ASKEP
HIDROSEFALUS PADA ANAK
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak
dosen pengampu : RR. Sri Sedjati SST
KELOMPOK 12
ANGGOTA KELOMPOK
1.
DWI
SEPTYANINGRUM
2.
MAULIDA
SAFUTRI
3.
SULTON
AKBAR NAFIS
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D3 KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Hidrosefalus adalah penumpukan CSS
sehingga menekan jaringan otak. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan
ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus
sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab
postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak
lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000
bayi, dan kira-kira 12% dari semua kelainan konginetal. Hidrosefalus sering
menyebabkan distosia persalinan. Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir
dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial. Pasien hidrosefalus
memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang mengalami
hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi
dekubitus.
B. Tujuan Penulisan
1. Melatih mahasiswa menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan
pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.
2. Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan
khususnya tentang HIDROSEFALUS
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.Definisi
Hidrosefalus (kepala-air, istilah
yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air dan
"cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal
dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan
aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan itu
menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan
jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Hidrosefalus adalah suatu keadaan
patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis,
disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan
atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis.
Hidrosefalus di bedakan atas dua tipe yaitu :
1.
Hidrosefalus
Obstruktif
Hidrosefalus Obstruktif merupakan suatu kelainan yang
ditandai dengan penumpukan cairan pada otak, yaitu cerebro spinal fluid
sehingga terjadi pembengkakan akibat adanya gangguan aliran cairan serebro
spinal (CSS) dalam sistim ventrikel atau pada jalan keluar ke ruang
subarakhnoid. Obstruksi disini merupakan istilah yang digunakan untuk
membandingkan hidrosefalus yang disebabkan oleh produksi berlebih dari cairan
serebro spinal (CSS)
2.
Hidrosefalus
Komunikas
Jenis
ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk
mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional.
Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya
villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)
B.Etiologi
1.
Kelainan
bawaan
-
Stenosis
akuaduktus sylvii
-
Spina
bivida dan cranium bivida
-
Sindrom
dandy – walker
-
Kista
araknoid
-
Anomali
pembuluh darah
2.
Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul
perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan subarahnoid.
Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS
terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system
basalis. Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran
kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari
meningitis. Secara patologis terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid
sekitar system basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa,
perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sistem kiasmatika
dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purunlenta lokasisasinya
lebih tersebar.
3.
Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik
yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini di
tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak di angkat, maka dapat di
lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau pirau.
Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya suatu
glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III
disebabkan kraniofaringioma.
4.
Pendarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir
dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal
otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri
(Allan H. Ropper, 2005:360).
C.KLASIFIKASI
Klasifikasi hidrosefalus bergantung
pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :
1.
Gambaran
klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus)
dan hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).
2.
Waktu
pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
3.
Proses
terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4.
Sirkulasi
CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
D.PATOFISILOGI
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak
normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme
yaitu: Produksi likuor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran likuor,
Peningkatan tekanan sinus venosa.
Konsekuensi tiga mekanisme di atas
adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan
keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel
cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan
hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari : Kompresi sistem
serebrovaskuler, Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan
ekstraseluler, Perubahan mekanis dari otak. Efek tekanan denyut likuor
serebrospinalis, Hilangnya jaringan otak. Pembesaran volume tengkorak karena
regangan abnormal sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan
disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor merupakan awal dari
kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan
aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya
mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena
mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga
menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan
intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor
terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari
hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak.
PATHWAYS
E.MANIFESTASI KLINIS
1.
Hidrosefalus
terjadi pada masa neonates
Meliputi pembesaran kepala abnormal,
gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala
neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala
terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua
arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari
biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang
kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar
dan berkelok.
2.
Hidrosefalus
terjadi pada akhir masa kanak- kanak
Pembesaran kepala tidak bermakna,
tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri
kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan
jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi
pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran
abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai
salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi
standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat gejala
hipertensi intrakranial lainnya yaitu: Fontanel anterior yang sangat tegang,
Sutura kranium tampak atau teraba melebar, Kulit kepala licin mengkilap dan
tampak vena-vena superfisial menonjol, Fenomena ‘matahari tenggelam’(sunset
phenomenon).
