Monday, 2 February 2015

ASKEP ANAK ASMA BRONKHIALE



ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASMA BRONCHIALE

A.    Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan  ciri meningkatnya respon trachea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangandengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.

B.     Etiologi                                                                                                            
    Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :
1.      Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
2.      Pembengkakan membran bronkus.
3.      Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asthma bronkhial.
1.      Faktor predisposisi.
a.   Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana  cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2.    Faktor Presipitasi (Pencetus )
a.       Alergen.
  tor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebagian besar anak dengan asma. Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit dan sebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada bayi dan anak kecil.
Dimana alergen dibagi menjadi tiga jenis , yaitu :
§  Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti debu, bulu binatang,   serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
§  Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti makanan dan obat-obatan.
§  Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. seperti : perhiasan, logam dan jam tangan
b.      Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c.       Stress.
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d.      Lingkungan kerja .
  Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti

e.       Olahraga atau aktifitas jasmani yang berat
    Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

C.      Patofisiologi
1.      Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
2.      Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi tubuh muncul ( immunoglobulin E atau IgE ) dengan adanya alergi. IgE di muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.
3.      Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan bronkokontriksi ( 1-2 jam ); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
4.      Astma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.
5.      Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan
6.      Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan p02 ( hipoxia).Selama serangan astmati, CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea).
Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)
Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper
IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas
Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit
Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator radang ( histamin )
Peningkatan permeabilitas kapiler ( edema bronkus )
Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis ( N.X )
Hiperresponsif jalan napas
Astma

Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatnya produksi sekret.
Fatigue berhubungan dengan hypoxia meningkatnya usaha nafas. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distress pernafasan. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan


D.    Manifestasi Klinis
    Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1. Tingkat I :
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II :
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III :
Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
4. Tingkat IV :
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5. Tingkat V :
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.






E.     Penatalaksanaan
    Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
1.     Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2.     Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3.      Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.
Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1      Pengobatan non farmakologik
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O bila perlu
2      Pengobatan farmakologik
a. Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
·         Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
                        Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
·         Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin  (Amilex) Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
b. Kromalin
  Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
c.  Ketolifen
Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.Biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari.Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.





F.        Komplikasi
     Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1.      Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2.      Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3.      Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4.      Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
5.      Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.

G.    Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodikyang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.
b. Keluhan utama
  Batuk-batuk dan sesak napas
c. Riwayat penyakit sekarang
  Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
d. Riwayat penyakit terdahulu
  Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping faktor yang lain.
f.       Riwayat kesehatan lingkungan
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma.
g.      Riwayat tumbuh kembang
1)      Tahap pertumbuhan
                               Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
2)      Tahap perkembangan
a)      Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
b)      Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
c)      Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking
d)      Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
e)      Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
f)        Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek, pendek-tinggi, baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
g)       Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
h)      Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.
i)         Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
j)        Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
h.      Riwayat imunisasi
Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
i.        Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
 Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
1)      Gizi buruk kurang dari 60%
2)      Gizi kurang 60 % - <80 %
3)      Gizi baik 80 % - 110 %
4)      Obesitas lebih dari 120 %
j.        Dampak Hospitalisasi
Sumber stressor :
1)      Perpisahan
a)      Protes : pergi, menendang, menangis
b)      Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi
c)      Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi
2)      Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas, ketergantungan, ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan taku
3)      Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.
4)      Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.
k.      Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem
1)      Sistem Pernapasan / Respirasi; Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
2)      Sistem Cardiovaskuler; Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
3)      Sistem Persyarafan / neurologi; Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng, apatis, spoor dan coma.
4)      Sistem perkemihan; Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas
5)      Sistem Pencernaan / Gastrointestinal; Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.
6)      Sistem integument; Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas
2.  Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
a.       Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
b.      Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme
c.       Resiko kekurangan  volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaporesisi
3. Discharge Planning
a.       ajarkan keluarga mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter atau perawat
b.      Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
c.       Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
d.      Intruksikan untuk kontrol ulang
e.       Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus.
4.  Rencana Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
Intervensi (NIC)
1.
Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit.
Batasan karakeristik :
·         kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal
·         serangan atau konvulsi (kejang)
·         kulit kemerahan
·         pertambahan RR
·         takikardi
·       saat disentuh tangan terasa hangat
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ….X 24 jam, pasien mengalami keseimbangan termoregulasi dengan kriteria hasil :
·         Suhu tubuh dalam rentang normal 35,9 C – 37,5 C

·         Nadi dan RR dalam rentang normal
·         Tidak ada perubahan    warna kulit
·         Tidak ada pusing


·         Mengontrol panas
·         Monitor suhu minimal tiap 2 jam
·         Monitor suhu basal secara kontinyu sesui dengan kebutuhan.
·         Monitor TD, Nadi, dan RR
·         Monitor warna dan suhu kulit
·         Monitor penurunan tingkat kesadaran
·         Monitor WBC,Hb, Hct
·         Monitor intake dan output
·         Berikan anti piretik
·         Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
·         Selimuti pasien
·         Lakukan Tapid sponge
·         Berikan cairan intra vena
·         Kompres pasien pada lipat paha, aksila dan leher
·         Tingkatkan sirkulasi udara
·      Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
·         Temperature Regulation
·         Monitor tanda- tanda hipertermi
·         Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
·         Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
·         Diskusikan tetang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative dari kedinginan
·         Berikan obat antipiretik sesuai dengan kebutuhan
·         Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh sesuai dengan kebutuhan
·         Lepasakan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan hanya selembar pakaian.
·         Vital Sign Monitoring
·    Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR
·  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
·    Monitor vital sign saat pasien berdiri, duduk dan berbaring
·  Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, Nadi, dan RR sebelum, selama, dan sesudah aktivitas
·  Monitor kualitas dari nadi
·  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
·  Monitor suara paru
·  Monitor pola pernapasan abnormal
·  Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
·  Monitor sianosis perifer
·  Monitor adanya tekanan nadi yang melebar , bradikardi, peningkatan sistolik (Chusing Triad)
·  Identifikasi penyebab dari perubahan vital Sign
2.
Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam, pasien tidak mengalami injury.
Kriteria Hasil :
·    Klien terbebas dari cidera
·    Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury atau cedera
·    Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkunga atau perilaku personal
·      Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
·      Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
·      Mampu mengenali perubahan status kesehatan
·         Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
·         Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
·         Menghindari lingkungan yang berbahaya misalnya memindahkan perabotan
·         Memasang side rail tempat tidur
·         Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
·         Meletakan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien
·         Membatasi pengunjung
·         Memberikan penerangan yang cukup
·         Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
·         Mengontrol lingkungan dari kebisingan
·         Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
·         Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.
3
Resiko kekurangan volume cairan dengan faktor resiko faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan (hipermetabolik)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam, fluid balance dengan kriteria hasil :
·         Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
·         Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
·         Tidak ada tanda- tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Fluid management:
·         Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
·         Monitor status dehidrasi( kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)
·         Monitor vital sign
·         Monitor asupan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian
·         Lakukan terapi IV
·         Monitor status nutrisi
·         Berikan cairan
·         Berikan cairan IV pada suhu ruangan
·         Dorong masukan oral
·         Berikan penggantian nasogastrik sesuai output
·         Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
·         Anjurkan minum kurang lebih 7-8 gelas belimbing perhari
·         Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
·         Atur kemungkinan transfusi

















TUGAS KEPERAWATAN ANAK I
ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONCHIAL
 PADA ANAK


 






DISUSUN OLEH:
1.      Arif Allama
2.      Indri Dwi Pratiwi
3.      Nurul Febriana Hidayah
4.      Wiwik Nurhikmah

Kelas 2 Reguler B



POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
DAFTAR PUSTAKA

Daftar  Pustaka


·         http// :  20%20ASUHAN%20KEPERAWATAN%20PADA%20ANAK%20
DENGAN%20ASMA.html
·         Betz Cecily, Linda A Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. EGC: Jakarta.
·         Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta
·         http//:20Keperawatan%20Aplikasi%20NANDA%20%20ASUHAN%20KEPERAWATAN%20PASIEN%20DENGAN%20FEBRIS.htm

4 comments: