KELOMPOK 1
KDM – INJEKSI INTRAKUTAN
Tugas
ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia II
semester dua tahun akademik 2013/2014
Disusun Oleh :
1. Abdul Ghofur 7. Maulida Safutri
2. Arif Allama 8. Novi Dewi Fatmaningsih
3. Dewi Aisyah 9. Ratna Faradilla
4. Fina Wijayanti 10.
Siti Nurrohmah Widhawati
5. Ike Kusuma Rimbani 11.
U’un Prapmaneta
6. Kiki Suryaningsih
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN AKADEMIK 2013 / 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, tufiq, hidayah, serta inayah-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas Kebutuhan Dasar Manusia II.
Dalam penyusunan
makalah ini tidak lepas dari bantuan dan sumbangan pemikiran dari beberapa
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima
kasih khususnya kepada:
1.
H. Sri Mawar,
SST selaku dosen Kebutuhan Dasar
Manusia II yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
2.
Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan
satu per satu yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan terbatasnya pengetahuan
yang kami miliki. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari para
pembaca selalu kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Akhirnya, harapan kami
mudah-mudahan makalah yang sederhana ini ada manfaatnya khususnya bagi kami dan
umumnya bagi para pembaca. Amin.
Pekalongan,
20 Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................ .... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... .... 1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................... .... 1
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Injeksi IC...................................................................... .... 3
2.2 Tujuan Injeksi IC........................................................................ .... 3
2.3 Indikasi Injeksi IC...................................................................... .... 3
2.4 Kontraindikasi Injeksi IC........................................................... .... 4
2.5 Keuntungan Injeksi IC............................................................... .... 4
2.6 Kerugian Injeksi IC.................................................................... .... 4
2.7 Prinsip ........................................................................................ .... 4
2.8 Lokasi Yang
Digunakan Untuk Penyuntikan ........................... .... 5
2.9 Hal – hal
Yang Perlu Dilakukan Dalam Melakukan Injeksi ...... .... 5
2.10 Hal – hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan
Injeksi ...... 6
2.11 Pemberian Obat Yang Aman .................................................... .... 6
BAB III PROSEDUR INJEKSI IC
3.1 Persiapan
Alat ................................................................................ 7
3.2 Persiapan
Pasien ............................................................................. 7
3.3 Persiapan
Lingkungan .................................................................... 7
3.4 Tindaan .......................................................................................... 8
3.5 Dokumentasi .................................................................................. 11
3.6 Hasil Test ....................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 14
4.2 Saran .............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu bentuk sediaan steril adalah
injeksi. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi
atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum
digunakan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan alat suntik.
Suatu sediaan parenteral harus steril
karena sediaan ini unik yang diinjeksikan atau disuntikkan melalui kulit atau
membran mukosa ke dalam kompartemen tubuh yang paling dalam. Sediaan parenteral
memasuki pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu kulit dan
membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari kontaminasi mikroba
dan bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki kemurnian yang dapat diterima.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud
dengan injeksi ic ?
2. Apa tujuan injeksi ic ?
3. Apa indikasi injeksi
ic ?
4. Apa kontraindikasi
injeksi ic ?
5. Apa keuntungan injeksi
ic ?
6. Apa kerugian injeksi
ic ?
7. Bagaimana prosedur
pemberian ic ?
1.3 Tujuan
Penulisan
A.
Tujuan Umum
Untuk
memberikan gambaran tentang injeksi ic.
B.
Tujuan Khusus
1.
Untuk menjelaskan definisi injeksi ic.
2.
Untuk menjelaskan tujuan injeksi ic.
3.
Untuk menjelaskan indikasi injeksi ic.
4.
Untuk menjelaskan kontraindikasi ic.
5.
Untuk menjelaskan keuntungan injeksi ic.
6.
Untuk menjelaskan kerugian injeksi ic.
7.
Untuk menjelaskan prosedur injeksi ic.
1.4 Manfaat
Penulisan
A. Manfaat
Teoritis
Untuk menambah
pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang injeksi intracutan.
B. Manfaat Praktis
1.
Menambah pengetahuan mahasiswa dan
masyarakat tentang definisi injeksi ic.
2.
Menambah pengetahuan mahasiswa dan
masyarakat tentang tujuan injeksi ic.