F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari
hasil pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus
dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu :
1) Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
- Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
- Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intracranial
Foto Polos Kepala
Foto polos kepala dapat
memberikan informasi penting seperti ukuran tengkorak, tanda peningkatan TIK,
massa pada fossa cranii serta kalsifikasi abnormal. Hidrosefalus pada foto
polos kepala akan memberikan gambaran ukuran kepala yang lebih besar dari orang
ormal, pelebaran sutura, erosi dari sella tursica, gambaran vena-vena kepala
tidak terlihat dan memperlihatkan jarak antara tabula eksterna dan interna
menyempit. Selain itu, untuk kasus yang sudah lama sering ditemukan
gambaran impressiones digitate akibat peningkatan TIK.1,3
Gambar 8. Foto kepala pada anak dengan hidrosefalus.Tampak
kepala yang membesar kesemua arah.Namun, tidak terlihat vena-vena kepala pada
foto diatas. (dikutip dari kepustakaan 14).
|
.
2) Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka,
pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa
beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi
dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat
lebih lebar 1-2 cm.
3) Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika
penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart
(jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang
besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus
terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4) Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras
lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk
ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat
kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena
fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor
pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit,
dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas
CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5) Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka.
Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat
lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan
oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara
jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
Pada 6-12 bulan pertama
kehidupan, diagnosis hidrosefalus dapat ditegakkan degan USG.Pada USG akan
tampak dilatasi dari ventrikel tetapi USG sangat jarang digunakan dalam
mendiagnosis hidrosefalus.
Gambar 9a & b. Foto USG kepala fetus pada trimester ketiga.
Tampak dilatasi bilateral dari kedua ventrikel lateralis (gambar a) dan
penipisan jaringan otak (gambar b).
(dikutip dari
kepustakaan 16).
6) CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan
adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di
atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel
IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi
reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan
dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di
proksimal dari daerah sumbatan.
Gambar 10. CT Scan kepala potongan axial pada pasien
hifrosefalus,dimana tampak dilatasi kedua ventrikel lateralis. (dikutip dari
kepustakaan 4)
|
7) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis
dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan
struktur tubuh.
Gambar 11. MRI potongan sagital pada hidrosefalus nonkomunikans
akibat obstruksi pada foramen Luschka dan magendie.Tampak dilatasi dari
ventrikel lateralis dan quartus serta peregangan korpus kalosum.(dikutip dari
kepustakaan 4)
|
b
|
Gambar 12a & b. MRI potongan axial pada hidrosefalus
nonkomunikans akibat obstruksi pada foramen Luschka dan magendie. Tampak
dilatasi dari ventrikel lateralis (gambar a) dan ventrikel quartus (gambar b).
(diambil dari kepustakaan 4)
Gambar 13. MRI pada Neoplasma di vermis cerebellum dengan
hidrosefalus obstruktif (nonkomunikans).Tampakmassa menekan ventikulus
quartus dan menyebabkan hidrosefalus obstruktif (gambar a). (diambil dari
kepustakaanm18).
|
G. PENATALAKSANAAN
-
Mengurangi
produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan
reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat
pembentukan cairan serebrospinal.
-
Memperbaiki
hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi,
yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
-
Pengeluaran
cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
1. Drainase ventrikule-peritoneal
2. Drainase Lombo-Peritoneal
3. Drainase ventrikulo-Pleural
4. Drainase ventrikule-Uretrostomi
5. Drainase ke dalam anterium mastoid
-
Mengalirkan
cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang
berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan
serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik
namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus
diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
-
Tindakan
bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis
lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala
dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan
dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga
perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut
dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat
dari luar.
-
Pengobatan
modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon
yang awet, lentur, tidak mudah putus.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi sering terjadi karena
pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi. Malfungsi disebakan oleh
obstruksi mekanik atau perpindahan didalam ventrikel dari bahan – bahan khusus ( jaringan /eksudat ) atau ujung
distal dari thrombosis sebagai akibat dari pertumbuhan. Obstruksi VP shunt
sering menunjukan kegawatan dengan manifestasi klinis peningkatan TIK yang
lebih sering diikuti dengan status neurologis buruk.
Komplikasi yang sering terjadi
adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari infeksi pada saat
pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis bacterial,
infeksi luka, Nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP
shunt yang serius lainnya adalah subdural hematoma yang di sebabkan oleh
reduksi yang cepat pada tekanan ntrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal, perforasi organ-organ abdomen
oleh kateter atau trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
1.
PENGKAJIAN
a) Biodata
: Terjadi pada bayi dan anak
b) Riwayat
Kesehatan
Prenatal: Adanya
infeksi intra Uterin/ Kongenital
Post Natal :
Perdarahan, Neoplasma.
c) Pemeriksaan
Fsik
Masa bayi :
kepala membesar , Fontanel Anterior menonjol, Vena pada
kulit kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis,
terdapat bunyi Cracked- Pot ( tanda macewe),Mata melihat kebawah (tanda
setting – sun ) , mudah terstimulasi,
lemah, kemampuan makan kurang, perubahan kesadaran, opistotonus dan spatik pada
ekstremitas bawah.pada bayi dengan malformasi Arnold- Chiari, bayi mengalami
kesulitan menelan, bunyi nafas stridor, kesulitan bernafas, Apnea,
Aspirasi dan tidak reflek muntah.
Masa Kanak-Kanak
Sakit kepala, muntah, papil edema, strabismus, ataxsia mudah
terstimulasi , Letargy Apatis, Bingung, Bicara inkoheren.
d) Pemeriksaan
Diagnostik
Lingkar Kepala pada
masa bayi
Translumiasi kepala
bayi, tampak pengumpulan cairan serebrospinalis yang abnormal
Perkusi pada tengkorak
bayi menghasilkan "suara khas"
Opthalmoscopi
menunjukan papil edema
CT Scan
Foto Kepala menunjukan
pelebaran pada fontanel dan sutura serta erosi tulang intra cranial
Ventriculografi (
jarang dipakai ) : Hal- hal yang Abnormal dapat terlihat di dalam system
ventrikular atau sub – arakhnoid.
e) Perkembangan
Mental/ Psikososial
Tingkat perkembangan
Mekanisme koping
Pengalaman di rawat di
Rumah Sakit
f) Pengetahuan
Klien dan Keluarga
Hidrosephalus dan
rencana pengobatan
Tingtkat pengetahuan
B. Diagnosa keperawatan
a)
Perubahan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan meningkatnya volume cairan
serebrospinal, meningkatnya tekanan intra karnial.
b)
Gangguan
persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis
c)
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain
d)
Kurangnya
pengetahuan orang tua sehubungan dengan penyakit yang di derita oleh anaknya
B .Perencanaan
a)
Perubahan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan meningkatnya volume cairan
serebrospinal, meningkatnya tekanan intra karnial.
Tujuan
: perfusi jaringan serebral adequat.
Intervensi
:
1. Observasi TTV
2. Kaji data dasar neurologi
3. Hindari pemasangan infuse pada vena
kepala jika terjadi pembedahan.
4. Tentukan posisi anak :
-
tempatkan
pada posisi terlentang
-
tinggikan
kepala
5. Hindari penggunaan obat – obat penenang
b)
Gangguan
persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis
Tujuan :
Tidak terjadi disorientasi pada anak
Intervensi
:
1.
Mempertahankan
visus agar tidak terjadi penurunan visus yang lebih parah
2.
Membantu
ADL pasien
3.
Membantu
orientasi tempat
4.
Berikan tempat yang nyaman dan aman (
pencahayaan terang, bed plang dll dipasang agar tidak cedera )
5.
Membantu
pasien untuk mengenali sesuatu dengan kondisi penglihatan yang terganggu
c)
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain
Tujuan :
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( 3 x 24 jam )
Intervensi:
1.
Pantau
tanda-tanda infeksi( letargi, nafsu makan menurun, ketidakstabilan, perubahan
warna kulit )
2.
Lakukan
rawat luka
3.
Pantau
asupan nutrisi
4.
Kolaborasi
dalam pemberian antibiotik
d)
Kurangnya
pengetahuan orang tua sehubungan dengan penyakit yang di derita oleh anaknya
Tujuan :
Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai penyakit yang diderita anaknya
Intervensi
:
1.
Beri
kesempatan orang tua untuk mengekspresikan kesedihannya
2.
Beri
kesempatan orang tua untuk bertanya mengenai kondisi anaknya
3.
Jelaskan
tentang kondisi penderita, prosedur, terapi dan prognosanya.
4.
Ulangi
penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila keluarga belum mengerti
DAFTAR PUSTAKA
Suddart, &
Brunner. 2002. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sudoyo, Aru W.
2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ngoerah, I Gusti
Ngoerah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Saharso. 2008. Hydrocephalus.
Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012
Mc.Closky & Bulechek (2002) .
Nursing Intervention Classification (NIC), United States of America : Mosby
Meidian,
JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of
America:Mosby
ASKEP
HIDROSEFALUS PADA ANAK
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak
dosen pengampu : RR. Sri Sedjati SST
KELOMPOK 12
ANGGOTA KELOMPOK
1.
DWI
SEPTYANINGRUM
2.
MAULIDA
SAFUTRI
3.
SULTON
AKBAR NAFIS
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D3 KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Hidrosefalus adalah penumpukan CSS
sehingga menekan jaringan otak. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan
ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus
sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab
postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak
lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000
bayi, dan kira-kira 12% dari semua kelainan konginetal. Hidrosefalus sering
menyebabkan distosia persalinan. Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir
dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial. Pasien hidrosefalus
memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang mengalami
hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi
dekubitus.
B. Tujuan Penulisan
1. Melatih mahasiswa menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan
pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.
2. Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan
khususnya tentang HIDROSEFALUS
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.Definisi
Hidrosefalus (kepala-air, istilah
yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air dan
"cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal
dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan
aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan itu
menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan
jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Hidrosefalus adalah suatu keadaan
patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis,
disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan
atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis.
Hidrosefalus di bedakan atas dua tipe yaitu :
1.
Hidrosefalus
Obstruktif
Hidrosefalus Obstruktif merupakan suatu kelainan yang
ditandai dengan penumpukan cairan pada otak, yaitu cerebro spinal fluid
sehingga terjadi pembengkakan akibat adanya gangguan aliran cairan serebro
spinal (CSS) dalam sistim ventrikel atau pada jalan keluar ke ruang
subarakhnoid. Obstruksi disini merupakan istilah yang digunakan untuk
membandingkan hidrosefalus yang disebabkan oleh produksi berlebih dari cairan
serebro spinal (CSS)
2.
Hidrosefalus
Komunikas
Jenis
ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk
mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional.
Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya
villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)
B.Etiologi
1.
Kelainan
bawaan
-
Stenosis
akuaduktus sylvii
-
Spina
bivida dan cranium bivida
-
Sindrom
dandy – walker
-
Kista
araknoid
-
Anomali
pembuluh darah
2.
Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul
perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan subarahnoid.
Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS
terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system
basalis. Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran
kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari
meningitis. Secara patologis terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid
sekitar system basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa,
perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sistem kiasmatika
dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purunlenta lokasisasinya
lebih tersebar.
3.
Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik
yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini di
tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak di angkat, maka dapat di
lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau pirau.
Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya suatu
glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III
disebabkan kraniofaringioma.
4.
Pendarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir
dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal
otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri
(Allan H. Ropper, 2005:360).
C.KLASIFIKASI
Klasifikasi hidrosefalus bergantung
pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :
1.
Gambaran
klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus)
dan hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).
2.
Waktu
pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
3.
Proses
terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4.
Sirkulasi
CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
D.PATOFISILOGI
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak
normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme
yaitu: Produksi likuor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran likuor,
Peningkatan tekanan sinus venosa.
Konsekuensi tiga mekanisme di atas
adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan
keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel
cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan
hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari : Kompresi sistem
serebrovaskuler, Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan
ekstraseluler, Perubahan mekanis dari otak. Efek tekanan denyut likuor
serebrospinalis, Hilangnya jaringan otak. Pembesaran volume tengkorak karena
regangan abnormal sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan
disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor merupakan awal dari
kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan
aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya
mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena
mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga
menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan
intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor
terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari
hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak.
PATHWAYS
E.MANIFESTASI KLINIS
1.
Hidrosefalus
terjadi pada masa neonates
Meliputi pembesaran kepala abnormal,
gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala
neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala
terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua
arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari
biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang
kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar
dan berkelok.
2.
Hidrosefalus
terjadi pada akhir masa kanak- kanak
Pembesaran kepala tidak bermakna,
tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri
kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan
jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi
pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran
abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai
salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi
standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat gejala
hipertensi intrakranial lainnya yaitu: Fontanel anterior yang sangat tegang,
Sutura kranium tampak atau teraba melebar, Kulit kepala licin mengkilap dan
tampak vena-vena superfisial menonjol, Fenomena ‘matahari tenggelam’(sunset
phenomenon).
