Monday, 2 February 2015

ASKEP ANAK HIDROSEFALUS



ASKEP HIDROSEFALUS PADA ANAK
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak
dosen pengampu : RR. Sri Sedjati SST



 



KELOMPOK 12
ANGGOTA KELOMPOK
1.      DWI SEPTYANINGRUM
2.      MAULIDA SAFUTRI
3.      SULTON AKBAR NAFIS





POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D3 KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2015



BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari semua kelainan konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan. Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial. Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.

B. Tujuan Penulisan
1. Melatih mahasiswa menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.
2. Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang HIDROSEFALUS







BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.Definisi

Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.

Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis.

Hidrosefalus di bedakan atas dua tipe yaitu :

1.                  Hidrosefalus Obstruktif
Hidrosefalus Obstruktif merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan penumpukan cairan pada otak, yaitu cerebro spinal fluid sehingga terjadi pembengkakan akibat adanya gangguan aliran cairan serebro spinal (CSS) dalam sistim ventrikel atau pada jalan keluar ke ruang subarakhnoid. Obstruksi disini merupakan istilah yang digunakan untuk membandingkan hidrosefalus yang disebabkan oleh produksi berlebih dari cairan serebro spinal (CSS)


2.                   Hidrosefalus Komunikas
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)


B.Etiologi   

1.                  Kelainan bawaan
-          Stenosis akuaduktus sylvii
-          Spina bivida dan cranium bivida
-          Sindrom dandy  walker
-          Kista araknoid
-          Anomali pembuluh darah
2.                  Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis. Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara patologis terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purunlenta lokasisasinya lebih tersebar. 


3.                  Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak di angkat, maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
4.                  Pendarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).

C.KLASIFIKASI

Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :

1.                  Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).
2.                  Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
3.                  Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4.                  Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.


D.PATOFISILOGI

Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu: Produksi likuor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran likuor, Peningkatan tekanan sinus venosa.
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari : Kompresi sistem serebrovaskuler, Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler, Perubahan mekanis dari otak. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis, Hilangnya jaringan otak. Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak.







PATHWAYS
hidrosep.png 





























E.MANIFESTASI KLINIS

1.                  Hidrosefalus terjadi pada masa neonates
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok.
2.                  Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak- kanak
Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu: Fontanel anterior yang sangat tegang, Sutura kranium tampak atau teraba melebar, Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol, Fenomena matahari tenggelam(sunset phenomenon).









F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu :
1)   Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
  1. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
  2. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intracranial
Foto Polos Kepala
Foto polos kepala dapat memberikan informasi penting seperti ukuran tengkorak, tanda peningkatan TIK, massa pada fossa cranii serta kalsifikasi abnormal. Hidrosefalus pada foto polos kepala akan memberikan gambaran ukuran kepala yang lebih besar dari orang ormal, pelebaran sutura, erosi dari sella tursica, gambaran vena-vena kepala tidak terlihat dan memperlihatkan jarak antara tabula eksterna dan interna menyempit. Selain itu, untuk kasus yang sudah lama sering ditemukan gambaran impressiones digitate akibat peningkatan TIK.1,3
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgatsTi5Y5I0iL1x8Bawp8QgHOCMoX5TGnhJxcgVPSsAKzwDB5-1wtkjltKNoEFHCvB9XeJiPF_XRAUxNNYG0dHfMmAqIV-VMuFT3bmcehMXAiDqB1tkHEF-tVsFYLkwyQA2gaUBlgyWyX6/s320/New+Picture+%25287%2529.png
Gambar 8. Foto kepala pada anak dengan hidrosefalus.Tampak kepala yang membesar kesemua arah.Namun, tidak terlihat vena-vena kepala pada foto diatas. (dikutip dari kepustakaan 14).
.
2)   Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3)   Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4)   Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5)   Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
Pada 6-12 bulan pertama kehidupan, diagnosis hidrosefalus dapat ditegakkan degan USG.Pada USG akan tampak dilatasi dari ventrikel tetapi USG sangat jarang digunakan dalam mendiagnosis hidrosefalus.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAE0WY9i_OhafAvlWh1kGOBRMqQmtfqBK2CfQdbqQ9odL812PzPZ5RdPe5vDM4CEwZKSWiZBsDH-I5dmH7R5AAo_UA8XdfoBs8iT6FMpqeSlX78DtsD5VIEIhnM9CLVpwyR3yPS5EOo01Q/s320/New+Picture+%25288%2529.png
(a)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUCX4gSCYNt8DeVjduJnmkYZQzYRAoE4qbpAkmy7OPq5rCISQO-dR4CnKnTLCttV_e075A01ojqHvdFWCISHqSEqSmZpkZZpxcEQHt_2gNpA8zRe7eFB0HolonY0G-ri7g6yPQDz9tbYgg/s320/New+Picture+%25289%2529.png
(b)
Gambar 9a & b. Foto USG kepala fetus pada trimester ketiga. Tampak dilatasi bilateral dari kedua ventrikel lateralis (gambar a) dan penipisan jaringan otak (gambar b).
(dikutip dari kepustakaan 16).
















