Monday 23 November 2015

ASKEP DHF PADA ANAK




ASUHAN KEPERAWATAN AN.N DENGAN DIAGNOSA MEDIS DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER DI RUANG FLAMBOYAN RSUD KAJEN


 










Disusun oleh
Annisa Resiana
P17420313050
Fitri Fauziah Apriliani
P17420313060
Ika Safitri
P17420313062
Latifatunnisa Rusiana
P17420313068
Mastini Febyanti
P17420313070
Nailatul Khikmah
P17420313074
Noor Hanimah
P17420313075
Susiyanti
P17420313086



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) pada masyarakat awam sering disebut sebagai demam berdarah.
Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti ; bintik merah pada kulit, mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Pasien demam berdarah biasanya lebih sering di temukan pada saat musim penghujan. Namun akhir-akhir ini di ruang Flamboyan RSUD Kajen ditemukan klien dengan demam berdarah. Untuk itu penulis tertarik untuk mengangkat kasus ini sebagai studi kasus untuk diseminarkan.


B.       Tujuan
1.    Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan laporan ini adalah untuk membahas tentang asuhan keperawatan pada klien Dengue Haemorrhagic Fever.
2.    Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas keperawatan klinik Keperawatan Anak.


C.      Ruang Lingkup
Ruang Lingkup penulisan makalah ini mengenai Asuhan Keperawatan Dengan Dengue Haemorrhagic Fever di ruang flamboyant RSUD Kajen.


D.      Sistematika
Sistematika pada laporan kasus ini diantaranya adalah sebagai berikut. BAB I berisi pendahuluan yang meliputi : latar belakang, tujuan, ruang lingkup, dan sistematika. BAB II berisi tinjauan teori meliputi : pengkajian, diagnosa, rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi. Untuk BAB III berisi tinjauan kasus yang meliputi langkah- langkah dalam asuhan keperawatan antara lain : pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi. BAB IV penutup yang berisi simpulan dan saran.






























BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian
Demam berdarah merupakan manifestasi klinis yang berat dari penyakit arbovirus. (Soedarmo Sumarno, 2005).
Dengue ialah infeksi arbovirus (arthropod-borne virus) akut ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes. (Hasan Rusepno, 2007).
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. (Hidayat A. Aziz Alimul, 2008).
Demam dengue / DHF dan demam berdarah dengue / DBD ( Dengue haemoragic fever / DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,nyeri otot dan / atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis haemoragic.(Suhendro, dkk. 2007)

B.     Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue  adalah virus Dengue. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang termasuk dalam grup B arthropediborne viruses  (arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.(Nursalam Susilaningrum, 2005).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
1.    Aedes Aegypti
a.    ­­Paling sering ditemukan
b.    Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah.
c.    Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.
d.   Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
e.    Jarak terbang 100  meter


2.    Aedes Albopictus
a.    Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas.
b.    Menggigit pada waktu siang hari
c.    Jarak terbang 50 meter.
(Rampengan T H, 2007)

C.    Klasifikasi
1.
Derajat I
:
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif, trombositopenia, dan hemokosentrasi
2.
Derajat II
:
Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain
3.
Derajat III
:
Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah
4.
Derajat IV
:
Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat diukur. Yang disertai dengan Dengue Shock Sindrom.
 (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).

D.    Manifestasi klinis
Perjalanan penyakit DHF sulit diramalkan. Menurut WHO (1986), dalam Hadinegoro dan Satari (2005) DHF biasanya ditandai oleh empat manifestasi klinik utama, yaitu demam tinggi, fenomena perdarahan, trombositopenia, dan kebocoran plasma. Hepatomegali dan syok juga sering menyertai pada kasus DHF.
a.    Demam
DHF diawali dengan adanya demam tinggi mendadak, terus-menerus selama 2-7 hari, kemudian turun secara cepat. Pada fase demam ini suhu tubuh bisa mencapai 40 C dan dapat dijumpai kejang demam. Demam DBD biasanya bifasik dan pada anak sering dijumpai fasial flushing. Setelah melewati fase demam, pasien DHF akan memasuki fase kritis. Fase ini dapat merupakan awal dari penyembuhan tetapi bisa pula merupakan fase awal dari syok (Satari & Meilasari, 2008).
b.    Fenomena perdarahan
Pada kasus DHF terdapat minimal satu manifestasi perdarahan berikut:
1)   Uji bendung positif ( uji torniquet ).
2)   Ptekie, ekimosis atau purpura pada ekstremitas muka dan palatum.
3)   Perdarahan mukosa (epitaksis atau perdarahan gusi atau perdarahan dari tempat lain.)
4)   Hematemesis atau melena (Ginanjar,2008)
Penyebab perdarahan pada penyakit ini adalah vaskulopati, trombositopenia, gangguan fungsi trombosit, dan koagulasi intravaskuler secara menyeluruh.
c.    Trombositopenia
Penurunan trombosit umumnya terjadi sebelum terjadi peningkatan hematokrit dan sebelum suhu tubuh turun. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul) biasanya ditemukan antara hari ketiga sampai ketujuh setelah panas (Soegiyanto, 2006).
d.   Kebocoran plasma
Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) pada DHF, yaitu:
1).      Peningkatan hematokrit > 20 % dibandingkan standart sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
2).      Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites, hipoproteinemia, atau hiponatremia.
Setelah fase demam, semua tanda dan gejala klinis akan menghilang. Demam akan turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah. Akral atau ujung ekstremitas akan teraba dingin, disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini menunjukkan adanya gangguan sirkulasi akibat dari perembesan plasma (Hadinegoro & Satari, 2005).
e.    Hepatomegali
Pembesaran hati biasanya terjadi pada permulaan penyakit. Derajatnya tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Nyeri tekan di daerah hati sering ditemukan, tampak jelas pada orang dewasa dan berhubungan dengan adanya perdarahan (Soegiyanto, 2006).
f.     Syok
Syok merupakan gejala gangguan sirkulasi sebagai akibat dari perembesan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Tanda dan gejala dari syok yaitu demam turun disertai keluar keringat dingin, denyut nadi cepat dan tekanan darah menurun, akral teraba dingin disertai kongesti kulit.


g.    Keluhan lain yang menyertai DBD, yaitu:
1). Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
2). Keluhan pada saluran pencernaan : mual,muntah, anoreksia, diare, konstipasi.
3). Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh (Mansjoer, 2005).

Adapun manifestasi klinis menurut Suriadi dan Rita Yuliani (2006)
1.    Demam tinggi selam 5-7 hari
2.    Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : petechie, ekimosis, hematoma.
3.    Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
4.    Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi
5.    Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan uluh hati
6.    Sakit kepala
7.    Pembengkakan sekitar mata
8.    Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
9.    Tanda dan renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah)

E.     Patofisiologi
Virus merupakan mikroorganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup, maka untuk kelangsungan hidupnya maka virus harus bersaing dengan sel tubuh manusia terutama untuk kebutuhan protein. Persaingan ini bergantung pada daya tahan tubuh manusia, bila daya tahan tubuh manusia baik maka penyakit akan sembuh sempurna dan timbul antibodi, tapi bila daya tahan tubuh manusia jelek maka penyakit akan semakin berat dan dapat menyebabkan kematian. Setelah terinfeksi virus dengue, akan terjadi respon sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, yaitu :
a.    Aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilatoksin yang menyebabkan permiabilitas kapiler dan terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskuler ke ekstravaskuler (plasma leukage).
b.    Agregasi trombosit sehingga jumlah trombosit menurun.
c.    Kerusakan sel endotel pembuluh darah yang akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan (Mansjoer, 2005).
Ketiga faktor di atas dapat mengakibatkan :
1).      Peningkatan permiabilitas kapiler sehingga mengakibatkan perembesan plasma, hipovolemia, dan syok. Perembesan plasma pada DBD mengakibatkan adanya cairan di dalam rongga pleura dan rongga peritoneal yang berlangsung singkat, selama 24-48 jam
2).       Kelainan hemostasis akibat dari adanya vaskulopati, trombositopenia, dan koagulopati sehinggga menyebabkan perdarahan hebat (Setiati & Soemantri, 2009).




