F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari
hasil pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus
dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu :
1) Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
- Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
- Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intracranial
Foto Polos Kepala
Foto polos kepala dapat
memberikan informasi penting seperti ukuran tengkorak, tanda peningkatan TIK,
massa pada fossa cranii serta kalsifikasi abnormal. Hidrosefalus pada foto
polos kepala akan memberikan gambaran ukuran kepala yang lebih besar dari orang
ormal, pelebaran sutura, erosi dari sella tursica, gambaran vena-vena kepala
tidak terlihat dan memperlihatkan jarak antara tabula eksterna dan interna
menyempit. Selain itu, untuk kasus yang sudah lama sering ditemukan
gambaran impressiones digitate akibat peningkatan TIK.1,3
Gambar 8. Foto kepala pada anak dengan hidrosefalus.Tampak
kepala yang membesar kesemua arah.Namun, tidak terlihat vena-vena kepala pada
foto diatas. (dikutip dari kepustakaan 14).
|
.
2) Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka,
pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa
beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi
dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat
lebih lebar 1-2 cm.
3) Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika
penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart
(jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang
besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus
terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4) Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras
lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk
ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat
kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena
fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor
pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit,
dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas
CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5) Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka.
Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat
lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan
oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara
jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
Pada 6-12 bulan pertama
kehidupan, diagnosis hidrosefalus dapat ditegakkan degan USG.Pada USG akan
tampak dilatasi dari ventrikel tetapi USG sangat jarang digunakan dalam
mendiagnosis hidrosefalus.
Gambar 9a & b. Foto USG kepala fetus pada trimester ketiga.
Tampak dilatasi bilateral dari kedua ventrikel lateralis (gambar a) dan
penipisan jaringan otak (gambar b).
(dikutip dari
kepustakaan 16).
6) CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan
adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di
atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel
IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi
reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan
dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di
proksimal dari daerah sumbatan.
Gambar 10. CT Scan kepala potongan axial pada pasien
hifrosefalus,dimana tampak dilatasi kedua ventrikel lateralis. (dikutip dari
kepustakaan 4)
|
7) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis
dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan
struktur tubuh.
Gambar 11. MRI potongan sagital pada hidrosefalus nonkomunikans
akibat obstruksi pada foramen Luschka dan magendie.Tampak dilatasi dari
ventrikel lateralis dan quartus serta peregangan korpus kalosum.(dikutip dari
kepustakaan 4)
|
b
|
Gambar 12a & b. MRI potongan axial pada hidrosefalus
nonkomunikans akibat obstruksi pada foramen Luschka dan magendie. Tampak
dilatasi dari ventrikel lateralis (gambar a) dan ventrikel quartus (gambar b).
(diambil dari kepustakaan 4)
Gambar 13. MRI pada Neoplasma di vermis cerebellum dengan
hidrosefalus obstruktif (nonkomunikans).Tampakmassa menekan ventikulus
quartus dan menyebabkan hidrosefalus obstruktif (gambar a). (diambil dari
kepustakaanm18).
|
G. PENATALAKSANAAN
-
Mengurangi
produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan
reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat
pembentukan cairan serebrospinal.
-
Memperbaiki
hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi,
yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
-
Pengeluaran
cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
1. Drainase ventrikule-peritoneal
2. Drainase Lombo-Peritoneal
3. Drainase ventrikulo-Pleural
4. Drainase ventrikule-Uretrostomi
5. Drainase ke dalam anterium mastoid
-
Mengalirkan
cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang
berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan
serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik
namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus
diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
-
Tindakan
bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis
lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala
dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan
dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga
perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut
dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat
dari luar.
-
Pengobatan
modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon
yang awet, lentur, tidak mudah putus.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi sering terjadi karena
pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi. Malfungsi disebakan oleh
obstruksi mekanik atau perpindahan didalam ventrikel dari bahan – bahan khusus ( jaringan /eksudat ) atau ujung
distal dari thrombosis sebagai akibat dari pertumbuhan. Obstruksi VP shunt
sering menunjukan kegawatan dengan manifestasi klinis peningkatan TIK yang
lebih sering diikuti dengan status neurologis buruk.
Komplikasi yang sering terjadi
adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari infeksi pada saat
pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis bacterial,
infeksi luka, Nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP
shunt yang serius lainnya adalah subdural hematoma yang di sebabkan oleh
reduksi yang cepat pada tekanan ntrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal, perforasi organ-organ abdomen
oleh kateter atau trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
1.
