KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
ASUHAN KEPERAWATAN PARKINSON
Tugas
ini disusun untuk memenuhi nilai tugas semester empat mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II
Disusun
Oleh :
1.
Akhmad
Aji Mulyanto
2.
Dedy Samsun Hidayat
3.
Hidayatul Khosidah
4.
Khilda Sari
5.
Kiky Suryaningsih
6.
Muhammad Saifullah
7.
Nurul Febriana Hidayah
8.
Susiyanti
9.
Bagas Amirul Rizal
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya, sehingga makalah Keperawatan
Medikal Bedah II yang berjudul “Asuhan Keperawatan Parkinson” ini telah selesai
tepat pada waktunya. Guna untuk memenuhi nilai tugas Keperawatan Medikal Bedah
semester 4.
Terimaksih kami ucapkan kepada Bapak Ahmad Baequny,S.Kep,Ns,M.Kes,
yang mana telah membantu kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Dan
juga pihak – pihak lain yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami sadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita dalam mengembangkan profesionalisme
keperawatan di Indonesia. Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Pekalongan,28 Januari 2015
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit
Parkinson pertama kali diuraikan
dalam sebuah monograf oleh James Parkinson seorang dokter di London, Inggris,
pada tahun 1817. Di dalam tulisannya, James Parkinson mengatakan bahwa penyakit
(yang akhirnya dinamakan sesuai dengan namanya) tersebut memiliki karakteristik
yang khas yakni tremor, kekakuan dan gangguan dalam cara berjalan (gait
difficulty).
Penyakit Parkinson terjadi
di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita seimbang. 5 – 10 %
orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul sebelum usia 40
tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara
keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 %
di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia
85 – 89 tahun.1
Di Amerika Serikat, ada
sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah
penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita.
Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan
penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18
hingga 85 tahun. Statistik menunjukkan,
baik di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena
dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.
Beberapa orang ternama
yang mengidap Penyakit
Parkinson diantaranya adalah
Bajin (sasterawan terkenal China), Chen Jingrun (ahli matematik terkenal
China), Muhammad Ali (mantan peninju terkenal A.S.), Michael J FoxThe
Michael J Fox Foundation For Parkinson’s Research (seorang bintang film
Hollywood terkenal).
Dari beberapa fakta yang menunjukkan data
mengenai Penyakit Parkinson, hal yang menarik adalah penyakit ini belum
diketahui penyebabnya secara pasti dan hanya mengacu pada prediksi faktor
genetika dan lingkungan. Namun, pada perkembangan terakhir mengenai penyakit
ini, ada tendency bahwa
penyakit ini deisebabkan oleh kerusakan mitokondria, organel penghasil energi
di dalam sel, yang menyebabkan neuron di dalam substantia nigra otak mati atau
tidak berfungsi. Studi dari Children Hospital Boston sekarang menunjukkan bahwa
mutasi genetik menyebabkan bentuk herediter dari Penyakit Parkinson menyebabkan
mitokondria bergerak acak keluar dari sel, meninggalkan sel tanpa ada
kemungkinan menghentikan mereka. Penemuan ini muncul pada 11 November isu
tentang sel.
Oleh sebab itu, pembahasan mengenai PD ini
sangat menarik juga karena pengembangan dari penelitian penyakit ini selalu
meningkat tiap tahunnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa itu
parkinson?
2.
Bagaimana etiologi terjadinya parkinson?
3.
Bagaimana patofisiologi terjadinya parkinson?
4.
Apa saja manifestasi klinis dari perkinson?
5.
Bagaimana
klasifikasi dari parkinson?
6.
Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan?
7.
Apa saja pemeriksaan diagnostis dari parkinson?
8.
Bagaimana
penatalaksanaannya?
9.
Bagaimana pemberian asuhan keperawatan dari perkinson?
C.
Tujuan
1.
Tujuan
umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan untuk pasien dengan parkinson.
2.
Tujuan
khusus
a.
Untuk
mengetahui apa itu pakinson.
b.
Untuk
mengetahui bagaimana etiologi dari parkinson.
c.
Untuk
mengetahui patofisiologi dari parkinson.
d.
Untuk
mengetahui manifestasi klinis dari parkinson.
e.
Untuk
mengetahui klasifikasi dari parkinson.
f.
Untuk
mengetahui komplikasi yang ditimbulkan.
g.
