Thursday 24 April 2014

IC (Injeksi Intracutan)



KELOMPOK 1
KDM – INJEKSI INTRAKUTAN



Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia II semester dua tahun akademik 2013/2014

Disusun Oleh :

1. Abdul Ghofur                                 7.   Maulida Safutri
2. Arif Allama                                     8.   Novi Dewi Fatmaningsih
3. Dewi Aisyah                                    9.   Ratna Faradilla
4. Fina Wijayanti                                10. Siti Nurrohmah Widhawati
5. Ike Kusuma Rimbani                     11. U’un Prapmaneta
6. Kiki Suryaningsih


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN AKADEMIK 2013 / 2014
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, tufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas Kebutuhan Dasar Manusia II.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan sumbangan pemikiran dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada:
1.      H. Sri Mawar, SST selaku dosen Kebutuhan Dasar Manusia II yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
2.      Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca selalu kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan makalah yang sederhana ini ada manfaatnya khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca. Amin.

                                                                                     Pekalongan, 20 Maret 2014
                                                                                    
                                                                                    
                                                                                    
                                                                                     Penulis








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................     ii
DAFTAR ISI...................................................................................................     iii
BAB I    PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang............................................................................ .... 1
1.2     Rumusan Masalah....................................................................... .... 1
1.3     Tujuan Penulisan......................................................................... .... 1
1.4     Manfaat Penulisan .....................................................................      2
BAB II  LANDASAN TEORI
2.1     Definisi Injeksi IC...................................................................... .... 3
2.2     Tujuan Injeksi IC........................................................................ .... 3
2.3     Indikasi Injeksi IC...................................................................... .... 3
2.4     Kontraindikasi Injeksi IC........................................................... .... 4
2.5     Keuntungan Injeksi IC............................................................... .... 4
2.6     Kerugian Injeksi IC.................................................................... .... 4
2.7   Prinsip ........................................................................................ .... 4
2.8   Lokasi Yang Digunakan Untuk Penyuntikan ........................... .... 5
2.9   Hal – hal Yang Perlu Dilakukan Dalam Melakukan Injeksi ...... .... 5
2.10 Hal – hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Injeksi ...... 6
2.11 Pemberian Obat Yang Aman .................................................... .... 6
BAB III PROSEDUR INJEKSI IC
3.1   Persiapan Alat ................................................................................ 7
3.2   Persiapan Pasien ............................................................................. 7
3.3   Persiapan Lingkungan .................................................................... 7
3.4   Tindaan .......................................................................................... 8
3.5   Dokumentasi .................................................................................. 11
3.6   Hasil Test ....................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP
4.1     Kesimpulan ..................................................................................... 14
4.2    Saran .............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................      iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Salah satu bentuk sediaan steril adalah injeksi. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan alat suntik.
Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang diinjeksikan atau disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam kompartemen tubuh yang paling dalam. Sediaan parenteral memasuki pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu kulit dan membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari kontaminasi mikroba dan bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki kemurnian yang dapat diterima.

1.2      Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan injeksi ic ?
2.      Apa tujuan injeksi ic ?
3.      Apa indikasi injeksi ic ?
4.      Apa kontraindikasi injeksi ic ?
5.      Apa keuntungan injeksi ic ?
6.      Apa kerugian injeksi ic ?
7.      Bagaimana prosedur pemberian ic ?
1.3      Tujuan Penulisan
A.    Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran tentang injeksi ic.
B.     Tujuan Khusus
1.      Untuk menjelaskan definisi injeksi ic.
2.      Untuk menjelaskan tujuan injeksi ic.
3.      Untuk menjelaskan indikasi injeksi ic.
4.      Untuk menjelaskan kontraindikasi ic.
5.      Untuk menjelaskan keuntungan injeksi ic.
6.      Untuk menjelaskan kerugian injeksi ic.
7.      Untuk menjelaskan prosedur injeksi ic.
1.4      Manfaat Penulisan
A.  Manfaat Teoritis
Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang injeksi intracutan.
B.  Manfaat Praktis
1.      Menambah pengetahuan mahasiswa dan masyarakat tentang definisi injeksi ic.
2.      Menambah pengetahuan mahasiswa dan masyarakat tentang tujuan injeksi ic.
3.      Menambah pengetahuan mahasiswa dan masyarakat tentang indikasi injeksi ic.
4.      Menambah pengetahuan mahasiswa dan masyarakat tentang kontraindikasi injeksi ic.
5.      Menambah pengetahuan mahasiswa dan masyarakat tentang keuntungan injeksi ic.
6.      Menambah pengetahuan mahasiswa dan masyarakat tentang kerugian injeksi ic.
7.      Menambah pengetahuan mahasiswa dan masyarakat tentang prosedur injeksi ic.









BAB II
LANDASAN TEORI

2.1    Definisi Injeksi IC   
Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra dermis. Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil, makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan. Karena absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme.
Injeksi intrakutan dimasukkan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah startum korneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air, volume yang disuntikkan sedikit (0,1 - 0,2 ml). Digunakan untuk tujuan diagnosa.

2.2     Tujuan Injeksi IC
1.      Pasien mendapatkan pengobatan  sesuai program pengobatan dokter.
2.      Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
3.      Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
4.      Menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan skin test).
5.      Digunakan untuk test tuberkulin atau tes alergi terhadap obat-obatan tertentu.
6.      Pemberian vaksinasi.

2.3      Indikasi Injeksi IC
1.      Pasien yang membutuhkan tes alergi (mantoux tes).
2.      Pasien yang akan melakukan vaksinasi.
3.      Menegakkan diagnosa penyakit.
4.      Sebelum memasukkan obat.

2.4     Kontraindikasi Injeksi IC
1.      Pasien yang mengalami infeksi pada kulit.
2.      Pasien dengan kulit terluka.
3.      Pasien yang sudah dilakukan skin tes.

2.5     Keuntungan Injeksi IC
1.      Suplai darah sedikit, sehingga absorbsi lambat.
2.      Bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu.
3.      Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.

2.6     Kerugian Injeksi IC
1.      Apabila obat sudah disuntikkan, maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi. Ini berarti, pemusnahan untuk obat yang mempunyai efek tidak baik atau toksik maupun kelebihan dosis karena ketidakhati-hatian akan sukar dilakukan.
2.      Tuntutan sterilitas sangat ketat.
3.      Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi.
4.      Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan.

2.7    Prinsip
1.      Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian keterangan tentang obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi obat pada pasien, benar  tentang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat.
2.      Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari saat penyuntikan obat.
3.      Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
4.      Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada penolakan pada suatu jenis obat,  maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya  dengan dokter yang menangani pasien, bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien maupun keluarga yang bertanggung jawab menandatangani surat penolakan untuk  pembuktian penolakan terapi.
5.      Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik, dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.
6.      Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc dalam  spuit, untuk langsung disuntikan pada pasien.

2.8   Lokasi yang Digunakan untuk Penyuntikan :

a.       Lengan bawah bagian dalam
b.      Dada bagian atas
c.       Punggung pada area scapula

2.9   Hal – hal yang Perlu Dilakukan Dalam Melakukan Injeksi
Pemberian obat secara injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita harus memperhatikan beberapa hal berikut ini :
a.       Jenis spuit dan jarum yang digunakan
b.      Jenis dan dosis obat yang diinjeksikan
c.       Tempat injeksi
d.      Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi
e.       Kondisi/penyakit klien

2.10  Hal – hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Injeksi
1.      Injeksi ke otot yang tegang,dapat menimbulkan rasa sakit.
2.      Visualisasi yang baik membantu penentuan lokasi injeksi yang tepat. Penentuan lokasi yang benar menghindari kerusakan jaringan otot.
3.      Udara dalam tabung akan mendorong obat keluar dari jarum suntik dan membantu memeperangkap obat dalam jaringan otot.
4.      Pathogen dalam kulit bisa terdorongjarum suntik masuk jaringan.
5.      Jika diatur secara vertikal, posisi alat dorong suntik bisa bergeser, sehinnga sebagian obat akan tumpah.
6.      Suntikan cepat  mengurangi rasa sakit. Gerak menghujam mempercepat tusukan jarum. Menekan kulit area suntik membantu tercapainya jaringan otot.

2.11  Pemberian Obat yang Aman
Berpedoman kepada “ 6 T “ :
1.      Tepat pasien.
2.      Tepat diagnosa keperawatan.
3.      Tepat indikasi.
4.      Tepat obat.
5.      Tepat regimen obat (dosis dan frekuensi,  cara pakai, BSO, lama terapi, waktu pakai).
6.      Tepat evaluasi dan tindak lanjut.










BAB III
PROSEDUR INJEKSI IC

   3.1    Persiapan alat
1.      Sarung tangan
2.      Spuit seteril dengan obat injeksi pada tempatnya yang sudah disiapkan
3.      Kapas alcohol dalam kom (secukupnya)
4.      Perlak dan pengalas
5.      Bengkok
6.      Alat tulis/ bolpoint
7.      MAR atau cetakan computer dengan instruksi pengobatan yang diresepkan.

3.2    Persiapan Pasien
1.      Memberikan salam pada pasien. R/ sebagai pendekatan terapeutik
2.       Cek perencanaan Keperawatan klien (dosis, nama klien, obat, waktu pelaksanaan, tempat injeksi). R/ memastikan klien mendapat pengobatan yang tepat.
3.      Menjelaskan tujuan  dan prosedur tindakan pada keluarga/ pasien. R/ agar pasien tahu tindakan yang akan dilakukan dan mengurangi kegelisahan klien.
4.      Menanyakan kesiapan/ persetujuan klien sebelum kegiatan dilakukan. R/ memastikan klien menerima atau menolak tindakan yang akan dilakukan.

3.3    Persiapan Lingkungan
1.      Tutup pintu, jendela atau pasang sketsel. R/ menjaga privacy klien.
2.      Memberi penerangan yang cukup. R/ meminimalkan terjadinya kesalahan pada saat injeksi.
3.      Mengatur posisi pasien, minta klien mengekstensikan siku dan menyangganya dan lengan bawah pada permukaan rata. R/ menstabilkan lokasi injeksi untuk akses yang paling mudah.
3.4    Tindakan
1.      Periksa MAR atau cetakan computer dengan intruksi pengobatan yang diresepkan. Periksa nama klien dan nama obat, dosis, jalur dan waktu pemberian. Salin atau cetak kembali bagian MAR yang sulit dibaca. R/ lembaran intruksi merupakan sumber yang paling terpercaya dan satu-satunya rekaman pengobtan klien yang sah. Pastikan klien menerima obat yang tepat. MAR yang tidak dapat terbaca merupakan sumber kesalahan pengobatan.
2.      Periksa riwayat medis dan pengobatan klien. R/ memperlihatkan kebutuhan akan pengobatan.
3.      Periksa riwayat alergi klien: ketahui subtansi penyebab alergi dan reaksi alergi normal. Beberapa subtansi memiliki komposisi yang hampir sama; jangan berikan substansi yang telah diketahui menimbulkan reaksi alergi pada klien. R/ memungkinkan identifikasi dini resiko klien. Dapat membutuhkan resep obat yang berbeda.
4.      Identifikasi dengan setidaknya dua alat pengenal. Bandaingkan nama klien dengan pengenal lainnya (contohnya nomor identifikasi rumah sakit) pada MAR, cetakan computer, atau layar computer dengan informasi pada gelang identifikasi klien. Minta klien menyebutkan namanya jika mungkin sebagai pengenal ketiga. R/ sesuai dengan syarat TJC (2008) dan meningkatkan keamanan pengobatan. Pada sebagian besar lingkungan pelayanan akut, nama dan nomor identifikasi klien pada gelang dan MAR digunakan untuk mengidentifikasi klien. Gelang identifikasi dibuat saat klien masuk kerumah sakit dan merupakan sumber identifikasi yang paling terpercaya. Nama dan nomor klien bukan pengenal yang baik.
5.      Bandingkan label medikasi dengan MAR di sisi tempat tidur. R/ pemeriksaan terakhir pada label obat dengan MAR di sisi klien akan mengurangi kesalahan pemberian obat.
6.      Periksa tanggal kadaluarsa obat. R/ manfaat obat meningkat atau menurun jika telah kadaluarsa.
7.      Perhatikan respon verbal dan nonverbal sebelum menerima injeksi. R/ injeksi menimbulkan nyeri. Beberapa klien merasa gelisah, yang akan meningkatkan rasa nyeri.
8.      Periksa kontraindikasi. R/ meminimalkan terjadinya hal yang tidak diharapkan.
9.      Siapkan obat secara asepsis dari ampul atau vial. Periksa label obat dengan MAR dua kali saat mempersiapkan obat. R/ memastikan obat tetep steril. Teknik persiapan berbeda untuk ampul dan vial. Memastikan obat yang tepat disiapkan untuk obat yang tepat.
10.  Berikan obat pada klien pada saat yang tepat dan lakukan hygiene tangan. R/ memastikan klien memperoleh efek obat pada waktu yang tepat dan mengurangi transfer organisme.
11.  Kenakan sarung tangan bersih. R/ mengurangi transfer mikroorganisme.
12.  Buka gaun hanya pada bagian yang membutuhakan pajanan. R/ menghormati klien.
13.  Amati lesi atau perubahan warna di lengan bawah. Pilih lokasi tiga atau empat jari di bawah antecubiti dan selebar tangan di atas pergelangan tangan. Jika anda tidak dapat menggunakan lengan bawah, inspeksi punggung bagian atas. Jika perlu, gunakan lokasi injeksi subkutan. R/ lokasi IC harus bersih agar anda dapat melihat hasil tes kulit dan menginterpretasikannya dengan benar.
14.  Relokasi lokasi penanda anatomis. R/ injeksi anatomis yang tepat akan mencegah cidera syaraf, tulang, dan pembuluh darah.
15.  Bersihkan lokasi dengan antiseptic. Letakkan kapas ditengah lokasi dan rotasikan keluar dengan arah melingkar sekitar 5cm. R/ aksi mekanis usapan kapas akan melingkar sekresi yang mengandung mikroorganisme.
16.  Pegang kapas di antara jari ketiga dank e empat tangan non-dominan. R/ kapas akan tetap dapat diakses saat spuit ditarik.
17.  Lepaskan tutup spuit dengan dengan menariknya secara lurus. R/ mencegah spuit menyentuh tangan bagian samping penutup akan mencegah kontaminasi.
18.  Pegang dengan bevel menghadap ke atas. R/ dengan bevel menghadap ke atas, kemungkinan obat terdeposit ke jaringan di bawah dermis menjadi lebih kecil.
19.  Lakukan injeksi :
a.       Dengan tangan dominan, renggangkan kulit lokasi dengan telunjuk atau ibu jari. R/ spuit lebih mudah menembus kulit yang kencang.
b.      Masukkan spuit perlahan dengan bevel menghadap ke atas pada sudut 5 sampai 15 derajat sampai terasa asanya tahanan. Lalu tusukan spuit melalui epidermis sampai sekitar 3mm di bawah permukaan kulit. Anda akan melihat ujung spuit melalui kulit. R/ memastiakan ujung spuit berada dalam dermis.
c.       Suntikan obat secara perlahan. Normalnya, anda akan merasakan tahanan. Jaka tidak, berarti spuit terlalu dalam; lepaskan dan ulangi lagi. Tangan nondominan dapat menstabilkan spuit selama injeksi. R/ injeksi perlahan akan meminimalkan rasa tidak nyaman. Lapisan dermis bersifat kencang dan tidak mudah meluas saat larudan diinjeksikan. Stabilisasi spuit akan mencegah gerakan yang tidak perlu dan mengurangi rasa tidak nyaman.
d.      Saat menginjeksikan obat, akan tampak gelembung kecil (bleb) berdiameter sekitar 6mm (seperti gigitan nyamuk) pada permukaan kulit. Beritahukan pada klien bahwa ini merupakan hal yang normal. R/ gelembung menandakan obat telah berada dalam dermis.
20.  Tkan perlahan. Jangan memijat lokasi penyuntikan. Berikan plester jika perluR/ pijatan dapat merusak jaringan. Pijatan pada lokasi IC akan mendepresikan obat kelapisan jaringan di bawahnya dan mengubah hsil pemeriksaan.
21.  Bantu klien mengambil posisi yang nyaman.R/ memberikan rasa nyaman bagi klien.
22.  Buang spuit yang tidak tertutup atau yang telah tertupup dan tabung suntiknya ke tempat pembuangan yang anti kebocoran.R/ mencegah cidera terhadap klien dan personil kesehatan. Menutup spuit meningkatkan resiko cidera akibat jarum (OSHA 2006).
23.  Tetaplah bersama klien dan amati adanya reaksi alergi.R/ dispnea, mengi, dan kolaps sirkulatorik merupakan tanda reaksi anfilatik berat dan mengancam jiwa.
24.  Minta klien untuk menjelaskan tujuan dan efek obat.R/ mengevaluasi pemahaman klien tentang informasi yang diberikan.
25.  Untuk injeksi IC, gunakan pensil kulit dan gambarlah lingkaran di sekitar injeksi. Baca lokasi dalam beberapa waktu kemudian sesuai dengan jenis obat atau tes kulit yang dilakukan.R/ tanda tersebut mempermudah penemuan lokasi. Hasil tes klit dibaca pada berbagai waktu, tergantung jenis obat atau jenis tes kulit. Sesuaikan dengan arahan pabrik untuk menentukan waktu pembacaan hasil tes.
26.  Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya.R/ klien mengetahui tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
27.  Membereskan alat-alat.R/ mencegah jarum melukai klien.
28.  Berpamitan dengan klien.R/ menjalin hubungan terapeutik.
29.  Cuci tangan.R/ mencegah transfer mikroorganisme.

3.5    Dokumentasi
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi/ respon klien terhadap obat, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan.
Cara perdokumentasian pemberian obat :
Jika hasil pengkajian menunjukkan bahwa perlu dilakukan pendidikan kesehatan maka perawat harus membuat perdokumentasian khusus untuk pelaksanaan penyuluhan kesehatan pada klien dan keluarganya. Pada saat klien telah diberikan informasi tentang manfaat/ fungsi dari pemberian obat yang dilakukan, maka perawat segera membuat surat persetujuan tindakan medik (informed content) sebagai aspek legilitas dalam perlindungan hukum bagi perawat. Catat semua alat yang digunakan, baik jenisnya, jumlahnya maupun dosisnya, sebagai pertanggungjawaban adiministrasi pengobatan pada pihak Rumah Sakit. Buat laporan dengan mencatat langkah-langkah prosedur pemberian obat. Catat kapan pemberian obat dan obat apa yang telah diberikan serta catat perubahan yang dirasakan oleh pasien setelah pemberian obat tersebut. Dokumentasi harus segera dilakukan pada setiap pelaksanaan pemberian obat. Pastikan kebenaran akan setiap pencatatan yang dilakukan. Mencatat nama perawat yang melakukan penyuntuikan serta tanda tangan.
3.6    Hasil Test
Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan penandaan pada area penyutikan dengan melingkari  area penyuntikan dengan diameter kira kira 1inchi atau diameter 2,5 cm. Penilaian reaksi dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai positif jika terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi daerah yang sudah ditandai, artinya pasien alergi dengan antibiotik tersebut.
Bacalah tes tuberculin setelah 2-3 hari. Indurasi (area keras, padat, dan terelevasi) pada kulit di sekitar injeksi menandakan reaksi positif, yaitu sebagai berikut:
1.      15mm atau lebih pada klien tanpa factor resiko tuberkolosis yang diketahui.
2.      10mm atau lebih pada klien yang merupakan imigran baru; pengguna obat injeksi; pekerja pada lingkungan resiko tinggi; personel laboratorium mikrobakteriologi; klien dengan kondisi klinis yang menempatkan pada resiko tinggi; anak usia di bawah 4 tahun; dan anak usia infantile, anak, dan remaja yang terpajan pda dewasa resiko tinggi.
3.      5mm atau lebih pada klien yang positif HIV, memiliki gambaran fibrotic yang konsisten pada foto dada dengan riwayat infeksi TB sebelumnya, pernah melakukan transplantasi organ, atau yang mengalami imunosupresi.
Hasil yang tidak diarapkan:
1.      Terbentuk elevasi dan indurasi pada area yang keras di sekitar lokasi tes IC
a.       Beritahukan penyelenggara kesehatan klien.
b.      Dokumentasikan sensitivitas terhadap allergen yang diinjeksikan atau tes positif jika tes tuberculin telah selesai.
2.      Klien mengalami tanda dan gejala alergi atau efek samping
a.       Ikuti kebijakan atau pedoman institusi mengenai respons yang tepat terhadap reaksi obat yang diinginkan.
b.      Beritahukan penyelenggara kesehatan klien segera.
c.       Tambahkan informasi alergi kepada rekam medis klien.

























BAB IV
PENUTUP


4.1    Kesimpulan
Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra dermis. Injeksi intrakutan dimasukkan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah startum korneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air, volume yang disuntikkan sedikit (0,1 - 0,2 ml). Digunakan untuk tujuan diagnosa.
Indikasi untuk injeksi ic, yaitu: Pasien yang membutuhkan tes alergi (mantoux tes), pasien yang akan melakukan vaksinasi, menegakkan diagnosa penyakit, dan dilakukan sebelum memasukkan obat. Kontraindikasinya ialah pasien yang mengalami infeksi pada kulit, pasien dengan kulit terluka, dan pasien yang sudah dilakukan skin tes. Keuntungan injeksi ic, yaitu: suplai darah sedikit, sehingga absorbsi lambat, bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu dan memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat, sedangkan kerugiannya yaitu: tuntutan sterilitas sangat ketat, memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi dan adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan.
Prinsipnya, sebelum memberikan obat, perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar, setelah dilakukan injeksi,  juga tidak boleh dilakukan pemijatan pada area yang telah diinjeksi karena akan mempengaruhi hasil tes. Sebelum dilakukan prosedur injeksi, terlebih dahulu dilakukan persiapan alat, persiapan pasien, dan persiapan lingkungan. Setelah tindakan perawat juga harus melakukan dokumentasi, mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi/ respon klien terhadap obat, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan.


4.2   Saran
          Pada saat melakukan injeksi ic, hendaknya terjalin hubungan terapeutik antara perawat dan pasien, karena biasanya pasien berubah menjadi cemas ketika akan dilakukan injeksi. Karja sama antara perawat dan pasien juga sangat dibutuhkan, hal ini bertujuan agar tindakan yang dilakukan lancar dan mendapat hasil yang maksimal.


























DAFTAR PUSTAKA

Akmal.2012.Injeksi Intracutan.
Ferdinan.2010.Memberikan Obat Melalui Suntikan Intracutan atau Intradermal.
H., A.Aziz Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.Jakarta: Salemba Medika.
Potter, A. dan Perry, Anne G..2010.Fundamental Keperawatan Buku 2 edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.
Widyatun, Dian.2012.Pemberian Obat Melalui Intracutan.
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/pemberian-obat-melalui-intracutan-ic.html (diakses pada tanggal 02 Oktober 20112, pukul 14.00)




1 comment: