OBAT SALURAN PERNAFASAN
Diajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Farmakologi
Disusun oleh :
Kelompok 4 (1 Reg B)
|
||
Annisa
Resiana
|
P17420313050
|
|
Fitri
Fauziah Apriliani
|
P17420313060
|
|
Mastini
Febyanti
|
P17420313070
|
|
Rima
Oktavida P
|
P174203130
|
|
Wiwik
Nur Hikmah
|
P17420313091
|
Dosen Pengampu
Abdul Rofik
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sistim
saluran pernafasan memiliki fungsi utama dalam menyuplai oksigen. Pada tubuh
saluran pernafasan memiliki peran penting, apabila dalam 1 menit saja kita
tidak dapat menyuplai oksigen dalam tubuh, maka akan berakibat fatal yang dapat
menimbulkan kerusakan irreversible pada otak, pingsan, dan dapat menimbulkan
kematian. Sistim pernafasan pada manusia meliputi hidung, faring, laring,
tenggorokan, bronkus, bronkiolus, dan alveolus.
Semakin
memburuknya kualitas udara di bumi, dan perubahan cuaca yang ekstrem
menimbulkan penyakit pada saluran pernafasan. Dalam kasusnya kita sering
menjumpai dari yang paling ringan seperti batuk, pilek, radang tenggorokan,
sampai yang berat seperti asma, radang paru-paru, emfisema, bronchitis dan
lain-lain.
Dalam
pengobatannya, berbeda penyakit berbeda pula obat (komposisi) yang diberikan.
Contohnya batuk, yang diberikan obat yang berkomposisi antitusive. Berdasarkan
keterangan diatas kami akan mengulas beberapa macam obat-obatan untuk saluran
pernafasan.
B.
Tujuan
1. Untuk
memenuhi tugas Farmakologi.
2. Untuk
mengetahui macam-macam obat yang diberikan pada pasien yang memiliki penyakit
saluran pernafasan.
3. Untuk
mengetahui beberapa golongan obat untuk saluran pernafasan.
C.
Manfaat
1. Pembaca
dapat memahami macam-macam obat yang diberikan pada pasien saluran pernafasan
2. Pembaca
dapat mengetahui golongan-golongan obat
3. Pembaca
dapat mengetahui fungsi dari setiap golongan obat
4. Pembaca
dapat mengetahui efek samping yang ditimbulkan
D.
Sistematika
Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
BAB III : PENUTUP
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nasal
Dekongestan
Dekongestan
merupakan agen simpatomimetik yang bertindak pada reseptor dalam mukosa nasal yang menyebabkan
pembuluh darah mengecil. Selain itu juga dapat mengurangi pembengkakan mukosa hidung dan melegakan pernafasan.
Dekongestan apabila dikombinasikan dengan antihistamin sangat efektif melegakan
tanda-tanda rinitis terutama bila hidung sumbat. Dibagi menjadi 2 macam yakni :
1. Nasal
Dekongestan Sistemik
a) Indikasi
Untuk meringankan
bersin-bersin hidung tersumbat.
b) Farmakokinetik
Obat ini sering
dijumpai dalam bentuk tablet atau kapsul.
c) Efek
Samping
· Peningkatan
tekanan darah
· Takikardia
(Denyut jantung berlebih)
d) Contoh
· Efedrin
Efedrin
adalah alkaloid yang dikenal sebagai obat simpatomimetik aktif pertama secara
oral. Efedrin sebagai obat adrenergik dapat bekerja ganda dengan cara
melepaskan simpanannorepinefrin dari ujung saraf dan mampu bekerja memacu
secara langsung di reseptor α dan β. Pada sistem kardiovaskuler, efedrin
meninggikan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik melalui vasokonstriksi
dan terpacunya jantung. Efedrin berefek bronkodilatasi tetapilebih lemah dan
lebih lambat dibandingkan epinefrin atau isoproteronol. Efedrin memacuringan
SSP sehingga menjadi sigap, mengurangi kelelahan, tidak memberi efek tidur
dandapat digunakan sebagai midriatik. Efedrin digunakan sebagai dekongestan
hidung, bekerjasebagai vasokonstriktor lokal bila diberikan secara topikal pada
permukaan mukosa hidung,karena itu bermanfaat dalam pengobatan kongesti hidung
pada Hay fever, rinitis alergi,influenza dan kelainan saluran napas atas
lainnya. Dosis : pada asma, oral 3-4 dd 25-50 mg(HCl), anak-anak 2-3 mg/kg
sehari dalam 4-6 dosis. Nama Paten : Asmasolon
· Pseudoefedrin
Isomer
dekstro dari efedrin dengan mekanisme kerja yang sama, namun bronkodilatasinya
lebih lemah, tetapi efek sampingnya terhadap SSP dan jantung lebihringan. Obat
ini, jika masuk ke dalam sistem saraf pusat, dapat menyebabkan
kecemasan, peka rangsangan, dan gelisah. Efek samping lainnya berupa
denyut jantung lebih cepat,insomnia, efek alergi pada kulit, kulit kering,
retensi urin, anoreksia, halusinasi, sakit kepala,mual, dan sakit perut.
Pseudoefredin juga dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke. Obatini banyak
digunakan dalam sediaan kombinasi untuk flu. Dosis : oral 3-4 dd 60 mg
(hcl,sulfat) Nama Paten : Sinutab, Sudafed, Polaramin.
· Fenilpropanolamin
Phenylpropanolamine adalah sebuah dekongestan. Obat ini
bekerja dengan menyusutkan pembuluh darah (vena dan arteri) dalam tubuh.
Pengerutan pembuluh darah di sinus, hidung dan dada membuat area tersebut
kekeringan, sehingga menurunkan nafsu makan. Indikasi : Untuk mengobati sumbatan yang dihubungkan dengan
alergi, demam karena alergi jerami (hay fever), iritasi sinus, dan
dingin yang biasa.
Untuk menurunkan nafsu makan. Efek Samping:
Kegelisahan, kelelahan, insomnia, kepeningan, mual, hipertensi, tachycardia, arrhythmias.
Untuk menurunkan nafsu makan. Efek Samping:
Kegelisahan, kelelahan, insomnia, kepeningan, mual, hipertensi, tachycardia, arrhythmias.
2. Nasal
Dekongestan Topikal
a) Indikasi
Untuk meringankan
hidung tersumbat.
b) Farmakokinetik
Balsam,
inhaler, tetes hidung atau semprot hidung.
c) Efek
Samping
· Sakit
Kepala
· Kepala
pening/pusing
· Tremor
· Depresi
· Apabila
digunakan secara berturut-turut akan menyebabkan iritasi pada hidung.
d) Contoh
·
Oksimetazolin
Mengurangi secret hidung
yang menyumbat. Hal yang harus diperhatikan: Hindari dosis melebihi yang dianjurkan.
Hati-hati sewaktu meneteskan kehidung, dosis tepat dan masuknya kelubang hidung harus tepat, jangan mengalir keluar atau
tertahan.Tidak boleh digunakan lebih dari 7-10 hari.
B.
Antihistamin
a) Indikasi
Untuk meringankan
bersin dan mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh
b) Farmakokinetik
Biasanya obat ini
ditemukan dalam bentuk tablet atau kapsul.
c) Efek
Samping
- Mengantuk
- Efek antikolinergik
- Diskrasia
- Euphoria,
gelisah, insomnia dan tremor.
- Nafsu makan berkurang, mual, muntah,
keluhan pada epigastrium, konstipasi atau diare.
d) Contoh
Ø CTM
Bekerja untuk mencegah histamin bekerja pada
reseptor H-1. Mencegah stimulasi refleks bersin. Efek antimuskarinik menurunkan
sekresi lendir dan meningkatkan dilatasi bronkus. Efek samping: Paralisis gerakan
cilia, Efek antikolinergik, Sedasi
C.
Antitusive
a)
Indikasi
Untuk meringankan batuk
kering.
b)
Farmakokinetik
Tersedia dalam bentuk sirup
atau cairan, tablet, dan permen sebagai pelega tenggorok
c)
Efek Samping
Ø Gangguan
saluran cerna
Ø Mulut
kering
Ø Retensi
urine
d) Contoh
Antitusive dibedakan
menjadi dua yakni :
Ø Antitusive
non narkotik
1). Dekstrometrofan
Obat ini tidak mempunyai efek analgesik dan ketergantungan.
Obat ini efektif bila diberikan dengan dosis 30 mg setiap 4-8 jam, dosis dewasa
10-20 mg setiap 4 jam. Anak-anak umur 6-11 tahun 5-10 mg. Sedangkan anak umur
2-6 tahun dosisnya 2,5 – 5 mg setiap 4 jam.
2). Butamirat
sitrat
Obat ini bekerja pada sentral dan perifer. Pada sentral obat
ini menekan pusat refleks dan di perifer melalui aktifitas bronkospasmolitik
dan aksi antiinflamasi. Obat ini ditoleransi dengan baik oleh penderita dan
tidak menimbulkan efek samping konstipasi, mual, muntah dan penekanan susunan
saraf pusat. Butamirat sitrat mempunyai keunggulan lain yaitu dapat digunakan
dalam jangka panjang tanpa efek samping dan memperbaiki fungsi paru yaitu
meningkatkan kapasitas vital dan aman digunakan pada anak. Dosis dewasa adalah
3×15 ml dan untuk anak-anak umur 6-8 tahun 2×10 ml sedangkan anak berumur lebih
dari 9 tahun dosisnya 2×15 ml.
3). Difenhidramin
Obat ini tergolong obat antihistamin, mempunyai manfaat
mengurangi batuk kronik pada bronkitis. Efek samping yang dapat ditimbulkan
ialah mengantuk, kekeringan mulut dan hidung, kadang-kadang menimbulkan
perangsangan susunan saraf pusat. Obat ini mempunyai efek antikolinergik karena
itu harus digunakan secara hati-hati pada penderita glaukoma, retensi urin dan
gangguan fungsi paru. Dosis yang dianjurkan sebagai obat batuk ialah 25 mg
setiap 4 jam, tidak melebihi 100 mg/ hari untuk dewasa. Dosis untuk anak
berumur 6-12 tahun ialah 12,5 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 50 mg/
hari. Sendangkan untuk anak 2-5 tahun ialah 6,25 mg setiap 4 jam dan tidak
melebihi 25 mg / hari
Ø Antitusive
narkotik
1).
Kodein Fosfat
- Indukasi
: untuk kering dan batuk dengan nyeri
- Peringatan
: asma, gngguan fungsi hati dan ginjal , riwayat penyalahgunaan obat
- Kontaindikasi
: batuk berdahak, penyakit hepar, gngguan ventilasi.
- Efek
samping : konstipasi, depresi pernapasan pada pasien yang sensitif atau pada
dosis besar.
- Farmakokinetik
: Tablet dan Cair (Sirup)
- Obat
Batuk Antitusif dikenal juga Obat batuk untuk batuk tidak berdahak (batuk
kering). Obat-obat kelompok ini bekerja sentral pada susunan saraf pusat
menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk.
D.
Expectorant
a) Indikasi
Untuk mngurangi batuk
berdahak, dan melunakkan sekret bronkus sehingga dapat dihilangkan dengan batuk.
b) Farmakokinetik
Lebih banyak ditemukan
dalam bentuk sirup (cair) dan sedikit dalam bentuk tablet.
c) Efek
Samping
Ø Mual,
Ø Muntah,
Ø Batu ginjal.
d) Contoh
Ø Gliseril Guaiacolate
Merangsang iritan-reseptor di lambung, sebabkan stimulasi parasimpatik pada
saluran cerna dan saluran nafas. Sebabkan sekresi mukus yang encer. Meningkatkan
gerak cilia
Kelemahan : gangguan gastrointestinal
Obat lain: – Saponin (radix polygalae, radix primulae)
– Obat Emetik (radix ipekak, emetin)
– Amonium klorida, Kalium iodide
– Minyak atsiri (menthol, eukaliptus, thymi)
E.
Mucolytic
Mukolitik adalah obat
batuk berdahak yang bekerja dengan cara membuat hancur formasi dahak sehingga
dahak tidak lagi memiliki sifat-sifat alaminya. Mukolitik bekerja dengan cara
menghancurkan benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari dahak.
