Tuesday 17 February 2015

ASKEP ANAK DHF



MAKALAH
DHF (Dengue Hemoragic Fever)

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas :
Keperawatan Anak


logo poltekes warna.jpg
 











Disusun Oleh:
1.      Arif Alama
2.      Dimas Janu Pratama
3.      Ike Kusuma Rimbani
4.      Loly Rizqiani
5.      Novi Dewi Fatmaningsih
6.      Rizkiana Amelia
7.      U’un Prapmaneta

2 REGULER B

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR


            Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul  “DHF (Dengue Hemoragic Fever)” tepat pada waktunya. Dalam penulisan makalah ini penulis ingin mengucapkan terima kasih. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan siapa saja yang membacanya.






















BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai demam berdarah.
Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam,nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti ; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.



B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan demam berdarah?
2.      Apakah etiologi dari demam berdarah?
3.      Bagaimana manifestasi klinis dari demam berdarah?
4.      Bagaimana patofisiologi dari demam berdarah?
5.      Bagaimana cara pemeriksaan diagnosa dari demam berdarah?
6.      Bagaimana penatalaksanaan medis dari demam berdarah?
7.      Bagaimana cara pengkajian keperawatan dari demam berdarah?
8.      Apa diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan demam berdarah?
9.      Bagaimana bentuk perencanaan keperawatan dari demam berdarah?

C.     Tujuan Penulisan
Setelah dilakukan pembelajaran tentang Asuhan Keperawatan Anak dengan Meningitis, diharapkan mahasiswa mampu:
1.      Memahami tentang pengertian dari demam berdarah
2.      Memahami tentang etiologi dari demam berdarah
3.      Memahami tentang manifestasi klinis dari demam berdarah
4.      Memahami tentang patofisiologi/pathway dari demam berdarah
5.      Memahami tentang pemerikaan diagnosa dari demam berdarah
6.      Memahami tentang penatalaksanaan medis dari demam berdarah
7.      Memahami tentang pengkajian keperawatan demam berdarah
8.      Memahami tentang diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan demam berdarah
9.      Memahami tentang perencanaan keperawatan demam berdarah







BAB II
KONSEP DASAR


A.    Pengertian
Demam berdarah merupakan manifestasi klinis yang berat dari penyakit arbovirus. (Soedarmo Sumarno, 2005).
Dengue ialah infeksi arbovirus (arthropod-borne virus) akut ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes. (Hasan Rusepno, 2007).
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. (Hidayat A. Aziz Alimul, 2008).

B.     Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue  adalah virus Dengue. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang termasuk dalam grup B arthropediborne viruses  (arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.(Nursalam Susilaningrum, 2005).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
1.      Aedes Aegypti
a.       ­­Paling sering ditemukan
b.      Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah.
c.       Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.
d.      Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
e.       Jarak terbang 100  meter



2.      Aedes Albopictus
a.       Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas.
b.      Menggigit pada waktu siang hari
c.       Jarak terbang 50 meter.
(Rampengan T H, 2007)

C.    Klasifikasi
1.      Derajat I        :      Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif, trombositopenia, dan hemokosentrasi.
2.      Derajat II      :      Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain
3.      Derajat III     :      Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah.
4.      Derajat IV     :      Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat diukur. Yang disertai dengan Dengue Shock Sindrom. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).

D.    Manifestasi klinis
1.      Demam tinggi selam 5-7 hari
2.      Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : petechie, ekimosis, hematoma.
3.      Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
4.      Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi
5.      Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan uluh hati
6.      Sakit kepala
7.      Pembengkakan sekitar mata
8.      Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
9.      Tanda dan renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah). (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).





E.     Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian.

F.      Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
1.      HB dan PCV meningkat ( > 20 % )
2.      Trombositopenia ( < 100.000/ml )
3.      Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis )
4.      lg. D . dengue fositif
5.      Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan : hipoproteinemi, hipokloremia, dan hiponatremia.
6.      Urium dan PH darah mungkin meningkat.
7.      Asidosis metabolik : pCO<35-40 mmHg dan HCOrendah.
8.      SGOT/SGPT mungkin meningkat.

G.    Penatalaksanaan
1.      Tirah baring
2.      Pemberian makanan lunak
3.      Pemberian cairan melalui infus
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
4.      Pemberian obat-obatan: antibiotic, antipiretik,
5.      Anti konvulsi jika terjadi kejang
6.      Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
7.      Monitor adanya tanda-tanda renjatan
8.      Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9.      Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.















