KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN KEPERAWATANMALNUTRISI
KURANG ENERGI PROTEIN
Tugas
ini disusun untuk memenuhi nilai tugas semester tiga mata kuliah Keperawatan
Anak
Dosen
Pengampu : Tri Anonim, SST.
Disusun
Oleh :
1.
Abdul Ghofur P17420313047
2.
Dea Fera Indikasari P17420313053
3.
Fina Wijayanti P17420313059
4.
Joko Setyabudi P17420313065
5.
Maulida Safutri P17420313071
6.
Nurul Febriana Hidayah P17420313077
7.
Siti Nurrohmah
Widhawati P17420313084
8.
Wiji Astuti P17420313090
POLTEKKES KEMENKES
SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN
PEKALONGAN
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum.
Wr. Wb.
Segala
puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayahNya, sehingga makalah Keperawatan Anak yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Malnutrisi Kekurangan Energi Protein” ini telah selesai tepat pada
waktunya. Guna untuk memenuhi nilai tugas Keperawatan Anak semester 4.
Terimaksih
kami ucapkan kepada Ibu Tri Anonim, yang mana telah membantu kami dalam
menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Dan juga pihak – pihak lain yang telah
membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami
sadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita dalam mengembangkan profesionalisme keperawatan di
Indonesia. Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum.
Wr. Wb.
Pekalongan, 30 Januari 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kurang energi protein (KEP)
merupakan suatu penyakit defisiensi gizi dalam keadaan ringan sampai berat.
penyakit ini paling sering ditemukan dalam masyarakat Indonesia. keadaan
malnutrisi adalah keadaan dimana makanan yang dikonsumsi tidak mengandung semua
nutrient yang diperlukan oleh tubuh manusia.
KEP dapat menyebabkan pertumbuhan
terhambat, rentan terhadap penyakit infeksi, dan mengakibatkan rendahnya
tingkat kecerdasan. Pada orang dewasa, KEP meurunkan produktifitas kerja.
Pada umumnya KEP lebih banyak di
daerah pedesaan dari pada perkotaan. Factor lain antara lain kurangnya
pengetahuan masyarakat berpengaruh juga antara lain: tenang ASI, makanan
pendamping ASI. dalam hal ini penulis membahas tentang KEP dalam dua kondisi
patologis yaitu kwashiorkor dan marasmus.
B.
Rumusan Masalah
1. Bgaimana anatomi
fisiologi system pencernaan?
2. BagaimanaMahasiswa dapat mengetahui defenisi KEP?
3. Bagaimana Mahasiswa dapat mengetahui etiologi KEP?
4. BagaimanaMahasiswa dapat mengetahui patofisiologi KEP?
5. BagaimanaMahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala dari KEP?
6. BagaimanaMahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang KEP?
7. BagaimanaMahasiswa dapat mengetahui pengkajian yang dilakukan
pada KEP?
C.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui proses
keperawatan pada klien dengan masalah kekurangan energi protein (KEP).
2. Tujuan
Khusus
- Mahasiswa
dapat mengetahui anatomi fisiologi system pencxernaan
- Mahasiswa
dapat mengetahui defenisi KEP
- Mahasiswa
dapat mengetahui etiologi KEP
- Mahasiswa dapat
mengetahui patofisiologi KEP
- Mahasiswa
dapat mengetahui tanda dan gejala dari KEP
- Mahasiswa
dapat mengetahui pemeriksaan penunjang KEP
- Mahasiswa
dapat mengetahui pengkajian yang dilakukan pada KEP
- Mahasiswa
dapat mengetahui intervensi yang dapat diberikan pada penderita KEP
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A.
Anatomi Fisiologi
System pencernaan terdiri dari
mulut, faring osefagus, gaster, usus halus, usus besar, rectum anus. Sistem ini
berfungsi menyediakan nutrisi bagi kebutuhan sel melalui proses ingesti,
digesti, dan absorbsi, serta eliminasi bagi makanan yang tidak dapat dicerna
oleh tubuh. (syarifudin, 1997).
