol bebas. Absorbsi estrogen secara sistemik ppada tablet lebih rendah dibanding krim vaginal. Penemuan baru menunjukkan estrogen pada dosis yang lebih rendah efektif dalam mengontrol simptom pasca menopause dan mengurangi kehilangan masa tulang (Sukandar, dkk, 2008). 
Contoh obat yang beredar di pasaran adalah angeliq, cliane, climmen, cyclo progynova, diane, dan lain-lain (Anonim, 2010).
b.      Progestogen
Progestogen umumnya diberikan pada wanita yang belum pernah menjalani histerektomi. Progestin sebaiknya ditambahkan karena estrogen tunggal berkaitan dengan hiperplasia dan kanker endometrium. Terapi hormon dosis rendah(estrogen terkonjugaasi ekuin 0,45 mg dan medroksiprogesteron asetat 1,5 mg/hari menunjukkan kesamaan dalam peredaran simptom dan pertahanan densitas tulang tanpa peningkatan hiperplasia endometrium.
Progestogen oral yang paling umum digunakan adalah medroksiprogesteron asetat misalnya Dilena; Noretisteron asetat, misalnya Anore, Cliane, Kliogest, Norelut, Primolut N, dan Regumen.
3.5    Formulasi Tablet Bukal
Tablet bukal mengandung sejumlah bahan aktif yang dikombinasikan dengan bahan tambahan. Tablet ini memberikan “drug delivery” yang sangat cepat, dimana level bahan aktif dalam darah dapat dibandingkan dengan pemberian secara parenteral. Contoh Formulasi:
-          Tablet Bukal Prokloperazin maleat (5 mg)
-           Bobot tablet : 60 mg
-          Untuk satu kali produksi akan dibuat 500 tablet
-          Bobot Total : 500 x 60 mg = 30000 mg = 30 gr
Prokloperazin maleat          : 5 mg x 500 = 2500 mg
Gom kacang-lokus              : 1,5 mg x 500 = 750 mg
Gom xantan                         : 1,5 mg x 500 = 750 mg
Povidon                               : 3 mg  x 500 = 1500 mg
Serbuk sukrosa                    : 47,5 mg x 500 = 23750 mg
Magnesium stearat               : 1 mg x 500 = 500 mg
Talk                                      : 0,5 mg x 500 = 250 mg
Air                                        : secukupnya
TOTAL                                : 30000 mg = 30 gr

3.6     Cara Pembuatan
Tablet Bukal Prokloperazin maleat (5 mg) dengan formulasi seperti di atas dibuat dengan metode granulasi basah. Adapun cara kerjanya sebagai berikut :
download.png
3.7    Evaluasi Tablet
Dalam membuat tablet sublingual dan bukal ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Sifat dan Kualitas
Ciri – ciri fisik tablet sublingual dan bukal adalah datar atau oval, dan keras. Bentuk tersebut ditentukan oleh punch dan dieyang digunakan untuk mengkompresi (menekan) tablet. Untuk menghasilkan tablet yang datar, maka punch-nya jangan terlalu cembung.
 Adapun ketebalan tablet dipengaruhi oleh jumlah obat yang dapat diisikan ke dalam cetakan dan tekanan yang diberikan pada saat dilakukan kompresi (Ansel, 1989).
2.    Berat Tablet
Berat tablet ditentukan oleh jumlah bahan yang diisikan ke dalam cetakan yang akan ditekan. Volume bahan (granul) harus disesuaikan dengan beberapa tablet yang telah lebih dulu dicetak supaya tercapai berat tablet yang diharapkan. Penyesuaian diperlukan, karena formula tablet tergantung pada berat tablet yang akan dibuat.
Sebagai contoh, jika tablet harus mengandung 10 mg bahan obat dan bila yang akan diproduksi 10.000 tablet, maka diperlukan 100 gr dari obat tersebut dalam formula. Setelah penambahan bahan tambahan, formulanya mungkin meningkat menjadi 1000 gr. Ini berarti tiap tablet beratnya menjadi 100 mg dengan bahan obat yang terkandung 10 mg. Jadi, obat yang diisi ke dalam cetakan harus disesuaikan supaya dapat menampung volume granul yang beratnya 100 mg (Ansel, 1989).
3.  Kekerasan Tablet
Tablet bukal sengaja dibuat keras. Hal ini dimaksudkan agar obat yang disisipkan di pipi larut perlahan – lahan. Dalam proses kompresi, besarnya tekanan yang biasa digunakan adalah lebih kecil dari 3000 dan lebih besar dari 40.000 pound. Jadi, untuk membuat tablet bukal yang keras tekanan yang dibutuhkan juga besar. Pada saat ini banyak alat yang bisa digunakan sebagai tester pengukur kekerasan tablet, diantaranya Pfizer tablet hardness tester, HT500 Hardness Tester, dan Friabilator. Pfizer tablet hardness tester (Ansel, 1989)
4.  Daya Hancur Tablet
Semua tablet dalam USP harus melalui pengujian daya hancur secara resmi yang dilaksanakan in vitro dengan alat uji khusus. Alat ini terdiri dari rak keranjang yang dipasang berisi 6 pipa gelas yang ujungnya terbuka, diikat secara vertikal di atas latarbelakang dari kawat stainless yang berupa ayakan dengan ukuran mesh nomor 10. Selama waktu pengujian, tablet diletakkan pada pipa terbuka dalam keranjang tadi, dengan memakai mesin, keranjang diturun-naikkan dalam cairan pencelup dengan frekuensi 29 – 32 kali turun – naik per menit. Layar kawat dipertahankan selalu berada di bawah permukaan cairan. Untuk tablet bukal dan sublingual, meggunakan air (cairan pencelup) yang dijaga pada temperatur 37oC, kecuali bila ditentukan ada cairan lain dalam masing – masing monogramnya. Tablet bukal harus melebur dalam waktu 4 jam dan tablet sublingual biasanya 30 menit (Ansel, 1989).

3.8    Pengemasan dan Penyimpanan
Pada umumnya tablet sangat baik disimpan dalam wadah yang tertutup rapat di tempat dengan kelembaban nisbi yang rendah, serta terlindung dari temperatur tinggi. Tablet khusus yang cenderung hancur bila kena lembab dapat disertai pengering dalam kemasannya. Tablet yang dirusak oleh cahaya disimpan dalam wadah yang dapat menahan masuknya cahaya (Ansel, 1989).
Untuk tablet sublingual yang mengandung nitrogliserin (Tablet Nitrogliserin) memiliki peraturan tersendiri dalam pengemasannya, yaitu :
-          Semua tablet nitrogliserin harus dikemas dalam wadah gelas dengan tutup logam yang sesuai dan dapat diputar.
-          Tiap wadah tidak boleh berisi lebih dari 100 tablet.
-           Tablet nitrogliserin harus disalurkan dalam wadah aslinya dan pada labelnya ada tanda peringatan “untuk mencegah hilangnya potensi, jagalah tablet ini dalam wadah aslinya dan segera tutup kembali wadahnya setelah pemakaian”.
-           Semua tablet nitrogliserin harus disimpan dalam ruangan dengan temperatur yang diatur antara 59o - 86 oF (Ansel, 1989).
Pelaksanaan peraturan ini membantu memelihara keseragaman standar kandungan tablet nitrogliserin supaya lebih baik dari sebelumnya. Bagaimanapun juga, nitrogliserin merupakan cairan yang mudah menguap dari wadahnya bila terbuka dan khususnya apabila wadah tadi tidak tertutup rapat (Ansel, 1989).  







BAB III
PENUTUP
A.        Kesimpulan
     Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang diberikan melalui rectal,vaginal. Salep merupakan bentuk dari obat luar untuk mengobati penyakityang berhubungan dengan sensitifitas kulit terdapat 2 jenis salep berminyak dan absorbsi. Ekstrak merupakan bentuk obat yang berasal dari alam berupatanaman obat, binatang maupun minereal (phapros). Spray adalah sistem koloidal yang terdiri dari zat cair yang terbagi sangat halus sekali dalam gas.        

B.        Saran

Untuk para pembaca khususnya mahasiswa keperawatan, Alangkah lebih baik jika dalam pemberian obat kepada pasien itu sesuai dengan prosedur dan tata cara yang benar.














DAFTAR PUSTAKA

Katzung, Bertram G.1995.Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 6,EGC:Jakarta
Kee dan Hayes.1994.Farmakologi. Pendekatan Proses Keperawatan,EGC
     :Jakarta(www.google_book.com,19-05-2012)

Ramdani,Dani.2000.Penggolongan Dasar Obat.EGC : Jakarta
     (www.google_book.com,19-05-2012)

Rahayuni,Sri.2010.Bentuk-Bentuk Obat.http://www.scribd.com(20-05-2012)


No comments:

Post a Comment