Untuk
mengetahui pemeriksaan diagnostik dari parkinson.
h.
Untuk
mengetahui penatalaksanaan dari parkinson.
i.
Untuk
mengetahui asuhan keperawatan dari parkinson.
D.
Manfaat
1.
Bagi
penulis
Penulis dapat
mengetahui secara dalam apa itu parkinson,dan bagaimana asuha keperawatan yang
perlu diberikan.
2.
Bagi
pembaca
Agar pembaca
mengetahui apa itu parkinson.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Penyakit
Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progsesif yang mengenai pusat
otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan karateristik
yang mucul berupa bradikinesia (perlambatan gerakan), tremor dan kekakuan otot
(Smeltzer dan Bare, 2002).
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem
saraf (neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan
ketidak teraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saa t istirahat, kesulitan pada
saatmemulai pergerakan, dan kekakuan otot. (Arif Muttaqin, 2009).
Penyakit Parkinson (paralysis
agitans) atau sindrom Parkinson(Parkinsonismus) merupakan suatu
penyakit/sindrom karena gangguan padaganglia basalis akibat penurunan atau
tidak adanya pengiriman dopamine darisubstansia nigra ke globus palidus/
neostriatum (striatal dopamine deficiency).Penyakit ini paling umum terjadi
usia 60 tahun dan merupakan gangguan neurologik paling umum kedua pada lansia.
2. Etiologi
Penyakit Parkinson sering dihubungkan
dengan kelainan neurotransmitter di otak dan faktor-faktor lainnya seperti :
a.
Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di
otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson.
b.
Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan
dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.
c.
Parkinson juga disebabkan oleh obat antara
lain:
Reserpin(serpasil),Phenithiszzives,Butjrophenous(contohnya
Haloperidol)
Faktor-faktor penyebabnya:
-Usia
-Genetika
-Ras
-Toksik
-Cedera Kranio serebral
-Tekanan
emosional
Faktor
Lingkungan
a.Xenobiotik
Berhubungan
erat dengan paparan pestisida yang dapat menmbulkan kerusakan mitokondria
b.Pekerjaan
Lebih banyak
pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
c.Infeksi
Paparan virus
influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi penyakit
parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan
adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
d.Diet
Konsumsi lemak
dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu mekanisme kerusakan
neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi merupakan neuroprotektif.
e.Trauma kepala
Cedera kranio
serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya masih belum
jelas benar
f.Stress dan depresi
Beberapa
penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik. Depresi dan
stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stress dan depresi
terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress oksidatif.
3.
Patofisiologi
Jauh di dalam otak ada sebuah daerah
yang disebut ganglia basalis. Jika otakmemerintahkan suatu aktivitas (misalnya
mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di dalam ganglia basalis akan
membantu menghaluskan gerakan tersebut danmengatur perubahan sikap tubuh.
Ganglia basalis mengolah sinyal danmengantarkan pesan ke talamus, yang akan
menyampaikan informasi yang telahdiolah kembali ke korteks
otak besar.Keseluruhan
sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmitersebagai impuls
listrik di sepanjang jalur saraf dan di antara saraf-saraf.Neurotransmiter yang
utama pada ganglia basalis adalah dopamin.
Pada penyakit Parkinson mengalami kemunduran sehingga pembentukan
dopamin berkurang dan hubungan dengansel saraf dan otot lainnya juga lebih
sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin
terkadang tidak diketahui. Penyakit ini cenderungditurunkan, walau terkadang
faktor genetik tidang memegang peran utama.Kadang penyebabnya diketahui. Pada
beberapa kasus, Parkinsonmerupakan komplikasi yang sangat lanjut dari
ensefalitis karena virus (suatuinfeksi yang menyebabkan peradangan otak). Kasus
lainnya terjadi jika penyakitdegeneratif lainnya, obat-obatan atau racun
memengaruhi atau menghalangikerja dopamin di dalam otak. Misalnya obat anti
psikosa yang digunakan untukmengobati paranoia berat dan skizofrenia menghambat
kerja dopamin pada selsaraf.
4. Manifestasi Klinis
a. Tremor
b. Kekakuan,gerak putar siku dan
pergelangan tangan berkurang,ekspresi wajah kaku.
c. Melemahnya
gerakan,akinesia/bradikinesia seperti langkah pendek-pendek,lambaian tangan
kurang.
d. Ketidakseimbangan tubuh,sering
jatuh.
Gejala Motorik
a.Tremor/bergetar
Gejala penyakit
parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai suatu hal yang
lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson
adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika
orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu
yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur.
Tremor terdapat
pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis, kadang-kadang
tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pil rolling).
Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki
fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup,
lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat
waktu emosi terangsang (resting/ alternating tremor).
Tremor tidak hanya
terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan
bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang). Semua
itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa
bergoyang-goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya,
jika disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor
hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa
terjadi pada kedua belah sisi.
b.Rigiditas/kekakuan
Tanda yang lain
adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor tersebut
digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan
tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga
gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki,
kekakuan itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya
menjadi tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat
penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan
pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi
pendek-pendek. Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni
seluruh gerakan, hal ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa,
adanya fenomena roda bergigi (cogwheel phenomenon).
c.Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di
atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda
akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam
pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin
mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran
masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena
penyakit itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang,
suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air
liur.
Gerakan
volunteer menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit
untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek,
bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan
berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang,
misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak
menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut.
d.Tiba-tiba
Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain
adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah,
sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu
ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan
sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi. 13Bradikinesia
mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimic muka. Disamping itu, kulit
muka seperti berminyak dan ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya
gerak menelan ludah.
e.Mikrografia
Tulisan tangan
secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini merupakan
gejala dini.
f.Langkah dan
gaya jalan (sikap Parkinson)
Berjalan dengan
langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit pas),
stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung
melengkung bila berjalan.
g.Bicara
monoton
Hal ini karena
bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring, sehingga
bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume suara
halus ( suara bisikan ) yang lambat.
h.Dimensia
Adanya
perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan deficit kognitif.
i.Gangguan
behavioral
Lambat-laun
menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah takut, sikap kurang
tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia)
biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang
cukup.
j.Gejala Lain
Kedua mata
berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya (tanda Myerson
positif)
Gejala non
motorik
a.Disfungsi
otonom
-Keringat
berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan
hipotensi ortostatik.
-Kulit
berminyak dan infeksi kulit seborrheic
-Pengeluaran
urin yang banyak
-Gangguan
seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual,
perilaku, orgasme.
b.Gangguan
suasana hati, penderita sering mengalami depresi
c.Ganguan
kognitif, menanggapi rangsangan lambat
d.Gangguan
tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
e.Gangguan
sensasi,
- kepekaan
kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna,
- penderita
sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension orthostatic,
suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan darah
sebagai jawaban atas perubahan posisi badan
- berkurangnya
atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia atau anosmia),
5.
Klasifikasi
a.
Parkinsonismus
primer/idiopatik paralysis agitans.
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis,
tetapi penyebabnya belum jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus Parkinson termasuk
jenis ini.
b.
Parkinsonismus sekunder/
simtomatik.
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca
infeksi lain :TB, sipilis meningovaskuler, iatrogenic atau drug induced,
misalnya golongan fenoiazin, reserpin, tetrabenazin dan lain-lain, misalnya :
perdarahan serebral pasca trauma yang berulang-ulang pada petinju, infrak
lakuner, tumor serebri hipoparatoroid dan kalsifikasi.
c.
Sindrom paraparkinson (
parkins plus )
Pada kelompok ini gejalanya merupakan sebagian dari
gambaran penyakit keseluruhan. Jenis ini didapat pada penyakit Wilson,
hidrosefalus normotensif dan syndrome Shy-drager.
6.
Komplikasi
a.
Aspirasi
b.
Trauma karena jatuh
c.
Dimensia
7.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Neorupatologi
b.
Pemeriksaan neuropsikologik
c.
Ct-Scan
d.
MRI
e.
EEG
f.
Pet(Positron emissionomography)
8.
Penatalaksanaan
medis
a.
Antikolinergik.
b.
Levodopa.
c.
Bromokriptin.
d.
Amantidin.
e.
Monoamine oksidase inhibitor.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Pengumpulan
data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan system persarafan
meliputi anamnesis riwayat penyakit,pemeriksaan fisik,pemeriksaan diagnostic,
dan pengkajian psikososial.
2. Observasi gaya berjalan
dan saat melakukan aktivitas.
3. Kaji riwayat gejala dan
efeknya terhadap fungsi tubuh.
