KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan
kehadirat Allah SWT, atas rahmat yang dicurahkan-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gastroenteritis”. Terima kasih kepada dosen
pembimbing, teman-teman, dan juga orang tua, atas dorongan yang telah diberikan
kepada penulis sehingga makalah ini dapat terbentuk.
Makalah
ini juga tidak luput dari kekurangan dan kekeliruan yang disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan dan literatur yang sangat kurang yang ada pada penulis,
kepada dosen penulis mohon maaf. Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih
jauh dari sempurna, segala sumbang saran, gagasan, pemikiran dan koreksi dari
semua pihak yang dapat memperkaya, menambah kelengkapan tulisan ini sangat kami
harapkan.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri, dan
dapat berguna dimasa yang akan datang. Aamiin.
Pekalongan, Januari 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit diare
atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting disekitar masyarakat yang
masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian seseorang terutama pada
anak.Hal ini tercemin banyak orang yang menderita penyakit diare atau gastroenteritis
yang masuk keluar dari Rumah Sakit.Akibat dari penyakit diare banyak faktor
diantaranya kesehatan lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor
sosial ekonomi, menentukan serangan penyakit diare, walaupun banyak kasus diare
yang mengalami dehidrasi namun banyak yang meninggal bila tidak dilakukan
tindakan-tindakan yang tepat.
Masyarakat pada
umumnya selalu menganggap suatu hal penyakit diare adalah sepele, sedangkan
jika mengetahui yang terjadi sebenarnya banyak penderita diare yang mengalami
kematian. Penyakit gastrointeritis merupakan penyakit yang harus sege ra
ditangani karena dapat mengalami dehidrasi berat yang mengakibatkan syok
hipovolemik dan mengalamikematian.
Masalah pada
penyakit gastrointeritis atau diare yang dapat mengakibatkan kematian berupa
komplikasi lain dan masalah lain yang berkaitan dengan diare belum sepenuhnya
ditanggulangi secara memadai, namun berbagai peran untuk mencegah kematian yang
berupa komplikasi dan masalah lain seperti pelayanan kesehatan yang baik dan
terpenuhi, dalam mencegah penyakit diare dengan memberikan pendidikan kesehatan
kepada semua warga masyarakat tentang penyakit gastroenteriritis serta peran
keluarga dan warga sekitarnya sangat mendorong turunnya terjadinya penyakit
gastroenteritis karena dari keluargalah pola hidup seseorang terbentuk. Dengan
pola hidup yang sehat dan bersih dapat mencegah terjadinya penyakit
gastrointeritis.
Maka dari itu
muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul penderita gastroenteritis
dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat luas dan dari latar
belakang tersebut penyusun mengambil kasus tersebut sebagai penyusunan makalah
keperawatan medikal bedah dengan judul gastroenteritis.
B. Rumusan masalah
1.
Bagaimana
memperdalam
kajian tentang gastroenteritis
2.
Bagaimana
cara merumuskan asuhan keperawatan pada pasien gastroenteritis.
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan
Umum
1.
Untuk
mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare
Tujuan
Khusus
1.
Untuk
mengetahui tinjauan teoritis diare
2.
Untuk
mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare
3.
Untuk
mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare
4.
Untuk
mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Gastroenteritis (GE) adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih
dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses
encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir
saja (Sudaryat Suraatmaja.2005).Menurut Suradi & Rita (2001), diare
diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu
kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.Sedangkan menurut menurut Depkes
RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan
bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam
sehari .
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja
lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.Diare akut
diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah
banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat ocialc terhadap
kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu.
Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare
yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).
B. Etiologi
Diare
dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit, terutama natrium
dan kalium dan sering disertai dengan asidosis ocialc. Dehidrasi dapat
diklasifikasikan berdasarkan ocial air dan atau keseimbangan serum elektrolit.
Setiap kehilangan berat badan yang melampaui 1% dalam sehari merupakan
hilangnya air dari tubuh. Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan apabila
ocial melampaui 15% (Soegijanto, 2002).
Menurut World Gastroenterology Organization Global
Guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E.
Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus
aureus, Campylobacter aeromonas.
2. Virus : Rotavirus, Adenovirus,
Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus.
3. Parasit : Protozoa, Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura,
Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis.
4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan
makanan, alergi, gangguan motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.
(Simadibrata, 2006).
Menurut
Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi,
penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe),
disebabkan oleh:
a. Infeksi virus, kuman-kuman ocialc
dan apatogen seperti shigella, ocialc, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus,
clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang
disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang
pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa
dingin, alergi dan sebagainya.
b. Defisiensi imum terutama SIGA
(secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya
bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2. Diare ocial (ocial ocialc) disebabkan oleh:
a. Malabsorpsi makanan: karbohidrat,
lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b. Kurang kalori protein.
c. Bayi berat badan lahir rendah dan
bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (2005),
penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral
Merupakan
penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus
(enteovirus, ocialcss, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus,
astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris,
strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas
homunis) jamur (canida albicous).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan
makanan seperti otitis media akut (OMA) ocialcs/tonsilofaringits,
bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
Malaborsi
karbohidrat, lemak dan protein.
a.
