Wednesday 26 March 2014

FARMAKOLOGI - OBAT SALURAN PERNAFASAN



OBAT SALURAN PERNAFASAN


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi




 








Disusun oleh :
Kelompok 4 (1 Reg B)
Annisa Resiana
P17420313050

Fitri Fauziah Apriliani
P17420313060

Mastini Febyanti
P17420313070

Rima Oktavida P
P174203130

Wiwik Nur Hikmah
P17420313091


Dosen Pengampu
Abdul Rofik

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2013/2014






BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sistim saluran pernafasan memiliki fungsi utama dalam menyuplai oksigen. Pada tubuh saluran pernafasan memiliki peran penting, apabila dalam 1 menit saja kita tidak dapat menyuplai oksigen dalam tubuh, maka akan berakibat fatal yang dapat menimbulkan kerusakan irreversible pada otak, pingsan, dan dapat menimbulkan kematian. Sistim pernafasan pada manusia meliputi hidung, faring, laring, tenggorokan, bronkus, bronkiolus, dan alveolus.
Semakin memburuknya kualitas udara di bumi, dan perubahan cuaca yang ekstrem menimbulkan penyakit pada saluran pernafasan. Dalam kasusnya kita sering menjumpai dari yang paling ringan seperti batuk, pilek, radang tenggorokan, sampai yang berat seperti asma, radang paru-paru, emfisema, bronchitis dan lain-lain.
Dalam pengobatannya, berbeda penyakit berbeda pula obat (komposisi) yang diberikan. Contohnya batuk, yang diberikan obat yang berkomposisi antitusive. Berdasarkan keterangan diatas kami akan mengulas beberapa macam obat-obatan untuk saluran pernafasan.

B.       Tujuan
1.      Untuk memenuhi tugas Farmakologi.
2.    Untuk mengetahui macam-macam obat yang diberikan pada pasien yang memiliki penyakit saluran pernafasan.
3.      Untuk mengetahui beberapa golongan obat untuk saluran pernafasan.




C.      Manfaat
1.      Pembaca dapat memahami macam-macam obat yang diberikan pada pasien saluran pernafasan
2.      Pembaca dapat mengetahui golongan-golongan obat
3.      Pembaca dapat mengetahui fungsi dari setiap golongan obat
4.      Pembaca dapat mengetahui efek samping yang ditimbulkan

D.      Sistematika Penulisan
BAB I      : PENDAHULUAN
BAB II     : PEMBAHASAN
BAB III   : PENUTUP




















BAB II
PEMBAHASAN

A.         Nasal Dekongestan
Dekongestan merupakan agen simpatomimetik yang bertindak pada reseptor dalam mukosa nasal yang menyebabkan pembuluh darah mengecil. Selain itu juga dapat mengurangi pembengkakan mukosa hidung dan melegakan pernafasan. Dekongestan apabila dikombinasikan dengan antihistamin sangat efektif melegakan tanda-tanda rinitis terutama bila hidung sumbat. Dibagi menjadi 2 macam yakni :
1.    Nasal Dekongestan Sistemik
a)      Indikasi
Untuk meringankan bersin-bersin hidung tersumbat.
b)      Farmakokinetik
Obat ini sering dijumpai dalam bentuk tablet atau kapsul.
c)      Efek Samping
·      Peningkatan tekanan darah
·      Takikardia (Denyut jantung berlebih)
d)     Contoh
·      Efedrin
Efedrin adalah alkaloid yang dikenal sebagai obat simpatomimetik aktif pertama secara oral. Efedrin sebagai obat adrenergik dapat bekerja ganda dengan cara melepaskan simpanannorepinefrin dari ujung saraf dan mampu bekerja memacu secara langsung di reseptor α dan β. Pada sistem kardiovaskuler, efedrin meninggikan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik melalui vasokonstriksi dan terpacunya jantung. Efedrin berefek bronkodilatasi tetapilebih lemah dan lebih lambat dibandingkan epinefrin atau isoproteronol. Efedrin memacuringan SSP sehingga menjadi sigap, mengurangi kelelahan, tidak memberi efek tidur dandapat digunakan sebagai midriatik. Efedrin digunakan sebagai dekongestan hidung, bekerjasebagai vasokonstriktor lokal bila diberikan secara topikal pada permukaan mukosa hidung,karena itu bermanfaat dalam pengobatan kongesti hidung pada Hay fever, rinitis alergi,influenza dan kelainan saluran napas atas lainnya. Dosis : pada asma, oral 3-4 dd 25-50 mg(HCl), anak-anak 2-3 mg/kg sehari dalam 4-6 dosis. Nama Paten : Asmasolon
·      Pseudoefedrin
Isomer dekstro dari efedrin dengan mekanisme kerja yang sama, namun bronkodilatasinya lebih lemah, tetapi efek sampingnya terhadap SSP dan jantung lebihringan. Obat ini, jika masuk ke dalam sistem saraf pusat, dapat menyebabkan kecemasan, peka rangsangan, dan gelisah. Efek samping lainnya berupa denyut jantung lebih cepat,insomnia, efek alergi pada kulit, kulit kering, retensi urin, anoreksia, halusinasi, sakit kepala,mual, dan sakit perut. Pseudoefredin juga dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke. Obatini banyak digunakan dalam sediaan kombinasi untuk flu. Dosis : oral 3-4 dd 60 mg (hcl,sulfat) Nama Paten : Sinutab, Sudafed, Polaramin.
·      Fenilpropanolamin
Phenylpropanolamine adalah sebuah dekongestan. Obat ini bekerja dengan menyusutkan pembuluh darah (vena dan arteri) dalam tubuh. Pengerutan pembuluh darah di sinus, hidung dan dada membuat area tersebut kekeringan, sehingga menurunkan nafsu makan. Indikasi : Untuk mengobati sumbatan yang dihubungkan dengan alergi, demam karena alergi jerami (hay fever), iritasi sinus, dan dingin yang biasa.
Untuk menurunkan nafsu makan. Efek Samping:
Kegelisahan, kelelahan, insomnia, kepeningan, mual, hipertensi, tachycardia, arrhythmias.
2.    Nasal Dekongestan Topikal
a)      Indikasi
Untuk meringankan hidung tersumbat.
b)      Farmakokinetik
Balsam, inhaler, tetes hidung atau semprot hidung.
c)      Efek Samping
·      Sakit Kepala
·      Kepala pening/pusing
·      Tremor
·      Depresi
·      Apabila digunakan secara berturut-turut akan menyebabkan iritasi pada hidung.
d)     Contoh
·         Oksimetazolin
Mengurangi secret hidung yang menyumbat. Hal yang harus diperhatikan: Hindari dosis melebihi yang dianjurkan. Hati-hati sewaktu meneteskan kehidung, dosis tepat dan masuknya kelubang hidung harus tepat, jangan mengalir keluar atau tertahan.Tidak boleh digunakan lebih dari 7-10 hari.

B.            Antihistamin
a)    Indikasi
Untuk meringankan bersin dan mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh
b)   Farmakokinetik
Biasanya obat ini ditemukan dalam bentuk tablet atau kapsul.
c)    Efek Samping
-       Mengantuk
-       Efek antikolinergik
-       Diskrasia
-       Euphoria, gelisah, insomnia dan tremor.
-       Nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi atau diare.
d)   Contoh
Ø CTM
Bekerja untuk mencegah histamin bekerja pada reseptor H-1. Mencegah stimulasi refleks bersin. Efek antimuskarinik menurunkan sekresi lendir dan meningkatkan dilatasi bronkus. Efek samping: Paralisis gerakan cilia, Efek antikolinergik, Sedasi

C.           Antitusive
a)        Indikasi
Untuk meringankan batuk kering.
b)        Farmakokinetik
Tersedia dalam bentuk sirup atau cairan, tablet, dan permen sebagai pelega tenggorok
c)        Efek Samping
Ø Gangguan saluran cerna
Ø Mulut kering
Ø Retensi urine
d)       Contoh
Antitusive dibedakan menjadi dua yakni :
Ø Antitusive non narkotik
1).    Dekstrometrofan
Obat ini tidak mempunyai efek analgesik dan ketergantungan. Obat ini efektif bila diberikan dengan dosis 30 mg setiap 4-8 jam, dosis dewasa 10-20 mg setiap 4 jam. Anak-anak umur 6-11 tahun 5-10 mg. Sedangkan anak umur 2-6 tahun dosisnya 2,5 – 5 mg setiap 4 jam.
2).    Butamirat sitrat
Obat ini bekerja pada sentral dan perifer. Pada sentral obat ini menekan pusat refleks dan di perifer melalui aktifitas bronkospasmolitik dan aksi antiinflamasi. Obat ini ditoleransi dengan baik oleh penderita dan tidak menimbulkan efek samping konstipasi, mual, muntah dan penekanan susunan saraf pusat. Butamirat sitrat mempunyai keunggulan lain yaitu dapat digunakan dalam jangka panjang tanpa efek samping dan memperbaiki fungsi paru yaitu meningkatkan kapasitas vital dan aman digunakan pada anak. Dosis dewasa adalah 3×15 ml dan untuk anak-anak umur 6-8 tahun 2×10 ml sedangkan anak berumur lebih dari 9 tahun dosisnya 2×15 ml.
3).      Difenhidramin
Obat ini tergolong obat antihistamin, mempunyai manfaat mengurangi batuk kronik pada bronkitis. Efek samping yang dapat ditimbulkan ialah mengantuk, kekeringan mulut dan hidung, kadang-kadang menimbulkan perangsangan susunan saraf pusat. Obat ini mempunyai efek antikolinergik karena itu harus digunakan secara hati-hati pada penderita glaukoma, retensi urin dan gangguan fungsi paru. Dosis yang dianjurkan sebagai obat batuk ialah 25 mg setiap 4 jam, tidak melebihi 100 mg/ hari untuk dewasa. Dosis untuk anak berumur 6-12 tahun ialah 12,5 mg setiap 4 jam  dan tidak melebihi 50 mg/ hari. Sendangkan untuk anak 2-5 tahun ialah 6,25 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 25 mg / hari

Ø Antitusive narkotik
1).    Kodein Fosfat
-       Indukasi : untuk kering dan batuk dengan nyeri
-       Peringatan : asma, gngguan fungsi hati dan ginjal , riwayat penyalahgunaan obat
-       Kontaindikasi : batuk berdahak, penyakit hepar, gngguan ventilasi.
-       Efek samping : konstipasi, depresi pernapasan pada pasien yang sensitif atau pada dosis besar.
-       Farmakokinetik : Tablet dan Cair (Sirup)
-       Obat Batuk Antitusif dikenal juga Obat batuk untuk batuk tidak berdahak (batuk kering). Obat-obat kelompok ini bekerja sentral pada susunan saraf pusat menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk.

D.           Expectorant
a)      Indikasi
Untuk mngurangi batuk berdahak, dan melunakkan sekret bronkus sehingga dapat dihilangkan dengan batuk.
b)      Farmakokinetik
Lebih banyak ditemukan dalam bentuk sirup (cair) dan sedikit dalam bentuk tablet.
c)      Efek Samping
Ø Mual,
Ø Muntah,
Ø Batu ginjal.
d)     Contoh
Ø  Gliseril Guaiacolate
Merangsang iritan-reseptor di lambung, sebabkan stimulasi parasimpatik pada saluran cerna dan saluran nafas. Sebabkan sekresi mukus yang encer. Meningkatkan gerak cilia
Kelemahan : gangguan gastrointestinal
Obat lain: Saponin (radix polygalae, radix primulae)
Obat Emetik (radix ipekak, emetin)
Amonium klorida, Kalium iodide
Minyak atsiri (menthol, eukaliptus, thymi)

E.            Mucolytic
Mukolitik adalah obat batuk berdahak yang bekerja dengan cara membuat hancur formasi dahak sehingga dahak tidak lagi memiliki sifat-sifat alaminya. Mukolitik bekerja dengan cara menghancurkan benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari dahak. Sebagai hasil akhir, dahak tidak lagi bersifat kental dan dengan begitu tidak dapat bertahan atau berada di tenggorokan lagi seperti sebelumnya. Membuat saluran nafas bebas dari dahak.
a)         Indikasi
Untuk meringankan dan menghilangkan batuk berdahak.
b)        Farmakokinetik
Mucolytic tersedia dalam bentuk tablet dan cair (sirup).
c)         Efek Samping
Ø  Takikardia
Ø  Mulut kering
Ø  Gangguan saluran cerna
Ø  Retensi urine
d)        Contoh
Ø  Bromheksin
merupakan secretolyticagent, yang bekerja dengan cara memecah mukoprotein dan mukopolisakarida pada sputum sehingga mucus yang kental pada saluran bronkial menjadi lebih encer
Ø  Ambroxol
Ambroxol, yang berefek mukokinetik dan sekretolitik, dapat mengeluarkan lendir yang kental dan lengket dari saluran pernafasan dan mengurangi staknasi cairan sekresi. Pengeluaran lendir dipermudah sehingga melegakan pernafasan. Sekresi lendir menjadi normal kembali selama pengobatan dengan Ambril. Baik batuk maupun volume dahak dapat berkurang secara bermakna. Dengan demikian cairan sekresi yang berupa selaput pada permukaan mukosa saluran pernafasan dapat melaksanakan fungsi proteksi secara normal kembali. Penggunaan jangka panjang dimungkinkan karena preparat ini mempunyai toleransi yang baik.
Indikasi :
Gangguan saluran pernafasan sehubungan dengan sekresi bronki yang abnormal baik akut maupun kronis, khususnya pada keadaan-keadaan abnormal baik akut maupun kronis, khususnya pada keadaan-keadaan eksaserbasi dari penyakit-penyakit bronchitis asmatis, asma bronchial.
Ø  Asetilsistein
Farmakologi
Merupakan derivat asam amino alamiah sistein ini berkhasiat mencairkan dahak yanng liat dengan jalan memutuskan jembatan disulfida, sehingga rantai panjang antara mukoprotein-mukoprotein panjang terbuka dan lebih  mudah dikeluarkan melalui batuk. Sebagi prekusor dari glutathion, zat ini juga berdaya anti oksidan dengan melindungi sel terhadap oksidasi dan perusakan oleh radikal bebas. Asetilsistein juga mampu memperbaiki gerakan bulu getar (cilia) dan membantu efek antibiotika (doksisiklin, amoksisiklin, dan tiamfenikol) (Tjay dan Rahardja, 2007).
Penggunaan
Sebagai mukolitik pada batuk berdahak dan sebagai antidotum pada keracunan paracetamol (Tjay dan Rahardja, 2007).
Efek Samping Obat dan Kontraindikasi
Efek samping yang paling sering muncul adalah mual dan muntah, maka penderita tukak lambung harus waspada. Sebagai obat inhalasi zat ini menimbulkan kejang bronchi pada penderita asma. Pada dosis tinggi (seperti pada intoksikasi parasetamol) dapat menimbulkan reaksi anafilaktis dengan rash, gatal, udema, hipotensi dan bronchospasme (Tjay dan Rahardja, 2007).
Interaksi Obat
Meningkatkan efek antibiotika doksisiklin, amoksisiklin dan tiamfenikol (Tjay dan Rahardja, 2007).
Dosis
Oral : 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd 600 mg granulat, anak – anak 2-7 tahun 2 dd 200 mg, anak di bawah 2 tahun 2 dd 100 mg. Sebagai antidotum keracunan parasetamol 150 mg/kg berat badan dari larutan 5%, disusul dengan 75 mg/kg berat badan setiap 4 jam (Tjay dan Rahardja, 2007).

















DAFTAR PUSTAKA

Joyce L. Kee dan Evelyn R. Hayes. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Terjemahan : dr. Peter Anugrah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
http://meikyphantom.blogspot.com/
http://ricobachtiar.wordpress.com/tag/mukolitik/
http://dokmud.wordpress.com/2010/03/17/batuk/
http://growupclinic.com/2013/08/06/daftar-lengkap-obat-anti-alergi-antihistamin-dan-efek-sampingnya/

2 comments: