Monday 23 November 2015

GADAR MATERNITAS - KET



MAKALAH
Kehamilan Ektopik Terganggu



Di susun oleh:
1.                   Diah Rini Setyawati
2.                   Kiki Suryaningsih      
3.                   Mastini Febiyanti
4.                   Wiji Astuti

3 Reguler B



POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
2015


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul “KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU”  ini telah selesai tepat pada waktunya. Guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas  Semester 5.
Terimaksih kami ucapkan kepada Ibu Hj. Hartati SKM M.Kes  selaku dosen pembimbing mata kuliah Gadar Maternitas. Dan juga pihak – pihak lain yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami sadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita dalam mengembangkan profesionalisme keperawatan di Indonesia. Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Pekalongan, 5 November 2015








BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Kehamilan  ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.
            Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
            Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.



B.  RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah  definisi dari kehamilan ektopik terganggu ?
2.      Apa  saja klasifikasi  kehamilan ektopik terganggu?
3.      Apakah etiologi terjadinya kehamilan etopik terganggu?
4.      Bagaimana  patofisiologi kehamilan ektopik terganggu?
5.      Apa saja manifestasi klinis kehamilan ektopik tergangggu?
6.      Apa saja  komplikasi kehamilan ektopik terganggu?
7.      Bagaimana penatalaksanaan kehamilan ektopik terganggu?
8.      Apakah  pemeriksaan penunjang kehamilan ektopik terganggu?
9.      Bagaimana pencegahan kehamilan ektopik terganggu?
10.  Bagaimana  asuhan keperawatan keamilan ektopik terganggu?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui definisi dari kehamilan ektopik terganggu.
2.      Untuk mengetahui klasifikasi  kehamilan ektopik terganggu
3.      Untuk mengetahui etiologi terjadinya kehamilan etopik terganggu
4.      Untuk mengetahui patofisiologi kehamilan ektopik terganggu
5.      Untuk mengetahui manifestasi klinis kehamilan ektopik tergangggu
6.      Untuk mengetahui komplikasi kehamilan ektopik terganggu
7.      Untuk mengetahui penatalaksanaan kehamilan ektopik terganggu
8.      Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang kehamilan ektopik terganggu
9.      Untuk mengetahui pencegahan kehamilan ektopik terganggu
10.  Untuk mengetahui asuhan keperawatan keamilan ektopik terganggu






BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi Kehamilan Ektopik
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim.(Obstetri Patologi. 1984. FK UNPAD)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah sebuah keadaan gawat darurat yang terjadi dimana dapat mengancam dan membahayakan nyawa ibu dan perkembangan kehidupan janin. Kehamilan di luar kandungan juga merupakan salah satu penyebab utama kematian sang ibu dan umumnya terjadi pada trimester1.
Kehamilan diluar kandungan memberi peluang akar plasenta melekat pada saluran telur. Dengan demikian saluran telur akan mengalami pendarahan kecil yang berulang-ulang kemudian embrio yang melekat pada saluran telur tersebut akan lepas secara spontan (abortus tuba). Hamil diluar rahim tidak akan dapat dipertahankan karena bila embrio menempel pada saluran telur akan mengakibatkan saluran telur tersebut bengkak dan pecah.
Berdasarkan tempat implantasinya kehamilan ektopik :
1.           Pars interstisial tuba
2.           Pars ismika tuba
3.           Pars ampuralis tuba
4.           Kehamilan infundibulum tuba
5.           Kehamilan abdominal primer atau sekunder

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhe9skvilwaj9VP6wiR3tJbWcpwTfnGsxRpaj3cYt9BVfOMGUNAD5g86pvCKhnNXe_LbkiBFSiBEnxuAfYTRt5JQyOtsXz2agY3nG7OhM_j74jFI_u_Msbgr0P0ivokGWLLr31wGf-G_21A/s1600/kehamilan-ektopik.jpg




B. Klasifikasi
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain:
1.Tuba Fallopii
a.       Pars-interstisialis
b.      Isthmus
c.       Ampula
d.      Infundibulum
e.       Fimbrae
2.Uterus
a.       Kanalis servikalis
b.      Divertikulum
c.       Kornu
d.      Tanduk rudimenter
3.Ovarium
4.Intraligamenter
5.Abdominal
a.       Primer
b.      Sekunder
6.Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus





C.  Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:
1.Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam kavum uteri, antara lain:
a.       Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
b.       Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen
c.       Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan hipoplasi. Namun ini jarang terjadi
d.      Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
e.        Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada adneksia
f.       Penggunaan IUD
2. Faktor Fungsional
a.       Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang abnormal
b.      Refluks menstruasi
c.       Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan progesterone

3.Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
4.Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
D.  Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara intercolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujungatau sisi jonjot, endosalping yang relative sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di reabsorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di pengaruhi oleh beberapa faktor,  yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami hipertropi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometriumpun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometriummenjadi hipertropik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan akan terkompromi.     

Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :
a.       Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi
b.      Abortus kedalam lumen tuba
c.       Ruptur dinding tuba.

E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.

F. Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.

G. Penatalaksanaan
KET merupakan keadaan gawat darurat dan memerlukan tindakan bedah. Karena itu penderita yang tersangka KET harus segera dirujuk ke rumah sakit agar segera mendapat pertolongan. Tindakan dilakukan di tingkat pelayanan dasar adalah sebagai berikut :
a.    Bila pasien dalam keadaan syok
1)    Perbaiki keadaan umum, dengan memasang cairan infus ( Nacl 0,9, ringer laktat atau dekstrosa 5 % pada kedua sisi dengan tetesan cepat ( guyur )  bila mungkin lakukan tranfusi darah
2)    Bila ada pasang oksigen dengan kecepatan 1-2 liter/menit
3)    Bila tekanan darah sistolik sulit mencapai 90 mmHg, pasien tetap dirujuk disertai petugas yang mampu melakukan pertolongan dan mempertahankan keadaaan umum, menjaga cairan infus agar tetap. Lancar aliran dan memperhatikan tanda-tanda vital.
4)    Siapkan keluarga pasien yang dapat mendampingi dan sekaligus menajdi calon donor darah, pasienj diminta puasa untuk mempersiapkan operasi.
b.    Bila pasien tidak dalam keadaan syok
1)    Pertahankankan keadaan umum pasien dengan pemberian cairan yang cukup
2)    Siapkan surat rujukan dan segera rujuk ke rumah sakit yang mampu melakukan tindakan bedah
3)    Selama dalam perjalanan didampingi oleh calon donor darah dari keluarga pasien di samping petugas yang dapat memantau pekembangan pasien dengan ketat ( TTV dan jumlah cairan yang masuk dan keluar ) pasien diminta puasa untuk persiapan operasi.
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam tindakan demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.
1.      Kondisi ibu pada saat itu.
2.      Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3.      Lokasi kehamilan ektropik.
4.      Kondisi anatomis organ pelvis.
5.      Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6.      Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di tangani dengan menggunakan kemoterapi untung menghindari tindakan pembedahan.
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan :
1.      Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
2.      Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar β-hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.

Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
1.      Ukuran kantung kehamilan
2.      Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
3.      Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :
1.      Masa tuba
2.      Usia kehamilan
3.      Janin mati
4.      Kadar β-hCG
Kontraindikasi pemberian Methrotexate :
1.      Laktasi
2.      Status Imunodefisiensi
3.      Alkoholisme
4.      Penyakit ginjal dan hepar
5.      Diskrasia daraH
6.      Penyakit paru aktif
7.      Ulkus peptikum
Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG setiap minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan “second look operation”.
I.      Pemeriksaan Penunjang
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba atau rupture tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan ektopik yang belum terganggu, maka penderita segera dirawat di rumah sakit. Alat bantu diagnostic yang dapat digunakan ialah ultrasonografi, laparoskopi atau kuldoskopi.
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak banyak mengalami kesukaran, tetapi pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali.  Untuk mempertajam diagnosis,  maka pada tiap wanita dalam masa reproduksi dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah atau kelainan haid, kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan. Pada umumnya dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan yang cermat diagnosis dapat ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostic seperti kuldosentesis, ultrasonografi dan laparoskopi masih diperlukan anamnesis. Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan per vaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu :
1.             Pemeriksaan umun : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
2.             Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditemukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik, sehingga menyukarkan perbedaan denga infeksi pelvik.
3.             Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam. Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat  diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi tes negative tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negative.
4.             Kuldosentris : adalah suatu cara  pemeriksaan untuk mengetahui apakah kavum Douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Tekniknya :
a.    Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi
b.    Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic
c.    Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam servik ; dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak
d.   Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit 10 ml dilakukan penghisapan
e.    Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan perhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan :
·      Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku; darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertususk
·      Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.
·      Ultrasonografi : berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat pada ± 5 % kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterine pada kasus uternus bikornis.
·      Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk melakukan laparotomi.

H.  Pencegahan
Wanita yang merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.


















ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK
 A.  Pengkajian
1.        Gadar
Airway:  Kaji kepatenan jalan nafas dengan look, listen, feel serta kaji suara nafas apakah snoring, gurgling, stridor, wheezing atau ronchi.
Breathing : Kaji pola nafas apakah bernafas spontan/tidak, nafas cepat/lambat. Kaji apakah ada sesak nafas/tidak, gerakan dinding dada simetris/asimetris, pola nafas teratur/tidak, auskultasi bunyi nafas normal/tidak, kaji frekuensi nafas serta penggunaan otot bantu pernafasan.
Circulation : pada pasien KET tampak pucat, akral dingin, tekanan darah mungkin menurun, nadi teraba cepat dan kecil, pasien tampak meringis atau kesakitan karena nyeri
Disability : pada pasien kemungkinan terjadi syncope, pasien tampak lemah.
2.        Anamnesis dan gejala klinis
a.         Riwayat terlambat haid
b.         Gejala dan tanda kehamilan muda
c.         Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
d.        Terdapat aminore
e.         Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen, terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
f.          Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.

3.    Pemeriksaan fisik :
a.       Inspeksi
·         Mulut          : bibir pucat
·         Payudara      : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
·          Abdomen    : terdapat pembesaran abdomen.
·         Genetalia      : terdapat perdarahan pervaginam
·         Ekstremitas   : dingin
b.      Palpasi
·          Abdomen      :     uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri
   tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
·         Genetalia           : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
c.       Auskultasi
·          Abdomen            : bising usus (+), DJJ (-)

d.      Perkusi
·          Ekstremitas : reflek patella + / +

4.    Pemeriksaan fisik umum:
a.       Pasien tampak anemis dan sakit
b.      Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
c.       Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
d.      Daerah ujung (ekstremitas) dingin
e.       Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
f.       Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
g.      Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat perabaan.

5.    Pemeriksaan khusus:
a.       Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
b.      Kavum douglas menonjol dan nyeri
c.       Mungkin tersa tumor di samping uterus
d.      Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
e.       Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri












B.  Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1.      Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
2.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
3.      Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.

C. Intervensi keperawatan
1.      Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang di buktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta frekuensi berat jenis urine adekuat.
No
Rencana Inervensi
Rasional
1
Lakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga.
Pasien dan keluarga lebih kooperatif
2
Berikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat ini
pasien mengerti tentang keadaan dirinya dan lebih kooperatif terhadap tindakan.
3
Observasi TTV dan observasi tanda akut abdoment.
parameter deteksi dini adanya komplikasiyang terjadi.
4
Pantau input dan output cairan
Untuk mengetahui kesaimbangan cairan dalam tubuh
5
Pemeriksa kadar Hb
mengetahui kadar Hb klien sehubungan dengan perdarahan.
6
Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut.
melaksanakan fungsi independent.




2.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
Kriteria hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya: Tanda-tanda vital stabil, membrane mukosa warna merah muda, pengisian kapilerbaik, haluaran urine adekuat, wajah tidak pucat dan mental seperti biasa.
No
Tindakan intervensi
Rasional
1
Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Memberikan informasi tentang derajat/adekuat perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
2
Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi.
Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi perifer. Kenyamanan pasien/ kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan.
3
Kolaborasi dengan tim medis yang lain, awasi pemeriksaan lab: misalnya: HB/HT
Mengidentifikasi defisiensi dan kebuutuhan pengobatan atau terhadap terapi.




3.      Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.
Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang kesakitan.
No
Rencana Intervensi
Rasional

Mandiri:

1
Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus hemoragi ataunyeri tekan abdomen.
Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan tindakan yang akan dilakukan. Ketidak nyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan dan molahidatiosa karena kontraksi uterus yang mungkin diperberat oleh infuse oksitosin. Rupture kehamilan ektropik mengakibatkan nyeri hebat, karena hemoragi tersembunyi saat tuba falopi rupture ke dalam abdomen.
2
Kaji steres psikologi ibu/pasangan dan respons emosional terhadap kejadian.
Ansietas terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidak nyamanan karena syndrome ketegangan, ketakutan, dan nyeri..
3
Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri. Instruksikan klien untuk menggunakan metode relaksasi, misalnya: napas dalam, visualisasi distraksi, dan jelaskan prosedur.
Dapat membantu dalam menurunkan tingkat asietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan.

Kolaborasi:
4
Berikannarkotik atau sedative berikut obat-obat praoperatif bila prosedur pembedahan diindikasikan.
Meningkatkan kenyamanan, menurunkan komplikasi pembedahan
5
Siapkan untuk prosedur bedah bila terdapat indikasi
Tingkatkan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri.

















BAB III
PENUTUP
A. Simpulan 
Kehamilan Ektopik Terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba.
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu, yaitu:
·         Faktor mekanis
·         Faktor fungsional
·         Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
·         Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
Kalangan usia yang rentan terhadap Kehamilan Ektopik Terganggu adalah antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.

B. Saran
Banyak hambatan yang penulis dapatkan dalam pembuatan makalah ini akibat keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis menyarankan agar kegiatan seperti ini agar kiranya dapat slalu dilakukan untuk menambah ilmu dan pengetahuan serta sebagai bahan aplikasi jika kelak mengambil profesi dan terjun dimasyarakat luas.




DAFTAR PUSTAKA

Bagian obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : FK UNPAD
http://www.medica store.com/kehamilanektopik,kehamilanluarkandungan/page:1-4.2013.
http://www.pusmaika’s.blogspot.com
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media Aesculapius FKUI
Prawirohardjo S, Hanifa W. 2005. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam: Ilmu Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP
Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP




No comments:

Post a Comment