TUGAS KEPERAWATAN JIWA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa
Disusun oleh :
Nama
|
:
|
Annisa Resiana
|
NIM
|
:
|
P17420313050
|
Kelas
|
:
|
2 Reguler B
|
Dosen Pengampu
Indar Widowati S.Kep Ns
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PROGRAM
STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
2015
DEFINISI DARI
A. SUPRESI
Berusaha
melupakan emosi yang tidak diinginkan secara sadar.
Contoh : Individu
sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat
menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas
(supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan
yang ditekan (represi).
B. REPRESI
Represi
didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustrasi, tekanan,
konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan
kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan
memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku.
Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang sebagai bukti akan adanya represi.
Tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan.
Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka membuat keinginan tidak
sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Sudah menjadi umum banyak
individu pada dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya. Beberapa
bukti, misalnya:
1. Individu
cenderung untuk tidak berlama-lama untuk mengenali sesuatu yang tidak
menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan. Individu akan membuang
memori tentang hal tidak menyenangkan dari otaknya.
2. Berusaha
sedapat mungkin untuk tidak melihat gambar dan mengingat-inget kejadian
yang menyesakkan dada.
3. Lebih
sering mengkomunikasikan berita baik daripada berita buruk.
4. Lebih
mudah mengingat hal-hal positif daripada yang negatif.
5. Lebih
sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang
tidak membahagiakan.
C. IDENTIFIKASI
Mekanisme
dengan membawa kepribadian orang lain masuk ke dalam diri sendiri, karena
dengan begitu dapat menyelesaikan masalah perasaan yang mengganggunya.
Mekanisme ini sangat penting dalam teori kepribadian Psikoanalisa sebagai
mekanisme yang dibentuk oleh Super Ego.
Contoh : Anak-anak remaja
sering mengidentifikasi diri dengan bintang-bintang favorit, musisi, artis,
atlet, dan sebagainya, untuk meneguhkan identitas diri. Mekanisme identifikasi
secara ekstrim, yaitu seorang pria biasa mengubah penampilannya karena dia sangat menggemari bintang
kesayangannya pada saat memerankan superman.
D. EMPATI
Empati adalah proses
kejiwaan seseorang individu larut dalam perasaan orang lain baik suka maupun
duka, dan seolah-olah merasakan atupun mengalami apa yang dirasakan atu dialami
oleh orang tersebut. Empati merupakan kelanjutan dari sikap simpati.
Contohnya, Danang merasa sangat bersedih dan
terharu ketika melihat Wawan temannya harus bekerja di malam hari untuk
membayar biaya sekolahnya. ia seolah-olah merasakan beban yang harus dipikul
oleh Wawan. Oleh karena itu, Danang sering membantu Wawan.
E.
INTEROYEKSI
Introyeksi
akan terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke dalam penderiannya
berbagai aspek keadaan yang akan mengancamnya. Hal ini dimulai sejak kecil,
pada waktu seseorang anak belajar mematuhi dan menerima serta kan menjadi
milikinya beberapa nilai serta peraturan masyarakat. Lalu ia dapat
mengendalikan prilakunya dan dapat mencegah pelanggaran serta hukuman sebagai
akibatnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan yang otoriter maka banyak orang
mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru sebagai perlindungan terhadap
perilaku yang dapat menyusahkan mereka.
Contoh : Introyeksi akan
terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke dalam penderiannya berbagai
aspek keadaan yang akan mengancamnya. Hal ini dimulai sejak kecil, pada waktu
seseorang anak belajar mematuhi dan menerima serta kan menjadi milikinya
beberapa nilai serta peraturan masyarakat. Lalu ia dapat mengendalikan
prilakunya dan dapat mencegah pelanggaran serta hukuman sebagai akibatnya.
Dalam pemerintahan dan kekuasaan yang otoriter maka banyak orang
mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru sebagai perlindungan terhadap
perilaku yang dapat menyusahkan mereka.
F.
REACTION
FORMATION
Reaksi
formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang berbahaya baik yang
diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan
dan menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya.
Contoh : seorang anak
yang iri hati terhadap adiknya, ia memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu
sangat menyayangi secara berlebihan. Contoh lain seorang yang secara fanatik
melarang perjudian dan kejahatan lain dengan maksud agar dapat menekan kecendrungan
dirinya sendiri ke arah itu. Tak jarang dibuat samar
dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan
seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi
dengan tindak kebaikan.
G.
KOMPENSASI
Kompensasi
adalah proses psikologis dengan cara menyeimbangkan kelemahan dirasakan dengan
menekankan kekuatan di arena lainnya. Kompensasi
adalah mekanisme pertahanan yang membantu memperkuat citra diri. Dengan menekankan dan
berfokus pada kekuatan seseorang, seseorang mengakui mereka tidak bisa menjadi
kuat di segala hal dan di semua bidang dalam hidup mereka.
Contoh :Misalnya, ketika seseorang
mengatakan, “Saya mungkin tidak tahu cara memasak, tapi saya yakin bisa mencuci
piring,” mereka berusaha untuk mengkompensasi kurangnya keterampilan memasak
dengan menekankan keterampilan mereka membersihkan gantinya. Ketika
dilakukan dengan tepat dan tidak dalam upaya untuk selama-kompensasi,
H.
PROYEKSI
Individu
yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam
memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia
perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat
digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan
keburukan dirinya sendiri. Dolah dan Holladay (1967) berpendapat bahwa proyeksi
adalah contoh dari cara untuk memungkiri tanggung jawab kita terhadap
impuls-impuls dan pikiran-pikiran dengan melimpahkannya kepada orang lain.
Contoh : Seorang atlit
yang tidak mau disalahkan untuk kesalahan-kesalahan yang dibuatnya akan
memproyeksikan dan melimpahkan tanggung jawab sebab timbulnya kesalahan
tersebut kepada coachnya, teman-teman seregunya atau kepada orang atau benda
lainnya, misalnya wasit, penonton, lapangan, bola, sepatu, dan sebagainya.
Bahwa manusia tidak akan luput dari kegagalan adalah suatu kenyataan hidup.
I.
RASIONALISASI
Rasionalisasi sering
dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat
diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang
buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan
berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang
buruk. Dengan kata lain memberikan alasan-alasan yang masuk akal atau rasional
dan dapat diterima oleh umum, yang gunanya untuk menghindarkan diri dari
kenyataan.
Contoh : Atlit-atlit
menggunakan rasionalisasi untuk menghindari realitas dan menutupi maksud-maksud
mereka yang sebenarnya, agar mereka dapt lebih diterima sehingga tidak
disalahkan meskipua sesungguhnya mereka membuat kesalahan. Membatalkan
pertandingan olah raga dengan alasan sakit dan akan ada ujian, padahal ia takut
kalah. Melakukan korupsi dengan alasan gaji tidak cukup
J.
DISPLACEMEN
Terjadi
apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau “dielakkan” kepada orang
atau obyek lain yang kurang membahayakan. Mengarahkan
emosi yang dirasakan ke pihak lain yang tidak bersangkutan.
Contoh : Seseorang yang dimarahi oleh atasannya dielakkan
atau dicurahkan kepada istri, anaknya atau pembantunya. Kritik yang distruktif
dan desus-desus (gossip) sebagai pembalas dendam merupakan cara yang
terselubung dalam menyatakan perasaan permusuhan.
K.
SUBSTITUSI
Pemindahan
atau kompromi di mana
kepuasan yang diperoleh masih
mirip dengan kepuasan aslinya.
Contoh : misal
remaja yang cemas akan dorongan seksnya menyalurkannya melalui bacaan cabul
atau onani
L.
UNDOING
Undoing/pembatalan
adalah usaha untuk kembali mengambil
perilaku sadar atau pemikiran wajar setelah memikirkan/melakukan sesuatu yang
tidak dapat diterima atau menyakitkan.
Contoh :
setelah menyadari bahwa Anda telah menghina seseorang, Anda merasa perlu
menghabiskan waktu-waktu berikutnya dengan misalkan memuji keindahan, pesona
dan kecerdasan orang itu. Dengan “melepas” aksi sebelumnya, orang itu
mencoba untuk mengganti kerusakan yang dilakukan oleh komentar asli dan
berharap dia akan mampu menyeimbangkan kedua komentar itu. Seorang
pedagang yang kurang
sesuai dengan etika dalam berdagang akan memberikan sumbangan sumbangan besar untuk anak panti asuhan.
M.
REGRESI
Mekanisme
dengan kembali ke masa-masa perkembangan yang telah dilewati, di mana seseorang
mengalami tekanan psikologis. Ketika seseorang menghadapi kesulitan atau
kecemasan, perilaku sering menjadi kekanak-kanakan atau mundur seperti di masa
lalu pada saat mengalami kenyamanan.
Contoh : Seorang anak
akan menghisap jempolnya lagi atau ngompol di kasur seperti pada masa balita.
Seorang mahasiswa membawa mainan masa kecilnya ke asrama.
N.
DISOSIASI
Disosiasi adalah
mekanisme pertahanan diri dimana ketika seseorang merasa kehilangan jejak waktu
dan / atau orang dan malah menemukan keberadaan diri mereka dalam kondisi yang
lain. Orang yang memiliki pengalaman buruk/traumatis pada masa kanak-kanak
sering menderita beberapa bentuk disosiasi. Dalam kasus yang ekstrim,
disosiasi dapat menyebabkan seseorang percaya bahwa mereka memiliki beberapa
diri yang berbeda (“kepribadian ganda”). Orang yang menggunakan disosiasi
sering memiliki pandangan yang dalam saat-saat tertentu terputus dari
diri keberadaan diri mereka sendiri. Dengan cara ini, seseorang
yang terdisosiasi dapat “memutuskan diri” dari dunia nyata untuk sementara
waktu, dan hidup dalam dunia yang berbeda/kepribadian yang berbeda yang tidak
penuh dengan pikiran, perasaan, kondisi yang dirasa menekan dalam kondisi nyata
mereka.
O.
DENIAL
Mekanisme pertahanan
ini paling sederhana dan primitive. Penyangkalan berusaha untuk melindungi diri
sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan
cara melarikan diri dari kenyataan atau kesibukan dengan hal-hal lain.
Penghindaran penyangkalan aspek yang menyakitkan dari kenyataan dengan
menghilangkan data sensoris. Penyangkalan dapat digunakan dalam keadaan normal
maupun patologis.
Contoh : mereka tidak mau mengerti bahwa dirinya
berpenyakit yang berbahaya, menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu yang
ngeri, tidak mau memikirkan tentang kematian, tidak mau menerima anaknya yang
terbelakang dan sebagainya.
P.
SUBLIMASI
Sublimasi
merupakan dorongan kehendak atau cita-cita yang yang tak dapat diterima oleh
norma-norma di masyarakat lalu disalurkan menjadi bentuk lain yang lebih dapat
diterima bahkan ada yang mengagumi.
Contoh : Orang yang
mempunyai dorongan kuat untuk berkelahi disalurkan dalam olah raga keras
misalnya bertinju. Dokter yang agresif disalurkan menjadi dokter ahli bedah,
mengisap permen sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari.
Q.
PIKIRAN-PIKIRAN YANG MELAYANG SECARA BEBAS TANPA DICEK OLEH
KENYATAAN, TERLEPAS DARI REALITAS
Suatu proses melamun (menerawang)
atau tindakan berkhayal untuk memberikan pelarian dari kenyataan, dengan
kepuasan diperoleh dan pencapaian2 kenikmatan yang bersifat khayal atau mati
sebagai pahlawan yang tidak berdosa.
Contoh: seorang pengangguran
berhayal menjadi orang kaya
DAFTAR PUSTAKA
Barry Guze, dkk.1997.Buku Saku
Psikiatri.Jakarta : EGC.
Boeree,
George. 2007. Personality Theories. Yogyakarta: Prismasophie.
De
Clerq, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. Jakarta: Haji Mas Agung.
Gibson,
J. 1985. Diagnosa Gejala Klinis. Alih Bahasa: Rossi Sanusi, Edisi ke -I.
Yogyakarta : Yayasan Ekstentia Medica.
Hall,
C. dan Gardener, L. 1991. Theorities of Personality. Singapura: A.Billey Trans
Edition.
Hatta Kusumawati, Dra. M.Pd SEKILAS
TENTANG TEORI KEPRIBADIAN SIGMUD FREUD DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BIMBINGAN
diunduh dari http://www.acehinstitute.org/opini_kusumawati_soal_simund_freud.html
tanggal 9 Juli 2009
Kaplan, H.I Sadock, B.J., Grebb, J.A :
Synopsis of Psychiatry, “Bahavioral Sciences Clinical Psychiatry”, seventh
edition. Wiliiam and Willkins; England, 1994, p.369-378.
Maramis, W. F. : catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press; Surabaya, 1980 p 37-38, 65-84
Mekanisme pertahanan diri diunduh dari
http://rizkyp13.multiply.com/journal/item/71/Mekanisme_pertahanan_Diri_tanggal
9 Juli 2009
Mekanisme pertahanan ego diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Mekanisme_pertahanan_ego tanggal 9 Juli 2009
Priest,
R. 1997. Kecemasan dan Persepsi. Semarang: Dahara Prize.
Sistem pertahanan ego http://psikologiupi.blogspot.com /2008/09/system-pertahanan-ego-yang-wajib-di.html
tanggal 9 juli 2009. Pertahanan ego diunduh dari http://trescent .wordpress.com/2007/08/15/pertahanan-ego/ tanggal 9 Juli 2009
Suryabrata,
Sumadi. 2003. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Taylor,
S.E. 2001. Health Psychology. New York: McGrow Hill inc.
Thalis,
F. 2002. Mengatasi Rasa Cemas. Jakarta: Penerbit Arcan.
No comments:
Post a Comment