ANTIBIOTIK
Obat-obat antibiotik ditujukan untuk
mencegah dan mengobati penyakit-penyakit infeksi. Pemberian antibiotik pada
kondisi yang bukan disebabkan oleh bakteri banyak ditemukan dari praktek
sehari-hari, baik di puskesmas (primer), rumah sakit, maupun praktek swasta.
Ketidak tepatan diagnosis, pemilihan antibiotik, indikasi hingga dosis, cara
pemberian, frekuensi dan lama pemberian menjadi penyebab tidak kuatnya pengaruh
infeksi dengan antibiotik (Wattimena, 1991).
Penggunaan antibiotik yang tidak
tepat di rumah sakit banyak terjadi seperti belum jelas penyebab penyakit
(diagnosis belum jelas), pemilihan yang hanya didasarkan pada pengalaman (tanpa
didukung bukti ilmiah), cara pemberian yang kurang tepat, frekuensi dan lama
pemberian yang kurang atau justru berlebihan dan seringnya antibiotik diganti
dengan antibiotik lain yang berbeda khasiat dan indikasinya karena alasan
persediaan habis (Dwiprahasto, 1998). Penggunaan antibiotik secara berlebihan
merupakan salah satu penyebab terjadinya resistensi kuman.
A.
Pengertian
Antibiotik
berasal dari bahasa latin yang terdiri dari anti = lawan dan bios = hidup,
adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah,
yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedangkan
toksisitasnya(racun) terhadap manusia relatif kecil.
Antibiotik
pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris Dr.Alexander Flemming yaitu
antibiotik Penisilin pada tahun 1982 di London. Tetapi penemuan ini baru
dikembangkan dan digunakan dalam terapi pada tahun 1941 oleh Dr. Florey.
Kemudian banyak zat dengan khasiat antibiotik diisolir oleh
penyelidik-penyelidik lain diseluruh dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa
saja yang dapat digunakan sebagai obat. Antibiotik juga dapat dibuat secara
sintetis, atau semi sintetis.
B.
Golongan Obat Antibiotik
1.
Penisilin
Penisilin
diperoleh dari jamur Penicilium
chrysogeneum. Antibiotik penisilin secara
historis penting karena mereka adalah obat pertama yang efektif melawan
penyakit yang sebelumnya serius seperti sifilis dan infeksi Staphylococcus. Penisilin
bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel.
Pensilin terdiri dari :
a.
Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil
Penisilin
1)
Benzil Penisilin (Penisilin G)
Antibiotik
ini hanya dalam bentuk injeksi karena diinaktifkan oleh asam lambung dan
penyerapan dari saluran cerna rendah. Benzilpenisilin diinaktifkan oleh bakteri
penghasil beta laktamase.
Indikasi
|
infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis,
bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
|
Kontraindikasi
|
hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
|
Peringatan
|
riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal,
lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
|
Interaksi
|
obat ini berdifusi dengan baik
dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang
baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
|
Dosis
|
Melalui injeksi intramuskular atau injeksi perlahan
melalui pembuluh darah atau melalui infus :
·
2.4 – 4.8 g sehari dibagi dalam 4 kali pemberian,
dapat ditingkatkan pada infeksi berat;
·
PREMATUR atau BAYI BARU LAHIR <1 minggu, 50 mg/kg
BB sehari dibagi dalam 2 kali pemberian;
·
BAYI BARU LAHIR 1-4 minggu, 75 mg/kg BB sehari
dibagi dalam 3 kali pemberian;
·
BAYI-ANAK 1 bulan – 12 tahun, 100 mg/kg BB sehari
dibagi dalam 4 kali pemberian. Pemberian melalui pembuluh darah
direkomendasikan pada usia <12 bulan.
·
Endokarditis : injeksi lambat melalui pembuluh darah
atau melalui infus, 7.2 g sehari dibagi dalam 6 dosis sampai 14.4 g sehari
dibagi dalam 6 dosis.
|
Efek amping
|
reaksi alergi berupa urtikaria,
demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada
pemberian per oral.
|
2)
Fenoksimetilpenisilin (Penisilin V)
Fenoksimetilpenisilin adalah penisilin yang aktif secara oral (diberikan melalui mulut).
Obat ini kurang aktif dibandingkan benzilpenisilin. Obat ini hanya sesuai pada
kondisi konsentrasi jaringan tinggi tidak diperlukan
Indikasi
|
tonsillitis,
otitis media, erysipelas, tonsilitis,
faringitis, infeksi kulit, profilaksis demam reumatik, gingivitis
sedang hingga parah.
|
Dosis
|
dewasa
500 mg tiap 6 jam, dapat naik 750 mg tiap 6 jam pada infeksi berat. Anak 0 -1
tahun 62,5 mg tiap 6 jam. Anak 1-5 tahun 125 mg tiap 6 jam.
|
Efek
samping
|
reaksi
alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral, pensilin harus diberi 1 jam
sebelum makan.
|
b.
Pensilin Tahan Penisilinase
1)
Kloksasilin
Indikasi
|
infeksi
karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
|
Kontraindikasi
|
hipersensitivitas
( alergi ) terhadap penisilin.
|
Peringatan
|
riwayat
alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
|
Interaksi
|
obat
ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke
dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
|
Dosis
|
oral
500 mg tiap 6 jam, diberikan 30 menti sebelum makan. IM 250 mg taip 4-6 jam.
IV lambat infus 500 mg tiap 4 -6 jam. Dalam kasus yang berat dosis dapat
dianaikkan 2 kali.
|
Efek
samping
|
reaksi
alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
|
2)
Flukoksasilin
Indikasi
|
infeksi
karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
|
Dosis
|
oral
250 mg tiap 6 jam diberikan 30 menit sebelum makan. IM 250 mg tiap 6 jam. IV
lambat atau infus 0,25 – 1 gr tiap 6 jam. Pada infeksi berat dosis dapat
ditingkatkan 2 kali.
Anak kurang dari 2 tahun ¼ dosis dewasa. Anak 2 -10 tahun ½ dosis dewasa. |
c.
Pensilin Spectrum Luas
1)
Ampisilin
Indikasi
|
infeksi
saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis
invasive, gonore.
|
Kontraindikasi
|
hipersensitivitas ( alergi ) terhadap
penisilin.
|
Peringatan
|
riwayat alergi, gangguan fungsi
ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik,
dan AIDS.
|
Interaksi
|
obat ini berdifusi dengan baik dengan
jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
|
Dosis
|
oral
0,25-1 gram tiap 6 jam, diberikan 30 menti sebeum makan. Untuk gonore 2-3,5
gram dodis tunggal, ditambah 1gram. Infeksi saluran kemih : 500 mg tiap 8
jam. IM, IV atau infuse : 500 mg tiap 4-6 jam. Anak di bawah 10 tahun :
setengah dosis dewasa.
|
Efek
samping
|
reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
|
2)
Amoksisilin
Amoksisilin
(amoxicillin) adalah antibiotik yang
paling banyak digunakan. Hal ini karena amoksisilin cepat diserap di usus dan
efektif untuk berbagai jenis infeksi.
Indikasi
|
infeksi
saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis
invasive, gonore.
|
Interaksi
|
Amoksisilin
dapat berinteraksi dengan obat lain, seperti aspirin,
indometasin, sulfinpyrazone, allopurinol, probenesid, antibiotik aminoglikosida, fenilbutazon, oxyphenbutazone dan
pil KB (ada kemungkinan mengurangi efektivitas pil ini).
|
Dosis
|
oral :
dewasa 250-500 mg tiap 8 jam. Infeksi saluran nafas berat / berulang 3 gram
tiap 12 jam. Anak di bawah 10 tahun 125-250 mg tiap 8 jam. Pada infeksi berat
dapat diberikan dua kali lebih tinggi terapi oral jangka pendek.
Abssis
gigi : 3 gram diulangi 8 jam kemudian
Infeksi
saluran kemih 3 gram diulangi stelah 10- 12 jam
Gonore
: 2-3 g dosis tunngal, ditambah 1 gr probenesid.
Otitis
media : pada anak 3-10 tahun 750 mg dua kali sehari selama 2 hari
Injeksi
IM : dewasa 500 mg tiap 8 jam
Anak :
50-100 mg/ hari dalam dosis terbagi injeksi IV atau infus : 500 mg tiap 8
jam, dapat dinaikkan 1 gr tiap 6 jam.
|
d.
Penisilin Anti Pseudomona
1)
Tikarsilin
Indikasi
|
infeksi
yang disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus.
|
Kontraindikasi
|
hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
|
Peringatan
|
riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal,
lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
|
Interaksi
|
obat ini berdifusi dengan baik
dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang
baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
|
Dosis
|
injeksi
IV lambat atau infuse 15-20 gr perhari dalam dosis terbagi.
Anak :
200-300 mg/kg/hari dalam dosis
Untuk infeksi saluran kemih secara IM atau IV lambat : dewasa 3-4 gr perhari dalam dosis.
Anak :
50-100 mg/kg/hari.
|
Efek
samping
|
reaksi
alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
|
2)
Piperasilin
Indikasi
|
infeksi
yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
|
Dosis
|
IM atau
IV lamabt atau infus 100-150 mg/kg/hari. Pada infeksi berat 200-300
mg/kg/hari. Pada infeksi lebih berat 16 gr perhari dosis tunggal diatas 2 gr,
hanya diberikan secara IV
|
3)
Sulbenisilin
Indikasi
|
infeksi
yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
|
Dosis
|
dewasa
2-4 gr perhari. Anak 40-80 mg/kg/hari diberikan secara Im atau IV, dibagi
dalam dua kali pemberian
|
2.
Sefalosforin
Sefalosforin
merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis
dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi
terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid. Sefalosforin terbagi
atas :
a.
Sefadroksil
Indikasi
|
infeksi
baktri gram (+) dan (-)
|
Kontraindikasi
|
hipersensitivitas
terahadap sefalosforin, porfiria
|
Peringatan
|
alergi
terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan menyusui ( tetapi
boleh digunakan ) fositip palsu untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk
mengurangi jumlah obat)
|
Interaksi
|
sefalosforin
aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti mikroba
masing-masng derrivat bervariasi.
|
Dosis
|
berat
badan lebih dari 40 kg : 0.5 – 1 gr dua kali sehari. Infeksi jaringan lunak,
kulit, dan saluran kemih tanpa komplikasi 1gr/hari.
Anak kurang dari 1 thn, 25 mg/kg/hari. Anak 1 – 6 thn 500 mg dua kali sehari. |
Efek
samping
|
diare
dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan dosis tinggi) mual
dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll
|
b.
Sefrozil
Indikasi
|
ISPA,
eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.
|
Dosis
|
ISPA,
kulit dan jaringan lunak 500 mg sekali sehari, biasanya untuk 10 hari. Anak 6
bulan – 12 thn 20 mg/ kg BB ( max. 500mg ) sekali sehari. Eksaserbasi akut
dari bronchitis kronik 500mg setiap 12 jam, biasanya untuk 10 hari. Otitis
media anak 6 bulan – 12 thn 20 mg/kg BB ( max. 500 mg ) setiap 12 jam.
|
c.
Sefotakzim
Indikasi
|
profilaksis
pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
|
Dosis
|
pemberian
IM, IV atau infuse: 1 gr tiap 12 jam, dapat di tingkatkan sampai 12 gr/hari
dalam 3 – 4 kali pemberian. ( dosis diatas 6 gr/ hari diperlukan untuk
infeksi pseudomonas). Neonatus : 50 mg/kg/hari dalam 2 – 4 kali pemberian. (
pada infeksi berat dapat ditingkatkan menjadi 150 – 200 mg/kg/hari.
Anak ;
100 – 150 mg/kg/hari dalam 2 – 4 kali pembarian. ( pada infeksi berat dapat
ditingkatkan menjadi 200 mg/kg/hari).
|
d.
Sefuroksim
Indikasi
|
profilaksis
tindakan bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan N gonorrhoeae.
|
Dosis
|
oral :
untuk sebagian besar kasus termasuk infeksi saluran nafas atas dan bawah :
250 mg 2 kali sehari.
Infeksi
saluran kemih : 125 mg dua kali sehari
|
e.
Sefamandol
Indikasi
|
profilaksis
pada Tindakan 1 pembedahan
|
Dosis
|
injeksi
IM atau IV selama 3-5 menti atau infuse 0,5-2 g tiap 4-8 jam.bayi diatas 1
bulan, 50-100 mg/kg/hari
|
f.
Sefpodoksim
Indikasi
|
infeksi
saluran napas tetapi. Penggunaan ada faringitis dan tonsillitis, hanya yang
kambuhan, infeksi kronis atau resisten terhadap antbiotika lain.
|
Dosis
|
infeksi
saluran napas atas; 100 mg “dua kali sehari bersama makanan (200 mg dua kali
sehari pada sinusitis). infeksi, saluran napas bawah (termasuk bionkitis dan
pneumonia) 100-200 mg dua kali sehari bersama makanan.
ANAK
dibawah 15 hari tidak dianjurkan, ;
15 hari-16 bulan 8 mg/kg per hari terbagi ;
Dalam 2
dosis, 6 bulan-2 tahun 40 mg 2 kali sehari, 3-8 tahun 80 mg 2 kali sehari,
diatas 9 tahun 100 mg 2 kali sehari.
Bahan
(Sankyo Co.Lld-Japan/Kimia Farma)
Tablet
100 mg (K).
|
3. Tetrasiklin
Tetrasiklin
merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama semakin
berkurang karena masalah resistansi. Tetrasiklin terbagi atas :
a.
Tetrasiklin
Indikasi
|
eksaserbasi
bronkitri kronis, bruselosis klamidia, mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura
karena keganasan atau sirosis, akne vulganis.
|
Peringatan
|
gangguan
fungsi hati (hindari pemberian secara i.v), gangguan fungsi ginjal, kadang-kadang
menimbulkan fotosintesis.
|
Efek
samping
|
mual,
muntah, diare, eritema.
|
b.
Demeklosiklin Hidroklorida
Indikasi
|
gangguan sekresi hormone antidiuretik
|
Dosis
|
150 mg
tiap 6 jam atau 300 mg tiap 12 jam.
|
Efek
samping
|
Fotositivtas
lebih sering terjadi, pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus
nefrogenik.
|
c.
Doksisiklin
Indikasi
|
tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis
kronis, pretatitis kronis, penyakit radang perlvis (bersama metronidazo)
|
Dosis
|
L 200
mg pada hari pertama, kemudian 100 mg perhari pertama, kemudian 100 per hari.
Pada infeksi berat 200 mg per hari.
Akne: 50 mg per hari selama 6-12 mingu atau lebih lama. Catatan: kapsul harus ditelan dalam bentuk utuh bersama dengan makanan dan air yang cukup, dalam posisi duduk atau berdiri. |
d.
Oksitetrasiklin
Indikasi
|
eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga keterangan
diatas) klamidia, mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura karena keganasan
atau sirosis, akne vulganis.
|
Kontrsindikasi
|
porfiria.
|
Dosis
|
Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial
(K)
Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/
vial. Kapsul 250 mg (K).
|
4. Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif
terhadap bakteri gram posistif dan gram negative. Aminasin, gentamisin dan
tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas aeruginosa. Streptomisin aktif
teradap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya sekarang hamper terbatas
untuk tuberkalosa.
a.
Amikasin
Indikasi
|
infeksi
generatif yang resisten terhadap gentamisin.
|
Kontraindikasi
|
kehamilan,
miastenia gravis.
|
Peringatan
|
gangguan
funsi ginjal, bayi dan usia lanjut ( (sesuaikan dosso, awasi fungsi ginjal,
pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan
jangka panjang.
|
Dosis
|
injeksi
intra muskuler, intravena lambat atau infuse 15 mg/ kg/ hari dibagi dalam 2
kali pemberian. Lihat juga catatan diatas.
Catatan: Kadar pucak ( 1 jam ) tidak boleh lebih dari 30 mg/ liter dan kadar lembah tidak boleh lebih dari 10 mg / liter. |
Efek
samping
|
gangguna
vestibuler dan pendengaran, netrotoksista, hipomagnesemia pada pemberian
jangka panjang colitis karena antibiotic.
|
Catatan: Kadar pucak ( 1 jam
) tidak boleh lebih dari 30 mg/ liter dan kadar lembah tidak boleh lebih dari
10 mg / liter.
b.
Gentamisin
Indikasi
|
septicemia
dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya. Infeksi bilier,
pielonefritis dan prostates akut, endokarditis karena Str viridans. Atau str
farcalis (bersama penisilin, pneumonia nosokomial, terapi tambahan pad
meningitis karena listeria.
|
Dosis
|
injeksi
intramuskuler, intravena lambat atau infuse, 2-5 mg/ kg/ hari ( dalam dosis
terbagai tiap 8 jam) lihat juga keterangan diatas sesuaikan dosis terbagi
tiap 8 jam ) lihat juga keterangan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam plasma.
Anak dibawah 2 minggu , 3 mg/ kg tiap 12 jam, 2 minggu samapi 2 tahun, 2 mg/ kg tiap 8 jam.
Infeksi
intratekal : 1 mg. hari, daapt dinaikkan samai 5 mg / hari disertai pemberian
intramuscular 2-4 mg/ kg/ hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam. Profilaksis
endikarditid pada deasa 120 mg. untuk anak dibawah 5 tahun 2 g / kg.
|
Catatan : kadar puncak ( 1
jam) tidak boleh lebih dari 10 mg/ liter dan kadar lembah (trough) tidak boleh
lebih dari 2 mg/ liter.
c.
Neomisin Sulfat
Indikasi
|
Sterilisasi
usus sebelum operasi
|
Kontraindikasi
|
kehamilan,
miastenia gravis, obstruksi usus dan gangguan fungsi ginjal.
|
Dosis
|
Oral, 1
g tiap 4 jam.
|
d.
Netilmisin
Indikasi
|
berat
kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin.
|
Dosis
|
Infeksi
intramuskuler, intravena lambat atau infuse: 4-6 mg/kg/hari sebagai dosis
tunggal atau dosis terbagi tiap 8-12 jam. Pada infeksi berat dosis dapat naik
sampai 7,5 mg/kg/hari dalam tiga kali pemberian (dosis segera diturunkan bila
terdapat perbaikan klinis, biasanya setelah 48 jam). NEONATUS kurang dari 1
minggu 3 mg/kg tiap 12 jam; diatas 1 minggu, 2,5-3 mg/kg tiap 12 jam; ANAK
2-2,5 mg/kg tiap 8 jam
Infeksi saluran kemih, 150 mg/hari (dosis tunggal) selama 5 hari. Gonore: 300 mg Dosis tunggal |
Catatan : Kadar puncak (1 jam) tidak boleh lebih dari 12 mg/liter dan
kadar lembah tidak boleh lebih dari 2 mg/liter.
5. Kloramfenikol
Kloramfenikol
merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik. Obat ini
seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman
tifoid, meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya. Karena
toksisitasnya, obat ini tidak cocok untuk penggunaan sistemik.
Indikasi
|
infeksi
berat akibat haemophilus influenzae, deman tifoid, meningitis dan abses otak,
bakteremia dan infeksi berat lainnya.
|
Kontraindikasi
|
wanita
hamil, penyusui dan pasien porfiria
|
Peringatan
|
hindari
pemberina berulang dan angka panjang. Turunkan dosis pada gangguan fungsi
hati dan ginjal. Lakukan hitung jenis sel darah sebelum dan secara berkala
selaama pengobatan. Pada neonatus dapat menimbulkan grey baby syndrome. (
periksa kadar dalam plasma).
|
Dosis
|
Oral,
infeksi intravena atau infuse: 50 mg/ kg/ hari dibagi dalam 4 dosis pada
infeksi berat seperti septicemia dan meningitis, dosis dapat digandakan dan
segera diturunkan bila terdapat perbaikan klinis).
ANAK: epiglotitis hemofilus, meningitis pululenta, 50-100 mg/ kg/ hari dalam dosis terbagi. BAYI dibawah 2 minggu, 25 mg/ kg hari ( dibagi dalam 4 dosis). 2 minggu- 1 tahun, 500 mg/kg/ hari ( dibagi 4 dosis). Keterangan : pengukuran kadar dalam plasma harus dilakukan pada neonatus dan dianjurkan pada anak dibawah 4 tahun. |
Efek
samping
|
kelainan
darah yang reversible dan irevesibel seperti anemia anemia aplastik ( dapat
berlanjut mejadi leukemia), neuritis perifer, neuritis optic, eritem
multiforme, mual, muntah, diare, stomatitis, glositits, hemoglobinuria
nocturnal.
|
6.
Makrolid
a.
Eritromisin
Eritromisin
memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin, sehingga obat
ini digunakan sebagai alternative penisilin.
Indikasi
|
sebagai
alternative untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis
kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non
gonokokus, protatitis kronik, akne vulgaris, dan rpofilaksis difetri dan
pertusis.
|
Kontraindikasi
|
penyakit
hati (garam estolat).
|
Peringatan
|
Ganguan
fungsi hati dan porfiria ginjal, perpanjangan interval QT (pernah dilaporkan
takikardi veatrikuler); porfiria, kehamilan (tidak diketahui efek buruknya)
dan menyusul (sejumlah kecil masuk ke ASI).
|
Interaksi
|
Aritmia:
hindari penggunaan bersama astemizol atau terfenadin. Hindari juga kombinasi
dengan cisaprid.
|
Dosis
|
oral:
Dewasa dan Anak di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jamatau 0,5-1 g tiap 12
jam ( lihat keterangan diatas); pad infeksi berat dapat dinaikkan sampai 4 g/
hari. Anak sampai 2 tahun 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam.
Untuk infeksi berat dosis dapat digandakan.
Akne: 250 mg dua kali sehari kemudina satu kali sehari setelah 1 bulan. Sifilif stadium awal, 500 mg 4 kali sehari selama 14 hari. Infuse intravera: infeksi berat pada dewasa dan anak, 50 mg/ kg/ hari secara dewasa dan anak, 50 mg/ kg/ hari secara infuse kontinu atau dosis terbagi tiap 6 jam; infeksi ringan 25 mg/ kg/ hari bil pemberina per oral tidak memungkinkan. |
Efek
samping
|
mual
muntah, nyeri perut, diare; urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainnya;
gangguan pendengaran yang reversible pernah pernah dilaorkan setelah
pemberian dosis besar; ikterus kolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan
nyeri dada)
|
b.
Azitromisin
Indikasi
|
infeksi
saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa kompliasi.
|
Kontraindikasi
|
gangguan
fungsi hati
|
Dosis
|
500 mg
sekali sehari selama 3 hari
Anak diatas 6 bulan, 10 mg/ kg sekali sehari selama 3 hari; berat badan 26-35 kg. 300 mg sekali sehari selama 3 hari; berat badan 30-45 kg 400 mg sekali sehari selama 3 hari infeksi klamidia genital, 1gram sebagai dosis tunggal. |
Efek
samping
|
fotosensitivitas
dan neutropenia ringan
|
c.
Klaritromisin
Indikasi
|
infeksi
saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan lunak;
terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak duodenum
|
Peringatan
|
turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal; wanita hamil dan meyusui;
sakit kepada gangguna pengecapan, stomatitis, glositis, ikterus-johnson; pada
pemberian i.v dapat terjadi nyeri loka dan felbilib
|
Interaksi
|
Aritmia hindarkan penggunaan bersama astemsol, terfenadian cisaperid.
|
Dosis
|
oral :
250 mg tiap 12 jam selama 7 hari, pada infeksi berat dapat ditingkatkan
sampai 500 mg tiap 12 jam selama 14 hari Anak dengan berat badan kurang dari
8 kg, 7,5 mg/ kg dua kali sehari, 8-11 kg (1-2 tahun), 62,5 mg dua kali
sehari; 12 -19 kg(3-6 tahun), 125 mg dua kali sehari; 20-29 kg (7—9 tahun),
187,5 mg dua kali sehari; 30-40 kg (10-12 tahun), 250 mg dua kali sehari.
Eradikasi H. pylori, lihat bagian 1.1 infus intraverna: 500 mg dua kali sehari pada vena besar, tidak dianjurkan untuk anak-anak. |
7.
Polipeptida
Kelompok ini
terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan
gramisidin, dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan
amino bebas. Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari
jamur, antibiotika ini dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya
aktif terhadap basil Gram-negatif termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin
terhadap kuman Gram-positif.
Khasiatnya
berupa bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya (surface-active agent) dan
kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga
permeabilitas sel diperbesar dan akhirnya sel meletus. Kerjanya tidak
tergantung pada keadaan membelah tidaknya bakteri, maka dapat dikombinasi
dengan antibiotika bakteriostatik seperti kloramfenikol dan tetrasiklin.
Resorpsinya dari usus praktis nihil, maka hanya digunakan secara parenteral, atau oral untuk bekerja di dalam usus. Distribusi obat setelah" injeksi tidak merata, ekskresinya lewat ginjal.
Resorpsinya dari usus praktis nihil, maka hanya digunakan secara parenteral, atau oral untuk bekerja di dalam usus. Distribusi obat setelah" injeksi tidak merata, ekskresinya lewat ginjal.
Antibiotika
ini sangat toksis bagi ginjal, polimiksin juga untuk organ pendengar. Maka
penggunaannya pada infeksi dengan Pseu¬domonas kini sangat berkurang dengan munculnya
antibiotika yang lebih aman (gentamisin dan karbenisilin).
8.
Golongan Antimikobakterium
Golongan
antibiotika dan kemoterapetka ini aktif te rhadap kuman mikobakterium. Termasuk
di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin,
INH, dapson, etambutol dan lain-lain.
C.
MEKANISME KERJA ANTIBIOTIKA
1.
Antibiotika yang menginhibisi sintesis atau menaktivasi
enzim yg merusak dinding sel bakteri, misalnya: gol.Penisilin,Sefalosporin, Sikloserin,Vankomisin,Basitrasin
2.
Antibiotika yg bekerja lgs thdp membran sel,misalnya: Polimiksin,
kolimestat, Antifungus polien,nistatin,amfoterisin B
3.
Antibiotika yg mengganggu fungsi ribosom,misalnya:
kloramfenikol,tetrasiklin Z, antibiotika makrolida (eritromisin,linkomisin,klindamisin)
4.
Antibiotika yg difiksasi pada sub unit ribosom 30S,misalnya:
gol.Aminoglikosida
5.
Antibiotika yg mengganggu metabolisme asm
nukleat,misalnya: Rifampisin
Daftar
Pustaka
http://katumbu.blogspot.com/2012/04/makalah-tentang-antibiotik.html
http://muhammadyogie87.blog.com/2012/11/03/makalah-antibiotik/
http://majalahkesehatan.com/amoksisilin-kegunaan-dan-efek-sampingnya/
http://mentaripastisukses.blogspot.com/2013/08/golongan-obat-antibiotik.html
http://yayanakhyar.wordpress.com/2010/08/28/benzylpenisilin/
http://ilmuantibiotik.blogspot.com/2013/05/mekanisme-kerja-antibiotik-dan.html
No comments:
Post a Comment