Monday 23 November 2015

GADAR MATERNITAS - MOLA HIDATIDOSA



MAKALAH
“MOLA HIDATIDOSA”















Disusun oleh :
1.    Dewi Aisyah
2.    Khilda Sari
3.    Maulida Safutri
4.    Wada Rahma Iqbal

3 REGULER B


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan sasaran prioritas dalam pembangunan bidang kesehatan. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan derajat kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu hal ini merupakan prioritas dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat yang utama di Negara kita. Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin.           
Angka kematian ibu dengan kehamilan di Indonesia termasuk tinggi di Asia. Pada setiap 2 jam terdapat satu ibu yang meninggal karena melahirkan. Propinsi penyumbang kasus kematian ibu dengan kehamilan terbesar ialah Papua 730 per 100.000 kelahiran, Nusa Tenggara Barat 370 per 100.000 kelahiran, Maluku 340 per 100.000. (Warta Demografi, tahun 2000).
Dari data diatas meskipun ada kecenderungan menurun, tapi angka kematian ibu (AKI) penduduk Indonesia masih relatif tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2003. Tingginya angka kematian ibu diantaranya disebabkan oleh beberapa faktor meliputi: perdarahan, toxemia gravidarum, dan infeksi. Salah satu dari ketiga faktor tersebut adalah perdarahan dan perdarahan dapat terjadi pada wanita dengan mola hidatidosa.
Mola Hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak (benigna) dari chorion penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta melanjutkan sel-sel trophoblastik terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor yang invasif, kemudian edema dan membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola hidatiosa bentuk komplet dan bentuk parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio dan ada jaringan embrio.
Melihat fenomena diatas maka kami tertarik membahas makalah  Dengan judul “MOLA HIDATIDOSA”.
B.     Rumusan Masalah
1.      apa pengertian dari mola hidatidosa ?
2.      apakah etiologi dari mola hidatidosa ?
3.      bagaimana patofisiologi dari mola hidatidosa ?
4.      bagaimana tanda dan gejala dari mola hidatidosa ?
5.      bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan mola hidatidosa
6.      bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan mola hidatidosa ?

C.    Tujuan
1.                   Mengetahui   pengertian dari mola hidatidosa
2.                   Mengetahui  etiologi dari mola hidatidosa
3.                   Mengetahui patofisiologi   mola hidatidosa
4.                   Mengetahui tanda dan gejala mola hidatidosa
5.                   Mengetahui penatalaksanaan dari mola hidatidosa
6.                   Mengetahui askep pada klien mola hidatosa

D.    Manfaat
Setelah membuat makalah mola hidatidosa ini, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami pengertian mola hidatidosa, etiologi mola hidatidosa, patofisiologi mola hidatidosa, tanda dan gejala mola hidatidosa, komplikasi mola hidatidosa, gambaran diagnostic mola hidatidosa, penatalaksanaan mola hidatidosa, serta  membuat dan mengaplikasikan  asuhan keperawatan pada klien dengan mola hidatidosa.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
            Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339)
            Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh bergandang berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (benigna) (Mochtar, 2000).
B.     Etiologi
            Penyebab   mola   hidatidosa   tidak   diketahui,   faktor-faktor   yang menyebabkannya antara lain:
1.      Faktor ovum  :  Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tapi
terlambat dikeluarkan.
2.      Imunoselektif dari trofoblas
3.      Keadaan sosio ekonomi yang rendah
4.      Paritas tinggi
5.      Kekurangan protein
6.      Infeksi virus dan kromosom yang belum jelas
C.    Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1.      Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin
2.      Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
            Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :
            Teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
Teori neoplasma dari Park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
            Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.
(Silvia, Wilson, 2000 : 467)
D.    Tanda dan gejala
Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan mola hidatidosa adalah:
1.      Amenore dan tanda-tanda kehamilanPerdarahan pervaginam berulang.
2.      Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
3.      Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4.      Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
e.Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266)

E.     Penatalaksanaan Medik
Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :
1.      Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis
2.      Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada : Riwayat haid terakhir dan kehamilan
Perdarahan tidak teratur atau spotting Pembesaran abnormal uterus
Pelunakan serviks dan korpus uteri Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin, Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson
3.      Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
4.      Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)
5.      Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun.
            Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat).
Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai
Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi
Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu
Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi

F.     KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KELAINAN KEHAMILAN MOLA HIDATIDOSA

1.      PENGKAJIAN   
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan  menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a.    Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alama
t
b.   Riwayat keperawatan
a)      Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang           
b)     Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
1)      Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.     
2)      Riwayat kesehatan masa lalu       
·         Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
·         Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanyaØ penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah   ginekologi/urinary, penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.       
·         Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.          
·         Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
·         Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
·         Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.    
·         Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-        obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
·         Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
    
c)      Pemeriksaan Fisik, meliputi :        
·         Inspeksi : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
·         Palpasi
 Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.            
 Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.       
 Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnorma
l
·         Perkusi : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.        
 Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak    
·         Auskultasi : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.    
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)        

d)     Pemeriksaan laboratorium        
            Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.  Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB,ü apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

e)      Data lain-lain : Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.
f)       Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana polaü komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.
g)      Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien          
h)     Data spiritual : Kaji tentang keyakina klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.   





2.    DIAGNOSA KEPERAWATAN  
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada kasus ”mola hidatidosa” adalah :
1)      Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan           
2)      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan           
3)      Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri      
4)      Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi     
5)      Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan          
6)      Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah     
7)      Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase          
8)      Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan

3.    INTERVENSI KEPERAWATAN
1)   Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan           
Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang    
Kriteria Hasil : Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang     
Ekspresi wajah tenang, TTV dalam batas normal

INTERVENSI :    
a.      Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat         
b.      Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam 
Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien        
c.       Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi        
Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan  
d.      Beri posisi yang nyaman           
Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri
e.       Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan  

2)   Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan  
Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri        
Kriteria Hasil: Kebutuhan personal hygiene terpenuhi  Klien nampak rapi dan bersih

Intervensi :    
a.       Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri      
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya
b.      Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari    
Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawa
t
c.       Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya       
Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya
d.      Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien  
Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri

3)   Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri      
Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu          
Kriteria Hasi
l: Klien dapat tidur 7-8 jam per hari  Konjungtiva tidak anemis     


Intervensi :    
a.         Kaji pola tidur   
Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya                                
b.        Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat       
c.         Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur        
Rasional : Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidu
r
d.        Batasi jumlah penjaga klien     
Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat
e.         Berlakukan jam besuk       
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat      
f.         Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam
Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur  

4)   Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi     
Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas         
Kriteria Hasil :  Tanda-tanda vital dalam batas normal, Klien tidak  mengalami,komplikasi   

Intervensi :    
a.         Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaphoresis
Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat membantu diagnos
b.        Pantau suhu lingkungan         
Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal
c.         Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak         
Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam    
d.        Berikan kompres hangat        
Rasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu tubuh  
e.         Kolaborasi pemberian obat antipiretik           
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada             hypothalamus

5)   Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan          
Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang      
Kriteria Hasi
l :  Ekspresi wajah tenang          
Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya      

Intervensi :    
a.         Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien
b.        Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya    
Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasa
n
c.         Dengarkan keluhan klien dengan empati           
Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan merasa diperhatikan
d.        Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan
Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya
e.         Beri dorongan spiritual/support        
Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang   

6)   Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah     
Tujuan : Klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi        
Kriteria Hasil
: Nafsu makan meningkat,  Porsi makan dihabiskan          


Intervensi :    
a.     Kaji status nutrisi klien       
Rasional : Sebagai awal untuk menetapkan rencana selanjutnya      
b.    Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering       
Rasional : Makan sedikit demi sedikit tapi sering mampu membantu untuk meminimalkan anoreksia
c.     Anjurkan untuk makan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi       
Rasional : Makanan yang hangat dan bervariasi dapat menbangkitkan nafsu makan klien 
d.    Timbang berat badan sesuai indikasi 
Rasional : Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi 
e.    Tingkatkan kenyamanan lingkungan termasuk sosialisasi saat makan, anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai klien          
Rasional : Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapa
t meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makanan          

7)                 Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase          
Tujuan : Klien akan terbebas dari infeksi     
Kriteria Hasil : Tidak tampak tanda-tandaü infeksi Vital sign dalam batas normal           

Intervensi :    
a.    Kaji adanya tanda-tanda infeksi        
Rasional : Mengetahui adanya gejala awal dari proses infeksi         
b.    Observasi vital sign    
Rasional : Perubahan vital sign merupakan salah satu indikator dari terjadinya proses infeksi dalam tubuh  
c.    Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan (luka, garis jahitan), daerah yang terpasang alat invasif (infus, kateter)
Rasional : Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan komplikasi selanjutnya 
d.   Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat antibiotic         
Rasional : Anti biotik dapat menghambat pembentukan sel bakteri, sehingga proses infeksi tidak terjadi. Disamping itu antibiotik juga dapat langsung membunuh sel bakteri penyebab infeks.       

8)   Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan
Tujuan : Klien akan menunjukkan gangguan perfusi jaringan perifer tidak terjadi
Kriteria Hasil : Hb dalam batasü normal (12-14 g%),  Turgor kulit baik, Vital, sign dalam batas normal Tidak ada mual muntah        

Intervensi
a.     Awasi tanda-tanda vital, kaji warna kulit/membran mukosa, dasar kuku     
Rasional : Memberika informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan             membantu menentukan intervensi selanjutnya    
b.    Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing dan sakit kepala
Rasional : Perubahan dapat menunjukkan ketidak adekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan darah arterial  
c.    Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pegisian kapiler lambat dan nadi perifer lemah        
Rasional :Vasokonstriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan dapat terjadi sebagai efek samping vasopressin       
d.    Berikan cairan intravena, produk darah         
Rasional : Menggantikan kehilangan daran, mempertahankan volume sirkulasi      
e.    Penatalaksanaan pemberian obat antikoagulan tranexid 500 mg 3×1 tablet 
Rasional : Obat anti kagulan berfungsi mempercepat terjadinya pembekuan darah / mengurangi perarahan        





























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal yang merupakan jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh bergandang berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Tanda dan gejalanya berupa Amenore, Perdarahan pervaginam berulang, Darah cenderung berwarna coklat, dan Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
Penatalkasanaannya Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat).

B.     Saran
1.      Untuk Akademi
Diharapkan kepada akademi agar dapat lebih memperbanyak buku-buku yang dapat menunjang perkuliahan, khususnya mata kuliah Keperawatan Maternitas  dan mata kuliah lainnya.
2.      Untuk Mahasiswa /i
Untuk dapat membaca dan memberikan masukan tentang makalah ini serta dapat mempergunakan makalah ini sebagai bahan penunjang materi pembelajaran.
3.      Untuk pembaca
Agar dapat membaca makalah dan menggunakan makalah ini sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi si pembaca dan juga yang lainnya.




DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan. EGC: Jakarta
Johnson & Taylor. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC: Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius: Jakarta

No comments:

Post a Comment