Monday 23 November 2015

GADAR MATERNITAS - PLASENTA PREVIA



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Mengalami pendarahan ketika hamil adalah masalah yang menakutkan sehingga menyebabkan setengah wanita trauma untuk mengandung lagi. Karena kebimbangan masalah yang sama akan terulang lagi. Sebab ini dapat membahayakan nyawa ibu dan anak dalam kandungan. Biasanya pendarahan terjadi pada trimester ke 3 akibat kedudukan uri yang abnormal yaitu terletak pada bagian bawah rahim sehingga menutup jalan bukaan rahim/servik. Keadaan ini disebut plasenta previa. Plasenta akan terbentuk saat wanita hamil. Plasenta ini berfungsi untuk mengirim oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin dimana plasenta ini akan keluar bersama bayi saat dilahirkan.
Pada awal kehamilan, plasenta terdapat pada bagian bawah rahim. Apabila janin besar, biasanya plasenta akan berada di atas menjauhi pangkal rahim.
Isiden dari plasenta previa sangat kecil, kira kira 0,5 % dari setiap 200 kehamilan. Tetapi resikonya sangat tinggi karena pendarahan ini dapat menyebabkan ibu dan bayi mengalami masalah kekurangan darah atau anemia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah agar setiap mahasiswa mampu memahami tentang plasenta previa dan dapat memberikan perawatan yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:
a.       Menjelaskan tentang pengertian, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, serta komplikasi tentang plasenta previa
b.      Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada penderita plasenta previa
BAB II
PEMBAHASAN


A.    PENGERTIAN
Plasenta Previa adalah keadaan dimana plasenta mempunyai letak abnormal yang rendah didalam uterus, normalnya plasenta memiliki letak yang tinggi didalam uterus (Farrer. H 2001: 116)
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. (Sarwono 1994: 365)
Plasenta previa adalah yang berimplantasi pada segmen bawah rahim meliputi bagian servic yang terlibat pendataran dan pembukaan, dengan demikian bias menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum dan oleh karenanya bagian terdepan janin sering sekali terkendala memasuki pintu atas panggul. (Dr. TMA Chalik: 129)

B.     KLASIFIKASI
Berdasarkan derajat abnormalitasnya, plasenta previa dibagi:
1.      Plasenta previa totalis: Keseluruhan ostium internum servik tertutup sama sekali.
2.      Plasenta previa parsialis: Sebagian ostium interenum servik tertutup sebagian.
3.      Plasenta preevia marginalis: Tepi plasenta terletak pada bagian pinggir ostium internum sevik.
4.      Plasenta previa letak rendah: Implantasi plasenta pada segmen uterus hingga letak tepi plasenta sangat dekat dengan ostium internum servik.

C.    ETIOLOGI
Penyebab pasti dari placenta previa belum diketahui sampai saat ini. Tetapi berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas luka operasi uterus, kehamilan molar, atau tumor yang menyebabkan implantasi placenta jadi lebih rendah merupakan sebuah teori tentang penyebab palcenta previa yang masuk akal.
Selain itu, kehamilan multiple / lebih dari satu yang memerlukan permukaan yang lebih besar untuk implantasi placenta mungkin juga menjadi salah satu penyebab terjadinya placenta previa. Dan juga pembuluh darah yang sebelumnya mengalami perubahan yang mungkin mengurangi suplai darah pada daerah itu, faktor predisposisi itu untuk implantasi rendah pada kehamilan berikutnya.

D.  PATOFISIOLOGI
         Vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau mengakibatkan aliran darah ke plasenta berkurang atau di perlukan lebih banyak suplai darah pada kehamilan kembar. Pada kehamilan tua segmen bawah uterus melebar. Pelebaran tidak dapat diikuti plasenta, sehingga terjadi pergeseran antara permukaan plasenta dan tempat dimana plasenta melekat pada dinding rahim. Pelebaran dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus menjadi robek karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus

E.     TANDA DAN GEJALA
1.      Rasa tak sakit, perdarahan uteri, terutama pada trimester ketiga.
2.      Jarang terjadi pada episode pertama kejadian yang mengancam kehidupan atau menyebabkan syoc hipovolemik.
3.      Kira-kira 7% dari placenta previa tanpa gejala dan merupakan suatu temuan yang kebetulan pada scan ultrasonic.
4.      Beberapa adalah jelmaan untuk pertama kali, saat uterin bawah merentang dan tipis: saat sobek dan perdarahan terjadi dilokasi implantasi bawah.
5.      Plasenta previa mungkin tidak menyebabkan perdarahan hingga kelahiran mulai atau himgga terjadi dilatasi yang lengkap. Perdarahan awal terjadi dan berlebih-lebihan pada total previa. Perdarahan yang merah terang mungkin terjadi secara intermitten, terjadi pancaran atau lebih jarang, mungkin juga berlanjut. Ini mungkin berawal saat wanita sedang istsrahat atau tengah-tengah segala aktifitas. Kebetulan kejadian ini hamper tidak pernah terjadi kecuali jika dilakukan pangkajian vaginal atau rectal memulai perdarahan dengan kasar sebelum atau selama awal kehamilan.
6.      Sikap yang tak terpengaruh pada plasenta previa adalah rasa sakit. Bagaimanapun jika perdarahan yang pertama bersamaan dengan serangan kelahiran, wanita mungkin mengalami rasa tak nyaman karena kontraksi uterus.
7.      Pengkajian perut jika fetus terletak longitudinal, ketinggian fundus biasanya lebih besar dari yang diharapkan untuk umur kehamilannya, kerena placenta menghalangi turunnya bagian-bagian janin.
8.      Manuver Leovod mungkin menampakkan fetus pada posisi miring atau melintang karena abnormalitas lokasi implementasi placenta.
9.      Seperti kaidah, fetal distress atau kematian janin terjadi anya jika bagian penting dari placenta previa terlepas dari desidua basalis atau jika ibu menderita shock hypovolemik.

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah placenta melapisi cervik tidak biasa diungkapkan
2.      Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin.
3.      Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di dalam batas normal.
4.      Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
5.      Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta.
6.      Amniocentesis
Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.

G.    KOMPLIKASI
1.   Pendarahan  yang banyak
2.   Kelahiran sebelum waktunya
3.   Kedudukan bayi yang abnormal (sungsang atau melintang)
4.   Terjadi plasenta akreta (plasenta tertanam pada dinding rahim dan sukar di cabut) jika terjadi keadaaan seperti ini perlu dilakukan pembedahan dan pembuangan rahim untuk menyelamatkan nyawa ibu.
5.   Terjadi plasenta abruptio (plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum bayi di lahirkan) ini menyebabkan kecacatan pada bayi akibat dari oksigen dan nutrisi tidak dapat tersalurkan dari ibu ke janin.





BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A.    PENGKAJIAN
 1. Anamnesa
a.       Keluhan Utama
Perdarahan pervagina berwarna merah segar tanpa nyeri, tanpa sebab dan berulang terjadi pada kehamilan setelah 22 minggu
b.      Riwayat haid
Haid yang pertama, mulainya kapan, siklus lamanya, banyaknya darah yang keluar, baunya keluhan saat haid.
c.       Riwayat hamil dan persalinan lalu
Nilai GPA, usia saat hamil, jarak kehamilan
2.  Pemeriksaan fisik
a.       TTV                 : suhu, nasi, tekanan darah dan respirasi rate normal
b.      Mata                        : konjungtiva anemis karena perdarahan
c.       Payudara      : hiperpigmentasi areola, kollostrum, putting susu
d.      Abdomen     :
1) Inspeksi : jika presbo/prespek tidak terlihat adanya kelainan, kalau letak lintang perkembangan perut ibu akan melintang
2) Palpasi     
-       Menentukan usia kehamilan
-       Letak janin biasanya abnormal
-       Bagian bawah janin biasanya belum masuk PAP
-       Uterus lembek dan tidak ada nyeri tekan
-       Bagian terewndah janin tinggi
3) Auskultasi : mendengarkan DJJ, biasanya DJJ masih terdengar


B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan
  2. Resti infeksi b.d insisi luka operasi
  3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d syok hipovolemik
  4. Resti fetal distress b.d terlepasnya placenta

C.    INTERVENSI KEPERAWATAN
  1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Rasa nyeri pasien berkurang atau hilang
Kriteria Hasil : Klien tidak gelisah, skala nyeri 1 – 2, tanda vital normal.
Intervensi :
a.       Kaji karakristik, skala, lokasi, intensitas, dan frekuensi nyeri.
b.      Monitor tanda vital pasien.
c.       Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
d.      Anjurkan tirah baring dengan posisi datar berbaring.
e.       Lakukan latihan nafas dalam
f.       Ciptakan lingkungan yang nyaman.
g.      Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik
  1. Resti infeksi b.d insisi luka operasi
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil: Limfosit dalam batas normal, tanda vital normal dan tidak ditemukan tanda infeksi.
Intervensi :
a.       Kaji lokasi dan luas luka.
b.      Pantau jika terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, dan perubahan fungsi).
c.       Pantau tanda vital klien.
d.      Kolaborasi pemberian antibiotik.
e.       Ganti balut dengan prinsip steril.
f.       Awasi pemeriksaan laboratorium (lekosit)
  1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d syok hipovolemik
Tujuan : Membaiknya keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kriteria Hasil : Cairan dan elektrolit seimbang
Intervensi :
a.       Monitor tanda vital.
b.      Monitor urin meliputi warna hemates sesuai indikasi.
c.       Pertahankan pencatatan komulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan.
d.      Monitor berat badan tiap hari.
e.       Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, dan natrium urin).
f.       Kolaborasi pemberian diuretik.
  1. Resti fetal distress b.d terlepasnya placenta
Tujuan : Tidak terjadi distress janin
Intervensi :
a.       Kaji DJJ, perhatikan frekuensi dan regularitas. Biarkan pasien memantau gerakan janin.
b.      Kaji adanya kontraksi uterus preterm, yang mungkin ataupun tidak disertai dengan dilatasi cervik
c.       Pantau kemajuan persalinan dan kecepatan turunnya janin
d.      Siapkan klien atau tinjau ulang seri tes USG
e.       Siapkan dan bantu dengan terminasi kehamilan dengan pervaginam atau SC sesuai dengan indikasi









DAFTAR PUSTAKA


Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Editor : Abdul Bari Saifudin, George Adriaansz, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Djoko Waspodo. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2000
Doenges. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi : Pedoman Untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

No comments:

Post a Comment