Tuesday, 3 February 2015

KEPERAWATAN JIWA




TUGAS KEPERAWATAN JIWA


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa


 










Disusun oleh :
Nama
:
Annisa Resiana
NIM
:
P17420313050
Kelas
:
2 Reguler B


Dosen Pengampu
Indar Widowati S.Kep Ns


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
2015
DEFINISI DARI

A.      SUPRESI
Berusaha melupakan emosi yang tidak diinginkan secara sadar.
Contoh : Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi).
move-on-time.jpg

B.       REPRESI
Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustrasi, tekanan, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang sebagai bukti akan adanya represi. Tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka membuat keinginan tidak sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Sudah menjadi umum banyak individu pada dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya. Beberapa bukti, misalnya:
1.    Individu cenderung untuk tidak berlama-lama untuk mengenali sesuatu yang tidak menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan. Individu akan membuang memori tentang hal tidak menyenangkan dari otaknya.
2.    Berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat gambar  dan mengingat-inget kejadian yang menyesakkan dada.
3.    Lebih sering mengkomunikasikan berita baik daripada berita buruk.
4.    Lebih mudah mengingat hal-hal positif daripada yang negatif.
5.    Lebih sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan.
PT1.jpgPT.jpg

C.      IDENTIFIKASI
Mekanisme dengan membawa kepribadian orang lain masuk ke dalam diri sendiri, karena dengan begitu dapat menyelesaikan masalah perasaan yang mengganggunya. Mekanisme ini sangat penting dalam teori kepribadian Psikoanalisa sebagai mekanisme yang dibentuk oleh Super Ego.
Contoh : Anak-anak remaja sering mengidentifikasi diri dengan bintang-bintang favorit, musisi, artis, atlet, dan sebagainya, untuk meneguhkan identitas diri. Mekanisme identifikasi secara ekstrim, yaitu seorang pria biasa mengubah penampilannya karena dia sangat menggemari bintang kesayangannya pada saat memerankan superman.
identifikasi.jpg

D.      EMPATI
Empati adalah proses kejiwaan seseorang individu larut dalam perasaan orang lain baik suka maupun duka, dan seolah-olah merasakan atupun mengalami apa yang dirasakan atu dialami oleh orang tersebut. Empati merupakan kelanjutan dari sikap simpati.
Contohnya, Danang merasa sangat bersedih dan terharu ketika melihat Wawan temannya harus bekerja di malam hari untuk membayar biaya sekolahnya. ia seolah-olah merasakan beban yang harus dipikul oleh Wawan. Oleh karena itu, Danang sering membantu Wawan.

E.       INTEROYEKSI
Introyeksi akan terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke dalam penderiannya berbagai aspek keadaan yang akan mengancamnya. Hal ini dimulai sejak kecil, pada waktu seseorang anak belajar mematuhi dan menerima serta kan menjadi milikinya beberapa nilai serta peraturan masyarakat. Lalu ia dapat mengendalikan prilakunya dan dapat mencegah pelanggaran serta hukuman sebagai akibatnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan yang otoriter maka banyak orang mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru sebagai perlindungan terhadap perilaku yang dapat menyusahkan mereka.
Contoh : Introyeksi akan terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke dalam penderiannya berbagai aspek keadaan yang akan mengancamnya. Hal ini dimulai sejak kecil, pada waktu seseorang anak belajar mematuhi dan menerima serta kan menjadi milikinya beberapa nilai serta peraturan masyarakat. Lalu ia dapat mengendalikan prilakunya dan dapat mencegah pelanggaran serta hukuman sebagai akibatnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan yang otoriter maka banyak orang mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru sebagai perlindungan terhadap perilaku yang dapat menyusahkan mereka.
polantas-2.jpg

F.      REACTION FORMATION
Reaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya.
Contoh : seorang anak yang iri hati terhadap adiknya, ia memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu sangat menyayangi secara berlebihan. Contoh lain seorang yang secara fanatik melarang perjudian dan kejahatan lain dengan maksud agar dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri ke arah itu. Tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.
mu.jpg


G.      KOMPENSASI
Kompensasi adalah proses psikologis dengan cara menyeimbangkan kelemahan dirasakan dengan menekankan kekuatan di arena lainnya. Kompensasi adalah mekanisme pertahanan yang membantu memperkuat citra diri. Dengan menekankan dan berfokus pada kekuatan seseorang, seseorang mengakui mereka tidak bisa menjadi kuat di segala hal dan di semua bidang dalam hidup mereka. 
Contoh :Misalnya, ketika seseorang mengatakan, “Saya mungkin tidak tahu cara memasak, tapi saya yakin bisa mencuci piring,” mereka berusaha untuk mengkompensasi kurangnya keterampilan memasak dengan menekankan keterampilan mereka membersihkan gantinya. Ketika dilakukan dengan tepat dan tidak dalam upaya untuk selama-kompensasi,
640xauto-musik-kemandirian-poin-penting-pola-asuh-anak-sandhy-sondoro-131219j-5.jpg

H.      PROYEKSI
Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dolah dan Holladay (1967) berpendapat bahwa proyeksi adalah contoh dari cara untuk memungkiri tanggung jawab kita terhadap impuls-impuls dan pikiran-pikiran dengan melimpahkannya kepada orang lain.
Contoh : Seorang atlit yang tidak mau disalahkan untuk kesalahan-kesalahan yang dibuatnya akan memproyeksikan dan melimpahkan tanggung jawab sebab timbulnya  kesalahan tersebut kepada coachnya, teman-teman seregunya atau kepada orang atau benda lainnya, misalnya wasit, penonton, lapangan, bola, sepatu, dan sebagainya. Bahwa manusia tidak akan luput dari kegagalan adalah suatu kenyataan hidup.
images.jpgper.jpg

I.         RASIONALISASI
Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang buruk. Dengan kata lain memberikan alasan-alasan yang masuk akal atau rasional dan dapat diterima oleh umum, yang gunanya untuk menghindarkan diri dari kenyataan.
Contoh : Atlit-atlit menggunakan rasionalisasi untuk menghindari realitas dan menutupi maksud-maksud mereka yang sebenarnya, agar mereka dapt lebih diterima sehingga tidak disalahkan meskipua sesungguhnya mereka membuat kesalahan. Membatalkan pertandingan olah raga dengan alasan sakit dan akan ada ujian, padahal ia takut kalah. Melakukan korupsi dengan alasan gaji tidak cukup
korupsi.jpg



J.        DISPLACEMEN
Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau “dielakkan” kepada orang atau obyek lain yang kurang membahayakan. Mengarahkan emosi yang dirasakan ke pihak lain yang tidak bersangkutan.
kdrt_tangsel.jpgContoh : Seseorang yang dimarahi oleh atasannya dielakkan atau dicurahkan kepada istri, anaknya atau pembantunya. Kritik yang distruktif dan desus-desus (gossip) sebagai pembalas dendam merupakan cara yang terselubung dalam menyatakan perasaan permusuhan.
angry-boss-560x258.jpg


K.      SUBSTITUSI
Pemindahan atau  kompromi di mana kepuasan yang diperoleh masih mirip dengan kepuasan aslinya.
Contoh : misal remaja yang cemas akan dorongan seksnya menyalurkannya melalui bacaan cabul atau onani
plby.jpg5p4v.jpg
L.       UNDOING
Undoing/pembatalan adalah usaha untuk kembali mengambil perilaku sadar atau pemikiran wajar setelah memikirkan/melakukan sesuatu yang tidak dapat diterima atau menyakitkan. 
Contoh : setelah menyadari bahwa Anda telah menghina seseorang, Anda merasa perlu menghabiskan waktu-waktu berikutnya dengan misalkan memuji keindahan, pesona dan kecerdasan orang itu. Dengan “melepas” aksi sebelumnya, orang itu mencoba untuk mengganti kerusakan yang dilakukan oleh komentar asli dan berharap dia akan mampu menyeimbangkan kedua komentar itu. Seorang pedagang yang kurang sesuai dengan etika dalam berdagang akan memberikan sumbangan sumbangan besar untuk anak panti asuhan.
istri-wartawan-serahkan-sumbangan-ke-panti-asuhan.jpg

M.     REGRESI
Mekanisme dengan kembali ke masa-masa perkembangan yang telah dilewati, di mana seseorang mengalami tekanan psikologis. Ketika seseorang menghadapi kesulitan atau kecemasan, perilaku sering menjadi kekanak-kanakan atau mundur seperti di masa lalu pada saat mengalami kenyamanan.
Contoh : Seorang anak akan menghisap jempolnya lagi atau ngompol di kasur seperti pada masa balita. Seorang mahasiswa membawa mainan masa kecilnya ke asrama.
Gowang dan Iman.jpgP3100255.JPG



N.      DISOSIASI
Disosiasi adalah mekanisme pertahanan diri dimana ketika seseorang merasa kehilangan jejak waktu dan / atau orang dan malah menemukan keberadaan diri mereka dalam kondisi yang lain. Orang yang memiliki pengalaman buruk/traumatis pada masa kanak-kanak sering menderita beberapa bentuk disosiasi. Dalam kasus yang ekstrim, disosiasi dapat menyebabkan seseorang percaya bahwa mereka memiliki beberapa diri yang berbeda (“kepribadian ganda”). Orang yang menggunakan disosiasi sering memiliki pandangan yang dalam saat-saat tertentu  terputus dari diri keberadaan diri  mereka sendiri.  Dengan cara ini, seseorang yang terdisosiasi dapat “memutuskan diri” dari dunia nyata untuk sementara waktu, dan hidup dalam dunia yang berbeda/kepribadian yang berbeda yang tidak penuh dengan pikiran, perasaan, kondisi yang dirasa menekan dalam kondisi nyata mereka.

O.      DENIAL
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive. Penyangkalan berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara melarikan diri dari kenyataan atau kesibukan dengan hal-hal lain. Penghindaran penyangkalan aspek yang menyakitkan dari kenyataan dengan menghilangkan data sensoris. Penyangkalan dapat digunakan dalam keadaan normal maupun patologis.
Contoh :  mereka tidak mau mengerti bahwa dirinya berpenyakit yang berbahaya, menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu yang ngeri, tidak mau memikirkan tentang kematian, tidak mau menerima anaknya yang terbelakang dan sebagainya.
article_2022894_0D4E983F000005.jpg

P.       SUBLIMASI
Sublimasi merupakan dorongan kehendak atau cita-cita yang yang tak dapat diterima oleh norma-norma di masyarakat lalu disalurkan menjadi bentuk lain yang lebih dapat diterima bahkan ada yang mengagumi.
Contoh : Orang yang mempunyai dorongan kuat untuk berkelahi disalurkan dalam olah raga keras misalnya bertinju. Dokter yang agresif disalurkan menjadi dokter ahli bedah, mengisap permen sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari.
sublimasi.jpg123005_kebiasaan-isap-jempol_663_382.jpg


Q.      PIKIRAN-PIKIRAN YANG MELAYANG SECARA BEBAS TANPA DICEK OLEH KENYATAAN, TERLEPAS DARI REALITAS
Suatu proses melamun (menerawang) atau tindakan berkhayal untuk memberikan pelarian dari kenyataan, dengan kepuasan diperoleh dan pencapaian2 kenikmatan yang bersifat khayal atau mati sebagai pahlawan yang tidak berdosa.
Contoh: seorang pengangguran berhayal menjadi orang kaya
fkgfk.jpg
DAFTAR PUSTAKA

Barry Guze, dkk.1997.Buku Saku Psikiatri.Jakarta : EGC.
Boeree, George. 2007. Personality Theories. Yogyakarta: Prismasophie.
De Clerq, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. Jakarta: Haji Mas Agung.
Gibson, J. 1985. Diagnosa Gejala Klinis. Alih Bahasa: Rossi Sanusi, Edisi ke -I. Yogyakarta : Yayasan Ekstentia Medica.
Hall, C. dan Gardener, L. 1991. Theorities of Personality. Singapura: A.Billey Trans Edition.
Hatta Kusumawati, Dra. M.Pd SEKILAS TENTANG TEORI KEPRIBADIAN SIGMUD FREUD DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BIMBINGAN diunduh dari http://www.acehinstitute.org/opini_kusumawati_soal_simund_freud.html tanggal 9 Juli 2009
Kaplan, H.I Sadock, B.J., Grebb, J.A : Synopsis of Psychiatry, “Bahavioral Sciences Clinical Psychiatry”, seventh edition. Wiliiam and Willkins; England, 1994, p.369-378.
Maramis, W. F. : catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press; Surabaya, 1980 p 37-38, 65-84
Mekanisme pertahanan ego diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Mekanisme_pertahanan_ego tanggal 9 Juli 2009
Priest, R. 1997. Kecemasan dan Persepsi. Semarang: Dahara Prize.
Sistem pertahanan ego http://psikologiupi.blogspot.com /2008/09/system-pertahanan-ego-yang-wajib-di.html tanggal 9 juli 2009. Pertahanan ego diunduh dari http://trescent .wordpress.com/2007/08/15/pertahanan-ego/ tanggal 9 Juli 2009
Suryabrata, Sumadi. 2003. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Taylor, S.E. 2001. Health Psychology. New York: McGrow Hill inc.
Thalis, F. 2002. Mengatasi Rasa Cemas. Jakarta: Penerbit Arcan.

No comments:

Post a Comment