PENGKAJIAN
a) Biodata
: Terjadi pada bayi dan anak
b) Riwayat
Kesehatan
Prenatal: Adanya
infeksi intra Uterin/ Kongenital
Post Natal :
Perdarahan, Neoplasma.
c) Pemeriksaan
Fsik
Masa bayi :
kepala membesar , Fontanel Anterior menonjol, Vena pada
kulit kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis,
terdapat bunyi Cracked- Pot ( tanda macewe),Mata melihat kebawah (tanda
setting – sun ) , mudah terstimulasi,
lemah, kemampuan makan kurang, perubahan kesadaran, opistotonus dan spatik pada
ekstremitas bawah.pada bayi dengan malformasi Arnold- Chiari, bayi mengalami
kesulitan menelan, bunyi nafas stridor, kesulitan bernafas, Apnea,
Aspirasi dan tidak reflek muntah.
Masa Kanak-Kanak
Sakit kepala, muntah, papil edema, strabismus, ataxsia mudah
terstimulasi , Letargy Apatis, Bingung, Bicara inkoheren.
d) Pemeriksaan
Diagnostik
Lingkar Kepala pada
masa bayi
Translumiasi kepala
bayi, tampak pengumpulan cairan serebrospinalis yang abnormal
Perkusi pada tengkorak
bayi menghasilkan "suara khas"
Opthalmoscopi
menunjukan papil edema
CT Scan
Foto Kepala menunjukan
pelebaran pada fontanel dan sutura serta erosi tulang intra cranial
Ventriculografi (
jarang dipakai ) : Hal- hal yang Abnormal dapat terlihat di dalam system
ventrikular atau sub – arakhnoid.
e) Perkembangan
Mental/ Psikososial
Tingkat perkembangan
Mekanisme koping
Pengalaman di rawat di
Rumah Sakit
f) Pengetahuan
Klien dan Keluarga
Hidrosephalus dan
rencana pengobatan
Tingtkat pengetahuan
B. Diagnosa keperawatan
a)
Perubahan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan meningkatnya volume cairan
serebrospinal, meningkatnya tekanan intra karnial.
b)
Gangguan
persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis
c)
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain
d)
Kurangnya
pengetahuan orang tua sehubungan dengan penyakit yang di derita oleh anaknya
B .Perencanaan
a)
Perubahan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan meningkatnya volume cairan
serebrospinal, meningkatnya tekanan intra karnial.
Tujuan
: perfusi jaringan serebral adequat.
Intervensi
:
1. Observasi TTV
2. Kaji data dasar neurologi
3. Hindari pemasangan infuse pada vena
kepala jika terjadi pembedahan.
4. Tentukan posisi anak :
-
tempatkan
pada posisi terlentang
-
tinggikan
kepala
5. Hindari penggunaan obat – obat penenang
b)
Gangguan
persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis
Tujuan :
Tidak terjadi disorientasi pada anak
Intervensi
:
1.
Mempertahankan
visus agar tidak terjadi penurunan visus yang lebih parah
2.
Membantu
ADL pasien
3.
Membantu
orientasi tempat
4.
Berikan tempat yang nyaman dan aman (
pencahayaan terang, bed plang dll dipasang agar tidak cedera )
5.
Membantu
pasien untuk mengenali sesuatu dengan kondisi penglihatan yang terganggu
c)
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain
Tujuan :
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( 3 x 24 jam )
Intervensi:
1.
Pantau
tanda-tanda infeksi( letargi, nafsu makan menurun, ketidakstabilan, perubahan
warna kulit )
2.
Lakukan
rawat luka
3.
Pantau
asupan nutrisi
4.
Kolaborasi
dalam pemberian antibiotik
d)
Kurangnya
pengetahuan orang tua sehubungan dengan penyakit yang di derita oleh anaknya
Tujuan :
Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai penyakit yang diderita anaknya
Intervensi
:
1.
Beri
kesempatan orang tua untuk mengekspresikan kesedihannya
2.
Beri
kesempatan orang tua untuk bertanya mengenai kondisi anaknya
3.
Jelaskan
tentang kondisi penderita, prosedur, terapi dan prognosanya.
4.
Ulangi
penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila keluarga belum mengerti
DAFTAR PUSTAKA
Suddart, &
Brunner. 2002. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sudoyo, Aru W.
2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ngoerah, I Gusti
Ngoerah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Saharso. 2008. Hydrocephalus.
Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012
Mc.Closky & Bulechek (2002) .
Nursing Intervention Classification (NIC), United States of America : Mosby
Meidian,
JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of
America:Mosby
terimakasih banyak untuk artikelnya, sangat bermanfaat, menambah wawasan
ReplyDeletehttp://herbalkuacemaxs.com/pengobatan-herbal-hipertensi/