6)   CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEg5YNeZhCOJxVfJFSi60g6qxcZeWZIbPuD2NLSjxADnZE_wk42oeMlZ6rRIadeFAAOb8M-HzfaORbdw0-kgQe1k6YEjX4aXiZqqQ1UwMRXjCrv9GHLqW7oZOehAr7JaRbmgb85lWgqsyB/s320/New+Picture+%252810%2529.png
Gambar 10. CT Scan kepala potongan axial pada pasien hifrosefalus,dimana tampak dilatasi kedua ventrikel lateralis. (dikutip dari kepustakaan 4)








7)   MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc9fKV5E_ew2UeKl9SL-zKclYFqPo5lqAfbYZXuuMwWM-J1I2-hl8uRRb0tYc-vFtoWn77jYDz77LW9N25YmBW2-A3BaJM48A1642XG-C_KTv8vZL-r07jM29feVHPR6COIjKfTBEZQ3y1/s1600/New+Picture+%252811%2529.png
Gambar 11. MRI potongan sagital pada hidrosefalus nonkomunikans akibat obstruksi pada foramen Luschka dan magendie.Tampak dilatasi dari ventrikel lateralis dan quartus serta peregangan korpus kalosum.(dikutip dari kepustakaan 4)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiUqXdeybLN8MHWiaPrSaI-0xv4oGFvlWM_n0G0QtCgIFH-XOgYJxtXkRm-MzWLhn3yIBUNkvYLtUToaIA6e4-H_URe-YbpfvQM5AkQcQJBMHWVUSlymK75qeeL2lcS_OWUlErYi506agm/s200/New+Picture+%252812%2529.png
b

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHgTyyJRkq69QSxz15mv9ogWCLntQeMV6cuHa_idzGTATnLDDlUeIKJgOFB3FAnjuqa9bWAISyhxAyAYGIWTCcN2_iwhQNUQMWwZMQBHZoGtdBoAeST9XRtVNoyt1mHhjZVE8sMk3q5d3K/s200/New+Picture+%252813%2529.png
a
 Gambar 12a & b. MRI potongan axial pada hidrosefalus nonkomunikans akibat obstruksi pada foramen Luschka dan magendie. Tampak dilatasi dari ventrikel lateralis (gambar a) dan ventrikel quartus (gambar b). (diambil dari kepustakaan 4)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg18AAUI1Bk0UfiNOMqMh3159U4Vgu1IQQdIsatFi6k9cToIAmZUVZx319wiwYvRyHb10XRwNIEFIf6wKbu83XmopD93LkLJy2Ov1-ZYt1NQDQBLR4-RWkTPqAwJ_HH14jNrYnaaDGKKITt/s320/New+Picture+%252814%2529.png
Gambar 13. MRI pada Neoplasma di vermis cerebellum dengan hidrosefalus obstruktif (nonkomunikans).Tampakmassa menekan ventikulus quartus dan menyebabkan hidrosefalus obstruktif (gambar a). (diambil dari kepustakaanm18).



G.  PENATALAKSANAAN

-          Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
-          Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
-          Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni: 
1.      Drainase ventrikule-peritoneal
2.      Drainase Lombo-Peritoneal
3.      Drainase ventrikulo-Pleural
4.      Drainase ventrikule-Uretrostomi
5.      Drainase ke dalam anterium mastoid
-          Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
-          Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
-          Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.



H.  KOMPLIKASI

Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi. Malfungsi disebakan oleh obstruksi mekanik atau perpindahan didalam ventrikel dari bahan  bahan khusus ( jaringan /eksudat  ) atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat dari pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering menunjukan kegawatan dengan manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih sering diikuti dengan status neurologis buruk. 
Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari infeksi pada saat pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis bacterial, infeksi luka, Nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP shunt yang serius lainnya adalah subdural hematoma yang di sebabkan oleh reduksi yang cepat pada tekanan ntrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal, perforasi organ-organ abdomen oleh kateter atau trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.PENGKAJIAN

1.                  PENGKAJIAN
a)      Biodata : Terjadi pada bayi dan anak
b)      Riwayat Kesehatan
  Prenatal: Adanya infeksi intra Uterin/ Kongenital
  Post Natal : Perdarahan, Neoplasma.
c)      Pemeriksaan Fsik
  Masa bayi :
kepala membesar , Fontanel Anterior menonjol, Vena pada kulit kepala dilatasi dan  terlihat jelas pada saat bayi menangis, terdapat bunyi Cracked- Pot ( tanda macewe),Mata melihat kebawah (tanda setting  sun ) , mudah terstimulasi, lemah, kemampuan makan kurang, perubahan kesadaran, opistotonus dan spatik pada ekstremitas bawah.pada bayi dengan malformasi Arnold- Chiari, bayi mengalami kesulitan menelan, bunyi  nafas stridor, kesulitan bernafas, Apnea, Aspirasi dan tidak reflek muntah.
  Masa Kanak-Kanak
Sakit kepala, muntah, papil edema, strabismus, ataxsia mudah terstimulasi , Letargy  Apatis, Bingung, Bicara inkoheren.

d)     Pemeriksaan Diagnostik
  Lingkar Kepala pada masa bayi
  Translumiasi kepala bayi, tampak pengumpulan cairan serebrospinalis yang abnormal
  Perkusi pada tengkorak bayi menghasilkan "suara khas"
  Opthalmoscopi menunjukan papil edema
  CT Scan
  Foto Kepala menunjukan pelebaran pada fontanel dan sutura serta erosi tulang intra  cranial
  Ventriculografi ( jarang dipakai ) : Hal- hal yang Abnormal dapat terlihat di dalam system ventrikular atau sub  arakhnoid.
e)      Perkembangan Mental/ Psikososial
  Tingkat perkembangan
  Mekanisme koping
  Pengalaman di rawat di Rumah Sakit
f)       Pengetahuan Klien dan Keluarga
  Hidrosephalus dan rencana pengobatan
  Tingtkat pengetahuan

B. Diagnosa keperawatan
a)   Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan meningkatnya volume cairan serebrospinal, meningkatnya tekanan intra karnial.

b)   Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis


c)   Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain

d)  Kurangnya pengetahuan orang tua sehubungan dengan penyakit yang di derita oleh anaknya







B .Perencanaan

a)      Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan meningkatnya volume cairan serebrospinal, meningkatnya tekanan intra karnial.
*      Tujuan : perfusi jaringan serebral adequat.
*      Intervensi :
1.      Observasi TTV
2.      Kaji data dasar neurologi
3.      Hindari pemasangan infuse pada vena kepala jika terjadi pembedahan.
4.      Tentukan posisi anak :
-           tempatkan pada posisi terlentang
-          tinggikan kepala
5.      Hindari penggunaan obat  obat penenang

b)      Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis
Tujuan : Tidak terjadi disorientasi pada anak
Intervensi :
1.      Mempertahankan visus agar tidak terjadi penurunan visus yang lebih parah
2.      Membantu ADL pasien
3.      Membantu orientasi tempat
4.       Berikan tempat yang nyaman dan aman ( pencahayaan terang, bed plang dll dipasang agar tidak cedera )
5.      Membantu pasien untuk mengenali sesuatu dengan kondisi penglihatan yang terganggu


c)      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain
Tujuan : Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( 3 x 24 jam )
Intervensi:
1.         Pantau tanda-tanda infeksi( letargi, nafsu makan menurun, ketidakstabilan, perubahan warna kulit )
2.         Lakukan rawat luka
3.         Pantau asupan nutrisi
4.         Kolaborasi dalam pemberian antibiotik

d)     Kurangnya pengetahuan orang tua sehubungan dengan penyakit yang di derita oleh anaknya
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai penyakit yang diderita anaknya
Intervensi :
1.      Beri kesempatan orang tua untuk mengekspresikan kesedihannya
2.      Beri kesempatan orang tua untuk bertanya mengenai kondisi anaknya
3.      Jelaskan tentang kondisi penderita, prosedur, terapi dan prognosanya.
4.      Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila keluarga belum mengerti











DAFTAR PUSTAKA



Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ngoerah, I Gusti Ngoerah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 

Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012

Mc.Closky & Bulechek (2002) . Nursing Intervention Classification (NIC), United States of America : Mosby

Meidian, JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of America:Mosby


ASKEP HIDROSEFALUS PADA ANAK
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak
dosen pengampu : RR. Sri Sedjati SST



logo.bmp
 





KELOMPOK 12
ANGGOTA KELOMPOK
1.      DWI SEPTYANINGRUM
2.      MAULIDA SAFUTRI
3.      SULTON AKBAR NAFIS





POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D3 KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2015



BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari semua kelainan konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan. Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial. Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.

B. Tujuan Penulisan
1. Melatih mahasiswa menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.
2. Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang HIDROSEFALUS







BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.Definisi

Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.

Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis.

Hidrosefalus di bedakan atas dua tipe yaitu :

1.                  Hidrosefalus Obstruktif
Hidrosefalus Obstruktif merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan penumpukan cairan pada otak, yaitu cerebro spinal fluid sehingga terjadi pembengkakan akibat adanya gangguan aliran cairan serebro spinal (CSS) dalam sistim ventrikel atau pada jalan keluar ke ruang subarakhnoid. Obstruksi disini merupakan istilah yang digunakan untuk membandingkan hidrosefalus yang disebabkan oleh produksi berlebih dari cairan serebro spinal (CSS)


2.                   Hidrosefalus Komunikas
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)


B.Etiologi   

1.                  Kelainan bawaan
-          Stenosis akuaduktus sylvii
-          Spina bivida dan cranium bivida
-          Sindrom dandy  walker
-          Kista araknoid
-          Anomali pembuluh darah
2.                  Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis. Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara patologis terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purunlenta lokasisasinya lebih tersebar. 


3.                  Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak di angkat, maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
4.                  Pendarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).

C.KLASIFIKASI

Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :

1.                  Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).
2.                  Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
3.                  Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4.                  Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.


D.PATOFISILOGI

Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu: Produksi likuor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran likuor, Peningkatan tekanan sinus venosa.
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari : Kompresi sistem serebrovaskuler, Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler, Perubahan mekanis dari otak. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis, Hilangnya jaringan otak. Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak.







PATHWAYS
hidrosep.png 





























E.MANIFESTASI KLINIS

1.                  Hidrosefalus terjadi pada masa neonates
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok.
2.                  Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak- kanak
Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu: Fontanel anterior yang sangat tegang, Sutura kranium tampak atau teraba melebar, Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol, Fenomena matahari tenggelam(sunset phenomenon).









F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu :
1)   Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
  1. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
  2. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intracranial
Foto Polos Kepala
Foto polos kepala dapat memberikan informasi penting seperti ukuran tengkorak, tanda peningkatan TIK, massa pada fossa cranii serta kalsifikasi abnormal. Hidrosefalus pada foto polos kepala akan memberikan gambaran ukuran kepala yang lebih besar dari orang ormal, pelebaran sutura, erosi dari sella tursica, gambaran vena-vena kepala tidak terlihat dan memperlihatkan jarak antara tabula eksterna dan interna menyempit. Selain itu, untuk kasus yang sudah lama sering ditemukan gambaran impressiones digitate akibat peningkatan TIK.1,3
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgatsTi5Y5I0iL1x8Bawp8QgHOCMoX5TGnhJxcgVPSsAKzwDB5-1wtkjltKNoEFHCvB9XeJiPF_XRAUxNNYG0dHfMmAqIV-VMuFT3bmcehMXAiDqB1tkHEF-tVsFYLkwyQA2gaUBlgyWyX6/s320/New+Picture+%25287%2529.png
Gambar 8. Foto kepala pada anak dengan hidrosefalus.Tampak kepala yang membesar kesemua arah.Namun, tidak terlihat vena-vena kepala pada foto diatas. (dikutip dari kepustakaan 14).
.
2)   Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3)   Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4)   Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5)   Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
Pada 6-12 bulan pertama kehidupan, diagnosis hidrosefalus dapat ditegakkan degan USG.Pada USG akan tampak dilatasi dari ventrikel tetapi USG sangat jarang digunakan dalam mendiagnosis hidrosefalus.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAE0WY9i_OhafAvlWh1kGOBRMqQmtfqBK2CfQdbqQ9odL812PzPZ5RdPe5vDM4CEwZKSWiZBsDH-I5dmH7R5AAo_UA8XdfoBs8iT6FMpqeSlX78DtsD5VIEIhnM9CLVpwyR3yPS5EOo01Q/s320/New+Picture+%25288%2529.png
(a)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUCX4gSCYNt8DeVjduJnmkYZQzYRAoE4qbpAkmy7OPq5rCISQO-dR4CnKnTLCttV_e075A01ojqHvdFWCISHqSEqSmZpkZZpxcEQHt_2gNpA8zRe7eFB0HolonY0G-ri7g6yPQDz9tbYgg/s320/New+Picture+%25289%2529.png
(b)
Gambar 9a & b. Foto USG kepala fetus pada trimester ketiga. Tampak dilatasi bilateral dari kedua ventrikel lateralis (gambar a) dan penipisan jaringan otak (gambar b).
(dikutip dari kepustakaan 16).
















6)   CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEg5YNeZhCOJxVfJFSi60g6qxcZeWZIbPuD2NLSjxADnZE_wk42oeMlZ6rRIadeFAAOb8M-HzfaORbdw0-kgQe1k6YEjX4aXiZqqQ1UwMRXjCrv9GHLqW7oZOehAr7JaRbmgb85lWgqsyB/s320/New+Picture+%252810%2529.png
Gambar 10. CT Scan kepala potongan axial pada pasien hifrosefalus,dimana tampak dilatasi kedua ventrikel lateralis. (dikutip dari kepustakaan 4)








7)   MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc9fKV5E_ew2UeKl9SL-zKclYFqPo5lqAfbYZXuuMwWM-J1I2-hl8uRRb0tYc-vFtoWn77jYDz77LW9N25YmBW2-A3BaJM48A1642XG-C_KTv8vZL-r07jM29feVHPR6COIjKfTBEZQ3y1/s1600/New+Picture+%252811%2529.png
Gambar 11. MRI potongan sagital pada hidrosefalus nonkomunikans akibat obstruksi pada foramen Luschka dan magendie.Tampak dilatasi dari ventrikel lateralis dan quartus serta peregangan korpus kalosum.(dikutip dari kepustakaan 4)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiUqXdeybLN8MHWiaPrSaI-0xv4oGFvlWM_n0G0QtCgIFH-XOgYJxtXkRm-MzWLhn3yIBUNkvYLtUToaIA6e4-H_URe-YbpfvQM5AkQcQJBMHWVUSlymK75qeeL2lcS_OWUlErYi506agm/s200/New+Picture+%252812%2529.png
b

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHgTyyJRkq69QSxz15mv9ogWCLntQeMV6cuHa_idzGTATnLDDlUeIKJgOFB3FAnjuqa9bWAISyhxAyAYGIWTCcN2_iwhQNUQMWwZMQBHZoGtdBoAeST9XRtVNoyt1mHhjZVE8sMk3q5d3K/s200/New+Picture+%252813%2529.png
a
 Gambar 12a & b. MRI potongan axial pada hidrosefalus nonkomunikans akibat obstruksi pada foramen Luschka dan magendie. Tampak dilatasi dari ventrikel lateralis (gambar a) dan ventrikel quartus (gambar b). (diambil dari kepustakaan 4)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg18AAUI1Bk0UfiNOMqMh3159U4Vgu1IQQdIsatFi6k9cToIAmZUVZx319wiwYvRyHb10XRwNIEFIf6wKbu83XmopD93LkLJy2Ov1-ZYt1NQDQBLR4-RWkTPqAwJ_HH14jNrYnaaDGKKITt/s320/New+Picture+%252814%2529.png
Gambar 13. MRI pada Neoplasma di vermis cerebellum dengan hidrosefalus obstruktif (nonkomunikans).Tampakmassa menekan ventikulus quartus dan menyebabkan hidrosefalus obstruktif (gambar a). (diambil dari kepustakaanm18).



G.  PENATALAKSANAAN

-          Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
-          Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
-          Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni: 
1.      Drainase ventrikule-peritoneal
2.      Drainase Lombo-Peritoneal
3.      Drainase ventrikulo-Pleural
4.      Drainase ventrikule-Uretrostomi
5.      Drainase ke dalam anterium mastoid
-          Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
-          Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
-          Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.



H.  KOMPLIKASI

Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi. Malfungsi disebakan oleh obstruksi mekanik atau perpindahan didalam ventrikel dari bahan  bahan khusus ( jaringan /eksudat  ) atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat dari pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering menunjukan kegawatan dengan manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih sering diikuti dengan status neurologis buruk. 
Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari infeksi pada saat pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis bacterial, infeksi luka, Nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP shunt yang serius lainnya adalah subdural hematoma yang di sebabkan oleh reduksi yang cepat pada tekanan ntrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal, perforasi organ-organ abdomen oleh kateter atau trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.PENGKAJIAN

1.                  PENGKAJIAN
a)      Biodata : Terjadi pada bayi dan anak
b)      Riwayat Kesehatan
  Prenatal: Adanya infeksi intra Uterin/ Kongenital
  Post Natal : Perdarahan, Neoplasma.
c)      Pemeriksaan Fsik
  Masa bayi :
kepala membesar , Fontanel Anterior menonjol, Vena pada kulit kepala dilatasi dan  terlihat jelas pada saat bayi menangis, terdapat bunyi Cracked- Pot ( tanda macewe),Mata melihat kebawah (tanda setting  sun ) , mudah terstimulasi, lemah, kemampuan makan kurang, perubahan kesadaran, opistotonus dan spatik pada ekstremitas bawah.pada bayi dengan malformasi Arnold- Chiari, bayi mengalami kesulitan menelan, bunyi  nafas stridor, kesulitan bernafas, Apnea, Aspirasi dan tidak reflek muntah.
  Masa Kanak-Kanak
Sakit kepala, muntah, papil edema, strabismus, ataxsia mudah terstimulasi , Letargy  Apatis, Bingung, Bicara inkoheren.

d)     Pemeriksaan Diagnostik
  Lingkar Kepala pada masa bayi
  Translumiasi kepala bayi, tampak pengumpulan cairan serebrospinalis yang abnormal
  Perkusi pada tengkorak bayi menghasilkan "suara khas"
  Opthalmoscopi menunjukan papil edema
  CT Scan
  Foto Kepala menunjukan pelebaran pada fontanel dan sutura serta erosi tulang intra  cranial
  Ventriculografi ( jarang dipakai ) : Hal- hal yang Abnormal dapat terlihat di dalam system ventrikular atau sub  arakhnoid.
e)      Perkembangan Mental/ Psikososial
  Tingkat perkembangan
  Mekanisme koping
  Pengalaman di rawat di Rumah Sakit
f)       Pengetahuan Klien dan Keluarga
  Hidrosephalus dan rencana pengobatan
  Tingtkat pengetahuan

B. Diagnosa keperawatan
a)   Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan meningkatnya volume cairan serebrospinal, meningkatnya tekanan intra karnial.

b)   Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis


c)   Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain

d)  Kurangnya pengetahuan orang tua sehubungan dengan penyakit yang di derita oleh anaknya







B .Perencanaan

a)      Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan meningkatnya volume cairan serebrospinal, meningkatnya tekanan intra karnial.
*      Tujuan : perfusi jaringan serebral adequat.
*      Intervensi :
1.      Observasi TTV
2.      Kaji data dasar neurologi
3.      Hindari pemasangan infuse pada vena kepala jika terjadi pembedahan.
4.      Tentukan posisi anak :
-           tempatkan pada posisi terlentang
-          tinggikan kepala
5.      Hindari penggunaan obat  obat penenang

b)      Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis
Tujuan : Tidak terjadi disorientasi pada anak
Intervensi :
1.      Mempertahankan visus agar tidak terjadi penurunan visus yang lebih parah
2.      Membantu ADL pasien
3.      Membantu orientasi tempat
4.       Berikan tempat yang nyaman dan aman ( pencahayaan terang, bed plang dll dipasang agar tidak cedera )
5.      Membantu pasien untuk mengenali sesuatu dengan kondisi penglihatan yang terganggu


c)      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain
Tujuan : Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( 3 x 24 jam )
Intervensi:
1.         Pantau tanda-tanda infeksi( letargi, nafsu makan menurun, ketidakstabilan, perubahan warna kulit )
2.         Lakukan rawat luka
3.         Pantau asupan nutrisi
4.         Kolaborasi dalam pemberian antibiotik

d)     Kurangnya pengetahuan orang tua sehubungan dengan penyakit yang di derita oleh anaknya
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai penyakit yang diderita anaknya
Intervensi :
1.      Beri kesempatan orang tua untuk mengekspresikan kesedihannya
2.      Beri kesempatan orang tua untuk bertanya mengenai kondisi anaknya
3.      Jelaskan tentang kondisi penderita, prosedur, terapi dan prognosanya.
4.      Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila keluarga belum mengerti











DAFTAR PUSTAKA



Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ngoerah, I Gusti Ngoerah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 

Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012

Mc.Closky & Bulechek (2002) . Nursing Intervention Classification (NIC), United States of America : Mosby

Meidian, JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of America:Mosby

1 comment:

  1. terimakasih banyak untuk artikelnya, sangat bermanfaat, menambah wawasan

    http://herbalkuacemaxs.com/pengobatan-herbal-hipertensi/

    ReplyDelete