H.    Pathways


BAB III
FOKUS KEPERAWATAN


A.    Pengkajian
1.      Identitas pasien
Nama, umur ( pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun ), jenis kelamin, alamat , pendidikan , nama orang tua , pendidikan orang tua , dan pekerjaan orang tua.
2.      Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3.      Riwayat Penyakit Sekarang
Di dapatkan adanya keluhan panas mendadak yang di sertai menggigil dan saat demam kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 , dan anak semakin lemah. Kadang-kadang di sertai dengan keluhan batuk, filek, nyeri telan, mual, muntah, anorexia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakanbola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi ( grade III, IV ), melena, atau hematemesis.
4.      Riwayat penyakit yang pernah di derita
Penyakit apa saja yang pernah di derita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulang DHF dengan tipe virus yang lain.
5.      Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat di hindarkan.
6.      Riwayat Gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7.      Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar.
8.      Pola kebiasaan
a.       Nutrisi dan metabolisme frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
b.      Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare / konstipasi. sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
c.       Eliminasi urine ( buang air kecil ) perlu di kaji apakah sering kencing, sedikit / banyak, sakit / tidak. pada DHF garade IV sering terjadi hematuria.
d.      Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit / nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
e.       Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membesihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
f.       Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
g.      Pemeriksaan fisik. Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut.
1)      Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.
2)      Grade II : Kesadaran kompos mentis , keadaaan uum lemah, ada perdarahan spontan ptekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
3)      Grade III : kesadaran apatis, somenolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4)      Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin , berkeringat, dan kulit tampak biru.
h.      Sistem Integumen
1)      Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab.
2)      Kuku sianosis / tidak
3)      Kepala dan leher
Kepala terasa  nyeri, muka tampak kemerahan karena demam  ( flusy ), mata anemis, hidung kadang mengalamiperdarahan ( epistaksis ) pada grade II,III,IV, pada mulut di dapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hypertemia pharing dan terjadi perdarahan telinga ( pada grade II,III,IV ).
4)      Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. pada fhoto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura ), Rales +, rhonkhi + yang biasanya terdapat grade III dan IV.
5)      Abdomen, mengalami nyeri tekan, pembesaran hati ( hepatomegali ), dan asietas.
6)      Ekstremitas, akral dingin, serta terjadi nyeri otot , sendi, serta tulang.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan  proses infeksi virus.
2.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
3.      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
4.      Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
5.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan keletihan, malaise sekunder akibat DHF.
6.      Kecemasan ringan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.

C.     Perencanaan
1.      Diagnosa I
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi virus.
Tujuan : Anak menunjukkan  suhu tubuh dalam batas normal.
Kriteria hasil :
a.       Suhu tubuh 36-37 0C
b.      Pasien bebas dari demam.
Rencana tindakan :
a.       Monitor temperatur tubuh
Rasional : Perubahan temperatur dapat terjadi pada proses infeksi akut.
b.      Observasi tanda-tanda vital (suhu, tensi, nadi, pernafasan tiap 3 jam atau lebih sering).
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
c.       Anjurkan pasien untuk minum banyak 1 ½ -2 liter dalam 24 jam.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan yang banyak.
d.      Berikan kompres dingin
Rasional : Menurunkan panas lewat konduksi.
e.       Berikan antipiretik sesuai program tim medis
Rasional : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus.




2.      Diagnosa II
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah, dan demam.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.
Kriteria hasil :
a.       TTV (nadi, tensi) dalam batas normal
b.      Turgor kulit kembali dalam 1 detik
c.       Ubun-ubun datar
d.      Produksi urine 1 cc/ kg/ BB/ jam
e.       Tidak terjadi syok hipovolemik
Rencana tindakan :
a.       Kaji keadaan umum pasien
Rasional : Menetapkan data dasar untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya.
b.      Observasi tanda-tanda syok (nadi lemah dan cepat, tensi menurun akral dingin, kesadaran menurun, gelisah)
Rasional : Mengetahui tanda syok sedini mungkin sehingga dapat segera dilakukan tindakan.
c.       Monitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit turun, ubun-ubun cekung produksi urin turun).
Rasional : Mengetahui derajat dehidrasi (turgor kulit turun, ubun-ubun cekung produksi urin turun).
d.      Berikan hidrasi peroral secara adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Rasional : Asupan cairan sangat diperhatikan untuk menambah volume cairan tubuh.
e.       Kolaborasi pemberian cairan intravena RL, glukosa 5% dalam half strenght NaCl 0,9%, Dextran L 40.
Rasional : Pemberian cairan ini sangat penting bagi pasien yang mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan ini langsung masuk ke pembuluh darah.

3.      Diagnosa III
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah dan anoreksia.
Tujuan : pemenuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
a.       Adanya minat/ selera makan
b.      Porsi makansesuai kebutuhan
c.       BB dipertahankan sesuai usia
d.      BB meningkat sesuai usia
Rencana tindakan :
a.       Monitor intake makanan
Rasional : Memonitor intake kalori dan insufisiensi kualitas konsumsi makanan.
b.      Memberikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan.
Rasional : Mengurangi rasa tidak nyaman dan meningkatkan selera makan.
c.       Sajikan makanan yang menarik, merangsang selera dan dalam suasana yang  menyenangkan.
Rasional : Meningkatkan selera makan sehingga meningkatkan intake makanan.
d.      Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Makan dalam porsi besar/ banyak lebih sulit dikonsumsi saat pasien anoreksia.
e.       Timbang BB setiap hari.
Rasional : Memonitor kurangnya BB dan efektifitas intervensi nutrisi yang diberikan.
f.       Konsul ke ahli gizi.
Rasional : Memberikan bantuan untuk menetapkan diet dan merencanakan pertemuan secara individual bila diperlukan.  



4.      Diagnosa IV
Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan perifer yang adekuat.
Kriteria hasil :
a.       Suhu ekstrimitas hangat, tidak lembab, warna merah muda
b.      Ekstrimitas tidak nyeri, tidak ada pembengkakan
c.       CRT kembali dalam 1 detik
Rencana tindakan :
a.       Kaji dan catat tanda-tanda vital (kualitas dan frekuensi nadi, tensi, capilary reffil).
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui penurunan perfusi ke jaringan.
b.      Kaji dan catat sirkulasi pada ekstrimitas (suhu kelembaban, dan warna).
Rasional : Suhu dingin, warna pucat pada ekstrimitas menunjukkan sirkulasi darah kurang adekuat.
c.       Nilai kemungkinan kematian jaringan pada ekstrimitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan, kaki.
Rasional : Mengetahui tanda kematian jaringan ekstrimitas lebih awal dapat berguna untuk mencegah kematian jaringan.
5.      Diagnosa V
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan keletihan malaise sekunder akibat DHF.
Tujuan : Rasa nyaman pasien terpenuhi dengan kriteria nyeri berkurang atau hilang.
Rencana tindakan :
a.       Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan memberi rentang nyeri  (0-10).
Rasional : Mengetahui nyeri yang dialami pasien sehingga perawat dapat menentukan cara mengatasinya.
b.      Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri.
Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien.
c.       Berikan posisi yang nyaman dan ciptakan suasana ruangan yang tenang.
Rasional : Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat membuat perasaan yang nyaman pada pasien.
d.      Berikan suasana  gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri dengan mainan, membaca buku cerita.
Rasional : Dengan melakukan aktifitas lain pasien dapat sedikit mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri.
e.       Kolaborasi pemberian obat-obatan analgesik.
Rasional : Obat analgesik dapat menekankan rasa nyeri.
6.      Diagnosa VI
Kecemasan ringan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.
Tujuan : kecemasan berkurang
Kriteria hasil :
a.       Klien tampak lebih tenang
b.      Klien mau berkomunikasi dengan perawat
Rencana tindakan :
a.       Kaji rasa cemas yang dialam oleh pasien.
Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
b.      Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Membantu menenangkan perasaan pasien.
c.       Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan pada pasien memberikan hasil yang efektif.
d.      Jaga hubungan saling percaya dari pasien dan keluarga.
Rasional : Menjalin hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien/ keluarga.
e.       Jawab pertanyaan daripasien/ keluarga dengan jujur dan benar.
Rasional : Jawaban jujur dan benar akan menumbuhkan kepercayaan pasien pada perawat.







BAB IV
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Banyak cara untuk menurunkan insiden terjadinya DHF. Karena vektor dari DHF adalah nyamuk Aedes a, maka ada beberapa hal yang sebaiknya dilaksanakan untuk memutuskan rantai penyakit:
1.      Tanpa insektisida:
a.       Menguras bak mandi,tempayan,drum,dll minimal seminggu sekali
b.      Menutup penampungan air rapat- rapat
c.       Membersihkan pekarangan dari kaleng bekas,botol bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang.
2.      Dengan insektisida:
a.       malathion untuk membunuh nyamuk dewasa: biasanya dengan fogging/pengasapan.
b.      abate untuk membunuh jentik nyamuk denan cara ditabur pada bejana- bejana tempat penampungan air bersih dengan dosis 1 gram Abate SG 1% per 10 liter air.

B.     Saran
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada anak/bayi dengan DHF ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.







DAFTAR PUSTAKA


Suriadi, Yuliana R, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi I, Penerbit PT. Fajar Interpratama : Jakarta.

Nelson, 2000, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

http://www.riyawan.com / http://www.smkmuh5babat.info /

http://www.babat.web.id

1 comment:

  1. Ma'af ea, tolong di teliti lagi cara penuliasannya.
    Bnyak yang salah-salah kata.
    Terimakasih :)

    ReplyDelete