Tuesday 3 February 2015

ASKEP CEREBRAL PALSY



KEPERAWATAN ANAK I
ASUHAN KEPERAWATAN CEREBRAL PALSY
Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai tugas semester empat mata kuliah Keperawatan Anak I
Disusun Oleh :



1.      Fina Wijayanti                               P17420313059
2.      Muhammad Saifullah                    P17420313072
3.      Susiyanti                                        P17420313086





POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2014/2015

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya, sehingga makalah Keperawatan Anak I yang berjudul “Asuhan Keperawatan Cerebral Palsy” ini telah selesai tepat pada waktunya. Guna untuk memenuhi nilai tugas Keperawatan Anak semester 4.
Terimaksih kami ucapkan kepada Hj.Rr.Sri Sedjati,SST, yang mana telah membantu kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Dan juga pihak – pihak lain yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami sadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita dalam mengembangkan profesionalisme keperawatan di Indonesia. Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Pekalongan, 18 Januari 2015


Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN

Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya.Walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi serebral.
Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little(1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibatprematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kalimem- perkenalkan istilah cerebral palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnyadengan istilah Infantile Cerebral Paralysis.
Walaupun sulit, etiologi cerebral palsy perlu diketahui untuk tindakan pencegahan. Fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya gangguan perkembangan mental dapat menghalangi tercapainya tujuan pengobatan. Winthrop Phelps menekankan pentingnya pendekatan multi disiplin dalam penanganan penderita cerebral palsy, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah tulang, bedahsaraf, psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja sosial, guru sekolah Iuar biasa. Disamping itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat.














BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian
Cerebral palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologist berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan cerebelum juga kelainan mental.
Cerebral palsy ialah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya.
Cerebral palsy adalah sekelompok gangguan perkembangan gerakan dan postur yang menyebabkan keterbatasan aktivitas yang terjadi non progresif, yang terjadi pada perkembangan otak janin atau bayi. Gangguan Motor cerebral palsy sering disertai dengan gangguan sensasi, komunikasi kognisi, persepsi, dan/atau perilaku dan/ataugangguan kejang.

2.      Klasifikasi
Cerebral palsy diklasifikasikan menurut tonus otot saat istirahat dan anggota tubuh yang terlibat (disebut dominasi topografi). Cerebral palsy spastik,karena lesi korteks/traktus piramidal, adalah jenis yang paling umum dan menyumbang sekitar 80% kasus; jenis cerebral palsy ini ditandai dengan kekejangan (kecepatan tergantung pada peningkatan tonus otot), hyperreflexia, clonus, danpeningkatan refleks Babinski.
Cerebral palsy ekstrapiramidal atau dyskinetic terdiri dari 10-15% gangguan inidan ditandai lebih menurut gerakan tak terkendali abnormal. Cerebral palsy ataxicterdapat kurang dari 5% dari cerebral palsy.
Banyak pasien memiliki karakteristik cerebral palsy spastik dan ekstrapiramidal. Jenis-jenis khas dari cerebral palsy adalah sebagai berikut:
1.              Spastic hemiplegia (20-30%) - Cerebral palsy terutama mempengaruhi 1 sisi tubuh, termasuk lengan dan kaki, dengan keterlibatan kelenturan ekstremitasatas lebih dari kelenturan ekstremitas bawah. Jika kedua lengan lebih terlibat dar i pada kaki,  kondisi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai hemiplegiaganda.
2.      Spastic diplegia (30-40%) - Cerebral palsy mempengaruhi ekstremitas bawah bilateral lebih dari ekstremitas atas, dalam beberapa kasus, ekstremitas bawah yang hanya terlibat.
3.      Spastic quadriplegia (10-15%) - Cerebral palsy mempengaruhi semua 4 ekstremitas dan tubuh penuh.
4.      Cerebral palsy dyskinetic (athetoid, choreoathetoid, dan dystonic) - Cerebralpalsy dengan tanda-tanda ekstrapiramidal ditandai dengan gerakan abnormal hipertonisitas sering terkait.
5.      Cerebral palsy Campuran - Cerebral palsy tanpa didominasi kualitas tunggal tonus tertentu tonal, biasanya ditandai dengan campuran komponen kejang dan dyskinetic.
6.      Cerebral palsy hipotonik - Cerebral palsy dengan hipotonia trunkal dan ekstremitas dengan hyperreflexia dan refleks primitif persisten; dianggap langka.
7.      Monoplegia - Langka; keterlibatan dicatat dalam 1 anggota tubuh, baik lengan atau kaki. Jika pasien memiliki monoplegia, upaya harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain dari cerebral palsy.

Sistem klasifikasi fungsional umumnya membagi pasien menjadi jenis ringan,sedang, dan berat (tergantung pada keterbatasan fungsional).
Berdasarkan derajat kemampuan fungsional:
a.    Golongan Ringan
Penderita masih dapat melakukan pekerjaan aktivitas sehari-hari, sehingga sama sekali/hanya sedikit membutuhkan bantuan.
b.    Golongan Sedang
Aktivitas sangat terbatas sekali. Penderita membutuhkan bermacam-macam bantuan atau pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, bergerak atau berbicara sehingga dapat bergaul dengan masyarakat yang baik.
c.    Golongan Berat
Penderita sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas fisik dan tidak mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Pendidikan atau latihan khusus sangat sedikit hasilnya. Sebaiknya penderita seperti ini ditampung pada tempat perawatan khusus. Lebih-lebih apabila disertai dengan retardasi mental atau yang diperkirakan akan menimbulkan gangguan sosial emosional baik bagi keluarga maupun lingkungannya.






3.      Eiologi
Cerebral palsy dapat disebabkan faktor genetik ataupun faktor lainnya. Apabila diketemukan lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini, maka kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik. Penyebab cerebral palsy dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pranatal, perinatal, dan pascanatal.
a)    Pranatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin, misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela, dan penyakit infeksi sitomegalik. Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental. Anoksia dalam kandungan, terkena radiasi sinar X dan keracunan kehamilan dapat menimbulkan cerebral palsy.
b)   Perinatal
1.    Anoksia atau hipoksia
Penyebab terbanyak ditemukan pada masa perinatal ialah cidera otak. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal demikian terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalopelvik, partus lama, plesenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan alat tertentu dan lahir dengan secsio sesar.
2.    Perdarahan otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernapasan dan peredaran darah sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat terjadi diruang subaraknoid dan menyebabkan penyumbatan CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus. Perdarahan diruang subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spastis.
3.    Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak lebih banyak dibandingkan dengan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
4.    Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang kekal akibat masuknya bilirubin keganglia basal,misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah.
5.    Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa palsy cerebral.
c)    Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat menyebabkan cerebral palsy misalnya pada trauma kapitis, meningitis, encefalitis, dan luka parut pada otak pasca operasi.

4.      Patofisiologi
Adanya malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi, hilangnya neuron dan degenarasi laminar akan menimbulkan narrowergyiri, suluran sulci dan berat otak rendah. Serebral palsi digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan postur tubuh yang disebabkan oleh cacat non progressive atau luka otak pada saat anak-anak. Suatu presentasi serebral palsi dapat diakibatkan oleh suatu dasar kelainan (structural otak : awal sebelum dilahirkan, perinatal, atau luka-luka/kerugian setelah kelahiran dalam kaitan dengan ketidakcukupan vaskuler, toksin atau infeksi).


6.      Manifestasi Klinis
a)       Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan reflek Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sifat yang khas dengan kecenderungan terjadi kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada sendi siku dan pergelangan tangan dalam pronasi serta jari-jari dalam fleksi sehingga posisi ibu jari melintang di telapak tangan.
Golongan spastitis ini meliputi penderita cerebral palsy. Bentuk kelumpuhan spastitis tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan, yaitu:
1.      Monoplegia/Monoparesis
Kelumpuhan ke empat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya.
2.      Hemiplegia/Diparesis
Kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama.
3.      Diplegia/Diparesis
Kelumpuhan ke empat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebat dari pada lengan.
4.      Tetraplegia/Tetraparesis
Kelumpuhan ke empat anggota gerak, tetapi lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai.
b)      Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini, pada usia bulan pertama tampak fleksid (lemas) dan berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor neuron. Menjelang umur 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari rendah hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak fleksid dan sikapnya seperti kodok terlentang, tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa otot tonusnya berubah menjadi spastis, Refleks otot yang normal dan refleks babinski negatif, tetapi yang khas ialah reflek neonatal dan tonic neck reflex menetap. Kerusakan biasanya terletak di batang otak dan disebabkan oleh afiksia perinatal atau ikterus.
c)       Koreo-atetosis
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan pertama tampak flaksid, tetapi sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia, kerusakan terletak di ganglia basal disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus kern pada masa neonatus.
d)      Ataksia
Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid dan menunjukan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan tampak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan terletak di serebelum.
e)       Gangguan pendengaran
Terdapat 5-10% anak dengan serebral palsi. s Terdapat pada golongan koreo-atetosis.
f)       Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retradasi mental.Gerakan yang terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
g)      Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak.
h)      Paralisis
Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia. Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.
i)        Gerakan involunter
Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.
j)        Kejang
Dapat bersifat umum atau fokal.
k)      Gangguan perkembangan mental
Retardasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif.
7.      Komplikasi
a)    Ataksi
b)   Katarak
c)    Hidrosepalus
d)   Retardasi Mental
IQ di bwh 50, berat/beban dari otak motoriknya IQ rendah nya, dengan suatu ketegangan [menyangkut] IQ yang yang lebih rendah.
e)      Strain/ ketegangan
Lebih sering pada qudriplegia dan hemiplegia
f)       Pinggul Keseleo/ Kerusakan
Sering terjadi pada quadriplegia dan paraplegia berat.
g)      Kehilangan sensibilitas
Anak-anak dengan hemiplegia akan kehilangan sensibilitas.
h)      Hilang pendengaran
Atrtosis sering terjadi terpasang, tetapi bukan pada anak spaskis.
i)        Gangguan visual
Bermata juling, terutama pada anak-anak prematur dan quadriplegia.
j)        Kesukaran btuk bicara
Penyebab: disartria, Retardasi mental, hilang pendengaran, atasi kortikal, gangguan emosional dan mungkin sebab gejala lateralisasi pada anak hemiplagia.
k)      Lateralisasi
Dominan pada anak [sebelum/di depan] [yang] normal nya dan yang di / terpengaruh oleh gejala hemiplegia, kemudian akan ada berbagai kesulitan untuk pindah;gerakkan pusat bicara
l)        Inkontinensia
RM, dan terutama oleh karena berbagai kesulitan pada pelatihan kamar kecil.
m)    Penyimpangan Perilaku
Tidak suka bergaul, dengan mudah dipengaruhi dan mengacaukan ketidaksuburan/kemandulan.

8.      Penatalaksanaan
a.       Medik
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini perlu kerja sama yang baik dan merupakan suatu tim dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi, occupatiional therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orang tua pasien.
b.      Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu program latihan dirumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi pasien pada waktu istirahat atau tidur. Bagi pasien yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal dipusat latihan. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang pasien hidup.
c.       Tindakan bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan pembedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan stereotatik dianjurkan pada pasien dengan pergerakan koreotetosis yang berlebihan.
d.      Obat-obatan
Pasien sebral palsi (CP) yang dengan gejala motorik ringan adalah baik, makin banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala motoriknya makin buruk prognosisnya. Bila di negara maju ada tersedia institute cerebral palsy untuk merawat atau untuk menempung pasien ini.
e.       Tindakan keperawatan
Mengobservasi dengan cermat bayi-nayi baru lahir yang beresiko ( baca status bayi secara cermat mengenai riwayat kehamilan/kelahirannya . jika dijumpai adanya kejang atau sikap bayi yang tidak biasa pada neonatus segera memberitahukan dokter agar dapat dilakukan penanganan semestinya.
Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi gangguan pada otak walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi kelainan agar dipesankan kepad orangtua/ibunya jika melihat sikap bayi tidak normal supaya segera dibawa konsultasi ke dokter.
f.       Occupational therapy
Ditujukan untuk meningkatkan kemampuan untuk menolong diri sendiri, memperbaiki kemampuan motorik halus, penderita dilatih supaya bisa mengenakan pakaian, makan, minum dan keterampilan lainnya.

g.      Speech therapy
Diberikan pada anak dengan gangguan wicara bahasa, yang ditangani seorang ahli.

9.      Pemeriksaan Penunjang
a)      Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis sebral palsi di tegakkan.
b)      Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada serebral palsi. CSS normal.
c)      Pemeriksaan EKG dilakukan pada pasien kejang atau pada golongan hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak.
d)     Foto rontgen kepala.
e)      Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan.
f)       Pemeriksaan metobolik untuk menyingkirkan penyebablain dari reterdasi mental.












BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Identifikasi anak yang mempunyai resiko.
b.      Jenis kelamin,laki-laki lebih banyak dari pada wanita.
c.       Kesukaran dalam makan,keterlambatan perkembangan,perkembangan. pergerakan kurang,postur tubuh yang abnormal,ataxsia,kurangnya tonus otot.
d.      Monitor respon untuk bermain.
e.       Perkembangan fungsi inelektual.
Pemeriksaan fisik
a.       Muskuloskeletal:spastisitas,atakxia.
b.      Neurosensorik:gangguan menangkap suara,gangguan berbicara,anak berliur,bibir dan lidah erjadi pergerakan dengan sendirinya,strabismus konvergen,dan kelainan refraksi.
c.       Eliminasi:Konstipasi
d.      Nutrisi:intake yang kurang
Pemeriksaan laboraorium dan penunjang
a.       Pemeriksaan pendengaran
b.      Pemeriksaan penglihatan
c.       Pemeriksaan serum anti body terhadap rebula,herper, toksoplasmosis
d.      MRI kepala,CT Scan menunjukkan adanya kelainan bawaan,dapat membanut melokalisasi lesi,melihat ukuran atau letak vertikal.
e.       EEG,mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum(ensepalitis) atau volsetasenya meningkat(abses).
f.       Analisa kromosom
g.      Biopsi otot
h.      Penilaian psikologik





2.      Diagnosa Keperawatan
1)      Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edem serebral.
2)      Keidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan.
3)      Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif perawatan.
4)      Resiko cidera berhubungan dengan gangguan fungsi motorik.
5)      Resiko tinggi trauma berhubungan dengan kelemahan.
3.      Rencana Asuhan Keperawatan
1)      Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan edem serebral.
Data subjekt:-
Data objektif:Gangguan status mental,perubahan perilaku,perubahan respon motorik,perubahan reaksi pupil,kesulitan menelan,kelemahan atau paralis ekstremitas,abnormalitas bicara.
NOC:
Status sirkulasi,status neurologi,perfusi jaringan serebral
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama....ketidak efektifan jaringan serebral teratasi dengan kriteria hasil:
-          Tekanan sistol dan diastole dalam rentang yang diharapkan
-          Tidak ada ortostatikhipertensi
-          Komunikasi jelas
-          Menunjukkan komunikasi dan orientasi
-          Pupil seimbang dan reaktif,bebas dari aktifitas kejang
NIC:
-          Monitor TTV
-          Monitor AGD,ukuran pupil,ketajaman,kesimetrian dan reaksi.
-          Monitor adanya diplopia,pandangan kabur,nyeri kepala.
-          Monitor tonus otot pergerakan.
-          Monitor tekanan intrakranial dan respon nerologis.
-          Monitor status cairan.
-          Tinggikan kepala 0-450 tergantung pada kondisi pasien dan keadaan medis lain.



2)      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan.
Data subjektif:Nyeri abdomen,muntah,kejang perut.
Data objektif:Diare,rontok rambut yang berlebihan,kurang nafsu makan,bising usus berlebihan,konjungtifa pucat,denyut nadi lemah.
NOC:
Status nutrisi:nutrisi makan dan cairan adekuat.
Kontrol berat tubuh
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama...nutrisi kurang teratasi dengan kriteria hasil:
-          Albumin serum
-          Pre albumin serum
-          Hematokrit
-          Hemoglobin
-          Jumlah limfosit
NIC:
-          Kaji adanya alergi makanan
-          Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan.
-          Diet tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
-          Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
-          Monitor turgor kulit
-          Monitor intake nutrisi
-          Atur posisi semi fowler atau ditinggikan selama makan
-          Anjurkan banyak minum
-          Informasikan pada keluarga klien tentang manfaat nutrisi.
-          Monitor mual dan muntah
-          Monitor kekeringan,pucat,kemerahan
-          Catat adanya edema,hiperemik,hipertonik



3)      Resiko cidera berhubungan dengan gangguan fungsi motorik.
Data subjektif:-
Data objektif:-
NOC:
Risk control
Immune status
Safety behavior
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama...klien tidak mengalami injury dengan kriteria hasil:
-          Klien terbebas dari cidera
-          Keluarga klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury
-          Keluarga klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan aau perilaku personal
-          Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
-          Mengguanakan fasilitas kesehatan yang ada
-          Mampu mengenali perubahan status kesehatan
NIC
-          Sediakan lingkungan yang aman untuk klien
-          Identifikasi kebutuhan keamanan klien,sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif klien dan riwayat penyakit dahulu.
-          Menghindari lingkungan yang berbahaya
-          Memasang pengaman(slide rail) pada tempat tidur
-          Memberikan penerangan yang cukup
-          Menganjurkan keluarga untuk menemani kline
-          Mengontrol lingkungan dari kebisingan
-          Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan






DAFTAR PUSTAKA
·         NANDA Internasional diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi
·         2012-2014


2 comments:

  1. ko engga bisa di copy ka gimana ath ini teh...
    terimakasih infonya ka sebelumnya

    ReplyDelete