KELOMPOK 4
TUGAS PATOFISIOLOGI
Aspek Klinik Kelainan
Kongenital dan Penyakit Keturunan
Tugas ini disusun untuk
memenuhi nilai mata kuliah Patofisiologi semester dua tahun akademik 2013/2014
Disusun Oleh :
1. Ratna Faradilla 7. Susiyanti
2. Rima Oktavinda
Permatasari 8. Tissa Opilaselli
3. Rizkiana Amelia 9. U’un Prapmaneta
4. Silvia Anggarwati
Prayitno P. 10. Wada Rahma Iqbal
5. Siti Nurrohmah
Widhawati 11. Wiji Astuti
6. Sulton Akbar Nafis 12. Wiwik Nurkhikmah
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN
PEKALONGAN
TAHUN AKADEMIK 2013 /
2014
A. Kelainan Kongenital
2.1 Definisi
Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital merupakan
kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil
konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting
terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian
bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan
kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam
terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan
kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir
rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi
berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal
dalam minggu pertama kehidupannya.
Di samping pemeriksaan fisik,
radiologik dan hiboratorik untuk menegakkan diagnosis kelainan kongenital
setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosis pre/ante-natal kelainan
kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan
ultrasonografi, pemeriksaan air keruban dan darah janin.
A. Faktor Etiologi
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui.
Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor
genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersaman. Beberapa faktor
etiologi yang diduga dapu mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara
lain :
*
Kelainan Genetik dan Kromosom
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh
atas kejadian kelainan kongenital pada anaknva. DI antara kelainan-kelainan ini
ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi
yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau
kadang-kadang ,sebagai unsur resesif. Penyelidikan dalam hal ini se ring sukar,
tetapi adanya kelainan sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah
kongenital yang selanjutnya.
Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran, maka telah
dapat diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal
serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan seianjutnya. Beberapa
contoh: kelainan kromosom autosomal trisomi 21 sebagai sindroma Down
(mongolisme), kelainan pada kromosom kelamin sebagai sindroma Turner.
B. Faktor Mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat
menyebabkan kelainan bentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ
tersebut. Faktor predisposisi dalam penumbuhan organ itu sendiri akan
memptrmudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai contoh deformitas organ
tubuh ialah kelainan talipes pada kaki seperti talipes varus, talipes valgus,
talipes equinus dan talipes equinovarus. (clubfoot).
C. Faktor Infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang
terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan.
Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan
gangguan dalam penumbuhan suatu organ tubuh. Infeksi pada trimester pertama di
samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan
kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester
pertama ialah infeksi oleh virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan
kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai
tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada-
trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah
infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis. Kelainan-kelainan
kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada sistem
saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroptalmia.
D. Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester
pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan
kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dapat
menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan
terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum
wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang balk diduga erat pula hubungannya
dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal MI secara laboratorik belum
banyak diketahui secara pasti.
Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari
pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal in]
kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum
obat. Hal ini misalnya pada pemakaian transkuilaiser untuk penyakit tertentu,
pemakaian sitostatik atau preparat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan
ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya
terhadap bayi.
E. Faktor Umur Ibu
Telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. DI bangsal bayi baru
lahir Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis
ditemukan angka kejadian mongolisme 1,08 per 100 kelahiran hidup dan citemukan
risiko relatif sebesar 26,93 untuk kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih;
angka kejadian yang ditemukan ialah 1 : 5500 untuk kelompok ibu berumur < 35
tahun, 1 : 600 untuk kelompok ibu berumur 35-39 tahun, 1 : 75 untuk kelompok
ibu berumur 40-44 tahun dan 1 : 15 untuk kelompok ibu berumur 45 tahun atau
lebih.
F. Faktor Hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan
kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita
diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar
bila dibandingkan dengan bayi yang normal.
G. Faktor Radiasi
Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin sekali akan dapat menimbulkan
kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada
orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakihatkan mutasi pada gene yang mungkin
sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya.
Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutik sebaiknya dihindarkan dalam
masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
H. Faktor Gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan
dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada
penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada
bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang balk gizinya. Pada
binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A riboflavin, folic
acid, thiamin dan lain-lain dapat menaikkan kejadian kelainan kongenital.
2.2 Jenis-jenis Kelainan Kongenital
1. Meningokel
Meningokel merupakan penyakit kongenital dari kelainan embriologis yang
disebut Neural tube defect (NTD). Meningokel disebabkan oleh banyak faktor dan
metibatkan banyak gen (multifaktoral dan poligenik). Banyak sekali penetitian
yang mengungkap bahwa sekitar tujuhpuluh persen kasus NTD dapat dicegah dengan
suplementasi asam fclai, sehingga defisiensi asam folat dianggap sebagai salah
satu faktor penting dalam teratogenesis meningokel. Basis molekut defisiensi
asam folat adafah kurang adekuatnya enzim enzim yang mentransfer gugus, karbon
dalam proses metiiasi protein dalam se1, baik dalam nukleus maupun
mitokhondria, sehingga terjadi gangguan biosintesis DNA dan RNA. serta kenaikan
kadar homosistein.
Defek tulang pada meningokel secara embriologis terjadi akibat gangguan
proses neurulasi, yaitu tetap melekatnya ektoderm epidermis dengan ektoderm
neural sehingga migrasi sei sel mesoderm pembentuk tulang ke tempat tersebut
terhambat dengan akibat di area itu tidak terberttuk tuEang,(teari non separasi
dari Stcmberg). Dalam proses ini, faktor pertumbuhan yang berfungsi memacu
sintesis matriks tulang mungkin juga berperan. Terdapcit dua macarn faktor pertumbuhan
dimaksud di atas yaitu TGF β (khususnya TGF, β1) dan IGF 1, yang dalam banyak
penelitian telah dibuktikan aksinya pada pembentukan tulang.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengungkap korelasi defisiensi asam
folat dengan kadar TGF, βl dan TGF 1 dalam serum maupun dalam tulang, serta
korelasi kadar kedua faktor pertumbuhan tersebut dalam tulang kepala pasien
meningokel dengan lebar defek. Bila kedua hal-Iadi teiah terungkap, maka proses
teratogenesis meningokel menjadi lebih jelas. Penelitian ini menggunakan dua
macam cara, sesuai dengan hipotesis yang hendak diuji, yaitu metode eks
perimental laboratoris dengan hewan coba tikus dan metode observasional klinis
pada pasien meningokel.
Derajat defisiensi asam folat dikelompokkan daiam kategori berat dan
ringan sesuai dengan rangsum yang diberikan, yaitu rangsum sangat rendah folat
dan rangsum rendah folat, sedangkan untuk kontrol adalah rangsum cukup folat.
Komposisi rangsum dibuat sesuai dengan standar kandungan dan takaran purified
diet yang selama ini telah digunakan, meliputi : glukosa, selulosa, casein non
vitamin, sunflower oil, choline, mineral, vitamin tanpa folat dan trace element
asam folat dengan tiga takaran yang berbeda untuk setiap kelompok hewan coba,
diberikan lewat sonde oral. Enambelas minggu setelah pemberian diet, darah
hewan coba diambil untuk pemeriksaan kadar asam folat, TGF β1 dan IGF I, Hewan
kemudian dikawinkan, selelah janin lahir diambil tulang kepalanya untuk
pemeriksaan kadar TGF 01 dan IGF 1. Pada pasien meningokel sewaktu operasi
eksisi dengan metode standar, jaringan tulang tepi defek diambil sedikit untuk
pemeriksaan TGF R1 dan IGF I, dan lebar defek diukur dengan antropometer
Martin.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
terdapat korelasi kadar-asam folat yang cukup kiuat dengan kadar TGF β1 dan IGF
I, serta jumlah sel apoptosis dan nekrosis; demikian juga dengan proses
terbentuknya defek tulang pada pasien meningokef. Hasi1 penelitian ini dapat
memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan tentang konsep baru terbentuknya
defek tulang kepala pada meningokel yang dikaitkan dengan defisiensi asam
fofat. Penefitian ini juga bermanfaat untuk memperluas aspek pencegahan bagi
kasus meningokel dan kelainan neural tube defect pada umumnya, serta aspek
pengobatan terhadap kasus defek tulang kepala, bahkan sejak pasien masih berada
di dalam kandungan.
2. Ensefalokel
Ø Definisi
Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan
adanya penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti
kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak. Ensefalokel disebabkan oleh
kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan janin.
Ø Gejala
-
Hidrosefalus : kelumpuhan keempat
anggota gerak (kuadriplegia spastik), gangguan perkembangan
-
Mikrosefalus : gangguan
penglihatan, keterbelakangan mental, pertumbuhan ataksia, dan kejang
-
Beberapa anak memiliki kecerdasan
yang normal. ensefalokel seringkali disertai dengan kelainan kraniofasial atau
kelainan otak lainnya.
Ø Etiologi
Ada beberapa dugaan penyebab penyakit itu diantaranya, infeksi, faktor
usia ibu yang tertaiu muda atau tua ketika hamil, mutasi genetik, serta pola
makan yang tidak tepat sehingga mengakibatkan kekurangan asam folat. Langkah
selanjutnya, sebelun hamil, ibu sangat disarankan mengonsumsi asam folat dalam
jumlah cukup. Pemeriksaan laboratorium juga diperlukan untuk mendeteksi
ada-tidaknya infeksi.
Ø Penata Laksanaan Mencegah Ensafalokel
Bagi ibu yang berencana hamil, ada baiknya mempersiapkan jauh jauh
hari. Misalnya, mengonsumsi makanan bergizi serta menambah supfemen yang
mengandung asam folat. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya beberapa
kelainan yang bisa menyerang bayi_ Safah satunya, encephalocele atau
ensefalokel. Biasanya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan jaringan otak
yang menonjol ke dalam tulang tengkorak, membuang kantung dan memperbaiki
kelainan kraniofasial yang terjadi. Untuk hidrosefalus mungkin perlu dibuat
suatu shunt. pengobatan lainnya bersifat, simtomatis dan suportif. Prognosisnya
tergantung kepada jaringan otak yang terkena, lokasi kantung dan kelainan otak
yang menyertainya.
3. Hidrosepalus
Ø Definisi
Hidrosefalus (kepala air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani:
"hydro" yang berarti air dan "cephalus" yang berarti
kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengati "kepala air")
adalab penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak
(cairan serebro spinal). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah
banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya
pusat-pusat saraf yang vital.
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi akumulasi CSS yang
berlebihan pada satu atau lebih ventrikel dan ruang subarakhnoid. Bila
akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini
disebut higroma subdural atau koleksi cairan subdural. Pada kasus akurnulasi
cairan yang berlebihan terjadi pada sistema ventrikuler, keadaan ini disebut
sebagai hidrosefalus internal.
