TUGAS KDM
Sippositoria dan Bukal
Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Konsep Dasar Manusia
II semester dua tahun akademik 2013/2014
Disusun Oleh :
1. Siti Nurrohmah Widhawati P17420313084
2. Sulton Akbar Nafis P17420313085
3. Susiyanti P17420313086
4. Tissa Opilaseli P17420313087
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN AKADEMIK 2013 / 2014
KATA PENGANTAR
Puji Syukur
kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada dosen yang telah memberikan bimbingannya kepada kami dan
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan. Oleh karena itu
kami mengharapkan sumbangan pikiran, saran, dan kritikan yang konstruktif demi
kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Semoga dengan makalah yang
sederhana ini dapat memenuhi harapan kita semua dan memberikan manfaat bagi
pembaca, sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan. Terima
kasih.
Pekalongan,
04 Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR
........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
............................................................................... 1
B.
Tujuan ............................................................................................ 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Obat Sippositoria
2.1 Pengertian
................................................................................. 2
2.2 Tujuan
Pemberian .................................................................... 2
2.3 Indikasi dan
Kontra Indikasi..................................................... 3
2.4 Jenis Obat
Sippositoria ............................................................. 3
2.5 Bentuk dan
Berat Sippositoria .................................................. 4
2.6 Keuntungan dan
Kerugian ........................................................ 4
2.7 Prosedur
Pemberian Obat ......................................................... 4
B. Tablet Sublingual dan Bukal
3.1 Pengertian
................................................................................ 6
3.2 Keuntungan Tablet
................................................................... 7
3.3 Kerugian Tablet ......................................................................., 7
3.4 Contoh Tablet
........................................................................... 7
3.5 Formulasi Tablet Bukal
............................................................ 8
3.6 Cara Pembuatan
........................................................................ 9
3.7 Evaluasi Tablet
......................................................................... 9
3.8
Pengemasan dan Penyimpanan ................................................ 11
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
.................................................................................... 12
B. Saran
.............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan perkembangan zaman bentuk dan sediaan obat beragam,ada yang
berbentuk tablet, serbuk, kapsul, sirup, dan suppositoria.Beragamnya bentuk
sediaan tersebut didasarkan atas kebutuhan darikonsumen atau pasien. Bentuk dan
sediaan obat pun dapat diberikan denganrute yang berbeda-beda dan memberikan
efek yang berbeda-beda. Untuk suppositoria rute pemberiannya dimasukkan di
dalam dubur atau lubangyang ada di dalam tubuh. Penggunaan suppositoria
ditujukan untuk pasienyang susah menelan, terjadi gangguan pada saluran cerna,
dan pada pasienyang tidak sadarkan diri.Suppositoria dapat dibuat dalam bentuk
rektal, ovula, dan uretra.Bentuk suppositoria dapat ditentukan berdasarkan
basis yang digunakan. Basis suppositoria mempunyai peranan penting dalam pelepasan obat
yangdikandungnya. Salah satu syarat utama basis suppositoria adalah
selalu padat dalam suhu ruangan tetapi segera melunak, melebur atau melarutibahas
pada suhu tubuh sehingga obat yang dikandungnya dapat tersediasepenuhnya,
segera setelah pemakaian. Basis suppositoria yang umumdigunakan adalah lemak
coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabatiterhidrogenasi, campuran
polietilenglikol (PEG) dengan berbagai bobotmolekul dan ester asam lemak
polietilen
glikol.Suppositoria dapat memberikan efek lokal dan efek sistemik. Padaaksi
lokal, begitu dimasukkan basis suppositoria akan meleleh, melunak, atau melarut menyebarkan bahan obat yang dibawanya ke
jaringan-jaringandi daerah tersebut. Obat ini dimaksudkan agar dapat ditahan
dalam ruangtersebut untuk efek kerja local, atau bisa juga dimaksudkan agar
diabsorpsiuntuk mendapat efek sisitemik. Sedangkan pada aksi sitemik
membranemukosa rectum atau vagina memungkinkan absorbsi dari kebanyakan
obatyang dapat larut. Dalam makalah ini, akan dibahas secara mendalam
tentangsuppositoria beserta formula suppositoria dengan zat aktif salbutamol.