Proses ingesti terjadi saat makanan
berada dilingkungan mulut yaitu saat mengunyah yang dilakukan oleh koordinasi
otot rangka dan sistem saraf sehingga makanan menjadi halus dan saat yang
sama makanan bercampur dengan saliva sehingga makanan menjadi licin dan mudah
ditelan. (syarifudin, 1997).
Digesti adalah perubahan fisik dan
kimia dari makanan dengan bantuan enzim dan koenzim yang pengeluarannya diatur
oleh hormone dan saraf. sehingga zat-zat makanan dapat di absorbsi kedalam
aliran darah. proses digesti dimulai dari mulut dan berakhir di usus halus. (syarifudin,
1997).
Eliminasi adalah pengeluaran sisa
pencernaan dari tubuh melalui anus. zat-zat makanan yang diserap oleh tubuh di
metabolisme oleh sel sehingga menghasilkan energi, membentuk jaringan, hormone,
dan enzim.
Makanan dapat bergerak dari saluran
cerna sampai ke anus.karena adanya peristaltic yang berasal dari kontraksi
ritmis dari usus yang diatur oleh system saraf otonom dan saraf
enteric(syarifudin, 1997).
Metabolisme Energi Dan
Protein
Energi diperlukan oleh tubuh untuk
pertumbuhan, meabolisme, utilisasi bahan makanan, dan aktivitas. Protein dalam
diet dapat memberi energi untuk keperluan tersebut dan juga untuk menyediakan
asam amino bagi sintesis protein sel, dan hormone maupun enzim untuk mengatur
metabolisme. (solihin, 2000).
Suplai energi bagi pemeliharaan sel
lebih diutamakan daripada suplai protein bagi pertumbuhan. Maka bilamana jumlah
energi dalam makanan sehari-hari tidak cukup, sebagian masukan protein makanan
akan dipergunakan sebagai energi, hingga mengurangi bagian yang diperlukan bagi
pertumbuhan. Bahkan jika masukan energi dan protein jauh dari cukup, proses
katabolisme akan terjadi terhadap otot-otot untuk menyediakan glukosa bagi
energi dan asam-amino untuk sintesis protein yang sangat esensial. (solihin,
2000).
Jumlah protein dan energi yang
diperlukan untuk pertumbuhan yang mormal tergantung dari pada kualitas zat gizi
yang dimakan, seperti bagaimana mudah zat tersebut dapat dicerna (
digestibility), diserap (absorbability), distribusi asam amino proteinnya, dan
factor-faktor lain, seperti umur, berat badan, aktivitas individu, suhu
lingkungan, dan sebagainya. (solihin,2000).
B.
Defenisi Penyakit
KEP (kurang energi protein) adalah
gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan/atau kekurangan
energi dengan manifestasi klinis (KEP berat) dalam tipe-tipe yakni:
kwashiorkor, marasmus, atau tipe campuran (marasmik-kwashiorkor).(sudaryat
suraatmaja & soetjiningsih, 2000 : 79).
Jeliffe (1959) mengusulkan
penggolongan kwashiorkor, marasmus, serta bentuk intermedietnya dalam suatu
sindrom dan menamakannyaprotein calori malnutrition. Akhi-akhir ini
lebih digunakan istilah ‘malnutrisi energi protein’(Rusepno hassan dkk, 2002)
KEP adalah keadaan kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari
sehngga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG)(wong, 2001)
Mac Laren dan kawan-kawan
menggunakan sistim scoringdengan memberi angka pada berbagai gejala
seperti berat badan yang kurang, edema, kelainan kulit, perubahan rambut,
pembesaran hati dan kadar protein serum.
Pembagian klinis:
- KEP Ringan :
BB/U 70-80% baku median WHO-NCHS, dalam grafik KMS berada pada pita kuning. KEP
- Sedang :
BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS, dalam grafik KMS berada dibawah garis merah.
(BGM).
- KEP Berat :
BB/U < 60% baku median WHO-NCHS, dalam KMS berada dibawah garis merah.
- KEP sedang
dan berat dalan KMS tidak ada garis pemisah; keduanya berada di BGM dan disebut
‘KEP Nyata’.
Pembagian KEP Berat menurut
Wellcome-Tust Party
Jenis KEP
|
Berat
Badan/Umur
|
Sembab
|
Kwashiorkor
|
> 60%
|
+
|
Marasmus
|
< 60%
|
_
|
Marasmik-kwashiorkor
|
< 60%
|
+
|
Klasifikasi menurut WHO:
1. KEP
ringan : > 80-90% BB ideal terhadap TB (WHO- CD)
2. KEP
sedang : >70-80% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)
3. KEP
berat : < 70% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)
C.
Etiologi
1. Peranan Diet
Menurut konsep klasik, diet yang
mengandung cukup energi tetapi kurang protein akan menyebabkan anak menjadi
penderita kwashiorkor, sedangkan diet kurang energi walaupun zat-zat gizi
esensialnya seimbang akan menyebabkan anak menjadi menderita marasmus.
2. Peranan
Faktor Sosial
Pantangan untuk menggunakan bahan
makanan tertentu yang sudah turun temurun dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit KEP. Faktor sosial lain yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit
KEP adalah:
- Perceraian
pada wanita yang mempunyai banyak anak dan suami merupakan pencari nafkah
tunggal.
- Para pria
dengan penghasilan kecil mempunyai banyak istri dan anak, sehingga tidak dapat
memberi cukup makan anggota keluarganya.
- Para ibu
mencari nafkah tambahan pada waktu-waktu tertentu, anak-anak terpaksa ditinggal
dirumah sehingga jatuh sakit dan mereka tidak mendapat perhatian semestinya.
- Para ibu
setelah melahirkan kembali kepekerjaan tetap sehingga harus meninggalkan
bayinya dari pagi sampai sore.
3. Peranan
Kepadatan Penduduk
Dalam world food conference di roma
1974 telah dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa
diimbangi dengan bertambahnya persediaan bahan makanan yang memadai merupakan
sebab utama krisis pangan.
Mc laren 1982 memperkirakan bahwa
marasmus terdapat dalam jumlah yang banyak pada daerah yang terlalu
padatpenduduknya dengan keadaan higiene yang buruk.
4. Peranan Infeksi
Infeksi derajat apapun dapat
memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi, walaupun dalam keadaan ringan, mempunyai
pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Ada kesinergisan
antara malnutrisi dengan infeksi.
5. Peranan Kemiskinan
KEP merupakan masalah negara-negara
miskin dan terutama merupakan problema bagi golongan termiskin dalam masyarakat
negara tersebut. Laporan Oda Advisory Committee on Protein tahun 1974
menganggap kemiskinan merupakan dasar penyakit KEP.
Penyebab KEP berdasarkan bagan
sederhana yang disebut sebagai “model hirarki” yang akan terjadi setelah
melalui 5 level seperti yang tertera dibawah ini:
Level I : kekacauan/krisis kekeringan, peperangan
Level II : kemiskinan dan kemunduran social
Level III : kurang pangan, infeksi, terlantar
Level IV :anoreksia
Level V : malnutrisi / KEP
D.
Patofisiologi
Makanan yang tidak adekuat, akan
menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi
penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian
cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolic.
Kalau terjadi stress katabolic
(infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat
menyebabkan defisiensi protein yang relative, kalau kondisi ini terjadi terus
menerus maka akan menunjukkan manifestasi kwashiorkor ataupun marasmus.
Protein merupakan zat pembangun.
Kekurangan protein dapat menggangu sintesis protein dengan akibat:
- Gangguan
pertumbuhan
- Atrofi otot
- Penurunan
kadar albumin serum = sembab
- Hb turun
=anemia gizi
- Jumlah
aktivitas fagosit turun = daya tahan terhadap infeksi turun
- Sintesis
enzim turun = gangguan pencernaan makanan
KEP dalam keadaan berat KEP dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah defisiensi
protein akibat terjadinya stress katabolic (infeksi).
a. Etiologi
Penyebab utama makanan tidak
mengandung protein hewani dengan alasan :
- Kemiskinan
- Pengetahuan
mengenai penambahan makanan pada bayi dan anak
- Pemikiran
yang salah
- Macam-macam
infeksi : diare, cacingan dsb.