Sebagai hasil akhir, dahak tidak lagi bersifat kental dan dengan begitu tidak
dapat bertahan atau berada di tenggorokan lagi seperti sebelumnya. Membuat saluran
nafas bebas dari dahak.
a)
Indikasi
Untuk meringankan dan
menghilangkan batuk berdahak.
b)
Farmakokinetik
Mucolytic tersedia
dalam bentuk tablet dan cair (sirup).
c)
Efek Samping
Ø Takikardia
Ø Mulut
kering
Ø Gangguan
saluran cerna
Ø Retensi
urine
d)
Contoh
Ø Bromheksin
merupakan
secretolyticagent, yang bekerja dengan cara memecah mukoprotein
dan mukopolisakarida pada sputum sehingga mucus
yang kental pada saluran bronkial menjadi
lebih encer
Ø Ambroxol
Ambroxol, yang berefek mukokinetik
dan sekretolitik, dapat mengeluarkan lendir yang kental dan lengket dari
saluran pernafasan dan mengurangi staknasi cairan sekresi. Pengeluaran lendir
dipermudah sehingga melegakan pernafasan. Sekresi lendir menjadi normal kembali
selama pengobatan dengan Ambril. Baik batuk maupun volume dahak dapat berkurang
secara bermakna. Dengan demikian cairan sekresi yang berupa selaput pada
permukaan mukosa saluran pernafasan dapat melaksanakan fungsi proteksi secara
normal kembali. Penggunaan jangka panjang dimungkinkan karena preparat ini
mempunyai toleransi yang baik.
Indikasi :
Gangguan saluran pernafasan sehubungan dengan sekresi bronki
yang abnormal baik akut maupun kronis, khususnya pada keadaan-keadaan abnormal
baik akut maupun kronis, khususnya pada keadaan-keadaan eksaserbasi dari
penyakit-penyakit bronchitis asmatis, asma bronchial.
Ø Asetilsistein
Farmakologi
Merupakan derivat asam amino alamiah
sistein ini berkhasiat mencairkan dahak yanng liat dengan jalan memutuskan
jembatan disulfida, sehingga rantai panjang antara mukoprotein-mukoprotein
panjang terbuka dan lebih mudah
dikeluarkan melalui batuk. Sebagi prekusor dari glutathion, zat ini juga
berdaya anti oksidan dengan melindungi sel terhadap oksidasi dan perusakan oleh
radikal bebas. Asetilsistein juga mampu memperbaiki gerakan bulu getar (cilia)
dan membantu efek antibiotika (doksisiklin, amoksisiklin, dan tiamfenikol)
(Tjay dan Rahardja, 2007).
Penggunaan
Sebagai mukolitik pada batuk berdahak
dan sebagai antidotum pada keracunan paracetamol (Tjay dan Rahardja, 2007).
Efek Samping Obat dan Kontraindikasi
Efek samping yang paling sering muncul
adalah mual dan muntah, maka penderita tukak lambung harus waspada. Sebagai
obat inhalasi zat ini menimbulkan kejang bronchi pada penderita asma. Pada
dosis tinggi (seperti pada intoksikasi parasetamol) dapat menimbulkan reaksi
anafilaktis dengan rash, gatal, udema, hipotensi dan bronchospasme (Tjay dan
Rahardja, 2007).
Interaksi Obat
Meningkatkan efek antibiotika
doksisiklin, amoksisiklin dan tiamfenikol (Tjay dan Rahardja, 2007).
Dosis
Oral : 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd 600 mg
granulat, anak – anak 2-7 tahun 2 dd 200 mg, anak di bawah 2 tahun 2 dd 100 mg.
Sebagai antidotum keracunan parasetamol 150 mg/kg berat badan dari larutan 5%,
disusul dengan 75 mg/kg berat badan setiap 4 jam (Tjay dan Rahardja, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Joyce L. Kee dan Evelyn
R. Hayes. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses
Keperawatan. Terjemahan : dr. Peter Anugrah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
http://meikyphantom.blogspot.com/
http://ricobachtiar.wordpress.com/tag/mukolitik/
http://dokmud.wordpress.com/2010/03/17/batuk/
http://growupclinic.com/2013/08/06/daftar-lengkap-obat-anti-alergi-antihistamin-dan-efek-sampingnya/
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletenice. very useful
ReplyDelete