3.
Menambah pengetahuan mahasiswa dan
masyarakat tentang indikasi injeksi ic.
4.
Menambah pengetahuan mahasiswa dan
masyarakat tentang kontraindikasi injeksi ic.
5.
Menambah pengetahuan mahasiswa dan
masyarakat tentang keuntungan injeksi ic.
6.
Menambah pengetahuan mahasiswa dan
masyarakat tentang kerugian injeksi ic.
7.
Menambah pengetahuan mahasiswa dan
masyarakat tentang prosedur injeksi ic.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Injeksi IC
Memberikan
obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan
membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra
dermis. Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang
berarti lipis dan "dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh
darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah
tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil, makanya penyerapan dari injeksi
disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan. Karena
absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit
untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap
mikroorganisme.
Injeksi
intrakutan dimasukkan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah startum korneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi
dalam air, volume yang disuntikkan
sedikit (0,1 - 0,2 ml). Digunakan untuk tujuan
diagnosa.
2.2 Tujuan
Injeksi IC
1. Pasien mendapatkan
pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
2. Memperlancar proses
pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
3. Membantu menentukan
diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
4. Menghindarkan pasien
dari efek alergi obat (dengan skin test).
5. Digunakan untuk test
tuberkulin atau tes alergi terhadap obat-obatan tertentu.
6. Pemberian vaksinasi.
2.3 Indikasi
Injeksi IC
1. Pasien yang
membutuhkan tes alergi (mantoux tes).
2. Pasien yang akan
melakukan vaksinasi.
3. Menegakkan diagnosa
penyakit.
4. Sebelum memasukkan
obat.
2.4 Kontraindikasi
Injeksi IC
1. Pasien yang mengalami
infeksi pada kulit.
2. Pasien dengan kulit
terluka.
3. Pasien yang sudah
dilakukan skin tes.
2.5 Keuntungan
Injeksi IC
1. Suplai darah sedikit,
sehingga absorbsi lambat.
2. Bisa mengetahui adanya
alergi terhadap obat tertentu.
3. Memperlancar proses
pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
2.6 Kerugian
Injeksi IC
1. Apabila obat sudah
disuntikkan, maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi. Ini berarti,
pemusnahan untuk obat yang mempunyai efek tidak baik atau toksik maupun kelebihan
dosis karena ketidakhati-hatian akan sukar dilakukan.
2. Tuntutan sterilitas
sangat ketat.
3. Memerlukan petugas
terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi.
4. Adanya resiko
toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan.
2.7
Prinsip
1. Sebelum memberikan
obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi pemberian obat,
dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar obat,
benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian keterangan
tentang obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar
tentang riwayat alergi obat pada pasien, benar tentang reaksi pemberian
beberapa obat yang berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi
pemakaian obat.
2. Untuk mantoux tes
(pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari saat
penyuntikan obat.
3. Setelah dilakukan
penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
4. Perawat harus
memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada penolakan pada suatu jenis
obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat
mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani pasien, bila pasien
atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien maupun keluarga yang bertanggung jawab
menandatangani surat penolakan untuk pembuktian penolakan terapi.
5. Injeksi intrakutan
yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik, dilakukan dengan cara
melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc dalam spuit
dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien
hanya 0,1cc.
6. Injeksi yang dilakukan
untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc dalam spuit, untuk
langsung disuntikan pada pasien.
2.8
Lokasi yang Digunakan untuk Penyuntikan :
a. Lengan bawah bagian
dalam
b. Dada bagian atas
c. Punggung pada area
scapula
2.9 Hal – hal yang Perlu Dilakukan Dalam Melakukan Injeksi
Pemberian obat secara
injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita harus memperhatikan
beberapa hal berikut ini :
a.
Jenis spuit dan jarum yang digunakan
b.
Jenis dan dosis obat yang diinjeksikan
c.
Tempat injeksi
d.
Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi
e.
Kondisi/penyakit klien
2.10 Hal – hal yang Perlu Diperhatikan Dalam
Melakukan Injeksi
1.
Injeksi ke otot yang tegang,dapat
menimbulkan rasa sakit.
2.
Visualisasi yang baik membantu penentuan
lokasi injeksi yang tepat. Penentuan lokasi yang benar menghindari kerusakan
jaringan otot.
3.
Udara dalam tabung akan mendorong obat
keluar dari jarum suntik dan membantu memeperangkap obat dalam jaringan otot.
4.
Pathogen dalam kulit bisa terdorongjarum
suntik masuk jaringan.
5.
Jika diatur secara vertikal, posisi alat
dorong suntik bisa bergeser, sehinnga sebagian obat akan tumpah.
6.
Suntikan cepat mengurangi rasa sakit. Gerak menghujam mempercepat
tusukan jarum. Menekan kulit area suntik membantu tercapainya jaringan otot.
2.11 Pemberian Obat yang Aman
Berpedoman kepada “ 6
T “ :
1.
Tepat pasien.
2.
Tepat diagnosa keperawatan.
3.
Tepat indikasi.
4.
Tepat obat.
5.
Tepat regimen obat (dosis dan
frekuensi, cara pakai, BSO, lama terapi,
waktu pakai).
6.
Tepat evaluasi dan tindak lanjut.
BAB III
PROSEDUR INJEKSI IC
3.1 Persiapan alat
1.
Sarung tangan
2.
Spuit seteril dengan obat injeksi pada
tempatnya yang sudah disiapkan
3.
Kapas alcohol dalam kom (secukupnya)
4.
Perlak dan pengalas
5.
Bengkok
6.
Alat tulis/ bolpoint
7.
MAR atau cetakan computer dengan instruksi
pengobatan yang diresepkan.
3.2 Persiapan Pasien
1.
Memberikan salam pada pasien. R/ sebagai pendekatan
terapeutik
2.
Cek perencanaan
Keperawatan klien (dosis, nama klien, obat, waktu pelaksanaan, tempat injeksi). R/ memastikan klien
mendapat pengobatan yang tepat.
3.
Menjelaskan tujuan dan prosedur
tindakan pada keluarga/ pasien. R/ agar pasien tahu
tindakan yang akan dilakukan dan mengurangi kegelisahan klien.
4.
Menanyakan kesiapan/ persetujuan klien
sebelum kegiatan dilakukan. R/ memastikan klien
menerima atau menolak tindakan yang akan dilakukan.
3.3 Persiapan Lingkungan
1.
Tutup pintu, jendela atau pasang sketsel. R/ menjaga privacy
klien.
2.
Memberi penerangan yang cukup. R/ meminimalkan
terjadinya kesalahan pada saat injeksi.
3.
Mengatur posisi pasien, minta klien
mengekstensikan siku dan menyangganya dan lengan bawah pada permukaan rata. R/ menstabilkan lokasi
injeksi untuk akses yang paling mudah.
3.4 Tindakan
1.
Periksa
MAR atau cetakan computer dengan intruksi pengobatan yang diresepkan. Periksa
nama klien dan nama obat, dosis, jalur dan waktu pemberian. Salin atau cetak
kembali bagian MAR yang sulit dibaca. R/
lembaran intruksi merupakan sumber yang paling terpercaya dan satu-satunya
rekaman pengobtan klien yang sah. Pastikan klien menerima obat yang tepat. MAR
yang tidak dapat terbaca merupakan sumber kesalahan pengobatan.
2.
Periksa
riwayat medis dan pengobatan klien. R/
memperlihatkan kebutuhan akan pengobatan.
3.
Periksa
riwayat alergi klien: ketahui subtansi penyebab alergi dan reaksi alergi
normal. Beberapa subtansi memiliki komposisi yang hampir sama; jangan berikan
substansi yang telah diketahui menimbulkan reaksi alergi pada klien. R/
memungkinkan identifikasi dini resiko klien. Dapat membutuhkan resep obat yang
berbeda.
4.
Identifikasi
dengan setidaknya dua alat pengenal. Bandaingkan nama klien dengan pengenal
lainnya (contohnya nomor identifikasi rumah sakit) pada MAR, cetakan computer,
atau layar computer dengan informasi pada gelang identifikasi klien. Minta
klien menyebutkan namanya jika mungkin sebagai pengenal ketiga. R/
sesuai dengan syarat TJC (2008) dan meningkatkan keamanan pengobatan. Pada
sebagian besar lingkungan pelayanan akut, nama dan nomor identifikasi klien
pada gelang dan MAR digunakan untuk mengidentifikasi klien. Gelang identifikasi
dibuat saat klien masuk kerumah sakit dan merupakan sumber identifikasi yang
paling terpercaya. Nama dan nomor klien bukan pengenal yang baik.
5.
Bandingkan
label medikasi dengan MAR di sisi tempat tidur. R/
pemeriksaan terakhir pada label obat dengan MAR di sisi klien akan mengurangi
kesalahan pemberian obat.
6.
Periksa
tanggal kadaluarsa obat. R/
manfaat obat meningkat atau menurun jika telah kadaluarsa.
7.
Perhatikan
respon verbal dan nonverbal sebelum menerima injeksi. R/
injeksi menimbulkan nyeri. Beberapa klien merasa gelisah, yang akan
meningkatkan rasa nyeri.
8.
Periksa
kontraindikasi. R/ meminimalkan terjadinya hal yang tidak diharapkan.
9.
Siapkan
obat secara asepsis dari ampul atau vial. Periksa label obat dengan MAR dua
kali saat mempersiapkan obat. R/
memastikan obat tetep steril. Teknik persiapan berbeda untuk ampul dan vial.
Memastikan obat yang tepat disiapkan untuk obat yang tepat.
10. Berikan obat pada klien pada saat yang tepat dan lakukan
hygiene tangan. R/ memastikan klien memperoleh efek obat
pada waktu yang tepat dan mengurangi transfer organisme.
11. Kenakan sarung tangan bersih. R/
mengurangi transfer mikroorganisme.
12. Buka gaun hanya pada bagian yang membutuhakan pajanan. R/
menghormati klien.
13. Amati lesi atau perubahan warna di lengan bawah. Pilih lokasi
tiga atau empat jari di bawah antecubiti dan selebar tangan di atas pergelangan
tangan. Jika anda tidak dapat menggunakan lengan bawah, inspeksi punggung
bagian atas. Jika perlu, gunakan lokasi injeksi subkutan. R/
lokasi IC harus bersih agar anda dapat melihat hasil tes kulit dan
menginterpretasikannya dengan benar.
14. Relokasi lokasi penanda anatomis. R/
injeksi anatomis yang tepat akan mencegah cidera syaraf, tulang, dan pembuluh
darah.
15. Bersihkan lokasi dengan antiseptic. Letakkan kapas ditengah
lokasi dan rotasikan keluar dengan arah melingkar sekitar 5cm. R/ aksi mekanis usapan kapas akan melingkar sekresi yang
mengandung mikroorganisme.
16. Pegang kapas di antara jari ketiga dank e empat tangan
non-dominan. R/ kapas akan tetap dapat diakses saat
spuit ditarik.
17. Lepaskan tutup spuit dengan dengan menariknya secara lurus. R/
mencegah spuit menyentuh tangan bagian samping penutup akan mencegah
kontaminasi.
18. Pegang dengan bevel menghadap ke atas. R/
dengan bevel menghadap ke atas, kemungkinan obat terdeposit ke jaringan di
bawah dermis menjadi lebih kecil.
19. Lakukan injeksi :
a.
Dengan
tangan dominan, renggangkan kulit lokasi dengan telunjuk atau ibu jari. R/
spuit lebih mudah menembus kulit yang kencang.
b.
Masukkan
spuit perlahan dengan bevel menghadap ke atas pada sudut 5 sampai 15 derajat
sampai terasa asanya tahanan. Lalu tusukan spuit melalui epidermis sampai
sekitar 3mm di bawah permukaan kulit. Anda akan melihat ujung spuit melalui
kulit. R/ memastiakan ujung spuit berada dalam
dermis.
c.
Suntikan
obat secara perlahan. Normalnya, anda akan merasakan tahanan. Jaka tidak,
berarti spuit terlalu dalam; lepaskan dan ulangi lagi. Tangan nondominan dapat
menstabilkan spuit selama injeksi. R/
injeksi perlahan akan meminimalkan rasa tidak nyaman. Lapisan dermis bersifat
kencang dan tidak mudah meluas saat larudan diinjeksikan. Stabilisasi spuit
akan mencegah gerakan yang tidak perlu dan mengurangi rasa tidak nyaman.
d.
Saat
menginjeksikan obat, akan tampak gelembung kecil (bleb) berdiameter sekitar 6mm (seperti gigitan nyamuk) pada
permukaan kulit. Beritahukan pada klien bahwa ini merupakan hal yang normal. R/
gelembung menandakan obat telah berada dalam dermis.
20. Tkan perlahan. Jangan
memijat lokasi penyuntikan. Berikan plester jika perluR/ pijatan dapat merusak
jaringan. Pijatan pada lokasi IC akan mendepresikan obat kelapisan jaringan di
bawahnya dan mengubah hsil pemeriksaan.
21. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman.R/ memberikan rasa
nyaman bagi klien.
22. Buang spuit yang tidak tertutup atau yang telah tertupup dan
tabung suntiknya ke tempat pembuangan yang anti kebocoran.R/ mencegah cidera
terhadap klien dan personil kesehatan. Menutup spuit meningkatkan resiko cidera
akibat jarum (OSHA 2006).
23. Tetaplah bersama klien dan amati adanya reaksi alergi.R/
dispnea, mengi, dan kolaps sirkulatorik merupakan tanda reaksi anfilatik berat
dan mengancam jiwa.
24. Minta klien untuk menjelaskan tujuan dan efek obat.R/ mengevaluasi
pemahaman klien tentang informasi yang diberikan.
25. Untuk injeksi IC, gunakan pensil kulit dan gambarlah
lingkaran di sekitar injeksi. Baca lokasi dalam beberapa waktu kemudian sesuai
dengan jenis obat atau tes kulit yang dilakukan.R/ tanda tersebut mempermudah
penemuan lokasi. Hasil tes klit dibaca pada berbagai waktu, tergantung jenis
obat atau jenis tes kulit. Sesuaikan dengan arahan pabrik untuk menentukan
waktu pembacaan hasil tes.
26. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya.R/ klien
mengetahui tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
27. Membereskan alat-alat.R/ mencegah jarum melukai klien.
28. Berpamitan dengan klien.R/ menjalin hubungan terapeutik.
29. Cuci tangan.R/ mencegah transfer mikroorganisme.
3.5 Dokumentasi
Mencatat
tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi/
respon klien terhadap obat, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan.
Cara perdokumentasian
pemberian obat :
Jika
hasil pengkajian menunjukkan bahwa perlu dilakukan pendidikan kesehatan maka
perawat harus membuat perdokumentasian khusus untuk pelaksanaan penyuluhan
kesehatan pada klien dan keluarganya. Pada saat klien telah diberikan informasi
tentang manfaat/ fungsi dari pemberian obat yang dilakukan, maka perawat segera
membuat surat persetujuan tindakan medik (informed
content) sebagai aspek legilitas dalam perlindungan hukum bagi perawat.
Catat semua alat yang digunakan, baik jenisnya, jumlahnya maupun dosisnya,
sebagai pertanggungjawaban adiministrasi pengobatan pada pihak Rumah Sakit.
Buat laporan dengan mencatat langkah-langkah prosedur pemberian obat. Catat
kapan pemberian obat dan obat apa yang telah diberikan serta catat perubahan
yang dirasakan oleh pasien setelah pemberian obat tersebut. Dokumentasi harus segera
dilakukan pada setiap pelaksanaan pemberian obat. Pastikan kebenaran akan
setiap pencatatan yang dilakukan. Mencatat nama perawat yang melakukan
penyuntuikan serta tanda tangan.
3.6 Hasil Test
Bila
injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan penandaan pada area
penyutikan dengan melingkari area penyuntikan dengan diameter kira kira
1inchi atau diameter 2,5 cm. Penilaian reaksi dilakukan 15 menit setelah
penyuntikan. Nilai positif jika terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi
daerah yang sudah ditandai, artinya pasien alergi dengan antibiotik tersebut.
Bacalah tes tuberculin setelah 2-3 hari.
Indurasi (area keras, padat, dan terelevasi) pada kulit di sekitar injeksi
menandakan reaksi positif, yaitu sebagai berikut:
1.
15mm
atau lebih pada klien tanpa factor resiko tuberkolosis yang diketahui.
2.
10mm
atau lebih pada klien yang merupakan imigran baru; pengguna obat injeksi;
pekerja pada lingkungan resiko tinggi; personel laboratorium mikrobakteriologi;
klien dengan kondisi klinis yang menempatkan pada resiko tinggi; anak usia di
bawah 4 tahun; dan anak usia infantile, anak, dan remaja yang terpajan pda
dewasa resiko tinggi.
3.
5mm
atau lebih pada klien yang positif HIV, memiliki gambaran fibrotic yang
konsisten pada foto dada dengan riwayat infeksi TB sebelumnya, pernah melakukan
transplantasi organ, atau yang mengalami imunosupresi.
Hasil yang tidak diarapkan:
1.
Terbentuk
elevasi dan indurasi pada area yang keras di sekitar lokasi tes IC
a.
Beritahukan
penyelenggara kesehatan klien.
b.
Dokumentasikan
sensitivitas terhadap allergen yang diinjeksikan atau tes positif jika tes
tuberculin telah selesai.
2.
Klien
mengalami tanda dan gejala alergi atau efek samping
a.
Ikuti
kebijakan atau pedoman institusi mengenai respons yang tepat terhadap reaksi
obat yang diinginkan.
b.
Beritahukan
penyelenggara kesehatan klien segera.
c.
Tambahkan
informasi alergi kepada rekam medis klien.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Memberikan
obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan
membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra
dermis. Injeksi intrakutan dimasukkan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah startum korneum. Umumnya
berupa larutan atau suspensi dalam air,
volume yang disuntikkan sedikit (0,1 - 0,2 ml). Digunakan untuk tujuan
diagnosa.
Indikasi
untuk injeksi ic, yaitu: Pasien yang membutuhkan tes alergi (mantoux tes),
pasien yang akan melakukan vaksinasi, menegakkan diagnosa penyakit, dan
dilakukan sebelum memasukkan obat. Kontraindikasinya ialah pasien yang
mengalami infeksi pada kulit, pasien dengan kulit terluka, dan pasien yang
sudah dilakukan skin tes. Keuntungan injeksi ic, yaitu: suplai darah sedikit,
sehingga absorbsi lambat, bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu
dan memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian
obat, sedangkan kerugiannya yaitu: tuntutan sterilitas sangat ketat, memerlukan
petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi dan adanya resiko
toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan.
Prinsipnya,
sebelum memberikan obat, perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien,
indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar,
setelah dilakukan injeksi, juga tidak
boleh dilakukan pemijatan pada area yang telah diinjeksi karena akan
mempengaruhi hasil tes. Sebelum dilakukan prosedur injeksi, terlebih dahulu
dilakukan persiapan alat, persiapan pasien, dan persiapan lingkungan. Setelah
tindakan perawat juga harus melakukan dokumentasi, mencatat tindakan yang telah
dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi/ respon klien terhadap
obat, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan.
4.2
Saran
Pada saat melakukan injeksi ic,
hendaknya terjalin hubungan terapeutik antara perawat dan pasien, karena
biasanya pasien berubah menjadi cemas ketika akan dilakukan injeksi. Karja sama
antara perawat dan pasien juga sangat dibutuhkan, hal ini bertujuan agar
tindakan yang dilakukan lancar dan mendapat hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Akmal.2012.Injeksi Intracutan.
http://ivank-revank.blogspot.com/2012/04/idk-ii-pak-akmal-injeksi-intra-cutan.html (diakses pada tanggal
02 Oktober 20112, pukul 12.43)
Ferdinan.2010.Memberikan Obat Melalui Suntikan Intracutan atau Intradermal.
http://nersferdinanskeperawatan.wordpress.com/2010/05/19/memberikan-obat-melalui-suntikan-intracutan-atau-intradermal/ (diakses pada tanggal
02 Oktober 20112, pukul 12.30)
H., A.Aziz
Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia Buku 2.Jakarta: Salemba Medika.
Potter, A. dan Perry, Anne G..2010.Fundamental Keperawatan Buku 2 edisi 7.
Jakarta: Salemba Medika.
Widyatun, Dian.2012.Pemberian Obat Melalui Intracutan.
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/pemberian-obat-melalui-intracutan-ic.html
(diakses pada tanggal 02 Oktober 20112, pukul 14.00)
SIP
ReplyDelete