Peninggian TIK harus dibedakan dari peninggian tekanati
intraventrikulcr. Beberapa lesi intrakraniai menyebabkan peninggian TIK, namun
tidak perlu menyebabkan hidrosefalus. Peningaian volume CSS tidak ekivalen
dengan hidrosefalus; ini juga terjadi pada atrofi serebral. Juga, dilatasi
ventrikuler tidak selalu berarti hidrosefalus dan juga tampak pada atrofi
serebral. Hidrosefalus adalah kesatuan klinix yang dibedakan oleh tiga faktor:
(1) peninggian tekanan intraventrikuler, (2) penambahan volume CSS, dan (3)
dilatasi rongga CSS.
Hidrosefalus internal menyebabkan peninggian tekanan intraventrikuler
dan pembesaran sistem ventrikuler. Mantel serebral terregang dan menipis.
Sentrum oval, talamus dan ganglia basal tertekan. Akson kortiko spinal dan
kortikotalamik tertekan dan terregang, serta mielinasinya terganggu. Giri
hemisfer serebral mendatar, dan vaskulatur serebral terregang. Septum pelusidum
menjadi tipis, seperti juga vault dan dasar tengkorak. Rongga subarakhnoid
serta sistemnya diluar hemisfer serebral berdilatasi, umumnya dengan tidak
mengindahkan jenis dari hidrosefalus. Nekrosis subependimal serta edema dkibat
pendataran dan robeknya lapisan ependimal serta pembesaran ruang ekstraseluler,
dapat dilihat pada mikroskop elektron.
Secara klinis peninggian tekanan intraventrikuler, voiutue CSS, dan
ukuran ventrikel menimbulkan kelainan berikut: pembesaran kepala, penonjolan
fontanel, separasi sutura, tanda Mac Ewen positif, fenomena setting sun, scalp
yang mengkilap, dilatasi vena scalp, strabismus konvergen atau divergen, tangis
yang hight pitched, postur opistotonik, dan kegagalan untuk berkembang. Gejala
klinik ini biasanya tampak pada hidrosafalus progresif cepat. Mereka dapat
terjadi bersamaan atau bergantian. Pada kebanyakan hidrosefalus dini atau
ringan, hanay perubahan ringan pad sutura, fontanel, sclap, dan gerak bola mata
yang dijumpai. Pada hidrosefalus, yang berkembanq lambat, gejala mungkin tidak
tampil hingga pasien mulai berjalan., dimana keadaan ini dibutikan dengan
langkah berdasar-lebar, para paresis, hermianopia, bitemporal, dan retardasi
mental.
Pada hidrosefalus infantil, hidrosefalus primer atau idiopatik sangat
lebih banyak dari hidrosefalus sekunder. Gejala mungkin tampak dini pada
kehidupan intrauterine atau terlambat, beberapa bulan setelah lahir. Gejal
mungkin tampak tiba-tiba (hidrosefalus akuta) atau perlahan-lahan (hidrosefalus
kronika). Insiden hidrosefalus kongenital sekitar delapan per 10.000 kelahiran.
Hidrosefalus terjadi pada tiga per 100 anak yang lahir dari orangtua yang
memiliki anak mielomeningosel. Penyebab hidrosefalus kongenital pada kebanyakan
kasus tidak diketahui (hidrosefalus idiopatik). Kekecualian hanya pada
hidrosefalus herediter yang sex linked, disebabkan oleh stenosis akuaduktal.
Jenis hidrosefalus ini merupakan kurang dari tiga persen dari hidrosefalus
kongenital.
Hidrosefalus sekunder sering disebabkan oleh kelainan berikut:
-
Hematoma Subdural
-
Tumor Intraventrikuler
-
Ttumor Para Sellar
-
Tumor Fossa Posterior
-
Cedera Kranioserebral
-
Infeksi Leptomeningeal
-
Perdarahan Subarakhnoid
-
Karsinomatosis atau Sarkomatosis
Mening
-
Toksoplasmosis
Ø Diagnosis
Penyebab Obstruksi :
Kebanyakan hidrosefalus kongenital adalah hidrosefalus primer atau
idiopatik. :iidroseiaius mungkirt disebabkan lesi massa yang tak terperkirakan,
seperti tumor dan sista. Karenanya harus hati-hati untuk tidak sa-ja
rnenentukan tempat obstruksi, namun juga untuk menentukan panyebab ubstruksi
dalam tnendiaynosls hidrofefalus.
Hipersekresi CSS diketahui sebagai penyebab hidrofefalus pada papiloma
pelksus khoroid, namun perdarahan perlahan berkala juga dipikir sebagai
kemungkinan mekanisme obstruksi daerah absrobsi.
CT scan secara tepat menggambarkan struktur intrakranial terutama ruang
CSS dan tidak mungkin dihindarkan untuk mendiagnosis hidrosefalus. Penilaian
tempat obstruksi dengan CT scan transisi dari ruang CSS yang berdilatasi dan
tidak. Kebanyakan kasus hidrosefalus disebabkan oleh obstruksi jalur CSS
(hidrosefalus obstruktiva) . ada dua jenis obstruksi jalur CSS: obstruksi intraventrikuler
atau non komunikans (hidrosefalus obstruktif intraventikuler nonkominukans) dan
obstruksi ekstra ventrikuler (hidrosefalus obstruktif ekstraventikuler
kominikans). Secara umum dilatasi ventrikuler lebih jelas pada obstruksi
intraventrikuler dibanding obstruksi ekstraventrikuler.
Kebanyakan keadaan berikut adalah didapat disanping kongenitas, namun
pengetahuan mengenainya diperlukan untuk mengerti sepenuhnya tentang
hidrosefalus. Pada banyak kasus bentuk dapat dikenal dan bentuk kongenital
karenanya yang biasa bersamaan dengan hidrosefalus diantaranya porensefali,
agenesis korpus kalosum, displasia lobar, hidranensefali, displasia tentorial,
malformasi Chiari, sista Dandy-Walker, holoprosensefali, sista arakhnoid, dan
aneurisma vena Ga1en.
Hidrosefalus Obstruktiva
Intraventrikuier :
Pada dilatasi monoventrikuler, obstruksi foramina' Monro (atresia satu
foramina Monro) berakibat dilatasi unilateral dari ventrikel lateral pada sisi
yang obstruksi dan menyebabkan hidrosefalus unilateral atau asimetrikal. Bila
terjadi dilatasi biventrikuler, obstruksi ke ventrikel ketiga menyebabkan dua
foramina Monro atau hidrosefalus simetrikal.
Pada dilatasi triventrikuler, obstruksi akuaduktus (stenosis
akuaduktus) menyebabkan dilatasi ventrikel lateral dan ventrikel ketiga.
Ventrikel keempat biasanya normal dalam ukuran dan lokasinya
Pada dilatasi tetraventrikuler, atau panventrikuler, obstruksi outlet
ventrikel keempat (atresia foramina Luschka dan Magendie) menyebabkan dilatasi
semua bagian sistema ventrikuler, terutama ventrikel keempat (transformasi
sistik ventrikel keempat, atau sista Dandy-Walker).
Hidrosefalus Obstruktiva
Ekstraventrikuler :
Obstruksi ekstraventrikuler biasanya menyebabkan dilatasi sistem
ventrikuler dan rongga subarakhnoid proksimal dari daerah obstruksi. Jenis umum
obstruksi ini adalah blok insisural, blok sisterna basal, blok konveksitas, dan
blok ruang CSS distal. Blok granulasi arakhrroid mungkin berakibat dilatasi
semua rongga CS.
Hidrosefalus Konstriktiva :
Pada malformasi Chiari jenis II, yang tampak pada pasien dengan
rnielomeningosel, hindbrain yang ter_qeser kebawah rnungkin tertambat pada
sambungan kraniovertebral dan fossa posterior yang kecil mur?gkin nengalarni
obstruksi secara anatomi. Konsekuensinya, hidrosefalus mungkin terjadi karena
gangquan sirkulasi CSS sekitar hindbrain. Pada keadaan ini ventrikel keempat
memperlihatkan peryasaran kebawah dan tak dapat diidentifikasi pada posisi
normal. Ventrikel keempat sering ditemukan dalam kanal servikal.
Prognosis Pidrosefalus Kongenital
:
Keberhasilar, tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus
diter.tukan oleh ada atau tidaknya anomali yang menyertai. Hidrosefalus simpel,
dimana tidak ada ma1formasi lain yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik
dari hidrosefalus yang bersama dengan malformasi lain (hidrosefalus komplikata)
.
Prognosis hidrosefalus komplikata ditentukan oleh jenis da:1 uerajat
anomali yang menyertai. Diagnosis spesifik anomali tertentu yang bersamaan
denqan hidrosefalus diperlukan untuk menentukan prognosis.
4. Fimosis
Ø Definisi
Fimosis merupakan pengkerutan atau penciutan kulit depan penis. Fimosis
merupakan suatu keadaan normal yang sering ditemukan pada bayi baru lahir atau
anak kecit, dan biasanya pada masa pubertas akan menghilang dengan sendirinya.
Pada pria yang lebih tua, fimosis bisa terjadi akibat iritasi menzhun.
Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas seksual. Biasanya
keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan (sirkumsisi).
Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan ini juga
menyebabkan bayi/anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit
prepusium menggelembung seperti balon. Bayi/anak sering menangis keras sebelum
urine keluar. Keadaan demikian lebih baik segera disunat, tetapi kadang orang
tua tidak tega karena bayi masih kecil. Untuk menolongnya dapat dicoba dengan
melebarkan lubang prepusium dengar, cara mendorong ke belakang kulit prepusium
tersebut dan biasanyaa akan terjadi luka.
Untuk mencegah infeksi dan agar luka tidak merapat lagi pada luka
tersebut dioleskan salep antibiotik. Tindakan ini mula-mula dilakukan oleh
dokter. Selanjutrnya di rumah orang tua sendiri diminta tnelakukannya seperti
y•ang dilakukan dokter (pada orang Barat, sunat dilakukan pada seorangbayi
laki-laki ketika masih dirawat/ ketika baru lahir. Tindakan ini dimaksudkan
untuk kebersihan/mencegah infeksi karena adanya smegma, bukan karena
keagamaan).
Adanya smegma pada ujung prepusium juga menyulitkan bayi berkemih maka
setiap memandikan bayi hendaknya prepusium didorong ke belakang kemudian
ujungnya dibersihkan dengan kapas yang telah dijerang dengan air matang.
Ø Etiologi
Fimosis pada bayi laki-laki yang barn lahir terjadi karena ruang di
antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan
kulup menjadi melekat pada kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah
pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau didapat, misalnya karena
infeksi atau benturan. Bagaimana gejalanya? Untuk menandai apakah anak memang
mengalami funosis, orang tua sebaiknya mencermati beberapa gejala berikut :
Kulit penis anak tak bisa ditarik ke arah pangkal ketika akan dibersihkan. Anak
mengejan saat buang air kecil karena muara saluran kencing diujung tertutup.
