Tuesday, 17 February 2015

ASKEP ANAK THYPOID



BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak negara berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya. DiIndonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300 – 810 kasus per 100.000 penduduk pertahun, dengan angka kematian 2%. Demam typhoid merupakan salah satu dari penyakitinfeksi terpenting. Penyakit ini di seluruh daerah di provinsi ini merupakan penyakit infeksiterbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten. Di Sulawesi Selatan melaporkandemam typhoid melebihi 2500/100.000 penduduk (Sudono, 2006).Demam tifoid atau typhus abdominalls adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada ususkecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi.
Typhi dengan masa tunas 6-14 hari.Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan peroranganyang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalahbaik. Di Indonesia penderita Demam Tifoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama padamusim panas. Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering padaanak besar, umur 5- 9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 2-3: 1.12 Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapatmengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurangbersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat demam terus-menerus lebihdari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari (BahtiarLatif, 2008).

B.       TUJUAN
Tujuan penulisan karya tulis Ilmiah ini adalah:
1.         Tujuan Umum
Untuk mengetahui seluk beluk tentang demam thypoid pada para pembaca sehingga dapatmenjadi referensi untuk pembelajaran atau upaya preventif mencegah penyakit demam thypoid.
2.         Tujuan Khusus
Untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan penyakit demam thypoid untuk diusahakanmencari data-data beserta pemecahanya kemudian mencocokan berdasarkan teori yang telah diperoleh dari kuliah maupun literature.

C.      SISTEMATIKA
Sistematika pada laporan kasus ini diantaranya adalah sebagai berikut. BAB I berisi pendahuluan yang meliputi : latar belakang, tujuan, dan sistematika. Kemudian pada BAB II berisi tinjauan teori meliputi : definisi thypoid, etiologi, manifestasi klinis, tanda gejala, dll. Untuk BAB III berisi konsep asuhan keperawatan anak thypoid yang meliputi langkah-langkah dalam asuhan keperawatan antara lain : pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, dan evaluasi. BAB IV sebagai berisi kesimpulan dan saran.























BAB II
TINJAUAN TEORI

A.      DEFINISI
Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya  mengenai saluran  pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Nursalam dkk.,2005, hal 152).
Thypoid merupakan penyakti infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih desertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan, 2007).
Thypoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi salmonella typhi. (Ovedoff, 2002: 514).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (Seoparman, 1996).
Thypoid adalah penyakit menular yang bersifat akut yang ditandai dengan bakterimia atau perubahan pada system retikuloendeterlial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus peyer distal ileum. (Sugeng sujianto 2002:1).
Tifus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran (Kapita slekta anak jilid 2 th 2001:432).
Kesimpulan Thyphoid adalah penyakit menular yang bersifat akut yang biasanya mengenai pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari tujuh hari dan disertai oleh gangguan kesadaran.

B.       ETIOLOGI
Etiologi dari typhoid adalah Salmonella thypi/ salmonella thyphosa, basil gram negatif yang bergerak dengan rambut getar dan tidak berspora. (Suriadi, Yuliani Rita, 2001).
Etiologi dari thypoid menurut Rahmat Juwono pada tahun 2002 adalah :
1.    96 % disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekuran-kurangnya 3 macam antigen, yaitu :
a.    Antigen O (somatic terdiri dari zat kompleklipolisakarida)
b.    Antigen (flagella)
c.    Antigen VI dan protein membrane hialin
2.    Salmonella paratyphi A
3.    Salmonella paratyphi B
4.    Salmonella  paratyphi C
5.    Feces dan urin  yang terkontaminasi dari penderita typus

C.      MANIFESTASI KLINIS
Menurut Ngastiyah (2005: 237), typoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu:
1.         Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
2.         Gangguan Pada Saluran Pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.
3.         Gangguan Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan, pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.
4.         Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam typoid, akan tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.

D.      TANDA DAN GEJALA
1.         Demam
Siang hari biasanya terlihat segar namun malamnya demam tinggi. Suhu tubuh naik-turun.
2.         Mencret
Bakteri Salmonella typhi juga menyerang saluran cerna karena itu saluran cerna terganggu. Tapi pada sejumlah kasus, penderita malah sulit buang air besar.
3.         Mual Berat
Bakteri Salmonella typhi berkumpul di hati, saluran cerna, juga di kelenjar getah bening. Akibatnya, terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual.
4.         Muntah
Karena rasa mual, otomatis makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut. Karena itu harus makan makanan yang lunak agar mudah dicerna. Selain itu, makanan pedas dan mengandung soda harus dihindari agar saluran cerna yang sedang luka bisa diistirahatkan.
5.         Lidah kotor
Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
6.         Lemas, pusing, dan sakit perut
Terkesan acuh tak acuh bahkan bengong
Ini terjadi karena adanya gangguan kesadaran. Jika kondisinya semakin parah, seringkali tak sadarkan diri/pingsan.
7.         Tidur pasif
Penderita merasa lebih nyaman jika berbaring atau tidur. Saat tidur, akan pasif (tak banyak gerak) dengan wajah pucat.

E.       PATOFISIOLOGI
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.









F.       PATHWAYS
pathway.png













G.      KOMPLIKASI
1.    Komplikasi intestinal
a.    Perdarahan usus
b.    Perporasi usus
c.    Ilius paralitik
2.    Komplikasi extra intestinal
a.    Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis
b.    Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
c.    Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis
d.   Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
e.    Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
f.     Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
g.    Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

H.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
1.      Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2.      Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3.      Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
a.    Teknik pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
b.    Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c.    Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d.   Pengobatan dengan obat anti mikroba. Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
4.      Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a.    Aglutinin O,
yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
b.    Aglutinin H,
yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
c.    Aglutinin Vi,
yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
5.      Faktor-faktor Teknis
a.     Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
b.     Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
c.     Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.

I.         PENATALAKSANAAN
1.    Perawatan
Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi pendarahan usus. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya transfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2.    Terapi
a)    Kloramfenikol
Dosis yang diberikan adalah 100mg/kg BB/hari, maksimum pemberian 2g/hari. Dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas.
b)   Tiamfenikol
Dosis yang diberikan 4x500mg/hari.
c)    Kortimoksazol
Dosis 48mg/kg BB/hari ( sibagi 2 dosis ) per oral sela 10 hari.
d)   Ampicilin dan Amokcilin
Dosis berkisar 100mg/kg BB, selama 2 minggu.
e)    Sefalosporingenerasi ketiga seperti seftriakson
Dosis 80mg/kg BB IM atau IV. 1x1, sela 5 -7 hari. Atau seiksim oral dosis 20mg/kg BB/haridibagi 2 dosis selama 10 hari.
f)    Golongan Fluorokuinolon
-       Norfloksasin        : dosis 2 x 400mg/hari selama 14 hari
-       Siprofloksasin      : dosis 2 x 500mg/hari selama 6 hari
-       Ofloksasin           : dosis 2 x 400mg/hari selama 7 hari
-       Pefloksasin          : dosis 1 x 400mg/hari selama 7 hari
-       Fleroksasin          : dosis 1 x 400mg/hari selama 7 hari
g)   Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman salmonella typhi. ( Widiastuti S, 2001 ).
3.    Diet
a)    Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
b)   Pada penderita yang akut dpat diberi bubur saring.
c)    Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d)   Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
























BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A.      Identitas
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung jawab, berisi tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, diagnosa medis, no RM.
B.       Keluhan Utama / Alasan Masuk RS.
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apati sampai somnolen, dan gangguan saluran cerna seperti perut kembung atau tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
C.      Riwayat Kesehatan
a.    Riwayat Kesehatan sekarang
Ingesti makanan yang tidak dimasak misalnya daging, telur, atau terkonta-minasi dengan minuman.
b.    Riwayat Kesehatan lalu
( Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun )
4.    Pre Natal Care
a.    Mulai melakukan perawatan selama hamil
b.    Keluhan ibu selama hamil  :  emesi, demam
c.    Riwayat terkena sinar X
d.   Kenaikan BB selama hamil
e.    Imunisasi 
f.     Golongan darah ibu dan ayah
2.    Natal
a.    Tempat melahirkan  di …..
b.    Lama dan jenis persalinan…
c.    Menolong persalinan adalah …
d.   Cara untuk memudahkan persalinan…
3.    Post Natal
a.    Kondisi bayi
b.    Riwayat penyakit
( Untuk semua usia )
-       Riwayat perawatan atau operasi
-       Riwayat alergi
-       Riwayat pengobatan
c.    Riwayat Kesehatan Keluarga
Thypoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita demam tifoid dan menularkan kepada  janin melalui darah.
d.   Riwayat Imunisasi
Berisi mengenai pemberian vaksin BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis, waktu pemberian dll.
e.    Riwayat tumbuh kembang
Dibagi menjadi 2 yakni : pertumbuhsn fisik meliputi berat badan, tinggi badandan perkembangan tiap tahap meliputi berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain, bicara, berpakaian.
f.     Riwayat Nutrisi
Jenis yang dikaji pemeberian asi, pemberian susu tambahan, pemberian makanan tambahan (sereal)

D.      Pemeriksaan Fisik
1.         Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.
2.         Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
3.         Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
4.         Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.
5.         Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.

6.         Sistem integumen
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
7.         Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
8.         Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
9.         Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.
10.     Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.

E.       Diangnosa Keperawatan
Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Typhoid menurut Suriadi & Yulianni (2006) adalah:
1.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adanafsu makan, mual dan kembung.
2.    Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairandan peningkatan suhu tubuh.
3.    Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran.
4.    Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total.
5.    Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi

F.       Perencanaan Keperawatan
Perencanaan KeperawatanIntervensi keperawatan pada pasien dengan Typhoid menurut Suriadi & Yulianni(2006) adalah:
1.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual dan kembung.
Tujuan : Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan.
Intervensi:
a.    Nilai status nutrisi anak
b.    Izinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak,rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
c.    Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
d.   Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan makanan dengan teknik porsikecil tetapi sering
e.    Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skalayang samaf.
f.     Pertahankan kebersihan mulut anak
g.    Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.
h.    Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral. Jika pemberian makan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak
2.    Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairandan peningkatan suhu tubuh.
Tujuan : Mencegah kurangnya volume cairan.
Intervensi :
a.    Observasi tanda-tanda vital (suhu tubuh ) paling sedikit setiap empat jam
b.    Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis,ubun-ubun cekung, produksi urine menurun, membran mukosa kering, bibirpecah-pecah
c.    Observasi dan catat intake dan output dan mempertahankan intake danoutput yang adekuat
d.   Monitor dan catat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
e.    Monitor pemberian cairan intravena melalui intravena setiap jam
f.     Kurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (insensible water loss/IWL)dengan memberikan kompres dingin atau dengan tepid sponge
g.    Berikan antibiotik sesuai program
3.    Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran
Tujuan : Mempertahankan fungsi persepsi sensori
Intervensi :
a.    Kaji status neurologis
b.    Istirahkan anak hingga suhu dan tanda-tanda vital stabil
c.    Hindari aktivitas yang berlebihan.
d.   Pantau tanda-tanda vital
4.    Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total
Tujuan : Kebutuhan perawatan diri terpenuhi
Intervensi
a.    Kaji aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan tugas perkembangananak
b.    Jelaskan kepada klien dan keluarga aktivitas yang dapat dan tidak dapatdilakukan hingga demam berangsur-angsur turun
c.    Bantu memenuhi kebutuhan dasar anak
d.   Libatkan peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anak
5.    Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Mempertahankan suhu dalam batas normal
Intervensi :
a.    Kaji pengetahuan anak dan keluarga tentang hipertermia
b.    Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan
c.    Beri minum yang cukup
d.   Lakukan tepid sponge (seka)
e.    Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat
f.     Pemberian obat antipireksiag.
g.    Pemberian cairan parenteral (IV yang adekuat)

G.      Evaluasi
Evaluasi menurut Suriadi & Yulianni (2006) yaitu:
1.    Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi
2.    Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.
3.    Anak tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan kesadaran yang lebihlanjut
4.    Anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat perkembangan klien.
5.    Anak akan menunjukkan tanda - tanda vital dalam batas normal





BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Demam typoid (typus abdominalis, Typoid fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella Typhi atau Salmonella Paratyphi A,B, atau C. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda khas berupa perjalanan yang cepat berlangsung lebih kurang 3 minggu disertai dengan demam, toksemia, gejala-gejala perut, pembesaran limpa dan erusi kulit. Sedangkan menurut Tambayong (2000), mengatakan tifus abdominalis adalah penyakit infeksi hebat yang diawali di selaput lendir usus dan jika tidak diobati secara progresif menyerbu jaringan di seluruh tubuh.
Menurut Wulandari (2008), Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Penyebarannya melalui lima F yaitu : Feses (tinja), Flies (lalat), Food (makanan),Finger (jari tangan) dan Fomites (muntah). Untuk pengobatan terhadap penyakit typoid dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat, Sampai saat ini masih menganut Trilogi penatalaksanaan demam thypoid, yaitu : Kloramphenikol : dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama demam berkanjut sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x 250 mg selama 5 hari kemudian. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk. di RSUP Persahabatan), penggunaan kloramphenikol masih memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat– obat terbaru dari jenis kuinolon. Dan lain sebagainya.
Untuk dapat megatasi penyakit typoid dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya ialah sebagai berikut :
1.    Diet dengan Cukup kalori dan tinggi protein
2.    Perawatan sehari-hari dalam perawatan selalu dijaga personal hygiene, kebersihan tempat tidur, pakaian, dan peralatan yang digunakan oleh klien.
3.    Istirahat, bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Klien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari.


DAFTAR PUSTAKA

Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan. Diambil pada tanggal 9 Juni 2012. http://blogs.unpad.ac.id/haqsbageur/2010/03/26/anatomi-dan-fisiologi-sistem-pencernaan-manusia/
Brunners & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan, Edisi 8, Penerbit EGC, Jakarta.
Definisi Typoid. Diambil pada tanggal 8 Juni 2012. Asuhan Keperawatan dengan Demam Tipoid. Diambil tanggal 9 Juni 2012. http://denfirman.blogspot.com/2010/06/asuhan-keperawatan-typoid.html
Doengoes, Marilyn E., (2002), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Tujuan Perawatan Pasien, Edisi III, EGC, Jakarta.
Evelyn C., Pearce, (2002), Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year Book, Toronto.
Hendarwanto. 1996.Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga. FKUI : Jakarta.
Kuzemko, Jan, 1995, Pemeriksaan Klinis Anak, alih bahasa Petrus Andrianto, cetakan III, EGC, Jakarta.
Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.
Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, jilid I. Media Aesculapius : Jakarta. 1999.
Nursalam, (2001), Proses Dokumentasi Keperawatan, Edisi I, Salemba Medika, Jakarta.
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.
Sudoyo, Aru W., (2006) , Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid III, FKUI, Jakarta.
Suriadi dan Yuliani, Rita. Asuhan Keperawatan pada anak. Cv Sagung Seto. Jakarta : 2001.
Tarwono, Wartonah, (2004), Kebutuhan Dasar Manusi dan Proses Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

2 comments: