BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Typhoid merupakan
permasalahan kesehatan penting dibanyak negara berkembang. Secara global,
diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya. DiIndonesia
diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300 – 810 kasus per 100.000 penduduk
pertahun, dengan angka kematian 2%. Demam typhoid merupakan salah satu dari
penyakitinfeksi terpenting. Penyakit ini di seluruh daerah di provinsi ini
merupakan penyakit infeksiterbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24
kabupaten. Di Sulawesi Selatan melaporkandemam typhoid melebihi 2500/100.000
penduduk (Sudono, 2006).Demam tifoid atau typhus abdominalls adalah suatu
infeksi akut yang terjadi pada ususkecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella
typhi.
Typhi dengan masa tunas 6-14
hari.Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim.
Kebersihan peroranganyang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun
lingkungan hidup umumnya adalahbaik. Di Indonesia penderita Demam Tifoid cukup
banyak diperkirakan 800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana.
Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama padamusim panas. Demam tifoid
dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering padaanak besar, umur
5- 9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 2-3:
1.12 Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang
mulai dapatmengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang
dikonsumsi kurangbersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila
terdapat demam terus-menerus lebihdari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan
obat demam dan diperkuat dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit
perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari (BahtiarLatif, 2008).
B.
TUJUAN
Tujuan
penulisan karya tulis Ilmiah ini adalah:
1.
Tujuan Umum
Untuk
mengetahui seluk beluk tentang demam thypoid pada para pembaca sehingga
dapatmenjadi referensi untuk pembelajaran atau upaya preventif mencegah
penyakit demam thypoid.
2.
Tujuan Khusus
Untuk
mengetahui secara lebih mendalam mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan
penyakit demam thypoid untuk diusahakanmencari data-data beserta pemecahanya
kemudian mencocokan berdasarkan teori yang telah diperoleh dari kuliah maupun
literature.
C.
SISTEMATIKA
Sistematika pada
laporan kasus ini diantaranya adalah sebagai berikut. BAB I berisi pendahuluan yang
meliputi : latar belakang, tujuan, dan sistematika. Kemudian pada BAB II berisi
tinjauan teori meliputi : definisi thypoid, etiologi, manifestasi klinis, tanda
gejala, dll. Untuk BAB III berisi konsep asuhan keperawatan anak thypoid yang
meliputi langkah-langkah dalam asuhan keperawatan antara lain : pengkajian,
diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, dan evaluasi. BAB IV sebagai
berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
DEFINISI
Thypoid adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan
gangguan kesadaran (Nursalam dkk.,2005, hal 152).
Thypoid
merupakan penyakti infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu
atau lebih desertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran. (Rampengan, 2007).
Thypoid adalah
penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi salmonella typhi. (Ovedoff,
2002: 514).
Typhoid
adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid
adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid
dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid
adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid
fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (Seoparman, 1996).
Thypoid adalah penyakit menular yang bersifat akut yang
ditandai dengan bakterimia atau perubahan pada system retikuloendeterlial yang
bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus peyer distal ileum.
(Sugeng sujianto 2002:1).
Tifus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan
pada saluran cerna dan gangguan kesadaran (Kapita slekta anak jilid 2 th
2001:432).
Kesimpulan Thyphoid
adalah penyakit menular yang bersifat akut yang biasanya mengenai pada saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari tujuh hari dan disertai oleh gangguan
kesadaran.
B.
ETIOLOGI
Etiologi dari typhoid
adalah Salmonella thypi/ salmonella thyphosa, basil gram negatif yang bergerak
dengan rambut getar dan tidak berspora. (Suriadi, Yuliani Rita, 2001).
Etiologi dari thypoid
menurut Rahmat Juwono pada tahun 2002 adalah :
1. 96 % disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram negative yang bergerak
dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekuran-kurangnya 3 macam antigen,
yaitu :
a. Antigen O (somatic terdiri dari zat kompleklipolisakarida)
b. Antigen (flagella)
c. Antigen VI dan protein membrane hialin
2. Salmonella paratyphi A
3. Salmonella paratyphi B
4. Salmonella paratyphi C
5. Feces dan urin yang terkontaminasi dari penderita typus
C.
MANIFESTASI KLINIS
Menurut Ngastiyah (2005: 237),
typoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20
hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan
jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin
ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri
kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang
biasanya ditemukan, yaitu:
1.
Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
2.
Gangguan Pada Saluran Pencernaan
Pada
mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan
tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan
limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.
3.
Gangguan Kesadaran
Umumnya
kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi supor,
koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan, pada punggung dan anggota
gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil
dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang
ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.
4.
Relaps
Relaps
(kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam typoid, akan tetap berlangsung
ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan normal
kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena
terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
maupun oleh zat anti.
D.
TANDA DAN GEJALA
1.
Demam
Siang
hari biasanya terlihat segar namun malamnya demam tinggi. Suhu tubuh
naik-turun.
2.
Mencret
Bakteri Salmonella typhi juga menyerang saluran cerna
karena itu saluran cerna terganggu. Tapi pada sejumlah kasus, penderita malah
sulit buang air besar.
3.
Mual Berat
Bakteri Salmonella typhi berkumpul di hati, saluran cerna,
juga di kelenjar getah bening. Akibatnya, terjadi pembengkakan dan akhirnya
menekan lambung sehingga terjadi rasa mual.
4.
Muntah
Karena rasa mual, otomatis makanan tak bisa masuk secara
sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut. Karena itu harus makan makanan
yang lunak agar mudah dicerna. Selain itu, makanan pedas dan mengandung soda
harus dihindari agar saluran cerna yang sedang luka bisa diistirahatkan.
5.
Lidah kotor
Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya
anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau
pedas.
6.
Lemas, pusing, dan sakit perut
Terkesan
acuh tak acuh bahkan bengong
Ini terjadi karena adanya gangguan kesadaran. Jika
kondisinya semakin parah, seringkali tak sadarkan diri/pingsan.
7.
Tidur pasif
Penderita merasa lebih nyaman jika
berbaring atau tidur. Saat tidur, akan pasif (tak banyak gerak) dengan wajah
pucat.
E.
PATOFISIOLOGI
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui
berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan),
Fingers
(jari
tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan
kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan
melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan
dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman
masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah
dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini
kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia,
kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid
disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental
disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada
typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses
inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.
F.
PATHWAYS
G.
KOMPLIKASI
1. Komplikasi
intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perporasi usus
c. Ilius paralitik
2. Komplikasi
extra intestinal
a. Komplikasi
kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis,
tromboplebitis
b. Komplikasi
darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru
: pneumonia, empiema, dan pleuritis
d. Komplikasi pada
hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
e. Komplikasi
ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
f. Komplikasi pada
tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
g. Komplikasi
neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer,
sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
H.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang
terdiri dari :
1. Pemeriksaan
leukosit
Di dalam
beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai.
Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi
berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun
tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan
SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT
pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah
sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan
darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini
dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
a. Teknik
pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan
laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media
biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam
tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
b. Saat
pemeriksaan selama perjalanan Penyakit Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif
pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di
masa lampau
Vaksinasi
terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah
klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d. Pengobatan
dengan obat anti mikroba. Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat
anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan
mungkin negatif.
4. Uji Widal
Uji widal
adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien
dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen
yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan
dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O,
yang dibuat
karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H,
yang dibuat
karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
c. Aglutinin Vi,
yang dibuat
karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga
aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
5. Faktor-faktor Teknis
a.
Aglutinasi silang : beberapa spesies
salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi
aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies
yang lain.
b.
Konsentrasi suspensi antigen :
konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
c.
Strain salmonella yang digunakan untuk
suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi
suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari
strain lain.
I.
PENATALAKSANAAN
1.
Perawatan
Klien
diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi pendarahan usus. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai
dengan pulihnya transfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2.
Terapi
a) Kloramfenikol
Dosis
yang diberikan adalah 100mg/kg BB/hari, maksimum pemberian 2g/hari. Dapat
diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas.
b) Tiamfenikol
Dosis
yang diberikan 4x500mg/hari.
c) Kortimoksazol
Dosis
48mg/kg BB/hari ( sibagi 2 dosis ) per oral sela 10 hari.
d) Ampicilin dan Amokcilin
Dosis
berkisar 100mg/kg BB, selama 2 minggu.
e) Sefalosporingenerasi ketiga seperti
seftriakson
Dosis
80mg/kg BB IM atau IV. 1x1, sela 5 -7 hari. Atau seiksim oral dosis 20mg/kg
BB/haridibagi 2 dosis selama 10 hari.
f)
Golongan
Fluorokuinolon
-
Norfloksasin : dosis 2 x 400mg/hari selama 14 hari
-
Siprofloksasin : dosis 2 x 500mg/hari selama 6 hari
-
Ofloksasin : dosis 2 x 400mg/hari selama 7 hari
-
Pefloksasin : dosis 1 x 400mg/hari selama 7 hari
-
Fleroksasin : dosis 1 x 400mg/hari selama 7 hari
g)
Kombinasi
obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: tifoid
toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering
ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman salmonella typhi.
( Widiastuti S, 2001 ).
3. Diet
a) Diet yang sesuai, cukup kalori dan
tinggi protein.
b) Pada penderita yang akut dpat diberi
bubur saring.
c) Setelah bebas demam diberi bubur
kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d) Dilanjutkan dengan nasi biasa
setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Identitas
Meliputi identitas klien dan
identitas penanggung jawab, berisi tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, diagnosa medis, no RM.
B.
Keluhan
Utama / Alasan Masuk RS.
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan
kesadaran : apati sampai somnolen, dan gangguan saluran cerna seperti perut
kembung atau tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare,
tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
C.
Riwayat
Kesehatan
a. Riwayat
Kesehatan sekarang
Ingesti makanan yang tidak dimasak
misalnya daging, telur, atau terkonta-minasi dengan minuman.
b. Riwayat
Kesehatan lalu
( Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun
)
4. Pre Natal Care
a. Mulai melakukan perawatan selama
hamil
b. Keluhan ibu selama hamil :
emesi, demam
c. Riwayat terkena sinar X
d. Kenaikan BB selama hamil
e. Imunisasi
f. Golongan darah ibu dan ayah
2.
Natal
a. Tempat melahirkan di …..
b. Lama dan jenis persalinan…
c. Menolong persalinan adalah …
d. Cara untuk memudahkan persalinan…
3.
Post
Natal
a. Kondisi bayi
b. Riwayat penyakit
( Untuk
semua usia )
- Riwayat perawatan atau operasi
- Riwayat alergi
- Riwayat pengobatan
c. Riwayat
Kesehatan Keluarga
Thypoid kongenital didapatkan dari seorang ibu
hamil yang menderita demam tifoid dan menularkan kepada janin melalui darah.
d. Riwayat Imunisasi
Berisi
mengenai pemberian vaksin BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis, waktu pemberian
dll.
e. Riwayat tumbuh kembang
Dibagi
menjadi 2 yakni : pertumbuhsn fisik meliputi berat badan, tinggi badandan
perkembangan tiap tahap meliputi berguling, duduk, merangkak, berdiri,
berjalan, senyum kepada orang lain, bicara, berpakaian.
f. Riwayat Nutrisi
Jenis
yang dikaji pemeberian asi, pemberian susu tambahan, pemberian makanan tambahan
(sereal)
D.
Pemeriksaan
Fisik
1.
Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah,
panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.
2.
Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak
mata normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir
kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher
simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
3.
Dada
dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur,
didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
4.
Sistem
respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan,
dan tidak terdapat cuping hidung.
5.
Sistem
kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan
tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien
mengalami peningkatan suhu tubuh.
6.
Sistem
integumen
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat,
berkeringat banyak, akral hangat.
7.
Sistem
eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi,
produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg
BB/jam.
8.
Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah
atau tidak ada gangguan.
9.
Sistem
endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran
kelenjar toroid dan tonsil.
10. Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan
koma, dalam penderita penyakit thypoid.
E.
Diangnosa
Keperawatan
Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien dengan Typhoid menurut Suriadi & Yulianni (2006) adalah:
1.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adanafsu makan, mual dan kembung.
2.
Resiko
kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairandan
peningkatan suhu tubuh.
3.
Perubahan
persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran.
4.
Kurangnya
perawatan diri berhubungan dengan istirahat total.
5.
Hipertemi
berhubungan dengan proses infeksi
F.
Perencanaan
Keperawatan
Perencanaan KeperawatanIntervensi
keperawatan pada pasien dengan Typhoid menurut Suriadi & Yulianni(2006)
adalah:
1. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu
makan, mual dan kembung.
Tujuan
: Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan.
Intervensi:
a. Nilai status nutrisi anak
b. Izinkan anak untuk memakan makanan
yang dapat ditoleransi anak,rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada
saat selera makan anak meningkat
c. Berikan makanan yang disertai dengan
suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
d. Anjurkan kepada keluarga untuk
memberikan makanan dengan teknik porsikecil tetapi sering
e. Timbang berat badan setiap hari pada
waktu yang sama dan dengan skalayang samaf.
f. Pertahankan kebersihan mulut anak
g. Jelaskan pentingnya intake nutrisi
yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.
h. Kolaborasi untuk pemberian makanan
melalui parenteral. Jika pemberian makan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan
gizi anak
2. Resiko kurangnya volume cairan
berhubungan dengan kurangnya intake cairandan peningkatan suhu tubuh.
Tujuan
: Mencegah kurangnya volume cairan.
Intervensi
:
a. Observasi tanda-tanda vital (suhu
tubuh ) paling sedikit setiap empat jam
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya
kekurangan cairan : turgor tidak elastis,ubun-ubun cekung, produksi urine
menurun, membran mukosa kering, bibirpecah-pecah
c. Observasi dan catat intake dan
output dan mempertahankan intake danoutput
yang adekuat
d. Monitor dan catat berat badan pada
waktu yang sama dan dengan skala yang sama
e. Monitor pemberian cairan intravena
melalui intravena setiap jam
f. Kurangi kehilangan cairan yang tidak
terlihat (insensible water loss/IWL)dengan memberikan kompres dingin atau
dengan tepid sponge
g. Berikan antibiotik sesuai program
3. Perubahan persepsi sensori
berhubungan dengan penurunan kesadaran
Tujuan : Mempertahankan fungsi
persepsi sensori
Intervensi :
a. Kaji status neurologis
b. Istirahkan anak hingga suhu dan
tanda-tanda vital stabil
c. Hindari aktivitas yang berlebihan.
d. Pantau tanda-tanda vital
4. Kurangnya perawatan diri berhubungan
dengan istirahat total
Tujuan : Kebutuhan perawatan diri
terpenuhi
Intervensi
a. Kaji aktivitas yang dapat dilakukan
anak sesuai dengan tugas perkembangananak
b. Jelaskan kepada klien dan keluarga
aktivitas yang dapat dan tidak dapatdilakukan hingga demam berangsur-angsur
turun
c. Bantu memenuhi kebutuhan dasar anak
d. Libatkan peran keluarga dalam
memenuhi kebutuhan dasar anak
5. Hipertemi berhubungan dengan proses
infeksi
Tujuan : Mempertahankan suhu dalam
batas normal
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan anak dan keluarga
tentang hipertermia
b. Observasi suhu, nadi, tekanan darah,
pernafasan
c. Beri minum
yang cukup
d. Lakukan tepid sponge (seka)
e. Pakaikan baju yang tipis dan
menyerap keringat
f. Pemberian obat antipireksiag.
g. Pemberian cairan parenteral (IV yang
adekuat)
G.
Evaluasi
Evaluasi
menurut Suriadi & Yulianni (2006) yaitu:
1. Anak menunjukkan tanda-tanda
kebutuhan nutrisi terpenuhi
2. Anak menunjukkan tanda-tanda
terpenuhinya kebutuhan cairan.
3. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda
penurunan kesadaran yang lebihlanjut
4. Anak dapat melakukan aktifitas
sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat perkembangan klien.
5. Anak akan menunjukkan tanda - tanda
vital dalam batas normal
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Demam typoid (typus abdominalis,
Typoid fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella Typhi
atau Salmonella Paratyphi A,B, atau C. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda khas
berupa perjalanan yang cepat berlangsung lebih kurang 3 minggu disertai dengan
demam, toksemia, gejala-gejala perut, pembesaran limpa dan erusi kulit. Sedangkan
menurut Tambayong (2000), mengatakan tifus abdominalis adalah penyakit infeksi
hebat yang diawali di selaput lendir usus dan jika tidak diobati secara
progresif menyerbu jaringan di seluruh tubuh.
Menurut
Wulandari (2008), Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan
gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan
atau tanpa gangguan kesadaran. Penyebarannya melalui lima F yaitu : Feses
(tinja), Flies (lalat), Food (makanan),Finger (jari tangan) dan Fomites
(muntah). Untuk pengobatan terhadap penyakit typoid dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi obat, Sampai saat ini masih menganut Trilogi penatalaksanaan demam
thypoid, yaitu : Kloramphenikol : dosis hari pertama
4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama demam berkanjut sampai 2
hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x 250 mg selama 5 hari
kemudian. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk. di RSUP Persahabatan), penggunaan
kloramphenikol masih memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti
obat– obat terbaru dari jenis kuinolon. Dan lain sebagainya.
Untuk
dapat megatasi penyakit typoid dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya
ialah sebagai berikut :
1.
Diet dengan Cukup kalori dan tinggi
protein
2.
Perawatan sehari-hari dalam perawatan
selalu dijaga personal hygiene, kebersihan tempat tidur, pakaian, dan peralatan
yang digunakan oleh klien.
3.
Istirahat, bertujuan mencegah
komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Klien harus tirah baring absolut sampai
minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Anatomi
Fisiologi Sistem Pencernaan. Diambil pada tanggal 9 Juni 2012. http://blogs.unpad.ac.id/haqsbageur/2010/03/26/anatomi-dan-fisiologi-sistem-pencernaan-manusia/
Brunners & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan, Edisi 8, Penerbit
EGC, Jakarta.
Definisi
Typoid. Diambil pada tanggal 8 Juni 2012.
Asuhan Keperawatan dengan Demam Tipoid. Diambil tanggal 9 Juni 2012. http://denfirman.blogspot.com/2010/06/asuhan-keperawatan-typoid.html
Doengoes, Marilyn E., (2002), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan pendokumentasian Tujuan Perawatan Pasien, Edisi III, EGC,
Jakarta.
Evelyn C., Pearce, (2002), Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious
Diseases, Mosby Year Book, Toronto.
Hendarwanto. 1996.Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi
Ketiga. FKUI : Jakarta.
Kuzemko, Jan, 1995, Pemeriksaan Klinis Anak, alih
bahasa Petrus Andrianto, cetakan III, EGC, Jakarta.
Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing
Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.
Mansjoer,
Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, jilid I. Media Aesculapius :
Jakarta. 1999.
Nursalam, (2001), Proses Dokumentasi Keperawatan, Edisi I,
Salemba Medika, Jakarta.
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik
Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.
Sudoyo, Aru W., (2006) , Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid III, FKUI,
Jakarta.
Suriadi
dan Yuliani, Rita. Asuhan Keperawatan pada anak. Cv Sagung Seto. Jakarta :
2001.
Tarwono, Wartonah, (2004), Kebutuhan Dasar Manusi dan Proses
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
thanks infonya Askep Keluarga Hipertensi
ReplyDeleteTERMAKASIH ATAS BANTUAN KARENA SANGAT MEMBATU SYA.
ReplyDelete