F.     Pathways
(Hidayat, 2006)
 
G.    Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF Hadinegoro (2006) adalah:
1.    Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.
2.    Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum, hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan berkurangnya aliran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam waktu 12-24 jam.
3.    Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
4.    Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura dan adanya dipsnea.

H.    Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu dilakukan berbagai pemeriksaan penunjang, diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi, (Hadinegoro, 2006).
a. Pemeriksaan laboratorium
1).    Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a)    IgG dengue positif (dengue blood)
b)   Trombositipenia
c)    Hemoglobin meningkat >20%
d)   Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
e)    Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema, hiponatremia, hipokalemia
f)    SGOT dan SGPT mungkin meningkat
g)   Ureum dan pH darah mungkin meningkat
h)   Waktu perdarahan memanjang
i)     Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois metabolik PCO2 <35-40 mmHg, HCO3 rendah. (Hadinegoro, 2006).
2).    Pemeriksaan urine
Pada pemeriksaan urine dijumpai albumin ringan.
3).    Pemeriksaan serologi
Beberapa pemeriksaan serologis yang biasa dilakukan pada klien yang diduga terkena DHF adalah:
a)    Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test)
b)   Uji komplemen fiksasi (CF test)
c)    Uji neutralisasi (N test)
d)   IgM Elisa (Mac. Elisa)
e)    IgG Elisa
(Hadinegoro, 2006).
Melakukan pengukuran antibodi pasien dengan cara HI test (Hemoglobin Inhibiton test) atau dengan uji pengikatan komplemen (komplemen fixation test) pada pemeriksaan serologi dibutuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut dan pada masa penyembuhan. Untuk pemeriksaan serologi diambil darah vena 2-5 ml, (Hadinegoro. 2006).
4).    Pemeriksaan radiology
a)    Foto thorax
Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura.
b)   Pemeriksaan USG
Pada USG didapatkan hematomegali dan splenomegali.
I.         Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DHF menurut Soegiyanto (2006), antara lain :
1.    Pemberian antipiretik, kompres, pemberian minum sesuai kebutuhan (1,5-2 liter perhari). Diberikan pada pasien demam, anoreksia, dan sering muntah untuk mencegah dehidrasi. Biasanya diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan.
2.    Pemberian obat anti konvulsan (luminal, diazepam), apabila pasien mengalami kejang akibat demam tinggi.
3.    Pemberian cairan intra vena (infuse) yaitu RL, Dextrose 5 %. Infuse diberikan pada pasien :
a.    Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadi dehudrasi.
b.    Hematokrit yang cenderung meningkat. Peningkatan hematokrit menandakan adanya kebocoran plasma dan beresiko terjadi syok.

J.        Konsep Dasar Keperawatan
1.    Pengkajian
1). Identitas pasien
Nama, umur ( pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun ), jenis kelamin, alamat , pendidikan , nama orang tua , pendidikan orang tua , dan pekerjaan orang tua.
2). Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3). Riwayat Penyakit Sekarang
Di dapatkan adanya keluhan panas mendadak yang di sertai menggigil dan saat demam kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 , dan anak semakin lemah. Kadang-kadang di sertai dengan keluhan batuk, filek, nyeri telan, mual, muntah, anorexia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakanbola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi ( grade III, IV ), melena, atau hematemesis.
4). Riwayat penyakit yang pernah di derita
Penyakit apa saja yang pernah di derita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulang DHF dengan tipe virus yang lain.
5). Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat di hindarkan.
6). Riwayat Gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7). Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar.


8). Pola kebiasaan
1).      Nutrisi dan metabolisme frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
2).      Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare / konstipasi. sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3).      Eliminasi urine ( buang air kecil ) perlu di kaji apakah sering kencing, sedikit / banyak, sakit / tidak. pada DHF garade IV sering terjadi hematuria.
4).      Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit / nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5).      Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membesihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
6).      Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
7).      Pemeriksaan fisik. Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut.
         Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.
         Grade II : Kesadaran kompos mentis , keadaaan uum lemah, ada perdarahan spontan ptekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
         Grade III : kesadaran apatis, somenolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.
         Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin , berkeringat, dan kulit tampak biru.
8).      Sistem Integumen
         Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab.
         Kuku sianosis / tidak
         Kepala dan leher
Kepala terasa  nyeri, muka tampak kemerahan karena demam  (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalamiperdarahan (epistaksis) pada grade II,III,IV, pada mulut di dapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hypertemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II,III,IV).
9).      Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. pada fhoto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura ), Rales +, rhonkhi + yang biasanya terdapat grade III dan IV.
10).  Abdomen
mengalami nyeri tekan, pembesaran hati ( hepatomegali ), dan asietas.
11).  Ekstremitas
akral dingin, serta terjadi nyeri otot , sendi, serta tulang.

2.    Diagnosa Keperawatan
                        I.          Hipertermi berhubungan dengan viremia
                     II.          Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma
                  III.          Risiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh
                  IV.          Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia
                     V.          Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

3.    Tindakan keperawatan
Diagnosa I
Hipertermi berhubungan dengan viremia
Tujuan
:
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien dapat berkurang
Kriteria Hasil
:
a.    Pasien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman.
b.    Suhu 36,8oC-37,5oC
c.    Tekanan darah 120/80 mmHg
d.    Respirasi 16-24 x/mnt
e.    Nadi 60-100 x/menit
Rencana Tindakan
:

1.    Kaji saat timbulnya demam.
Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien
2.    Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam
Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
3.    Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam)
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
4.    Berikan kompres hangat
Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang
mempercepat penurunan suhu tubuh
5.    Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal
Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh
6.    Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi

Diagnosa II
Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan per-meabilitas dinding plasma
Tujuan
:
Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria Hasil
:
a.    TD 120/80 mmHg
b.   RR 16-24 x/mnt
c.    Nadi 60-100 x/mnt
d.   Turgor kulit baik
e.    Haluaran urin tepat secara individu
f.    Kadar elektrolit dalam batas normal
Rencana Tindakan
:

1.    Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tanda vital.
Rasional : Hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan takikardi
2.    Kaji suhu warna kulit dan kelembabannya
Rasional : Demam dengan kulit kemerahan, kering menunjukkan dehidrasi.
3.    Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
Rasional : Merupakan indicator dari dehidrasi
4.    Pantau masukan dan pengeluaran cairan
Rasional : Memberi perkiraan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan program pengobatan
5.    Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung.
Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi.
6.    Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
Rasional : Kekurangan cairan dan elektrolit menimbulkan muntah sehingga kekurangan cairan dan elektrolit.
7.    Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
Rasional : Cairan untuk perbaikan yang cepat berpotensi menimbulkan kelebihan beban cairan
8.    Berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium(Ht, BUN, Na, K)
Rasional: Mempercepat proses penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan cairan

Diagnosa III
Risiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh
Tujuan
:
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi syok
Kriteria Hasil
:
a.    TD 120/80 mmHg
b.   RR 16-24 x/mnt
c.    Nadi 60-100 x/mnt
d.   Turgor kulit baik
e.    Haluaran urin tepat secara individu
f.    Kadar elektrolit dalam batas normal
Rencana Tindakan
:

1.    Monitor keadaan umum pasien
Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera ditangani.
2.    Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.
Rasional : Tanda vital normal menandakan keadaan umum baik
3.    Monitor tanda perdarahan
Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok hipovolemik
4.    Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
5.    Berikan transfusi sesuai program dokter
Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang
6.    Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik
Rasional : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin


Diagnosa IV
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia
Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil
:
a.    Mencerna jumlah kalori/nutrien yangtepat
b.   Menunjukkan tingkat energi biasanya
c.    Berat badan stabil atau bertambah
Rencana Tindakan
:

1.     Observasi keadaan umam pasien dan keluhan pasien.
Rasional : Mengetahui kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.
2.     Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
3.     Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya)
4.     Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang sesuai dengan program diit.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam pencernaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang
5.     Ajarkan pasien dan Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; Memberikan informasi kepada keluarga untuk memahami nutrisi pasien
6.     Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti mual.
Rasional : Pemberian obat antimual dapat mengurangi rasa mual sehingga kebutuhan nutrisi pasien tercukupi.

Diagnosa V
Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
Tujuan
:
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien dapat berkurang dan menghilang
Kriteria Hasil
:
a.    Pasien mengatakan nyerinya hilang
b.    Nyeri berada pada skala 0-3
c.    Tekanan darah 120/80 mmHg
d.   Suhu 36,8oC-37,5oC
e.    Respirasi 16-24 x/mnt
f.     Nadi 60-100 x/mnt
Rencana Tindakan
:

1.    Observasi tingkat nyeri pasien (skala, frekuensi, durasi)
Rasional : Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan/resolusi komplikasi
2.    Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman dan tindakan Kenya-manan
Rasional : Lingkungan yang nyaman akan membantu proses relaksasi.
3.    Berikan aktifitas hiburan yang tepat
Rasional : Memfokuskan kembali perhatian; meningkatkan kemam-puan untuk menanggulangi nyeri.
4.    Libatkan keluarga dalam asuhan keperawatan.
Rasional : Keluarga akan membantu proses penyembuhan dengan melatih pasien relaksasi.
5.    Ajarkan pasien teknik relaksasi
Rasional : Relaksasi akan memindahkan rasa nyeri ke hal lain
6.    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik
Rasional:. Memberikan penurunan nyeri.

 

BAB III
TINJAUAN KASUS

A.      PENGKAJIAN
Ruang/RS                         : Flamboyan  / RSUD Kajen
No Rekam Medis             : 125059
Tanggal Masuk                 : Rabu, 03 Juni 2015. Jam 19.30
Tanggal Pengkajian          : Kamis, 04 Juni 2015. Jam 07.00
Diagnosa Medis               : DHF (Dengue Haemorrhagic Fever)
Mahasiswa yg mengkaji   : Annisa Resiana (P17420313050)
                                           Mastini Febiyanti (P17420313070)
                                           Susiyanti (P17420313087)

              I.     Identitas
a.       Identitas klien
Nama                    : An. N
Tanggal lahir        : 23 Juni 2004
Umur                    : 11 Tahun
Agama                  : Islam
Jenis kelamin        : Laki - laki
Suku/bangsa         : Jawa / Indonesia
Alamat                 : Kesesi
b.      Identitas Orang tua
Nama Ibu
:
Ny. A
Nama Ayah
:
Tn. H
Usia Ibu
:
29 Tahun
Usia Ayah
:
35 Tahun
Pendidikan Ibu
:
SD
Pendidikan Ayah
:
SMP
Pekerjaan Ibu
:
IRT
Pekerjaan Ayah
:
Wiraswasta
Agama Ibu
:
Islam
Agama Ayah
:
Islam
Suku bangsa
:
Jawa / Indo
Suku bangsa
:
Jawa / Indo
Status perkawinan
:
Kawin
Status perkawinan
:
Kawin
c.       Identitas Saudara Kandung
No
Nama
Usia
Hubungan
Status Kesehatan
1.
An. S
6 Th
Adik Kandung
sehat






           II.     Riwayat Kesehatan
a.    Keluhan utama
Klien mengatakan badanya lemas.

b.    Riwayat kesehatan sekarang





c.       Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan sebelumnya klien belum pernah dirawat di rumah sakit.

d.      Riwayat kesehatan keluarga
1.    Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan di dalam keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, hepatitis B, Diabetes dan HIV/AIDS.
2.    Genogram

 
















e.       Riwayat Imunisasi
No
Jenis immunisasi
Waktu pemberian
Frekuensi
1.
BCG
Usia 1 bulan
1x
2.
DPT (I,II,III)
Usia 2,3,4 bulan
3x
3.
Polio (I,II,III,IV)
Usia 1,2,3,4 bulan
4x
4.
Campak
Usia  9 bulan
1x
5.
Hepatitis B
Usia 0, 2, 3, 4 bulan
4x

f.       Riwayat Tumbuh Kembang
1.    Pertumbuhan Fisik
Ø Berat badan  :       28        kg
Ø Tinggi badan  :     135      cm
g.      Riwayat sosial/pola asuh
Klien mengatakan, tinggal bersama kedua oang tuanya. Kedua orang tuanya yang berperan penting dalam mengasuhnya hingga saat ini.

        III.     Data Umum Kesehatan Saat Ini
a.     Pemeriksaan Umum
1.    Keadaan Umum  : Sedang
2.    Kesadaran           : Composmentis
3.    Tanda Vital
Tekanan Darah               :   110 / 70   mmHg
Nadi                               :   88 x/menit
Suhu                               :   38,8  0C
Pernapasan                     :   20 x/menit

b.    Pemeriksaan Fisik head to toe
1.         Kepala dan Rambut
Inspeksi
:
Rambut hitam bersih, tidak rontok, tidak ada benjolan.
Palpasi
:
Kepala tidak oedem, dan tidak ada nyeri tekan

2.         Mata
Inspeksi
:
Simetris kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis
3.         Telinga
Inspeksi
:
Bersih, fungsi pendengaran baik



4.         Mulut
Inspeksi
:
Mukosa bibir kering.
5.         Leher
Inspeksi
:
Bersih, tidak kemerah-merahan.
Palpasi
:
Tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid.
6.         Dada
a)    Paru – paru
Inspeksi
:
Simetris kanan dan kiri, tidak asfiksi.
Palpasi
:
Tidak ada odema
Auskultasi
:
Sonor


b)   Jantung
Inspeksi
:
Tampak ictus cordis
Palpasi
:
tidak ada odema, tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi
:
Bunyi jantung lup dup

7.         Abdomen
Inspeksi
:
Bersih tidak ada luka.
Palpasi
:
Tidak ada nyeri tekan
Perkusi
:
Tympani
Auskultasi
:
Bising usus terdengar 5 – 10 detik.
8.         Genitalia dan anus
Inspeksi
:
Keadaan bersih, anus tidak terdapat hemoroid.
9.         Kulit
Inspeksi
:
Akral teraba hangat
Palpasi
:
Tidak ada oedem
10.     Ekstremitas atas
a)   Dextra
Inspeksi
:
Terpasang infuse ringer laktat 20 tpm
Palpasi
:
Tidak ada pembengkakan , tidak ada nyeri tekan.

b)   Sinistra
Inspeksi
:
Tidak ada kemerehan, tidak ada keterbatasan gerak.
Palpasi
:
Tidak ada pembengkakan , tidak ada nyeri tekan.

11.     Ekstemitas bawah
a)   Dextra
Inspeksi
:
Tidak ada pembengkakan, tidak ada varises. Tidak ada keterbatasan gerak.
Palpasi
:
Turgor kulit jelek

b)   Sinistra
Inspeksi
:
Tidak ada pembengkakan, tidak ada varises. Tidak ada keterbatasan gerak.
Palpasi
:
Turgor kulit jelek


        IV.     Pola Fungsional
a.     Nutrisi dan cairan


Sebelum Sakit
Selama Sakit

M
A
K
A
N

Frekuensi
3x sehari
3x sehari
Jumlah
1 porsi
½ porsi
Jenis makanan
Nasi, lauk, sayur
Nasi, lauk, sayur
Keluhan
Tidak ada
Tidak ada

M
I
N
U
M

Frekuensi
5 – 8x
3 – 5x
Jumlah
± 1.200 cc
± 500 cc
Jenis minuman
Air putih, teh
Air putih,teh
Keluhan
Tidak ada
Tidak ada




b.    Eliminasi


Sebelum Sakit
Selama Sakit


B
A
B
Frekuensi
1x/hari
1 x/hari
Konsistensi
Padat lunak
Padat lunak
Bau
Khas
Khas
Keluhan
Tidak ada
Tidak ada
B
A
K
Frekuensi
2 – 3 x/hari
2 – 3x/hari
Bau
Khas amoniak
Khas amoniak
Keluhan
Tidak ada
Tidak ada


c.  Aktivitas
Jenis Aktivitas
Sebelum Sakit
Selama Sakit
Duduk
Mandiri
Mandiri
Berdiri
Mandiri
Mandiri
Berjalan
Mandiri
Mandiri
Toileting
Mandiri
Dibantu orang lain
Personal Hygiene
Mandiri
Dibantu orang lain

d. Kebutuhan istirahat dan tidur


Sebelum Sakit
Selama Sakit

S
I
A
N
G

Frekuensi
1x/hari
1x/hari
Lamanya
2 – 3 jam
2 – 3 jam
Kualitas
nyenyak
nyenyak

M
A
L
A
M

Frekuensi
1x/hari
1x/hari
Lamanya
8 – 9 jam
7 – 8 jam
Kualitas
Nyenyak
Nyenyak















           V.     Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan tanggal : 04 Juni 2015

Jenis pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai normal
a.  Pemeriksaan darah rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Lekosit
Trombosit

b. Index eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW CV
PDW
MPV

15,3
47,2
5.9
7900


80
25,8
32,4
12,2
8,4
6.5

g/dl
%
10^3 /ul
ul


Fl
pg
g/dl
%
fL
fL

11,5 – 16,5
35,0 – 47,0
4,5 – 13,0
15.000 – 50.000


90,0 – 97,0
26,5 – 33,5
31,0 – 37,0
11,5 – 14,5
10,0 – 18,0
6,5 – 11,0


        VI.     Terapi
Terapi yang diberikan pada tanggal 04 Juni 2015
·        IV Ringer Laktat 20 tpm
·        IV Efotax 2x1 gram
·        Oral Trolit (serbuk)
·       Oral Imbost (Syrup) 1 x 1 sendok











B.       DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien          : An. N
Ruang/No RM     : Flamboyan / 125059
Diagnosa Medis   : DHF
No
Tanggal
Data Fokus
Problem/Masalah
Etiologi
Diagnosa Keperawatan
1.
14   Juni
   2015






Ds.
Ø Klien mengata-kan badannya lemas

Do.
Ø  



2.


















3.

























C.      RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien          : An. N
Ruang/No RM     : Flamboyan / 125059
Diagnosa Medis   : DHF
No
Tanggal
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
dan Kriteria hasil
Intervensi
Paraf
1.












2.













3.















D.      TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Klien          : An. N
Ruang/No RM     : Flamboyan / 125059
Diagnosa Medis   : DHF
Tanggal
Jam
Dx
Tindakan Keperawatan
Respon Klien
Paraf












































E.       EVALUASI
Nama Klien          :
Ruang/No Reg     :
Diagnosa Medis   :
Tanggal
Jam
Dx
Evaluasi
Paraf









































No comments:

Post a Comment