B. Tujuan
-
Untuk
memenuhi nilai mata kuliah Konsep Dasar Manusia II semester dua
-
Untuk
mengetahui tentang konsep dasar manusia tentang obat sippositoria
-
Untuk
mengetahui tentang obat bukal
BAB II
PEMBAHASAN
A. OBAT SIPPOSITORIA
2.1 Pengertian Pemberian Obat
Suppositoria
Pemberian obat suppositoria
adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum
dalam bentuk suppositoria. Organ-organ yang dapat diberi obat suppositoria
adalah rectum dan vagina.Suppositoria ini mudah meleleh, melunak, atau melarut
pada suhu tubuh. Umumnya berbentuk menyerupai peluru atau torpedo dengan bobot
sekitar 2 gram dan panjang sekitar 1 – 1,5 inci.
Suppositoria biasanya diberikan kepada pasien-pasien
khusus yang tidak bisa mengonsumsi obat secara oral lewat mulut. Hal ini bisa
terjadi misalnya pada pasien yang sedang tidak sadarkan diri, pasien yang jika
menerima sediaan oral akan muntah, pasien bayi, dan pasien lanjut usia, yang
juga sedang dalam keadaan tidak memungkinkan untuk menggunakan sediaan
parenteral (obat suntik).
Selain itu, suppositoria juga didesain untuk beberapa
zat aktif yang dapat mengiritasi lambung serta zat aktif yang dapat terurai
oleh kondisi saluran cerna, jika digunakan secara oral. Misalnya, zat aktif
yang akan rusak dalam suasana asam lambung, rusak oleh pengaruh enzim
pencernaan, atau akan hilang efek terapinya karena mengalami first pass
effect.
Penggunaan suppositoria tidak hanya ditujukan untuk
efek lokal seperti pengobatan ambeien, anestesi lokal, antiseptik, antibiotik,
dan antijamur, tetapi juga bisa ditujukan untuk efek sistemik sebagai
analgesik, anti muntah, anti asma, dan sebagainya.
2.2 Tujuan Pemberian
- Untuk memperoleh efek obat lokal
maupun sistemik
- Untuk melunakkan feses sehingga
mudah untuk dikeluarkan
- Untuk menghindari
kerusakan obat oleh hepar
- Untuk
mencegah efek lokal dan sistematik
- Untuk
memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat di bandingkan secara oral
2.3 Indikasi dan Kontra Indikasi
Ø Indikasi
Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut dan osteoritis.
Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut dan osteoritis.
Ø Kontra Indikasi
-
Hipersensitif
terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain.
-
Pasien
yang menderita ulkus pentrikum atau peradangan aktif (inflamasi akut) pada
saluran cerna.
-
Bionkospasme
berat atau pasien dengan riwayat asma bronchial atau alergi.
-
Gagal
fungsi ginjal dan hati yang berat.
-
Supositoria
sebaiknya tidak di gunakan pada penderita piotitis atau hemoroid.
-
Pembedahan
rektal.
2.4 Jenis Obat Supositoria
Pemberian obat yang memiliki
efek lokal seperti obat dulcolac suppositoria yang berfungsi secara local untuk
meringankan defekasi. Dan efek sistemik seperti pada obat aminofilin
suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat suppositoria
ini diberikan tepat pada dinding rectal yang melewati sfinkter ani interna.
Ø Jika dikombinasikan dengan preparat obat oral, maka
pada umumnya dosis perhari adalah 1 supositoria yang dimasukan ke dalam rectum.
Jika tidak dikombinasikan, dosis lazim adalah 1 dosis 2 kali sehari.