4. Kaji kejelasan dan
kecepatan bicara.
5. Kaji tanda depresi.
B.
Pemeriksaan Fisik
1.Mengkaji
skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran.Pertumbuhan
tulang yang abnormal akibat tumor tulang.Pemendekan ekstremitas, amputasi dan
bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis.Angulasi abnormal pada
tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya
patah tulang.
2.Mengkaji
tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang
belakang) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada) Lordosis
(membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
3.Mengkaji system
persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun
pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
4.Mengkaji
system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan
koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau
adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
5.Mengkaji cara
berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap
tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai
kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis.cara
berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan selangkah-selangkah –
penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
6.Mengkaji
kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu
yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi
perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu
pengisian kapiler.
C.
Diagnosis keperawatan
1.Gangguan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan bradikinesia, regiditas otot dan tremor
ditandai dengan:
DS: klien
mengatakan sulit melakukan kegiatan DO: tremor saat beraktivitas.
2.Gangguan
pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
kesulitan: menggerakkan makanan, mengunyah, dan menelan, ditandai dengan:
DS: klien
mengatakan sulit makan, berat badan berkurang
DO:
kurus, berat badan kurang dari 20% berat badan ideal, konjungtiva pucat, dan
membran mukosa pucat.
3.Gangguan
komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan kemampuan bicara dan
kekakuan otot wajah ditandai dengan :
DS:
klien/keluarga mengatakan adanya kesulitan dalam berbicara
DO: kata-kata
sulit dipahami, pelo, wajah kaku.
D.
Intervensi
Dx.1
Tujuan
: meningkatkan mobilitas
Kriteria Hasil:
1.Bantu klien melakukan olah raga setiap hari
seperti berjalan, bersepeda, berenang, atau berkebun.
2.Anjurkan klien untuk merentangkan dan olah
raga postural sesuai petunjuk terapis.
3.Mandikan klien dengan air hangat dan lakukan
pengurutan untuk membantu relaksasi otot.
4.Instruksikan klien untuk istirahat secara
teratur agar menghindari kelemahan dan frustasi.
5.Ajarkan untuk melakukan olah raga postural
dan teknik berjalan untuk mengurangi kekakuan saat berjalan dan kemungkinan
belajar terus.
6.Instruksikan klien berjalan dengan posisi
kaki terbuka.
7.Buat klien mengangkat tangan dengan
kesadaran, mengangkat kaki saat berjalan, menggunakan sepatu untuk berjalan,
dan berjalan dengan langkah memanjang.
8.Beritahu klien berjalan mengikuti irama musik
untuk membantu memperbaiki sensorik.
Dx.2 Tujuan :
mengoptimalkan status nutrisi.
Kriteria Hasil:
1.Ajarkan klien untuk berpikir saat
menelan-menutup bibir dan gigi bersama-sama,mengangkat lidah dengan makanan di
atasnya, kemudian menggerakkan lidah ke belakang dan menelan sambil mengangkat
kepala ke belakang.
2.Instruksikan klien untuk mengunyah dan
menelan, menggunakan kedua dinding mulut.
3.Beritahu klien untuk mengontrol akumulasi
saliva secara sadar dengan memegang kepala dan menelan secara periodik.
4.Berikan rasa aman pada klien, makan dengan
stabil dan menggunakan peralatan.
5.Anjurkan makan dalam porsi kecil dan
tambahkan makanan selingan (snack).
6.Monitor berat badan.
Dx.3 Tujuan:
memaksimalkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria Hasil:
1.Jaga
komplikasi pengobatan.
2.Rujuk ke
terapi wicara.
3.Ajarkan klien
latihan wajah dan menggunakan metoda bernafas untuk memperbaiki kata-kata,
volume, dan intonasi.
4.Nafas dalam
sebelum berbicara untuk meningkatkan volume suara dan jumlah kata dalam kalimat
setiap bernafas.
5.Latih
berbicara dalam kalimat pendek, membaca keras di depan kaca atau ke dalam
perekam suara (tape recorder) untuk memonitor kemajuan.
DAFTAR PUSTAKA
chandwicaksono.blogspot.com/2013/05/askep-parkinson.html
erikacandra.blogspot.com/2012/09/parkinson.html
https://ml.scribd.com/.../Asuhan-Keperawatan-Pada-Klien-Dengan-Parki...
No comments:
Post a Comment