Biasanya ia menangis dan pada ujung penisnya tampak menggembung. Air seni yang
tidak lancar, kadang-kadang menetes dan memancar dengan arah yang tidak dapat
diduga. Kalau sampai timbul infeksi, maka si buyung akan mengangis setiap buang
air kecil dan dapat pula disertai demam.
Jika gejala-gejala di atas ditemukan pada anak, sebaiknya bawa ia ke
dokter. Jangan sekali-kali mencoba membuka kulup secara paksa dengan menariknya
ke pangkal penis. Tindakan ini berbahaya, karena kulup yang ditarik ke pangkal
dapat menjepit batang penis dan menimbulkan rasa nyeri dan pembekakan yang
hebat. Hal ini dalam istilah kedokteran disebut para Fimosis. Jika si Buyung
mengalami kesulitan buang air kecil, dokter akan mencoba melebarkan kulit yang
melekat, namun hal ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati oleh seorang
dokter yang berpengalaman.
Jika upaya ini gagal, maka tindakan sirkumsisi (sunat) adalah jaian
keluarnya, apalagi jika fimosisnya menetap dan terjadi infeksi. Untuk melakukan
sirkumsisi pada anak juga harus dipertimbangkan masalah pembiusannya karena
jika si Buyung takut dan merasa sakit maka hal ini akan mempengaruhi kondisi
kejiwaannya kelak kemudian hari. Selain itu jika si Buyung meronta-ronta karena
taku[ atau sakit, mal:a tindakan sirkumsisi ini malah akan membahayakan, karena
dapat melukai penisnya dan jahitan kulit penis tidak dapat dikerjakan secara
sempurna.
Ø Penatalaksanaan
Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true
phimosis) timbu! kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan kebersihan
(higiene) alat kelamin yang buruk, peradangan kronik gtans penis dan kulit
preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium
(forceful retraction) pada fimosis kongenital yang akan menyebabkan
pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputiurn yang
membuka.
Fimosis kongenital seringkali menimbulkan fenomena ballooning, yakni
kulit preputium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran air seni tidak
diimbangi besarnya tubang di ujung preputium. Fenomena ini akan hilang dengan
sendirinya, dan tanpa adanya fimosis patologik, tidak selalu menunjukkan adanya
hambatan (obstruks) air seni. Selama tidak terdapat hambatan aliran air seni,
buang air kecil berdarah (hematuria), atau nyeri preputium, fimosis bukan
merupakan kasus gawat darurat. Fimosis kongenital seyogyanya dibiarkan saja,
kecuali bila terdapat alasan agama dan/atau sosial untuk disirkumsisi. Hanva
diperlukan penjelasan dan pengertian mengenai fimosis kongenital yang memang
normal dan lazim terjadi pada masa kanak-kanak serta menjaga kebersihan alat
kelamin dengan secara rutin membersihkannya tanpa penarikan kulit preputium
secara berlebihan ke belakang batang penis dan mengembalikan kembali kulit
preputium ke depan batang penis setiap selesai membersihkan. Upaya untuk
membersihkan alat kelamin dengan menarik kulit preputium secara berlebihan ke
belakang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka, fimosis didapat,
bahkan parafimosis. Seiring dengan berjalannya waktu, perlekatan antara lapis
bagian dalam kulit preputium dan glans penis akan lepas dengan sendirinya.
Walaupun demikian, jika fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni,
dipertukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit
preputium) atau teknik bedah plastlk lainnya seperti preputioplasty
(memperlebar bukaan kulit preputiurn tanpa memotongnya). Indikasi medis utama
dilakukannya tindakan siricumsisi pada anak-anak adalah fimosis patotogik.
Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada kutit preputium 1
atau 2 kali sehari, selama 4-5 minggu, juga efektif dalam tatalaksana fimosis.
Namun jika fimosis telah membaik, kebersihan atat ketamin tetap dijaga, kulit
preputium harus ditarik dan dikembalikan lagi ke posisi semula pada saat mandi
dan setelah berkemih untuk mencegah kekambuhan fimosis.
5. Hipospadia
Ø Definisi
Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan pada anak-anak yang sering
ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya, hanya pengolahannya harus dilakukan
oleh mereka yang betul-beul ahli supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.
Hipospadia merupakan kelainan kelamian bawaan sejak lahir, cirinya,
letak lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis.
Menurut dokter bedah urologi RSU Dr Kariadi, dr Andi, S. SpBU, berat hipospadia
bervarian, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada
glans penis.
Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat
di tengah bantang penis atau pada pangkal penis dan kadang pad skrotum (kantung
zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini sering kali berhubungan dengan
kardi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang yang menyebabkan penis
melengkung ke bawah pada saat ereksi.
Pada hipospadia muara orifisium uretra eksterna (lubang tempat air seni
keluar) berada diproksimal dari normalnya yaitu pada ujung distal glans penis,
sepanjang ventral batang penis sampai perineum. Jadi lubang saluran kencing
letaknya bukan pada tempat yang semestinya dan terletak di sebelah bawah penis
bahkan ada yang terletak di rentang kemaluan.
Hipospadia sering disertai kelainan bawaan yang lain, misalnya pada
scrotum dapat berupa undescensus testis, meorchisdism, disgenesis testis dan
hidrotole pada penis berupa propenil scrotum mikrophalasus dari torsi penile.
Sedang kelainan ginjal dan ureter berupa fused kidney, malrotasi, duplek dan
refluk ureter.
Ø Etiologi
Trend peningkatan jumlah penderita salah satunya disebabkan faktor
lingkungan dan pola hidup yang kurang sehat, akibatnya marak penggunaan
pestisida serta tinginya kandungan polusi di udara. Zat polutan dari pabrik,
limbah dan menumpuknya sampah bisa menimbulkan hipospadia.
Dari beberapa pasien yang ditangani ternyata mereka tinggal disekitar
daerah pembuangan sampah. Ada pula yang berasal ari keluarga petani. Penderita
hipospadia umumnya berasal dari keluarga kurang mampu. Akibatnya banyak
diantara penderita tak bisa segera ditangani.
Angka kejadian penderita hipospadia di Indonesia belum diketahui secara
pasti, tetapi dari hasil penelitian pakar kedokteran di sejumlah negara,
kelainan ini terjadi pada satu dari 125 bayi laki-laki kelahiran hidup. Salah
satu penyebab kelainan ini adalah karena keturunan.
Ø Penatalaksanaan
Tindakan operasi harus dilakukan sebelum anak memasuki usia sekolah,
diharapkan anak tidak malu dengan keadaanya setelah tahu bahwa anak laki-laki
lain kalau BAK beriri sedangkan anak pengidap hipospadia harus jongkok seperti
anak perempuan (karena lubang penisnya berada di bagian bawah penis).
Selain itu jika hipospadia tidk dioperasi maka setelah dewasa dia akan sulit untuk melakukan penetrasi/coitus , selain penis tidak dapat tegak dan lurus (pada hipospadia penis bengkok akibat adanya chordae), lubangkeluar sperma terletak di bagian bawah.
Selain itu jika hipospadia tidk dioperasi maka setelah dewasa dia akan sulit untuk melakukan penetrasi/coitus , selain penis tidak dapat tegak dan lurus (pada hipospadia penis bengkok akibat adanya chordae), lubangkeluar sperma terletak di bagian bawah.
Operasi hiposdia satu tahap (one stage urethra plasty) adalah tehnik
operasi sederhana yang sering dapat digunakan terutama untuk hipospadia tipe
distal. Tipe distal ini yang meatusnya letak anterior atau di middle. Meskipun
hasilnya sering kurang begitu bagus untukkelainan yang berat sehingga banyak
dokter lebih memilih untuk melakukan 2 tahap untuk tipe hipospadia proksimal
yang disertai dengan kelainan yang jauh lebih berat maka one stage uretroplasty
nyaris tidak dapat dilakukan.
Tipe hipospadia yang sering kali diikuti dengan kelainn-kelainan yang
berat seperti korda yang berat, globuler glans ygbengkok kearah ventral (bawah)
dengan dorsal skinhood dan propenil bifid scrotum. Intinya tipe hipospadi yang
letak lubang air seninya lebih kearah proksimal (jauh dari tempat semestinya)
biasanya diikuti dengan penis yang bengkok dan kelainan lain diskrotum atau sisa
kulit yang sulit ditarik pada sat dilakukan operasi pembuatan uretra.
Kelainan seperti ini biasanya harus dilakukan dengan 2 tahap yaitu :
Tahap 1 : Dilakukan untuk
meluruskan penis supaya posisi meatus (lubang tempat keluar kencing) nantinya
letaknya lebih proksimal (lebih mendekatiletak yang normal), memobilisasi kulit
dan prepurium untuk menutup bagian ventral/bawah penis.
Tahap 2 : Dilakukan urethroplasty
(pembuatan uretra) sesudah 6 bulan.
Tujuan utama penanganan operasi hipospadia adalah merekonstruksi
penismenjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal
sehingga aliran kencing arahnya kedepan dan dapat melakukan koitus dengan
normal, prosedur operasi satutahap pada usia yang dini dengan komplikasi yang
minimal. Penyempurnaan tehnik operasi danperawatan paska operasi menjadi
prioritas utama.
Setelah operasi biasanya pad lubang kencingbaru (post uretroplasty)
masih dilindungi dengan kateter sampai luka betul-betul menyembuh dan dapat
dialiri air seni. Di bagian supra pubik (bawah perut) dipasang juga kateter
yang langsung menuju kandung kemih untuk mengalirkan air seni. Tahap
penyembuhan biasanya kateter diatas di non fungsikan terlebih dahulu sampai
seorang dokter yakin betul bahwa hasil urethroplasty nya dapat difungsikan dengan
baik, baru setelah itu kateter di lepas.
Komplikasi paska operasi yang
terjadi:
§ Edema/pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan, besarnya
bervariasi, juga terbentuknya hematom/kumpulan darah dibawah kulit yang
biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2-3 hari pasca operasi.
§ Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang tersering dan ini
digunakan sebagai parameter untuk menilai keberhasilan operasi.
§ Striktur, pada proksimal anastomosis, yang kemungkinan disebabkan oleh
argulasi dari anestomosis.
§ Divertikulum, terjadi pembentukan neuretra yang terlalu lebar, atau
adanya srenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
§ Residual chordae/rekuren (hordoe, akibat dari rilis korde yang tidak
sempurna, diman tidak melakukan ereksi artificial saat operasi atau pembentukan
skor yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang.
§ Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing
berulang/pembentukan batu saat pubertas.
6. Gangguan Metabolik dan Endokrin
a. Gangguan Metabolik Herediter
Ada lebih dari 400 gangguan genetik biokimia, kebanyakan terkait-X atau
autosom resesif.
Ø Etiologi
§ Bisa berhubungan dengan terputusnya sintesis atau katabolisme molekul
kompleks yang mengakibatkan gejala progresif permanen.
§ Bisa berhubungan dengan gangguan sekuens metabolisme yang menyebabkan
akumulasi senyawa toksik.
§ Bisa berhubungan dengan detisiensi produksi atau penggunaan energi.
Ø Manifestasi Klinis Umum
§ Bisa terjadi dalam beberapa jam sampai berbulan-bulan setelah lahir.
§ Bisa menyerupai tanda dan gejala sepsis. Banyak orang merekomendasikan
pemeriksaan kadar amonia serum untuk tiap bayi < 3 bulan yang dicurigai
sepsis.
§ Harus dicurigai pada tiap bayi yang: nampak sehat setelah lahir tetapi
mengalami gejala setelah pengenalan makanan; mengalami asidosis metabolic berat
yang tak dapat dijelaskan; muntah rekuren datang dengan penurunan kesadaran,
dicurigai sepsis; serta memiliki riwayat keluarga dengan gejala serupa,
retardasi mental, sindrom kematian bayi mendadak, utau kematian neonatal yang
tak dapat dijelaskan.
§ Bisa datang dengan kejadian akut mengancam jiwa yang tidak berespons
terhadap terapi yang biasa.
§ Temuan klinis bisa meliputi: gastrointestinal (curigai selalu bila
disertai muntah, strkar makan, sukar menambah berat badan, diare, ikterus, atau
hepatomegali); neurologis (letargi, iritabilitas, mengisap lemah, tremor,
kejang, hipertonia, rigiditas, atau koma); jantung (kardiomiopati atau
aritmia); bau atau warna urine yang tak biasa; pernapasan (takipnea, apnea,
atau distres pcrnapasan); gambaran tubuh dismorfisme; mata (katarak, lensa
ektopik, bintik merahceri, pengabutan kornea, atau retinitis pigmentosa);
rambut (alopesia, steely hair- atau kinky hair); kulit (nodulus kulit, kulit
tebal, iktiosis, atau lesi Wit)-, dan kepala (makrosefali atau mikrosefali).
Ø Pemeriksaan Diagnostik
§ Lakukan penapisan metabolik
§ Hitung darah lengkap dan hitung jenis
§ Urinalisis: zat pereduksi, keton, bau, dan warna
§ Gas darah arteri: asidosis metabolik atau alkalosis respiratorik.
§ Elektrolit serum: peningkatan anion gap biasanya > 16 anion gap
tidak terjadi pada semua kesalahan metabolisme sejak lahir.
§ Glukosa darah :
-
Hipoglikemia dapat dihubungkan
dengan 3-Metil-gultakonik asiduria; penyakit urine rnaple syrup; defisiensi
3-hidroksi-3-Metilglutaril CoA Liase; propionik asidemia; metilmalonik
asidemia; defisiensi Asil CoA dehidrogenase rantai sedang; defisiensi karnitinl
asilkarnitin translokase; serta defisiensi karnitin-palmitil transferase I dan
karnitin-palmitil transferase II.
-
Hipoglikemia tidak berhubungan
dengan penyakit penyimpanan glikogen tipe II.
§ Kadar amonia plasma: sering melebihi 1000 µmol/L
§ Enzim hepar, termasuk kadar hilirubin total dan direk
§ Asam amino plasma dan urine-, asam organik urine
§ Kadar laktat plasma
§ Mungkin memerlukan pemeriksaan khusus (mis., pemeriksaan biopsi kulit
dan cairan serebrospitial [CSFJ)
Ø Intervensi
§ Berikan perawatan suportif. Hasilnya relatif cepat diperoleh.
§ Puasa sampai diagnosis diperoleh.
§ Lakukan selalu rujukan rnetabolik/genetik dan pertimbangkan pemindahan
ke institusi yang mengkhususkan pada gangguan metabolik herediter.
Ø Hasil Akhir
Sebagian kesalahan metabolisme sejak lahir responsif terhadap pembahan
diet: sebagian kesalahan metabolisme sejak lahir letal dan memerlukan perawatan
paliatif.
b. Gangguan Metabolisme Karbohoidrat yang Umum
v Galaktosemia
Ø Etiologi
GALK (galaktokinase), GALT (galactose-l-phosplrate uridyl-tranferase),
dan uridin 5-difosfat galaktosa-4-epimerase bertangttung jawab pada kunvcrsi
hepatik galaktosa nnenjadi glukosa setelah mengonsumsi makanan berlaktosa.
Defisiensi salah satu atau lebih enzim tersebut tnengakibatkan ketidakmampuan
mencerna laktosa.
Ø Manifestasi Klinis
Datang dengan muntah, tak mau makan, ikterus, hepatomegali,
hipoglikemia, kejang, dan letargi. Katarak biasanya berkembang pada minggu
kedua hidupan. Meningkatkan risilko terjadinya sepsis Escherichia coli atau
sepsis batang gram negatif.
Ø Temuan Diagnostik
Mungkin positif terhadap zat pereduksi dalam urine, kadar galaktosa
darah tinggi, kadar galaktosa-l -fosfat sel darah merah (SDM), dan kadar
galaktitol urine.
Ø Intervensi
Penanganan dengan diet bebas galaktosa seumur hidup.
v Penyakit Penyimpanan Glikogen
Ø Tipe I
§ Etiologi
Penurunan aktivitas
glukosa-6-fosfatase.
§ Manifestasi Klinis
Datang dengan pertumbuhan burul, lingkar perut besar, hepatomegali, dan
tanda/gejala hipoglikemia.
§ Temuan Laboratorium
Hipoglikemia puasa, ketosis, asidosis laktat, hiperlipidemia, dan
hiperurisemia.
§ Diagnosis
Berdasarkan pada analisis enzim hepar dam' atau uji diagnostik
molekular.
§ Intervensi
Penanganan terdiri atas pemberian makan sering dan restriksi
laktosa/sukrosa.
Ø Tipe II
§ Etiologi
Defisiensi enzim a-glukosidase lisosomal.
§ Manifestasi Klinis
Datang dengan kardiomegali beserta gagal jantung kongestif,
hepatomegali, makroglosia, dan hipotonia.
§ Diagnosis dibuat dengan biopsi otot.
§ Intervensi
Diet tinggi protein; transplantasi jantung merupakan pilihan.
v Intoleransi Fruktosa Herediter
Ø Etiologi
Defisiensi enzim gniktosa-l,6-bifosfat aldolase.
Ø Manifestasi Klinis
Biasanya tidak tampak sampai bayi mengonsumsi buah atau susu yang
mengandung sukrosa dan fruktosa. Datang dengan susah makan, muntah, tinja
lunak, pertumbuhan buruk, hepatomegali, atau tanda/gejala hipoglikemia; bisa
menjadi pucat dan letargi dengan perubahan tingkat kesadaran segera setelah
mencerna buah atau formula yang mengandung sukrosa/fruktosa.
Ø Temuan Laboratorium
Hipoglikemia, hipofosfatemia, peningkatan alanin transferase dan
aspartat transaminase serum, zat pereduksi dalam urine, dan asidosis metabolik.
Ø Diagnosis dibuat dengan uji fruktosa intravena (IV).
Ø Intervensi
Menghilangkan semua fruktosa dan sukrosa dalam diet.
c. Gangguan Metabolisme Protein yang Umum :
v . Penyakit Urine Gula Mapel (Maple Sugar Urine Discase,MSUD)
Ø Etiologi
Defisiensi enzim BCKAD (hranched-chain-?keto dehydrngena.se) kompleks.
Ø Manifestasi Klinis
Datang 2 sampai 3 hari setelah lahir dengan susah makan, meludah,
letargi, menangis nada tinggi, hipotonia berganti dengan hipertonia, postur
otistotonik, koma, dan bau sirup mapel dalam urine, feses, napas. dan serumen.
Ø Temuan Diagnostik
Asidosis metabolik, ketonuria, dan peningkatan kadar asam amino,
terutama leusin.
Ø Intervensi
Perawatan suportif dan formula tanpa asam amino rantai cabang. Mungkin
memerlukan suplemen larutan isoleusin dan valin unti_ik mempertahankan kadar
plasma normal.
Ø Hasil Akhir
Bergantung pada seberapa dini diagnosis dibuat.
v Fenilketonuria
Ø Etiologi
Defisiensi dalam aktivitas fenilamin hidrolase yang mengubah
fenilalanin menjadi tirosin.
Ø Manifestasi Klinis
Datang dengan muntah, susah makan. iritabilitas atau overaktivitas,
kejang, hipopigmentasi kulit/ rambut, ekzema, dan urine berbau apek.
Ø Temuan Diagnostik
Pemeriksaan feri klorida urine positif dan peningkatan kadar
fenilalanin serum.
Ø Intervensi
Diet rendah protein dan formula bebas fenilalanin.
Ø Hasil Akhir
Bergantung pada seberapa dini diagnosis dibuat.
v Hiperglisinemia Nonketotik
Ø Manifestasi Klinis
Datang sebagai bayi baru lahir sehat yang memperlihatkan cegukan,
kejang, dan hipotonia dalam 12 sampai 36 jam serta menjadi koma tanpa adanya
refleks tendon.
Ø Temuan Laboratorium
Kadar glisin serum dan urine berlebihan; glisin C'SF meningkat dan jauh
dari perbandinoan kadar glisin serum.
Ø Intervensi
Tak ada penanganan yang efektif.
d. Defek Siklus Urea
Defek yang paling sering: defisiensi ornithine transcarbamylase (OTC)
(paling sering); defisiensi argininosuccinate lyase; defisiensi
argininn.succinate synthetase; defisiensi carbarnoylphospbute synthetase 1.
Ø Etiologi
Defek dalam lima langkah siklus urea; mengakibatkan akumulasi amonia;
OTC terkait-X; semua defek siklus urea lainnya autosom resesif.
Ø Manifestasi Klinis
Susah makan dan/atau muntah; hiperventilasi; letargi diikuti koma dalam
12 sampai 24 jam kehidupan.
d. Temuan klinis: alkalosis respiratorik; hiperamonemia; tak ada asido;;is metabolik; kadar sitrulin plasma abnormal; kadar orotate ac id dan argininosuccionate acid urine abnormal.
d. Temuan klinis: alkalosis respiratorik; hiperamonemia; tak ada asido;;is metabolik; kadar sitrulin plasma abnormal; kadar orotate ac id dan argininosuccionate acid urine abnormal.
Ø Intervensi
-
Perawatan suportif.
-
Pengurangan protein diet;
hemodialisis untuk menurunkan kadar amonia serum.
-
Terapi alternatif sampah nitrogen
dengan natrium benzoat dan natrium fenilasetat dikombinasikan dengan argimn
Persetujuan Food and Drug Administraticn (FDA) diperlukan untuk penggunaan
kegawatdaruratan.
Ø Hasil Akhir
Kematian tetap terjadi meskipun dilakukan dialisis; terapi nitrogen
sampah alternatif dengan asupan kalori tinggi dapat menurunkan
mortalitas.
e. Defek Umum Pada Metabolisme Asam Organik
v Isovalerik Asidemia
Ø Etiologi
Defisiensi selektif isovaleril-C'oA dehidrogenase.
Ø Manifcstasi Klinis
Sukar makan, muntah , latergi, koma, dan bau kaki yang berkeringat.
Ø Temuan Laboratorium
Peningkatan bermakna isovaleril glisin dalam urine.
Ø Intervensi
Dialisis, restriksi protein, cairan intravena (IV) dengan glukosa dan
natriurn bikarbonat, serta elausin.
Ø Hasil Akhir
Kebanyakan tak hertahan hidup.
v Propionik Asidemia
Ø Etiologi
Defisiensi selektifpropionil-CoA karboksilat. Prekursor propionil-CoA
karboksilat adalah isoleusin, valio. metionin, treonin, senyawa pirimidin,
timin. dan asam Irmak rantai ganjil.
Ø Manifestasi Klinis
Susah makan, muntah, letargi, hipotoni, kejang, hepatomegali, ketosis,
leukopenia, trombositopenia. dan asidosis metabolik dengan/tanpa peningkatan
gap anion.
Ø Temuan Laboratorium
Konsentrasi berlebih metilsitrat, propionilglisin,
2-metil-3-hidroksibutirat, 2-metilasetoasetat dalam urine. Kadar glisin plasma
dapat meningkat. Propionil-CoA karboksilat dapat di-assczy dalam SDP atau
fibroblas kulit.
Ø Intervensi
Hilangkan protein, koreksi asidosis dan h-ombositopenia, serta lakukan
dialisis bila perlu.
Ø Hasil Akhir
Meskipun dengan diet rendah protein, kebanyakan neonatus tak akan
bertahan hidup sampai sepuluh tahun pertama kehidupan.
f. Gangguan Umum Asam Lemak
. Defek paling sering: defisiensi
Asil-CoA dehidrogenase rantai sedang (salah satu gangguan yang paling sering);
defisiensi Asil-CoA dehidrogenase rantai sangat panjang; defisiensi Asil-CoA
dehidrogenase rantai pendek; glutarik asidemia tipe 2 ; defisiensi karnitin
palmitoyltransferase tipe I; defisiensi asilkarnitin translokase; defisiensi
karnitin palmitoyltransferase tipe II; dan defisiensi 3-hidroksisil-CoA dehidrogenase
rantai panjang.
Ø Etiologi
Defisiensi enzim yang bertanggung jawab untuk oksidasi asam lemak
selama periode puasa.
Ø Manifestasi Klinis
Hipoglikemia, asidosis metabolik, kardiomiopati; hipotonia (kecuali
defisiensi karnitin).
Ø Temuan Klinis
Hipoglikemia, asidosis metabolik, hiperamonemia moderat, asidemia
organik, fungsi hepar abnormal, CPK meningkat, dan diagnosis dengan uji kadar
SDP, biopsi otot atau hepar, atau fibroblas kulit.
Ø Penanganan
Prognosis bergantung pada defeknya; tujuannya adalah pencegahan
hipoglikemia menggunakan diet karbohidrat tinggi, rendah lemak, memerlukan
suplemen karnitin.
g. Penapisan Metabolik Herediter
Ø Pemeriksaan
Dilakukan di semua 50 negara bagian Washington DC; individualitas
sangat tinggi di antara negara bagian. Hanya PKU dan hipotiroidisme yang
diperiksa di tiap negara bagian. Penting diketahui uji penapisan mana yang
dilakukan di negara atau wilayah Anda; spektrometri massa tandem adalah
perkembangan penapisan neonatal terbaru. Metode ini mengukur berbagai molekul
berbeda dalam uji tunggal dan memungkinkan uji yang lebih akurat. Begiht pula
lebih aktrrat mengidentifikasi gangguan spesitik. Saat ini sedang dilakukan
penapisan pada 50 gangguan herediter.
Ø Prosedur
Direkomendasikan sampel diambil setelah usia :?4 jam atau dalam 7 hari
bila tidak diberi makan; spesimen ulangan diperlukan bila neonatus dipulangkan
sebelum 24 jam atau belum diberi makan sebelum pcnapisan inisial.
h. Penyakit Tulang Metabolik
v Faktur Risiko
Ø Rakitis janin atau kongenital jarang, tetapi dapat terjadi pacla
kondisi berikut: penyebab maternal (osteomalasia nutrisional maternal berat,
hipoparatiroidisme atau hiperparatiroidisme, dan pengobatan lama dengan
magnesium atau fosfat); defek didapat (gangguan tubular ginjal, gangguan
vitamin D atau paratiroid, dan penyakit penyimpanan lisosom
Ø Bayi prematur berisiko sekunder akibat alasan yang berikut: tak
mendapat transpor aktif kalsium dan fosfor selama trimester ketiga, pajanan
lama TPN dengan suplementasi kalsium dan fosfor rendah; terapi lama loop
diuretic: serta diet dengan formula kedelai atau ASI tanpa suplcmentasi.
Ø Jarang pada bayi cukup bulan dan biasanya berhubungan dengan asupan
kalsium dan vitamin D yang rendah.
v Manifestasi Klinis
Biasanva asimtomatik dan ditemukan tak sengaja; nyeri saat dirawat.
v Diagnosis
-
Gambaran radiograf klasik adalah
demineralisasi umum tulang (penampilan kabur), dan pelebaran, cekungan, serta
penipisan metafisis distal.
-
Pemeriksaan meliputi kalsium
serum (normal), fosfor serum (rendah), alkali fosfatase serum (tinggi), dan
kadar 1,25-dihidroksivitamin D (tinggi).
v Intervensi
-
Berespons terhadap terapi
nutrisi; pertahankan rasio Ca/P 1,3:1 sampai 1,7:1 dalam nutrisi parenteral
tatal; suplementasi kalsium dan fosfor. Fosfor harus selalu ditambahkan pada
suplementasi kalsium untuk mengurangi risiko nefrokalsinosis.
-
Gunakan formula prematur atau ASI
dengan suplemen ASI yang diperkaya.
-
Rakitis premahiritas perlu dosis
rumatan harian vitamin D
i.
Gangguan Kelenjar Paratiroid
v Fungsi : kelenjar paratiroid terletak di sebelah kelenjar tiroid, mensekresi
hormon paratiroid (parathyroid hormone, PTH) yang merupakan regulator primer
kalsium serum, PTH meningkatkan kalsium serum dengan memobilisasi kalsium dari
tulang, meningkatkan reabsorpsi kalsium di ginjal, dan secara tak langsung
berperan pada pembentukan vitamin D.
v Hipoparatiroidisme
Ø Faktor Risiko : kongenital (mis., hipoparatiroidisme tersendiri
familial, sindrom DiGeorge, atau sindrom Kerry-Caffy), transien atau sekunder
(mis., hipoparatiroidisme maternal, bayi prematur, bayi dari ibu DM, dan
asfiksia kelahiran).
Ø Diagnosis : kalsium serum rendah dan fosfor serum tinggi dengan fungsi
ginjal normal: kadar PTH akan tetap rendah atau tinggi bila masalah pokoknya
adalah responsivitas organ akhir.
Ø Manifestasi Klinis : bisa samar, retleks dalam otot, kedutan, dan
kejang, letargi, susah makan; apnea; perdarahan lama, kontraktilitas jantung
berkurang, perfusi buruk, takikardia, dan/atau hipotensi, mineralisasi tulang
rendah, serta dieurigai bila tak mampu mempertahankan kadar kalsium serum
normal
Ø Penanganan
-
Hipoparatiroidisme transien
memerlukan suplementasi kalsium jangka pendek.
-
Gangguan kongenital memerlukan
suplementasi kalsium dan vitamin D sepanjang hidup dengan pengurangan asupan
fosfor.
-
Pemberian PTH masih eksperimental
(St c~ensnud', 2000).
v Hiperparatiroidisme
Ø Etiologi
Jarang tetapi mengancam jiwa,
hiperparatiroidisme primer ditandai dengan hipeiplasia ke semua empat kelenjar
dan dapat diturunkan, hiperparatiroidisme sekunder biasanya akibat
hipoparatiroidisme maternal.
Ø Diagnosis: riwayat keluarga; kalsium serum tinggi, fosfor serum rendah,
dan PTH tinggi; peningkatan ekskresi natrium, kalium, dan bikarbonat ginjal.
Ø Manifestasi klinis: konstipasi, susah makan, dehidrasi, dan gagal
tumbuh; letargi, hipotooia, dan refleks tendon berlebih; distres pernapasan:
asidosis metabolik; hematuria; serta radiografi resorpsi tulang subperiosteal
dengan demineralisasi tulang generalisata, dan frakur tulang yang tidak dapat
dijelaskan
Ø Penanganan
-
Terapi segera mempertahankan
status pernapasan dan tekanan darah, k`ireksi asidosis; turunkan kadar kalsium
serum dengan pemberian furosemid.
-
Terapi jangka panjang sekunder
akibat hiperparatiroidisme primer, restriksi kalsium dan vitamin D (termasuk
restruksi pajanan sinar matahari) senta suplemen fosfor.
-
Paratiroidektomi total dcngan
autotransplantasi mungkin dilakukan.
j.
Gangguan Kelenjar Tiroid
v Fungsi
Kelenjar tiroid memiliki dua
lobus yang dihubungkan oleh Ismus glandula dan terletak di bawah kartilago
krikoidea; membantu termogenesis, curah jantung, eritropoiesis, gerakan
pernapasan, motilitas usus, serta metabolisme karbohidrat, protein, dan lipid;
pertumbuhan organ, jaringan, dan SSP, terutama otak; serta aksi katekolamin
dengan cara meningkatkan ikatan reseptor β-adrenergik.
v Regulasi hormon
-
Thyroid stimulating hormone (TSH)
dilepas dari hipofisis sebagai respons terhadap thypotropin-releasing hormone
(TRH).
-
TSH merangsang tiroid untuk
melepaskan tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
-
T4 dan T3 berikatan dengan
tlrryroid binding globulin (TBG) yang membawa 70% hormon beredar.
-
T4 dikonversi ke T3 (bentuk
metabolik aktif).
-
Regulasi hormon ini memerlukan
aksis Hipotalamus-Hifofisis yang utuh, pasokan iodin yang adekuat dalam
glandula tiroid, enzim deiodinase untuk mengonversi T4 ke T3, dan TBG yang
mencukupi.
v Hipotiroidisme
Ø Hipotiroidisme Kongenital
-
Etiologi
disgenesis tiroid (absen, hipoplastik, atau ektopik [paling sering], tiroid atau organ akhir tidak berespons terhadap hormon; dishormonogenesis familial; pajanan maternal terhadap radioiodin, prophylthiouracil (PTU) atau methimazole selama kehamilan; defek pada glandula pituitari; dan defisiensi TBG.
disgenesis tiroid (absen, hipoplastik, atau ektopik [paling sering], tiroid atau organ akhir tidak berespons terhadap hormon; dishormonogenesis familial; pajanan maternal terhadap radioiodin, prophylthiouracil (PTU) atau methimazole selama kehamilan; defek pada glandula pituitari; dan defisiensi TBG.
-
Manifestasi Klinis
§ Biasanya gejala tak terlihat, kecuali bayi sakit sangat berat.
§ Fontanel terbuka lebar; berat badan lahir besar (>4 kg) atau gestasi
lebih dari 42 n;inggu.
§ Hipotermia; hipotonia; letargi.
§ Susah makan, distensi abdomen, dan ikterus yang berlangsung lebih dari
3 hari.
§ Goiter
§ Tanda Akhir : kulit kering, makroglosia, rambut kasar, kelopak mata
bengkak, menangis parau, miksedema, dun konstipasi
-
Pemeriksaan Diagnostik
§ Biasanya terdiagnosis dengan penapisan bayi baru lahir: T4 rendah (Ian
"fSH tinggi; jaaang T4 rendah dan TSH rendah; T4 rendah dan TSH normal
dapat dilihat pada tiroid ektopik atau hipoplastik
§ Fungsi tiroid meningkat pada periode baru lahir : periksa T4. T4 bebas,
TSH,T3, dan TBG; Scull tyroid.
-
Penanganan
§ Konsultasi endokrinologis.
§ Levotiroksin harus diberikan segera mungkin dan diteruskan seumur
hidup; dosis disesuaikan sesuai kadar T4 dan TSH dan harus sering dipantau.
§ Defisiensi TBG tidak ada pengobatannya
§ Hasil Akhir : progmosis perkembangan mental bergantung pada awitan
terapi; anak yang penanganannya dimulai pada usia 1 bulan mempunyai prognosis
yang baik mengenai perkembangan mentalnya.
Ø Kondisi Transien
-
Sindrom sakit eutiroid terjadi
pada penyakit akut dan kronis. Datang dengan T4 rendah, T3 sangat rendah,
peningkatan cadangan T3, dan kadar TSH normal. Biasanya tak diperlukan
penanganan.
-
Hipotiroidisme primer transien
jarang; terjadi lebih sering di Eropa daripada Amerika Serikat. Datang dengan
T4 rendah dan TSH tinggi. Pemberian sementara iodin direkomendasikan
-
Hipotiroksinemia transient, umum
terjadi pada bayi prematur.
§ Etiologi : diduga sebagai imaturitas aksis H-P-T, Iodin rendah/tinggi,
dan faktor lain yang berhubungan dengan imaturitas. Biasanya, pada usia 4
sampai 6 minggu T4 akan cenderung ke arah normal.
§ Temuan Laboratorium : T4 rendah dan TSH normal.
§ Intervensi : dianggap tak ada pengobatan yang direkomendasikan saat ini
tetapi pemeriksaan masih terus dijalankan. Bila etiologi tidak jelas (yaitu
transien vs kongenital), pantau kadar tiroid dan pertimbangkan risiko/manfaat
memulai Levotiroksin.
§ Hasil Akhir : bayi prematur dengan T4 rendah berisiko mengalami IVH,
peningkatan mortalitas, skor rendah pada has~l akhir perkembangan neurologis,
dan paralisis serebral.
-
Hipertiroidisme
§ Etiologi : jarang pada neonatus; biasanya lahir dari ibu dengan
penyakit Grave atau lahir dari ibu dengan tiroiditis Hashimoto.
§ Manifestasi Klinis (awitan gejala biasanya pada usia 2 minggu pertama)
: iritabilitas, tremor, dan hiperaktivitas, hipertermia, berkeringat, serta
kemerah-merahan; muntah dan diare, GJK, takikardia, dan hipertensi;
hepatosplenomegali dan ikterus; serta eksoftalmos, melotot, dan retraksi
kelopak mata.
§ Pemeriksaan Diagnostik: T4 total dan bebas meningkat; TSH rendah; kadar
antibodi dapat diukur.
§ lntervensi : pertahankan kepatenan jalan napas (tiroid dapat menekan
trakea), gunakan penghambat (3-adrenergik atau digoksin, pertahankan curah
jantung; sedatif; agens untvk menekan fungsi tiroid (10% larutan kalium iodida
atau iodin Lugol), dan pantau fungsi tiroid.
§ Hasil Akhir : kebanyakan kasus sembuh dalam 9 bulan mengalami
pertumbuhan tulang cepat dan kraniosinostosis prematur.
k. Gangguan Glandula Pituitari
v Fungsi : Hipotalamus mengatur hipotisis anterior dengan mensekrcsi
stimulating hormone dan inhibiting hormone; hipofisis anterior mensekresi
honnon perhlmbuhan, TSH, ACTH, prolaktin (PR), Icrteini=ing hormone (LH), dan
follicle-.stimulating hormone (FSH); 1lipofisis posterior mensekresi vasopresin
dan oksitosin.
v Gangguan hipofisis anterior
-
Etiologi : Malformasi (mungkin
berhubungan dengan celah bibir dan palahim, atrofi nervus optikus, displasia
septooptik, ensefalokcl transfenoidal, holoprosensefali, dan anensefali);
trauma; infeksi kongenital: tumor; defisiensi hormon pituitari familial atau
idiopatik terscndiri atau kombinasi; serta panhipopihiitarisme familial resesif
terkait-X atau autosom resesif.
-
Manifestasi Klinis : kecurigaan
pada defek garis tengah; mungkin tidak jelas dalam periode neonatal; gejala
paling sering adalah hipogltkemia, mikropenis, dan iktems kolestaisis
-
Pemeriksaan Diagnostik :
pencitraan otak; pemeriksaan talmologis; kadar hormon (ACTH, tiroid, dan hormon
pertunnbuhan); serta stemulasi ACTH dan uji hormon pertumbuhan.
-
Penanganan
§ Konsultasi endokrinologis.
§ Penanganan bergantung pada beratnya gejala.
§ Mungkin memerlukan hormon pertumbuhan, penggantian glukokortikoid,
human chorionic gonadotropin (HCG), testosteron, dan tiroksin.
§ Hasil Akhir : bergantung pada etiologi; pemberian HCG dan/atau
testosteron dapat meningkatkan pertumbuhan penis
v Gangguan Glandula Pituitari Posterior
Ø Diabetes Insipidus (DI)
§ Etiologi : penyebab primer (autosom dominan, terkait-X, dan idiopatik);
penyebab sekunder (sekuens malformasi, trauma kelahiran, hemoragi
periventrikular, dan infeksi).
§ Manifestasi Klinis : kemungkinan memiliki riwayat polihidramnion;
mungkin datang dengan gagal tumbuh, iritabilitas, demam, muntah, berat badan
turun, dan hipernatremia; curigai selalu pada bayi yang simtomatik, tampak
kakeksia, dan hipernatremik; haluaran urine terus-menenus lebih dari 60% asupan
cairan dan/atau sekali kencing lebih dari 6 mL/kg/jam.
§ Pemeriksaan Diagmostik
-
Elektrolit urine, berat jenis,
dan osmolaritas.
-
Elektrolit dan osmolaritas serum.
-
Diagnosis : urine yang sangat
encer sementara serum hiperosmolar dan haluaran urine yang tepat setelah
pemberian vasopresin.
§ Intervensi
-
Tangani syok dengan resusitasi
cairan; berikan beberapa kali rumatan air bebas.
-
Dehidrasi berat: berikan
vasopresin aqueous karena kerjanya pendek.
-
Pengobatan jangka panjang:
berikan analog vasopresin kerja lama.
-
Hindari pergeseran cepat natrium
serum sekunder akibat kelebihan asupan atau haluaran pertimbangkan formula
dengan pengenceram sepertiga untuk menyediakan air bebas sementara
mempertahankan kandungan kalori untuk pertumbuhan.
-
Pertimbangkan formula dengan
pengenceran sepertiga untuk menyediakan air bebas sementara mempertahankn
kandungan kalori untuk pertumbuhan.
-
Pantau elektrolit serum dan curah
urine ketat.
Ø Sindrom Sekresi Hormon Antidinretik Tak Tepat (SIADH)
§ Etiologi: kadar ADH meningkat pada bayi prematur; neonahis sakit
(asliksia kelahiran, pneumotoraks, enntisema interstisial paru, ventilasi
artifisial, hemoragi, pcmbedahan, nyeri, dan hemoragi periventrikular).
§ Manifestasi klinis: riwayat sakit atau prematur; haluaran urine rendah
dengan berat jenis tinggi; mungkin edema, berat bertambah, takikardia,
peningkatan tekanan nadi, dan peningkatan usaha bernapas.
§ Pemeriksaan diagnostik
-
Natrium urine, berat jenfs, dan
osmolaritas: natrivm urine bisa >20-30 mhq/L; osmolaritas urine >
osmolaritas serum.
-
Elektl-olit dan osmolaritas
serum: natrium serum (rendah); csmolaritas serum < osmolaritas urine.
-
Haluaran urine rendah. natrium
dan osniohii-flaa urine tinggi sementara natrium serum renclah dan osmolaritas
serum rendah.
-
Pengobatan: restriksi cairan
(40-CO mL/kg/hari); pamtau natrium dan osmolaritas serum, natrium dan
osmalaTitas urine, haluaran urine-, tentukan penyebab SIADH
l.
Gangguan Glandula Suprarenalis
(kelenjar adrenal)
v Fungsi: glandula suprarenalis terletak di atas, belakang, dan medial
terhadap ginjal. Ada dua kelenjar tepisah: medula ad-renal mensekresi epinefrin
dan norepinefrin sebagai respons stimulasi simpatis. Gangguan ini jarang
ditemukan pada periode neonatal; korteks adrenal mensekresi glukokortikoid
(kortisol atau hidrokortison), mineralokortikoid (aldosteron dan
desoksikortikosteron), dan hormon androgenik melalui umpan balik negatif dari aksis
hipotalamus-hipofisis.
v Hiperplasia adrenal kongenital (congenital adrenal hyperplasia, CAH)
Ø Etiologi
-
Defek diturunkan pada enzim
sintesis kortisol: defisie isi 21-Hidroksilase (paling sering); defisiensi
11-β-hidroksilase; defisiensi 17-hidroksilase; defisiensi 3-β hidroksisteroid
dehidrogenase; dan defisiensi 20,22-desmolase.
-
Gangguan sekresi kortisol yang
berakibat hipersekresi ACTH dan hiperplasia korteks adrenal sehingga
menyebabkan kelebihan produksi androgen adrenal.
Ø Manifestasi klinis:
-
Bergantung pada tempat dan
beratnya blok enzim simple virilizing formn (kehilangan garam ringan;
insufisiensi adrenal terjadi hanya ketika stres); bentuk kehilangun garam
(biasanya mengakibatkan krisis adrenal selania periode neonatal).\
-
Curigai CAH pada tiap anak dengan
ambigus genitalia (termasuk kriptorkidismus bilateral tersendiri), bayi baru
lahir yang datang dengan syok dan dehidrasi, atau pria/wanita dengan tanda
maskulinisasi tak tepat.
-
Gejala krisis adrenal biasanya
terjadi dalam 5 sampai 30 hari kehidupan dan meliputi muntah, susah makan,
dehidrasi, gagal tumbuh, hiponatremia, hiperkalemia, hipoglikemia, dan
asidosis.
-
Hipertensi bisa terjadi pada
defisiensi 11-hidroksilase dan defek 17 a-hidroksilase.
Ø Pemeriksaan Diagnostik
-
Penapisan bayi baru lahir
(beberapa negara bagian dan negara mengukur 17-OH progesteron).
-
Pemeriksaan fisik
§ Wanita mungkin memiliki sinus urogenital, skrotalisasi labia mayora,
f-usi labia, klitoromegali, atau pembentukan pcnis uretra. Hal-aal di atas
mungkin terlihnt normal dulam beberapa bentuk CAH.
§ Ini mungkin terlihat undernirilized, hipospadin, atau penampilan
normal.
§ Hiperpigmentasi. terutama lipatan ekstensor dan genitalia
-
Pemeriksaan
§ Kromosom.
§ Elektrolit serum (hiponatremia dan peningkatan kalium mengarah pada
detisiensi mineralotortikoid); glukosa serum.
§ Enzim spesifik: 17 hidroksiprogesteron, 17-OH pregnenolon;
11-hidroksilase; 3 β-hidroksistveroid dehidrogenase; dehidroepiandrosteron
(DHEA): dan androstenedion.
§ Kadar ACTH dan renin.
§ Utrasonografi adrenal dan pelvis.
-
Intervensi
§ Resusitasi cairan dengan 20 mL/kg salin normal. dimulai dengan
pemberian IV dua kali volume rumatan dan menggunakan DSW/0,9NSS.
§ Periksa enzim spesitik (lihat di atas) sebelum memberikan ACTH, berikan
uji stimulasi ACTH: ulan;i kadar ACTH dan enzim spesifik lainnya serta
kortisol; bila AC1'1-I meningkat setelah dilakukan uji. berikan hidrokortison.
§ Memerlukan penggantian jangka panjang kortisol (hidrokortison` dan
mineralokartikoid (9 a-fludrokortison).
§ Konsultasikan sclalu ke endokrinologis pediatrik dan pertin bangkan
pemindahan ke institusi yang menspesialiswikan diri di hidang endokrinologi
serta menyediakan layanan medis, bedah, dan dukungan psikologis yang
diperlukan.
-
Hasil Akhir
Memerlukan kortisol ekstra selama stres; pantau pertumbuhan tulang;
untuk maskulinisasi wanita, pendekatan tim diperlukan untuk menentukan
kebutuhan masing-masing individu dan penentuan waktu pembedahan konstruksi.
v Insufisiensi Arenal
Ø Etiologi: hemoragi adrenal; insufisiepsi adrenal transien atau
iatrogenik; hipoplasia adrenal kongenital; defisiensi aldosteron saja;
pseudohipoaldosteronisme; tahanan ACTH adrenal kongenital; adrenoleukodistrofi
neonatal; defisiensi kinase gliserol infantil.
Ø Manifestasi klinis
-
Hipoplasia kongenital datang
sebagai neonatus dengan hipoglikemia berat, sukar makan, dan gagal
tumbuh.
-
Insufisiensi transien bisa
terlihat sebagai hiponatremia, hiperkalemia, poliuria, dehidrasi, dan gagal
tumbuh.
-
Pemeriksaan diagnostik
§ Elektrolit serum; glukosa serum; kadar kortisol serum dan urine.
§ Kadar ACTH dan renin; uji stimulasi ACTH.
§ Ultrasonografi adrenal.
-
Intervensi: perawatan suportif;
mungkin perlu mempertimbangkan pengobatan jangka pendek dengan glukokortikoid
bila transien. Hipoplasia kongenital memerlukan penggantian kortisol selama
hidup.
-
Hasil Akhir: insufisiensi
transien tidak memerlukan terapi penggantian sepanjang hidup; hasil akhir
penyebab lain bergantung pada etiologi.
v Hemoragi Adrenal
Ø Etiologi: biasanya karena trauma mekanis selama proses kelahiran.
Ø Manifestasi klinis
-
Bisa asimtomatik.
-
Biasanya datang dengan pucat,
apnea, hipotermia dengan penurunan hematokrit (Hct), dan ikterus. Bisa datang
dengan syok hipovolemik bila cukup berat.
-
Massa latus (biasanya sisi
kanan).
-
Tanda insufisiensi adrenal tidak
selalu ada, kecuali terdapat perdarahan bilateral dengan kerusakan jaringan
adrenokortikal 90%
Ø Pemeriksaan diagnostik: ultrasonogl-ati adrenal.
Ø Intervensi :
-
Tak ada intervensi bila tak
bergejala; tangani syok dengan penggantian volume.
-
Penggantian steroid
direkomendasikan bila terdapat hcmoragi bilateral dan gejala insutisiensi
adrenal.
-
Uji stimulasi ACTH dilakukan
setelah fase akut.
Ø Hasil Akhir : pembentukan kalsitikasi; fungsi adrenal umumnya membaik.
3.1 Definisi
Penyakit Keturunan
Penyakit merupakan keadaan tidak normal pada tubuh dan pemikiran manusia yang menyebabkan
ketidakseimbangan, tidak berfungsinya bagian tubuh atau pikiran manusia
sebagaimana mestinya yang pada akhirnya dapat menimbulkan perasaan tertekan
pada penderita baik dapat dirasakan secara cepat, langsung maupun lama
dirasakan atau tak langsung dengan kata lain penyakit dapat didefenisikan
terjadinya penyimpangan fungsi, keadaan dari suatu sel, jaringan, organ maupun
sistem organ yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup dimana penyimpangan fungsi
ini dapat menimbulkan kerusakan pada sel atau sel lainnya dari makhluk hidup
itu sendiri. Dimana kerusakan ini ada yang ringan, cukup berat malah dapat
menimbulkan kerusakan fatal dan kematian bagi makhluk hidup itu sendiri.
Penyakitketurunanadalahsuatupenyakitkelainangenetik yang
diwariskandariorangtuakepadaanaknya secara genetis.Namunadaorangtua yang
hanyabertindaksebagaipembawasifat (carrier)
sajadanpenyakitinibarumunculsetelahdipicuolehlingkungandangayahidupnya.
adabeberapapenyakitketurunan yang
sangatseriuskarenabisaditurunkanpadagenerasiberikutnya. Orangtua yang memiliki
gen penyakitturunan, sebaiknyasegeramemeriksakananaknya.
Penyakit keturunan/
diwariskan ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Penyakit keturunan/ kelainan muncul
semenjak lahir yang semata-mata karena faktor genetis. Kelaianan cacat yang
disebabkan oleh faktor genetis, menimbulkan gangguan fungsional dan memerlukan
tindakan rehabilitasi. Patokan
bagi kelainan cacat bawaan adalah: bila terdapat cacat bawaan multipel, berat
badan lahir rendah, keterlambatan pertumbuhan dalam kandungan, kepala kecil
(mikrosefal), kelainan rajah tangan, dan retardasi mental.
2. Penyakit keturunan/ Kelainan yang
muncul dapat setelah dewasa yang dipengaruhi oleh faktor genetis didukung oleh
faktor lingkungan.
Faktor genetik atau
faktor yang menyebabkan cacat pada bahan keturunan digolongkan menjadi 3,
yaitu:
1. Gangguan kromosom. Artinya Jumlah dan
atau bentuk kromosom yan abnormal yang dapat dilihat dengan mikroskop cahaya.
Kelaianan ini merupakan mutasi spontan.
2. Gangguan gen tunggal ( yang diwariskan
secara hukum mendel), menunjukkan pada tiga pola; penurunan secara otosomal
dominan dan resesif ( kelaianannya pada Autosom bukan pada kromosom penanda
kelamin).
3.2 Macam – Macam Penyakit Keturunan
§ Alergi
Salah satu penyebab alergi adalah faktor keturunan. Orang tua yang menderita penyakit alergi, kemungkinan besar alergi tersebut akan diturunkan pada anaknya. Alergi bisa menimbulkan bermacam-macam reaksi, bahkan beberapa di antaranya bisa mengancam hidup anak Anda.Penyakit Alergi dipicu oleh alergen yang bisa berupa alergen hirup (tungau debu), makanan, dan alergen suntik (gigitan serangga atau suntikan). Umumnya, gejala yang muncul ketika seseorang terkena alergi adalah bersin terus-menerus, batuk-batuk, kulit memerah atau gatal-gatal, dan sebagainya.
Salah satu penyebab alergi adalah faktor keturunan. Orang tua yang menderita penyakit alergi, kemungkinan besar alergi tersebut akan diturunkan pada anaknya. Alergi bisa menimbulkan bermacam-macam reaksi, bahkan beberapa di antaranya bisa mengancam hidup anak Anda.Penyakit Alergi dipicu oleh alergen yang bisa berupa alergen hirup (tungau debu), makanan, dan alergen suntik (gigitan serangga atau suntikan). Umumnya, gejala yang muncul ketika seseorang terkena alergi adalah bersin terus-menerus, batuk-batuk, kulit memerah atau gatal-gatal, dan sebagainya.
§ Obesitas / Kegemukan
Obesitas atau kegemukan
terjadi ketika ada penimbunan lemak pada tubuh seseorang secara berlebihan.
Orang yang menderita obesitas biasanya sulit mengendalikan nafsu makannya.
Salah satu penyebabnya adalah faktor gen atau keturunan. Gen menurun tersebut
menyebabkan fungsi penahan nafsu makan tidak bekerja dengan baik.
§ Buta Warna
Buta warna dapat diartikan
sebagai keabnormalan yang terjadi pada indra penglihatan seseorang karena
sel-sel kerucut mata telah rusak sehingga tidak mampu menangkap suatu spektrum
warna tertentu. Ketidakmampuan sel-sel ini bekerja diakibatkan oleh faktor
genetik yang berasal dari orangtua penderita.
§ Asma
Asma adalah Penyakit Genetik pada manusia yang berupa menyempitnya saluran pernafasan. Asma bisa timbul bila dipicu oleh adanya suatu alergen disekitarnya. Selain itu sekitar 30 persen penyakit asma disebabkan oleh turunan dari orangtuanya. Namun pada beberapa orang yang asmanya terkontrol dengan baik, bisa hilang saat menjelang dewasa.Salah satu cara untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut menurun ke generasi berikutnya adalah dengan melakukan pemeriksaan lengkap sebelum menikah. Karena dari pemeriksaan ini akan diketahui apakah keduanya memiliki gen penyakit yang diturunkan ke anaknya kelak atau tidak sehingga bisa lebih siap menghadapinya.Meski asma tergolong dalam penyakit turunan, namun penelitian yang dilakukan di Indonesia menyatakan bahwa hanya 30% penderita asma yang keluarganya menderita asma. Selain itu, diduga bahwa faktor ibu lebih banyak menurunkan asma kepada anaknya dibanding faktor ayah.
Asma adalah Penyakit Genetik pada manusia yang berupa menyempitnya saluran pernafasan. Asma bisa timbul bila dipicu oleh adanya suatu alergen disekitarnya. Selain itu sekitar 30 persen penyakit asma disebabkan oleh turunan dari orangtuanya. Namun pada beberapa orang yang asmanya terkontrol dengan baik, bisa hilang saat menjelang dewasa.Salah satu cara untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut menurun ke generasi berikutnya adalah dengan melakukan pemeriksaan lengkap sebelum menikah. Karena dari pemeriksaan ini akan diketahui apakah keduanya memiliki gen penyakit yang diturunkan ke anaknya kelak atau tidak sehingga bisa lebih siap menghadapinya.Meski asma tergolong dalam penyakit turunan, namun penelitian yang dilakukan di Indonesia menyatakan bahwa hanya 30% penderita asma yang keluarganya menderita asma. Selain itu, diduga bahwa faktor ibu lebih banyak menurunkan asma kepada anaknya dibanding faktor ayah.
§ Penyakit Albino
Penyakit Albino sering
ditandai dengan tampak kulit, rambut putih yang tidak wajar. Hal ini disebabkan
hilangnya pigmen atau melanin pada rambut, mata, dan kulit penderita. Pigmen
sendiri adalah zat warna yang dimiliki oleh manusia, hewan, dan
tumbuhan.Penyakit albino diturunkan dari gen orang tua kepada anaknya. Pada
umumnya, penderita albino lahir dari orangtua yang punya gangguan dalam hal
produksi melaninnya. Orang yang memiliki gen albino, tubuhnya tidak dapat
memproduksi pigmen melanin. Namun, apabila gen yang diturunkan orangtua hanya
sebagai pembawa sifat, anaknya tidak akan memiliki memiliki gen albino.
§ Kanker Payudara
Inilah penyakit yang paling
ditakuti kaum perempuan. Namun, kanker payudara juga bisa mengancam kaum
laki-laki. Kanker ini menyerang jaringan payudara. Gejala yang biasa dialami
oleh penderita kanker ganas ini umumnya kulit pada payudara atau puting
berwarna kemerahan, bersisik, atau menebal. Selain
itu, keluar cairan/carah dari puting selain ASI. Yang paling kentara adalah
adanya benjolan atau bengkak di sekitar payudara. Jika Anda mengalami gejala
demikian, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter. Dikatakan sebagai kanker payudara
apabila terdapat perubahan/mutasi tertentu pada DNA sel payudara. Penyebab
munculnya kanker payudara ini belum dapat dipastikan. Namun ada beberapa faktor
yang diduga berperan dalam timbulnya kanker payudara, salah satunya adalah
faktor genetik.
§ Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi atau
hipertensi adalah penyakit keturunan pada manusia dimana penyakit ini karena
meningkatnya tekanan darah di atas normal. Penyakit turunan ini sering tidak
disadari karena tidak adanya gejala apa pun.Untuk mengetahui penyakit ini,
dilakukan pengukuran tekanan darah. Jika tidak segera diobati, penyakit ini
akan meningkatkan risiko terkena stroke atau serangan jantung.Menurut para
ahli, penyakit ini berisiko diturunkan. Jika salah satu orangtua memiliki
tekanan darah tinggi, anaknya pun berisiko terhadap penyakit hipertensi. Rasio
tekena penyakit hipertensi ini sekitar 15 % atau bisa juga lebih.
§ Kolestrol Tinggi
Salah satu dari sekian
macam-macam penyakit keturunan adalah kolesterol tinggi. Dalam sebuah keluarga,
terkadang ada anggota keluarga yang memiliki kadar koleterol tinggi. Keadaan
seperti ini dalam ilmu kedokteran disebut Familial
Hypercholesterolaemenia. Keadaan ini diakibatkan perubahan gen ketika lemak
tidak mengalami metabolisme yang baik dalam darah sehingga menumpuk di arteri.Familial
Hypercholesterolaemenia (FH)
merupakan satu contoh dari sifat genetik yang dominan. Maksudnya, seseorang
membutuhkan hanya satu gen abnormal untuk memiliki kondisi tersebut. Penyakit
ini memiliki risiko diturunkan. Jika salah satu dari orangtua mengidap
kolesterol tinggi, anaknya akan berisiko 50% terjangkit penyakit tersebut.
§ Hipotiroid
Salah satu dari macam-macam penyakit keturunan adalah hipotiroid. Penyakit hipotiroid terjadi ketika tubuh tidak menghasilkan cukup hormon tiroksin. Gejala yang muncul dari penyakit ini antara lain sering kelelahan dan mengalami penurunan berat badan. Penyakit ini lebih rentan terjadi pada perempuan.Menurut para ahli, penyakit ini memiliki risiko diturunkan. Jika memiliki saudara atau ibu dengan tiroid yang kurang aktif, maka akan lebih berisiko 20 kali lebih besar untuk terkena penyakit ini.
Salah satu dari macam-macam penyakit keturunan adalah hipotiroid. Penyakit hipotiroid terjadi ketika tubuh tidak menghasilkan cukup hormon tiroksin. Gejala yang muncul dari penyakit ini antara lain sering kelelahan dan mengalami penurunan berat badan. Penyakit ini lebih rentan terjadi pada perempuan.Menurut para ahli, penyakit ini memiliki risiko diturunkan. Jika memiliki saudara atau ibu dengan tiroid yang kurang aktif, maka akan lebih berisiko 20 kali lebih besar untuk terkena penyakit ini.
§ Gangguan Bipolar
Salah stub dari macam-macam
penyakit keturunan adalah gangguan biopolar. Penyakit gangguan biopolar adalah
suatu kondisi yang mengakibatkan depresi yang dipicu karena stress. Penyakit
ini diduga diakibatkan karena ketidakseimbangan zat kimia di otak atau bisa
juga karena pengaruh genetik.Penyakit gangguan biopolar berisiko diturunkan.
Jika salah satu orangtua memiliki penyakit ini, maka risiko turunnya penyakit
ini kepada anaknya sebesar 15%.
§ Diabetes
Salah satu dari macam-macam penyakit keturunan adalah diabetes. Penyakit ini memiliki risiko yang tinggi diturunkan jika dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang mengidap penyakit diabetes. Jika salah satu orangtua mengidap diabetes, risiko penyakit tersebut diturunkan sebesar 15 %.Namun, risiko lebih besar terjadi jika kedua orangtua mengidap penyakit diabetes, jika kedua orangtua mengidap penyakit diabetes, risiko turunnya penyakit tersebut sebesar 70 %. Namun, harus diperhatikan juga bahwa faktor lain seperti kegemukan, malas berolahraga, dan pola makan yang tidak sehat akan meningkatkan risiko diabetes.
Salah satu dari macam-macam penyakit keturunan adalah diabetes. Penyakit ini memiliki risiko yang tinggi diturunkan jika dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang mengidap penyakit diabetes. Jika salah satu orangtua mengidap diabetes, risiko penyakit tersebut diturunkan sebesar 15 %.Namun, risiko lebih besar terjadi jika kedua orangtua mengidap penyakit diabetes, jika kedua orangtua mengidap penyakit diabetes, risiko turunnya penyakit tersebut sebesar 70 %. Namun, harus diperhatikan juga bahwa faktor lain seperti kegemukan, malas berolahraga, dan pola makan yang tidak sehat akan meningkatkan risiko diabetes.
§ Osteoarthiritis
Osteoarthiritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan keuasn sendi. Penyakit Osteoarthiritis ini pun merupakan salah satu keluarga besar penyakit arthritis yang paling sering terjadi. Penyakit ini mepengaruhi sekitar 80% orang pada suatu waktu dalam kehidupan mereka.Banyak orang yang menganggap bahwa penyakit Osteoarthiritis ini merupakan penyakit keturunan. Namun menurut ahlinya, penyakit ini dalan sekali diwariskan. Biasanya, penyakit ini terjadi akibat keausan pada sendi.
Osteoarthiritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan keuasn sendi. Penyakit Osteoarthiritis ini pun merupakan salah satu keluarga besar penyakit arthritis yang paling sering terjadi. Penyakit ini mepengaruhi sekitar 80% orang pada suatu waktu dalam kehidupan mereka.Banyak orang yang menganggap bahwa penyakit Osteoarthiritis ini merupakan penyakit keturunan. Namun menurut ahlinya, penyakit ini dalan sekali diwariskan. Biasanya, penyakit ini terjadi akibat keausan pada sendi.
§ Parkinson
Gejala penyakit parkinson tidak banyak diketahui. Pada banyak kasus yang terjadi, awal dari penyakit parkinson ini diawali dengan gemetar pada bagian tangan ketika sedang beristirahat. Panyakit ini memiliki kecenderungan diturunkan meskipun faktor genetik tidak memegang peranan utama.Menurut para ahli, penyakit parkinson ini berisiko diturunkan. Jika memiliki orangtua, saudara, atau kerabat dekat dengan gangguan dengan gangguan parkinson, maka dua kali lipat lebih mungkin mengalami penyakit yang sama.
Gejala penyakit parkinson tidak banyak diketahui. Pada banyak kasus yang terjadi, awal dari penyakit parkinson ini diawali dengan gemetar pada bagian tangan ketika sedang beristirahat. Panyakit ini memiliki kecenderungan diturunkan meskipun faktor genetik tidak memegang peranan utama.Menurut para ahli, penyakit parkinson ini berisiko diturunkan. Jika memiliki orangtua, saudara, atau kerabat dekat dengan gangguan dengan gangguan parkinson, maka dua kali lipat lebih mungkin mengalami penyakit yang sama.
A. Kesimpulan
Kelainan
kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi telur. Hal ini menunjukkan bahwa kelainan kongenital
terjadi pada awal konsepsi. Hal ini terjadi karena faktor lingkungan dan
genetic atau kedua faktor secara bersamaan. Jadi kelainan kongenital dapat
diantisipasi pada saat ibu sebelum dan ketika hamil dengan cara makan-makanan
yang bergizi, menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete