Monday 23 November 2015

GADAR MATERNITAS - ABORTUS



ABORTUS
Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas Keperawatan Gawat Darurat III
Dosen Pembimbing : Sri Hartati, SKM Mkes











Disusun Oleh :
1.      Dimas Janu Pratama
2.      Latifatunnisa Rusiana
3.      Loly Risqiyani
4.      Wiwik Nurkhikmah

3 REGULER B



POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODIDIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ABORTUS” guna memenuhi tugas Keperawatan Gawat Darurat III.
Kami mengucapkan terimakasih kepada :
1.        Ibu Sri Hartati, SKM. MKes selaku pembimbing mata kuliah Gawat Darurat III
2.        Teman-teman 3 Reguler B yang kami sayangi
3.        Pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang dapat membangun agar penulis bisa lebih baik lagi dalam menyusun makalah ke depannya.




Pekalongan, November 2015
Penulis
 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan yang paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (liewollyn, 2002). Terdapat beberapa macam abortus, yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik. Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, 2002).
Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya wanita mengalami yang kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000 - 750.000 janin yang mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, 2002).
Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian abortus.

B.     Rumusan Masalah
1.         Apa yang pengertian abortus ?
2.         Apa penyebab abortus ?
3.         Apa tanda dan gejala abortus ?
4.         Bagaimana patofisiologi abortus ?
5.         Bagaimana penanganan abortus ?
6.         Bagaimana asuhan keperawatan pada abortus ?

C.    Tujuan Penulisan
1.        Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami tentang abortus
2.        Tujuan Khusus
a.         Untuk mengetahui pengertian abortus
b.        Untuk mengetahui penyebab abortus
c.         Untuk mengetahui tanda dan gejala
d.        Untuk mengetahui patofisiologi
e.         Untuk mengetahui penanganan
f.         Untuk mengetahui asuhan keperawatan


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (Mochtar Rustam, 1998).
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran konsepsi yang hanya sebagian dan hasil yang tertinggal berupa desidua atau plasenta (Mochtar Rustam, 1998).
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira – kira berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan (Moore, 2001).

B.     Etiologi
Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:
1.      Etiologi dari keadaan patologis
Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan keguguran.Prosentase  abortus ini 20% dari semuajenis abortus. Sebab-sebab abortus spontan yaitu :
a.       Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak mungkin hidup terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum. Beberapa  sebab abortus adalah :
1)      Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak mempengaruhi terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi X. Trisomi autosom terjadi pada abortus trisemester pertama yang disebabkan oleh nondisjuntion atau inversi kromosom. Sedangkan pada monosomi X  (45, X) merupakan  kelainan kromosom tersering dan memungkinkan lahirnya bayi perempuan hidup (sindrom Turner).
2)      Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi, yaitu aborsi aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid terjadi karena adanya kelainan kromosom baik kelainan struktural kromosom atau pun komposisi kromosom. Sedangkan pada abortus euploid, pada umumnyanya tidak diketahuai penyebabnya. Namun faktor pendukung aborsi mungkin disebabkan oleh : kelainan genetik, faktor ibu, dan beberapa faktor ayah serta kondisi lingkungan. (Williams,2006)
b.      Faktort ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya:
1)      infeksi, yang terdiri dari :
a)      Infeksi akut
·      Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.
·      Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
·      Parasit, misalnya malaria.
b)      Infeksi kronis
·      Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
·      Tuberkulosis paru aktif.
2)      Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
3)      Penyakit kronis, misalnya : hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit jantung, toxemia gravidarum yang berat.
4)      Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat menimbulkan abortus.
5)      Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks yang pendek, retro flexio utero incarcereta, kelainan endometriala, selama ini dapat menimbulkan abortus.
6)      Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus
7)      Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola)
c.       Pemakainan obat dan faktor lingkungan
1)      Tembakau
Merokok dapat meningkatkan resiko abortus euploid. Wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari memiliki resiko 2 kali lipat dobandingkan wanita yang tidak merokok.
2)      Alkohol
Abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan.
3)      Kafein
Konsumsi kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari tampak sedikit meningkatkan abortus spontan
4)      Radiasi
5)      Kontrasepsi
Alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan peningkatan insiden abortus septik setelah kegagalan kontasepsi.
6)      Toxin lingkungan
Pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang menunjukkan bahan tertentu di lingkungan sebagai penyebab. Namun terdapat buktibahwa arsen, timbal, formaldehida, benzena dan etilen oksida dapat menyebabkan abortus
(Barlow, 1982)
d.      Faktor Imunologis
1)      Autoimun
2)      Alloimun


e.       Faktor ayah
Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan abortus. (William, 2006).
2.      Etiologi non-patologis misalnya : aborsi karena permintaan wanita yang bersangkutan

C.    Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis yang mungkin dapat terjadi menurut Mochtar Rustam (1998) :
1.    Amenorea.
2.    Sakit perut dan mulas-mulas.
3.    Perdarahan yang bisa sedikit atau banyak, dan biasanya seperti stolsel (darah beku).
4.    Sudah ada keluar fetus atau jaringan.
5.    Sering terjadi infeksi.
Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.

D.    Patofisiologi
Etiologi dari abortus adalah faktor kromosom, kelainan alat-alat reproduksi ibu, gangguan sirkulasi plasenta dan penyakit-penyakit ibu yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan kromosom. Kelainan alat-alat reproduksi ibu juga mengakibatkan terjadi kelainan pertumbuhan kromosom. Kelainan pertumbuhan kromosom ini dapat menyebabkan terlepasnya jaringan placenta.
Gangguan sirkulasi placenta juga menyebabkan terlepasnya jaringan placenta. Penyakit ibu seperti anemia dapat mengakibatkan gangguan peredaran darah dalam placenta sehingga menyebabkan terlepasnya jaringan placenta. Sedangkan penyakit ibu seperti infeksi dapat mengakibatkan kelainan pada placenta, sehingga placenta tidak dapat berfungsi dan mengakibatkan terlepasnya jaringan placenta menyebabkan keluarnya sebagian hasil konsepsi dalam uterus, sehingga menyebabkan nyeri. Terlepasnya jaringan placenta ini  dapat terjadi perdarahan pada ibu sehingga mengakibatkan perubahan status kesehatan. Karena kurangnya terpajan informasi, maka terjadi perubahan status kesehatan. Akibat perdarahan maka dapat terjadi resiko tinggi kekurangan volume cairan. perdarahanini dilakukan prosedur invasive dan tindakan curetage, sehingga diangkat diagnosa resiko tinggi infeksi (Manuaba, dkk. 1998 dan Doenges, 2001).

E.     Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis yang mungkin dapat terjadi menurut Mochtar Rustam (1998) :
1.    Amenorea.
2.    Sakit perut dan mulas-mulas.
3.    Perdarahan yang bisa sedikit atau banyak, dan biasanya seperti stolsel (darah beku).
4.    Sudah ada keluar fetus atau jaringan.
5.    Sering terjadi infeksi.
6.    Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.

F.     Penanganan
Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya tanda-tanda infeksi atau adanya perlukaan uterus, vagina dan usus, lakukan irigasi vagina untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, obat-obat lokal atau bahan lainnya.
1.    Penanganan abortus imminens :
a.    Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.
b.    Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
c.    Jika perdarahan :
1)        Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi.
2)        Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG).Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain.
3)        Perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
4)        Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya salbutamol atau indometasin) karena obat obat ini tidak dapat mencegah abortus.
2.      Penanganan abortus insipiens :
a.    Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
1)        Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bilaperlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bilaperlu).
2)        Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
b.   Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
1)        Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
2)        Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3)        Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
3.      Penanganan abortus inkomplit :
a.    Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg peroral.
b.   Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
1)        Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
2)        Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3)        Jika kehamilan lebih 16 minggu :
-   Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
-   Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
-   Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4.         Penanganan abortus komplit :
a.         Tidak perlu evaluasi lagi.
b.        Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
c.         Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
d.        Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
e.         Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

F.     Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh perawat yang berkompeten. Asuhan keperawatan diberikan untuk mengatasi masalah biologi, psikologi, social klien baik actual maupun risiko, yang timbul secara bertahap ataupun mendadak. Perawat gawat darurat harus mengkaji pasien dengan cepat dan merencanakan intervensi sambil berkolaborasi dengan dokter gawat darurat serta departemen penunjang yang lain. Asuhan keperawatan dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
1.         Pengkajian
Proses pengkajian gawat darurat dibagi menjadi dua bagian yaitu pengkajian primer (primer assessment) dan pengkajian sekunder (secondary assessment).
a.         Primer Assessment
1)        Data Subyektif
Keluhan Utama : pada pasien dengan abortus, kemungkinan pasien akan datang dengan keluhan utama perdarahan pervagina disertai dengan keluarnya bekuan darah atau jaringan, rasa nyeri atau kram pada perut. Pasien juga mungkin mengeluhkan terasa ada tekanan pada punggung, mengatakan bahwa hasil test kencing positif hamil, merasa lelah dan lemas serta mengeluh sedih karena kehilangan kehamilannya.
2)        Data Obyektif
-       Airway : Kaji kepatenan jalan nafas dengan look, listen, feel serta kaji suara nafas apakah snoring, gurgling, stridor, wheezing atau ronchi.
-       Breathing : Kaji pola nafas apakah bernafas spontan/tidak, nafas cepat/lambat. Kaji apakah ada sesak nafas/tidak, gerakan dinding dada simetris/asimetris, pola nafas teratur/tidak, auskultasi bunyi nafas normal/tidak, kaji frekuensi nafas serta penggunaan otot bantu pernafasan.
-       Circulation : pada pasien abortus terdapat perdarahan pervaginam yang banyak sehingga dapat menimbulkan syok, pasien tampak pucat, akral dingin, tekanan darah mungkin menurun, nadi teraba cepat dan kecil, pasien tampak meringis atau kesakitan karena nyeri
-       Disability : pada pasien abortus kemungkinan terjadi kesadaran menurun, syncope, pasien tampak lemah.
b.        Sekunder Assessment
1)        Eksposure : Pasien tampak pucat
2)        Five intervention : Tekanan darah menurun, nadi cepat dan kecil, suhu meningkat
3)        Give Comfort : Nyeri perut yang hebat, kram atau rasa tertekan pada pelvic
4)        Head to toe : Meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan ginekologi, menanyakan riwayat kehamilan, umur kehamilan, riwayat penggunaan kontrasepsi, riwayat pemeriksaan kehamilan (ANC), riwayat penyakit kronis atau akut, riwayat pengobatan serta riwayat alergi.

2.         Diagnosa Keperawatan
a.         Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri
b.        Defisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan
c.         Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
d.        Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab


3.         Intervensi Keperawatan
a.         Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri
Intervensi :
1)     Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun deskripsi.
2)     Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3)     Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
b.        Defisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan
Intervensi :
1)     Ukur pengeluaran cairan
Rasional : Jumlah cairan di tentukan oleh pengeluaran/ perdarahan pervaginal.
2)     Berikan sejumlah cairan pengganti
Rasional :     Transfusi mungkin diperlukan pada perdarahan massif.
3)     Kaji status hemodinamika
Rasional :     Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi.
4)     Evaluasi status hemodinamika
Rasional :     Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik


c.         Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
Intervensi :
1)     Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional :    Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2)     Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Rasional :     Mengistiratkan klien secara optimal
3)     Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
Rasional :    Menilai kondisi umum klien
d.        Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab
Intervensi :
1)     Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional :    Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
2)     Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional :    Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
3)     Lakukan perawatan vulva
Rasional     :    Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.





BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (Mochtar Rustam, 1998). Abortus dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu faktor janin, faktor ibu,  faktor penggunaan obat, faktor lingkungan, faktor imunologis, dan faktor ayah. Penanganan abortus harus dilakukan secara cepat dan tepat agar ibu tidak terlalu kehabisan banyak darah dan dapat menyelamatkan ibu dari ancaman kematian.

B.     Saran
Sebaiknya perawat juga harus mengetahui dan memahami konsep kegawat daruratan, baik kegawat daruratan umum maupun kegawat daruratan dalam maternitas. Karena dengan perawat memahmi konsep penanganan gawat darurat dalam maternitas, diharapkan pasien dengan kasus abortus dapat tertangani dan bisa diselamatkan.





DAFTAR PUSTAKA

Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC.
Fauzi, Ahmad. Lucianawaty, Mercy. Hanifah, Laily. Bernadette, Nur. 2002. Aborsi di Indonesia.
http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jun/2002/utama03.htm, akses tanggal 15 Oktober 2008, 17:34.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan#Pengaturan_oleh_pemerintah_Indonesia)

No comments:

Post a Comment