- Khusus : ibu
kekurangan ASI, ibu meninggal, ibu dengan sakit berat, ibu hamil lagi,
penghentian tiba-tiba dari ASI, penitipan anak/bayi.
b. Patofisiologi
Pada kwashiorkor yang klasik,
gangguan metabolic dan perubahan sel menyebabkan edema dan perlemakan hati.
Kelainan ini merupakan gejala yang menyolok. Pada penderita defisiensi protein,
tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan, karena persediaan
energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup dalam dietnya. (abdoeerahman,
1985).
Namun kekurangan protein dalam diet
akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk
sintesis. Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi
insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dari dalam serum yang jumlahnya
sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam
serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan albumin oleh hepar, sehingga
kemudian timbul edema. (abdoerrahman, 1985).
Perlemakan hati terjadi karena
gangguan pembentukan lipoprotein-beta sehingga transport lemak dari hati
kedepot lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi lemak dalam
hepar(abdoerahman,1985).
c. Tanda dan
Gejala
- Pertumbuhan
terganggu
- Berat badan
dan tinggi badan kurang dibandingkan dengan anak sehat.
- Perubahan
mental, biasanya penderita cengeng dan pada stadium lanjut menjadi apatis.
- Edema ringan
maupun berat.
- Gejala
gastrointestinal seperti; anoreksia, diare, hal ini mungkin karena gangguan
fungsi hati, pancreas dan usus. Intoleransi laktosa kadang-kadang ditemukan.
- Perubahan
rambut; mudah dicabut, warna berubah, kusam, kering, jarang.
- Kulit kering
(crazi pavement dermatosis)
- Pembesaran
hati
- Anemia
ringan
- Kelainan
kimia darah; kadar albumin serum rendah, globulin tinggi,
2. Marasmus
Marasmus adalah kekurangan energi
pada makanan yang menyebabkan cadangan protein.
a. Etiologi
- Kegagalan menyusui
anak, ibu meninggal anak diterlantarkan atau tidak dapat menyusui
- Terapi
dengan puasa karena penyakit, oleh karena itu tidak boleh lebih dari 24 jam
- Tidak
memulainya dengan makanan tambahan.
b. Patofisiologi
Pada keadaan ini yang menyolok
adalah pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan
menghilangnya lemak dibawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan
proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi
yang dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan, sehingga harus didapat dari
tubuh sendiri, sehingga cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi
kebutuhan energi tersebut. (abdoerrahman, 1985).
Penghancuran jaringan pada
defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, akan tetapi
juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti
asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu marasmus berat,
kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat
membentuk cukup albumin(abdoerrahman,1985).
c. Tanda dan Gejala
- Muka seperti
orang tua
- Sangat
kurus, tulang terbungkus kulit
- Cengeng dan
rewel
- Kulit
keriput
- Perut cekung
- Iga gambang
- Sering
disertai penyakit infeksi dan diare
E.
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorik
: Hb, albumin-globulin, serum ferritin, darah, air kemih, tinja, EKG, X-foto
paru dan uji tuberkulin.
2. Antropometri
: BB menurut umur, TB menurut umur, LLA(lingkar lengan atas) menurut umur, BB
menurut TB, LLA menurut TB.
3. Analisis
diet
F.
Penatalaksanaan
Petunjuk dari WHO tentang
pengelolaan KEP berat dirumah sakit dengan menetapkan 10 langkah tindakan
pelayanan melalui 3 fase (stabilisasi, transisi dan rehabilitasi) dan
dilamjutkan dengan fase ‘follow up’ sebagai berikut:
1. Fase Stabilisasi
- Porsi kecil,
sering, rendah serat dan rendah laktosa
- Energi:
100kkal/kgBB/hari
- Protein:
1-1,5 g/kgBB/hari
- Cairan : 130
ml/kgBB/hari (bila sembab berat: 100ml/kgBB.hari)
- Teruskan ASI
pada anak menetek
- Bila selera
makan bak dan tidak sembab pemberian makan bias dipercepat
- Pantau dan
catat : jumlah cairan yang diberikan, yang tersisa; jumlah cairan yang keluar
seperti muntah, frekuensi buang air, timbang BB/hari(sudrajat suratmaja, 2000)
2.
FaseTransisi
- Pemberian
energi masih sekitar 100 kkal/kgBB/hari
- Pantau
frekuensi nafas dan denyut nadi
- Bila nafas
meningkat > 5 kali/menit dan nadi >25 kali/menit dalam pemantauan tiap 4
jam berturutan, kurangi volume pemberian formula
- Setelah
normal bias naik kembali
3. Fase Rehabilitasi
- Beri
makan/formula WHO, jumlah tidak terbatas dan sering TKTP
- Energi :
150-220 kkal/kgBB/hari
- Protein:
4-6g/kgBB/hari
- ASI
diteruskan, tambahkan makanan formula; secara perlahan kepada keluarga
- Pemantauan :
kecepatan pertambahan BB setiap minggu (timbang BB setiap hari sebelum makan)
4. Tindakan Khusus
- Hipoglikemia
: berikan bolus 50 ml glukosa 10% atau sukrosa secara oral/sonde nasogastrik
- Hiponatremia
: pakaikan anak selimut/letakan anak dekat lampu
- Dehidrasi :
cairan resomal/pengganti 5 ml/kgBB(sudrajat suratmaja, 2000)
G.
Komplikasi
- Noma atau
stomatitis ganggrainosa merupakan pembusukan mukosa mulut yang bersifat
progresif hingga dapat menembus pipi, bibir,dan dagu.
- Xeroftalmia
- Penyakit
infeksi lain
- Dehidrasi
sedang dan berat
- Defisiensi
vit A danAnemia berat
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Dalam pengkajian ini penulis
menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut Friedman
(1998), pada keluarga dengan penyakit Kurang Energi Protein pengkajian adalah
sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaaan
keluarga memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang menggunakan
sistem terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasi masalah
kesehatannya, menurut Friedman 1998 pengkajian terdiri dari 6 kategori yang
luas, yaitu :
a. Data
Identitas
Meliputi nama kepala keluarga,
alamat, komposisi keluarga termasuk tanggal lahir atau umur dari setiap anggota
keluarga, tipe perkembangan keluarga, latar belakang budaya , kebiasaan makan
keluarga, identifikasi relegius, kegiatan-kegiatan keagamaan keluarga, status
ekonomi keluarga, siapa yang enghidupi keluarga dan kebiasaan keluarga
b. Riwayat dan
Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini
yang dihadapi dan sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangan saat ini.
Riwayat keluarga, terutama riwayat kesehatan, apakah ada riwayat penyakit
keturunan pada keluarga.
c. Data
Lingkungan
Keadaaan umum keberihan dan sanitasi
lingkungan sekitar apakah menunjang kesehatan, pembuangan sampah, WC keluarga,
sumber air minum, penataan perabot rumah, sert pemcahayaan ruangan dalam
keluarga juga pertukaran udara dalam rumah yang dapat menimbulkan infeksi pada
kurang gizi, sudah berapa lama keluarga tinggal ditempat tersebut, apakah
anggapan keluarga sekitar dan tipe komunitas sekitar kota atau desa. Dan
sasaran serta prasarana yang tersedia apakah dapat terjangkau oleh keluarga
serta keadaan hubungan keluarga dengan komunitas sekitar.
d. Struktur
Keluarga
Pola komunikasi yang biasa dilakukan
dalam keluarga, struktur pembuatan keputusan dalam keluarga, siapa yang
mengambil keputusan terakhir dalam keluarga serta struktur peranyang digunakan
dalm keluarga apakah terlaksana semua atau tidak.
e. Fungsi
Keluarga
- Fungsi
afektif : apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan-kebutuhan individu lain,
apakah mereka memberikan perhatian satu sama lain dan bagaimana mereka saling
mendukung satu sama lainnya dalam tahap menjelang tua.
- Fungsi
sosialisasi : siapa yang menerima tanggung jawabb untuk peran sosialisai, serta
dalam hal interaksi dengan lingkungan sekitarnya serta keyakinan-keyakinan yang
ada dalam keluarga.
- Fungsi
perawatan kesehatan : keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan perilaku keluarga
terhadap kesehatan. Definisi keluarga tentang sehat-sakit serta tingkat
pengetahuan mereka. Apakah keluarga mengetahui bahwa anggota keluarga menderita
KEP, penyebab dari KEP pada salah satu anggota keluarga, apa yang sudah
dilakukan selama sakit yang dialami oleh anggota keluarga, apakah ada
kebiaasaan penggunaan obat yang dilakukan oleh keluarga dalam mengatasi sakit
yang diderita, serta kebiasaan yang biasa dilakukan oleh keluarga sehingga
menyebabkan timbulnya gejala yang dirasakan saat ini. Peran keluarga dalam
perawatan diri : apa yang keluarga lakukan untuk mengatasi masalah, serta siapa
yang berperan dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah yang terjadi
terutama mengenai masalah kesehatan yang sekarang terjadi dalamkeluarga.
- Praktik
lingkungan : apakah keluarga mengetahui cara praktik kebersihan dan hiegiene
keluarga, apakah keluarga mengetahui kebersihan dan sanitasi yang kotor dan
lembab dapat mempengaruhi kerentanan anggota keluarga yang menderita KEP
terhadap infeksi.
- Penyakit
keluarga : apakah keluarga mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti DM,
hipertensi maupun penyakit keturunan lainnya. Serta bagaimana persepsi keluarga
tentang pelayanan kesehatan.
f. Koping
Keluarga
Stersor jangka pendek dan penjang
yang dialami oleh keluarga, seperti adanya salah satu anggota keluarga yang
menderita KEP. Bagaimana kemampuan keluarga berespon berdasarkan penilaian
objektif tehadap situasi yang menimbulkan stress. Penggunaan strategi koping
yang biasa dilakukan dalam keluarga.
g. Pemeriksaan
Fisik
Pengkajian terhadap perubahan fisik
yang ada kaitanya dengan KEP meliputi ; umur, BB, lingkar kepala, lingkar
lengan atas, tinggi badan, turgor kulir, rambut apakah mudah dicabut atau
tidak, konjungtiva anemi atau tidak, apatis atau tidak, cengeng atau tidak,
ekstremitas edem atau tidak.
B.
Analisa data
No
|
Data penunjanng
|
Etiologi
|
Maslah
|
1.
|
DS: Pasien merasa bengkak pada wajah
DO: Edema perifer,wajah terlihat sembab
|
Edema
|
Gangguan keseimbangan cairan
|
2.
|
DS : Pasien mengatakan kulit kering,rambut rontok
DO : Kulit dan membrane mukosa kering, edema, rambut
mudah tercabut
|
Edema (perpindahan cairan dari intravaskuler ke
intertisial).
|
Ganguan integritas kulit
|
3.
|
DS: Pasien mengatakan lemah,tidak nafsu makan
DO: Turgor,wajah terlihat pucat
|
Penurunan kondisi tubuh yang lemah.
|
Resiko tinggi infeksi
|
C. Rencana Keperawatan dan Rasionalisasi
NO
|
Diagnosa
|
Tujuandan KH
|
Intervensi
|
Respon
|
1
|
Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan
edema
|
Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 24 jam
menurunkan edema dan mencegah komplikasi.
KH :
1.
Memperlihatkan penurunan edema
perife dan sacral
2.
Wajah tidak sembab
|
1.
Pantau kulit terhadap luka tekan
2.
Dengan perlahan cuci antara
lipatan kulit dan keringkan dengan hati-hati
3.
Hindari plester bila mungkin
4.
Ubah posisi sedikit setiap 24 jam
5.
Jaga ekstrimitas yangmengalami
edema
|
1.
Edema rentan terhadap perlukaan
2.
Lipatan kulit lebih lembab dan
mudah iritasi
3.
Untuk menghindari perlukaan
4.
Untuk mencegah lecet dan dekubitus
5.
Ektrimitas sering digunakan
sehingga rentan terhadap perlukaan dan infeksi
|
2
|
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema
(perpindahan cairan dari intravaskuler ke intertisial).
|
Tujuan : . Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 24 jam mencukupi kebutuhan nutrisi dan
mencegah komplikasi
KH :
1.
Kulit dan membrane mukosa lembab
2.
Edema berkurang
3.
Rambut tidak mudah tercabut
4.
TTV normal
|
1. Catat
perubahan pada kulit
2. Bersihkan
kuli yang mengalami penekanan dan keringkan
3. Ganti
segera pakaian yang basah
4. Ubah
posisi setiap 2 jam
5. Berikan
pendidikan mengenai kebersihan diri dan fungsi zat
gizi
|
1.
Perubahan kulit bisa menandakan
adanya sindrom-sindrom seperti crazy pavement dermatosis
2.
Kulit yang mengalami penekanan
bisa menyebabkan luka dan infeksi
3.
Untuk mencegah iritasi
4.
Mencegah penekanan
5.
Agar sepulang dari rumah sakit,
keluarga dapat mengasuh anak dengan mandiri
|
3
|
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan
kondisi tubuh yang lemah.
|
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kepwerawatan selama
24 jam mengembalikan fungsi hati dan mencegah komplikasi dengan kriteria
hasil :
1.
Klien dapat menunjukkan status
hidrasi yang kuat
2.
Nafsu makan meningkat
3.
Turgor kulit normal
4.
Bebas dari proses infeksi nosokomial
selama di rumah sakit
5.
Memperlihatkan pengetahuan tentang
factor resiko yang berkaitan
|
1.
Pantau terhadap tanda infeksi
(mis; letargi, kesulitan makan, muntah, ketidak stabilan suhu, dan perubahan
warna tersembunyi)
2.
Identifikasi individu yang
beresiko terhadap infeksi nosokomial
3.
Kaji status nutrisi
4.
Kurangi organisme yang masuk ke
dalam indivdu dengan cuci tangan, teknik aseptic
5.
Berikan pengetahuan kepada
keluarga mengenai penyebab, resiko, dan kekuatan penularan dari infeksi
|
1. Pemantauan
lebih dini bisa mengurangi resiko
2. Infeksi
nosokomial adalah yan g didapat dari proses perawatan dirumah sakit
3. Nutrisi
yang cukup bisa meningkatkan daya tahan tubuh
4. Untuk
menghindari resiko infeksi nasokomial
5. Untuk
meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga untuk mencegah infeksi
|
BAB 1V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Kurang energi protein gangguan gizi
yang disebabkan oleh kekurangan protein dan/atau kekurangan energi dengan
manifestasi klinis (KEP berat) dalam tipe-tipe yakni: kwashiorkor, marasmus,
atau tipe campuran.
B.
Saran
Tetap selalu
memenuhi kebutuhan energi protein kita supaya energi kita tetap kuat dan tubuh
tidak mudah dimasuki penyakit.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdoerrachman, 1985. Ilmu
Kesehatan Anak. FKUI, Jakarta
Pudjiadi solihin, 2000. Ilmu Gizi
Klinis Pada Anak. edisi ke 4. FKUI, Jakarta
Suraatmaja sudaryat. 2000. Pedoman
Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah Denpasar. FK UNUD,
Denpasar
Wong, 2001. Essentials Of
Pediatric Nursing. 6 th edition. Mosby Year Book Louise, Missouri
Obat Penyakit Sipilis Ampuh
ReplyDeleteObat Ampuh Penyakit Sipilis
Obat Paling Ampuh Penyakit Sipilis
Obat Yang Ampuh Penyakit Sipilis
Obat Paling Ampuh Sipilis