Ø Contoh obat supositoria :
- Kaltrofen supositoria
- Profeid supositoria
- Ketoprofen supositoria
- Dulcolax supositoria
- Profiretrik supositoria
- Stesolid supositoria
- Boraginol supositoria
- Tromos supositoria
- Propis supositoria
- Dumin supositoria
2.5 Bentuk dan Berat Supositoria
a. Supositoria untuk rektum
Bentuknya seperti peluru, torpedo/jari- jari
tergantung pada bobot jenis dan bahan obat dan basis yang di gunakan.
b. Supositoria dari lemak coklat
Berat supositoria untuk dewasa kira-kira 2gr dan
biasanya lonjong seperti torpedo, sedangkan untuk anak-anak 1gr dan ukrannya
lebih kecil
c. Supositoria uretal (BOUGI)
Bentuknya seperti pensil, dan meruncing pada salah
satu ujungnya. Untuk laki-laki beratnya ±4gr dan wanita 2gr.
2.6 Keuntungan
dan Kerugian
a. Keuntungan
-
Bisa
mengobati secara bertahap
-
Kalau
missal obat einimbulkan kejang, atau panas reaksinya lebih cepat, dapat
memberikan efek local dan sistemik.
-
Memberikan
efek local dulcolax untuk meningkatkan defeksasi.
b. Kerugian
-
Sakit
tidak nyaman daya fiksasi lebih lama dari pada IV.
-
Kalau
pemasangan obat tidak benar, obat akan keluar lagi.
-
Tidak
boleh diberikan pada pasien yang mengalami pembedahan rekrtal.
2.7 Prosedur
Pemberian Obat Suppositoria
1. Persiapan
Alat
-
Obat
sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)
-
Aplikator
untuk krim vagina
-
Pelumas
untuk supositoria
-
Sarung
tangan sekali pakai
-
Pembalut
-
Handuk
bersih
-
Gorden
/ sampiran
2. Persiapan
Pasien dan Lingkungan
-
Menjelaskan
kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
-
Memebritahukan
prosedur tindakan yang akan dilakukan.
-
Menutup
jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel bila perlu.
-
Menganjurkan
orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan.
3. Pelaksanaan
Ø Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis
pengobatan waktu, jumlah dan dosis obat.
Ø Siapkan klien
-
Identifikasi
klien dengan tepat dan tanyakan namanya
-
Berikan
penjelasan pada klien dan jaga privasi klien
-
Atur
posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai bagian atas fleksi ke depan
-
Tutup
dengan selimut mandi, panjangkan area parineal saja
Ø Kenakan sarung tangan
Ø Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada
ujung bulatan dengan jeli, beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dan
tangan dominan anda.
Ø Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut
dan untuk merelaksasikan sfingterani. Mendorong supositoria melalui spinter
yang kontriksi menyebabkan timbulnya nyeri
Ø Regangkan bokong klien dengan tangan dominan, dengan
jari telunjuk yang tersarungi, masukan supusitoria ke dalam anus melalui
sfingterani dan mengenai dinding rektal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada
bayi dan anak-anak.
Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya pada kliennya di serap dan memberikan efek terapeutik
Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya pada kliennya di serap dan memberikan efek terapeutik
Ø Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien dcngan
tisu.
Ø Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau
miring selama 5 menit untuk mencegah keluarnya suppositoria
Ø Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak
fases, letakan tombol pemanggil dalam jangkauan klien agar klien dapat mencari
bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi
Ø Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar
Ø Cuci tangan
Ø Kaji respon klien
Ø Dokumentasikan seluruh tindakan.
B. TABLET SUBLINGUAL
DAN BUKAL
3.1 Pengertian Tablet Sublingual dan Bukal
Tablet sublingual adalah tablet yang digunakan dengan
cara diletakkan di bawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung
melalui mukosa mulut, diberikan secara oral, atau jika diperlukan ketersediaan
obat yang cepat. Tablet bukal adalah tablet yang digunakan dengan cara
meletakkan tablet diantara pipi dan gusi sehingga zat aktif diserap secara
langsung melalui mukosa mulut (Syamsuni, 2006).
Kedua tablet ini umumnya berbentuk kecil, pipih, dan
oval yang dimaksudkan untuk pemberian pada daerah bukal atau bawah lidah yang
melarut atau tererosi perlahan, oleh karena itu, diformulasi dan dikopresi
dengan tekanan yang cukup untuk menghasilkan tablet yang keras (Rudnic and
Schwartz, 1990). Setelah obat dilepaskan dari tablet, bahan aktif diabsorpsi tanpa
melewati saluran gastrointestinal. Ini rute yang menguntungkan untuk obat yang
bisa dihancurkan oleh saluran gastrointestinal (Parrot, 1980).
Kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk diserap
langsung oleh selaput lendir mulut. Obat-obatan yang diberikan dengan cara ini
dimaksudkan agar memberikan efek sistemik, dan karena itu harus dapat diserap
dengan baik oleh selaput lendir mulut. Tablet bukal dan sublingual hendaklah
diracik dengan bahan pengisi yang lunak, yang tidak merangsang keluarnya air
liur. Ini mengurangi bagian obat yang tertelan dan lolos dari penyeraapan oleh
selaput lendir mulut. Di samping itu, kedua tablet ini hendaklah dirancang
untuk tidak pecah, tetapi larut secara lambat, biasanya dalam jangka waktu
15-30 menit, agar penyerapan berlangsung dengan baik (Lachman dkk, 2008).
3.2
Keuntungan Tablet Sublingual dan Bukal Adalah :
-
Cocok
untuk jenis obat yang dapat dirusak oleh cairan lambung atau sedikit sekali
diserap oleh saluran pencernaan.
-
Bebas
First Pass Metabolism.
-
Proses
absorpsinya cepat karena langsung diabsorpsi melalui mukosa mulut, sehingga
diharapkan dapat memberikan efek yang cepat juga.
3.3 Kerugian Tablet Sublingual dan Bukal Adalah
:
-
Hanya
sebagian obat yang dapat dibuat menjadi tablet sublingual dan bukal karena obat
yang dapat diabsorpsi melalui mukosa mulut jumlahnya sangat sedikit.
-
Untuk
obat yang mengandung nistrogliserin pengemasan dan penyimpanan obat memerlukan
cara khusus karena bahan ini mudah menguap.
3.4 Contoh Tablet Sublingual dan Bukal
Tablet bukal dan sublingual pemberiannya hanya
terbatas pada gliseril trinitrat, nitrogliseril dan hormon - hormon steroid.
1. Nitrogliserin
Sediaan nitrogliserin sublingual dan bukal dapat
mengurangi serangan anginal pada penderita iskemia jantung. Pemberian 0,3 – 0,4
mg melepaskan rasa sakit sekitar 75% dalam 3 menit, 15% lainnya lepas dari
sakit dalam waktu 5 – 15 menit. Apabila rasa sakit bertahan melebihi 20 – 30
menit setelah penggunaan dua atau tiga tablet nitrogliserin berarti terjadi
gejala koroner akut dan pasien diminta untuk mencari bantuan darurat (Sukandar,
dkk, 2008).
Efek samping mencakup hipotensi postural yang
berhubungan dengan gejala sistem saraf pusat, refleks takikardi, sakit kepala,
dan wajah memerah, dan mual pada waktu tertentu (Sukandar, dkk, 2008).
2. Hormon – Hormon Steroid
a. Estrogen
Estrogen yang diberikan oral menstimulasi sintesis
protein hepatik dan meningkatkan konsentrasi sirkulasi glogulin terikat hormn
seks, yang dapat menjamin bioavailabilitas androgen dan astrogen. Estradiol
merupakan bentuk kuat dan paling aktif dari estrogen endogen saata diberikan
oral dia termetabolisme dan hanya 10% mencapai sirkulasi sebagai estradiol
bebas. Absorbsi estrogen secara sistemik ppada tablet lebih rendah dibanding
krim vaginal. Penemuan baru menunjukkan estrogen pada dosis yang lebih rendah efektif
dalam mengontrol simptom pasca menopause dan mengurangi kehilangan masa tulang
(Sukandar, dkk, 2008).
Contoh obat yang beredar di pasaran adalah angeliq,
cliane, climmen, cyclo progynova, diane, dan lain-lain (Anonim, 2010).
b. Progestogen
Progestogen umumnya diberikan pada wanita yang belum
pernah menjalani histerektomi. Progestin sebaiknya ditambahkan karena estrogen
tunggal berkaitan dengan hiperplasia dan kanker endometrium. Terapi hormon
dosis rendah(estrogen terkonjugaasi ekuin 0,45 mg dan medroksiprogesteron
asetat 1,5 mg/hari menunjukkan kesamaan dalam peredaran simptom dan pertahanan
densitas tulang tanpa peningkatan hiperplasia endometrium.
Progestogen oral yang paling umum digunakan adalah
medroksiprogesteron asetat misalnya Dilena; Noretisteron asetat, misalnya
Anore, Cliane, Kliogest, Norelut, Primolut N, dan Regumen.
3.5 Formulasi Tablet Bukal
Tablet bukal mengandung sejumlah bahan aktif yang
dikombinasikan dengan bahan tambahan. Tablet ini memberikan “drug delivery”
yang sangat cepat, dimana level bahan aktif dalam darah dapat dibandingkan
dengan pemberian secara parenteral. Contoh Formulasi:
-
Tablet
Bukal Prokloperazin maleat
(5 mg)
-
Bobot
tablet : 60 mg
-
Untuk
satu kali produksi akan dibuat 500 tablet
-
Bobot
Total : 500 x 60 mg = 30000 mg = 30 gr
Prokloperazin maleat :
5 mg x 500 = 2500 mg
Gom kacang-lokus :
1,5 mg x 500 = 750 mg
Gom xantan
: 1,5 mg x 500 = 750 mg
Povidon
: 3 mg x 500 = 1500 mg
Serbuk sukrosa
: 47,5 mg x 500 = 23750 mg
Magnesium stearat
: 1 mg x 500 = 500 mg
Talk
: 0,5 mg x 500 = 250 mg
Air : secukupnya
TOTAL
: 30000 mg = 30 gr
3.6 Cara Pembuatan
Tablet Bukal Prokloperazin maleat
(5 mg) dengan formulasi seperti di atas dibuat dengan metode granulasi basah.
Adapun cara kerjanya sebagai berikut :
3.7 Evaluasi
Tablet
Dalam membuat tablet sublingual dan bukal ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Sifat dan Kualitas
Ciri – ciri fisik tablet sublingual dan bukal adalah
datar atau oval, dan keras. Bentuk tersebut ditentukan oleh punch dan dieyang
digunakan untuk mengkompresi (menekan) tablet. Untuk menghasilkan tablet yang
datar, maka punch-nya jangan terlalu cembung.
Adapun ketebalan tablet dipengaruhi oleh jumlah
obat yang dapat diisikan ke dalam cetakan dan tekanan yang diberikan pada saat
dilakukan kompresi (Ansel, 1989).
2. Berat Tablet
Berat tablet ditentukan oleh jumlah bahan yang
diisikan ke dalam cetakan yang akan ditekan. Volume bahan (granul) harus
disesuaikan dengan beberapa tablet yang telah lebih dulu dicetak supaya
tercapai berat tablet yang diharapkan. Penyesuaian diperlukan, karena formula
tablet tergantung pada berat tablet yang akan dibuat.
Sebagai contoh, jika tablet harus mengandung 10 mg
bahan obat dan bila yang akan diproduksi 10.000 tablet, maka diperlukan 100 gr
dari obat tersebut dalam formula. Setelah penambahan bahan tambahan, formulanya
mungkin meningkat menjadi 1000 gr. Ini berarti tiap tablet beratnya menjadi 100
mg dengan bahan obat yang terkandung 10 mg. Jadi, obat yang diisi ke dalam
cetakan harus disesuaikan supaya dapat menampung volume granul yang beratnya
100 mg (Ansel, 1989).
3. Kekerasan Tablet
Tablet bukal sengaja dibuat keras. Hal ini dimaksudkan
agar obat yang disisipkan di pipi larut perlahan – lahan. Dalam proses
kompresi, besarnya tekanan yang biasa digunakan adalah lebih kecil dari 3000
dan lebih besar dari 40.000 pound. Jadi, untuk membuat tablet bukal yang keras
tekanan yang dibutuhkan juga besar. Pada saat ini banyak alat yang bisa
digunakan sebagai tester pengukur kekerasan tablet, diantaranya Pfizer
tablet hardness tester, HT500 Hardness Tester, dan Friabilator.
Pfizer tablet hardness tester (Ansel, 1989)
4. Daya Hancur Tablet
Semua tablet dalam USP harus melalui pengujian daya
hancur secara resmi yang dilaksanakan in vitro dengan alat uji
khusus. Alat ini terdiri dari rak keranjang yang dipasang berisi 6 pipa gelas
yang ujungnya terbuka, diikat secara vertikal di atas latarbelakang dari kawat stainless yang
berupa ayakan dengan ukuran mesh nomor 10. Selama waktu pengujian, tablet
diletakkan pada pipa terbuka dalam keranjang tadi, dengan memakai mesin,
keranjang diturun-naikkan dalam cairan pencelup dengan frekuensi 29 – 32 kali
turun – naik per menit. Layar kawat dipertahankan selalu berada di bawah
permukaan cairan. Untuk tablet bukal dan sublingual, meggunakan air
(cairan pencelup) yang dijaga pada temperatur 37oC, kecuali bila
ditentukan ada cairan lain dalam masing – masing monogramnya. Tablet bukal
harus melebur dalam waktu 4 jam dan tablet sublingual biasanya 30 menit (Ansel,
1989).
3.8 Pengemasan dan Penyimpanan
Pada umumnya tablet sangat baik disimpan dalam wadah
yang tertutup rapat di tempat dengan kelembaban nisbi yang rendah, serta
terlindung dari temperatur tinggi. Tablet khusus yang cenderung hancur bila
kena lembab dapat disertai pengering dalam kemasannya. Tablet yang dirusak oleh
cahaya disimpan dalam wadah yang dapat menahan masuknya cahaya (Ansel, 1989).
Untuk tablet sublingual yang mengandung nitrogliserin
(Tablet Nitrogliserin) memiliki peraturan tersendiri dalam pengemasannya, yaitu
:
-
Semua
tablet nitrogliserin harus dikemas dalam wadah gelas dengan tutup logam yang
sesuai dan dapat diputar.
-
Tiap
wadah tidak boleh berisi lebih dari 100 tablet.
-
Tablet
nitrogliserin harus disalurkan dalam wadah aslinya dan pada labelnya ada tanda
peringatan “untuk mencegah hilangnya potensi, jagalah tablet ini dalam wadah
aslinya dan segera tutup kembali wadahnya setelah pemakaian”.
-
Semua
tablet nitrogliserin harus disimpan dalam ruangan dengan temperatur yang diatur
antara 59o - 86 oF (Ansel, 1989).
Pelaksanaan peraturan ini membantu memelihara
keseragaman standar kandungan tablet nitrogliserin supaya lebih baik dari
sebelumnya. Bagaimanapun juga, nitrogliserin merupakan cairan yang mudah
menguap dari wadahnya bila terbuka dan khususnya apabila wadah tadi tidak
tertutup rapat (Ansel, 1989).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot
dalam bentuk, yang diberikan melalui rectal,vaginal. Salep merupakan bentuk
dari obat luar untuk mengobati penyakityang berhubungan dengan sensitifitas
kulit terdapat 2 jenis salep berminyak dan absorbsi. Ekstrak merupakan bentuk obat yang berasal dari
alam berupatanaman obat, binatang
maupun minereal (phapros). Spray adalah sistem koloidal yang terdiri
dari zat cair yang terbagi sangat halus sekali dalam
gas.
B. Saran
Untuk para pembaca khususnya mahasiswa keperawatan,
Alangkah lebih baik jika dalam pemberian obat kepada pasien itu sesuai dengan
prosedur dan tata cara yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertram
G.1995.Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 6,EGC:Jakarta
Kee dan
Hayes.1994.Farmakologi. Pendekatan Proses Keperawatan,EGC
:Jakarta(www.google_book.com,19-05-2012)
Ramdani,Dani.2000.Penggolongan
Dasar Obat.EGC : Jakarta
(www.google_book.com,19-05-2012)
Rahayuni,Sri.2010.Bentuk-Bentuk
Obat.http://www.scribd.com(20-05-2012)
No comments:
Post a Comment