Faktor
makanan
b.
Faktor
psikologis
C.
Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis terdiri
dari faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan, dan faktor psikologis.
Pertama, faktor infeksi akan mengalami reaksi inflamasi sehingga terjadi
peningkatan sekresi cairan dan elektrolit yang menyebabkan isi rongga usus meningkat.
Kedua, faktor malabsorbsi makanan di usus menyebabkan tekanan osmotik meningkat
dan terjadi pergeseran cairan & elektrolit ke usus, sehingga juga
meneybabkan isi rongga usus meningkat. Ketiga faktor makanan, dimana faktor
makanan disini adlah makanan yang beracun, basi maupun alergi terhadap makanan
dimana hal ini akan menyebabkan gangguan motilitas usus. Keempat, faktor
psikologis (cemas atau rasa takut yag berlebih) yang menyebabkan adanya
rangsangan simpatis dan juga terjadi gangguan motilitas usus. Gangguan
motilitas usus terbagi menjadi 2, yaitu hipermotilitas dan hipomotilitas.
Hipermotilitas akan menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi air &
elektrolit, sedangkan hipomotilitas akan menyebabkan adanya pertumbuhan
bakteri. Terjadinya peningkatan di isi rongga usus, sekresi air dan elektrolit,
serta adanya pertumbuhan bakteri menyebabkan terjadi penyakit gastroenteritis.
Gastroenteritis memiliki gejala
dehidrasi yaitu kehilangan cairan & elektrolit tubuh dimana pada saat itu
terjadi penurunan volume cairan ekstra sel dan juga terjadi penurunan cairan
interstesial yang menyebabkan turgor kulit menurun, maka dalam hal ini timbul
masalah yaitunya kekurangan volume cairan dan cemas pada kliennya. Gejala yang
kedua yaitu kerusakan mukosa usus yang menyebabkan si penderita merasakan
nyeri. Gejala yang ketiga adalah sering terjadinya defekasi yang menyebabkan
terjadi resiko kerusakan integritas kulit. Gejala selanjutnya adalah terjadinya
peningkatan eksresi sedangakan asupan nutrisi tidak terpenuhi, pada hal terjadi
ketidakseimbangan nutrisi.
D.
Manifestasi
Klinis
1. Nyeri perut ( abdominal discomfort )
2. Rasa perih di ulu hati
3. Mual, kadang-kadang sampai muntah
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada dan perut
8. Regurgitasi ( keluar cairan dari
lambung secara tiba-tiba )
9. Diare
10. Demam
11. Membran mukosa mulut dan bibir
kering
12. Lemah
E.
Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Mal nutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat
kerusakan mukosa usus.
F.
Penatalaksanaan
Ketiga dasar
pengobatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Pemberian
cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum.
Jenis cairan
a. Cairan peroral
:
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan
sedang atau tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran baik
diberikan peroral berupa cairan yang berisi NaCl dan NaHCO3, KCI dan glukosa.
Formula lengkap sering disebut juga oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat
sendiri (formula tidak lengkap)hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan
sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara
sebelum di bawah berobat ke rumah sakit pelayanan kesehatan untuk mencegah
dehidrasi lebih jauh.
b. Cairan
parenteral :
1) Belum ada
dehidrasi
Peroral sebanyak anak mau minum atau 1
gelas tiap defekasi.
2) Dehidrasi
ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml/kg BB per
oral (intragastrik). Selanjutnya : 125 ml/kg BB /hari.
3) Dehidrasi
sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml/kg BB
peroral /intragastrik (sonde). Selanjutnya ; 125 ml/kg BB/hari.
4)
Dehidrasi berat
Ø
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun,
berat badan 3 – 10 kg. yaitu 1 jam pertama : 40 ml/kg BB / jam = 10 tetes / kg
BB /menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes / kg BB /menit
(set infus 1 ml : 20 tetes). 7 jam berikutnya : 12 ml /kg BB/jam = 33 tetes /
kg BB/ m atau 4 tetes / kg BB/menit. 16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit
peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan dengan intravena
2 tetes/kg BB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
Ø
Untuk anak lebih dari 25 tahun dengan
BB 10 – 15 kg :
1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10 tetes/kgBB/menit.
7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit. atau 4 tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/ kgBB/m.
1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10 tetes/kgBB/menit.
7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit. atau 4 tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/ kgBB/m.
Ø
Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan
BB 2 – 3 kg.
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25
ml = 250 ml /kg bb /24 jam. Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1 bagian
NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25 ml / kg BB /jam atau 6
tetes/kgBB/menit., 8 tetes/kgBB/ menit. 20 jam berikutnya 150 ml /kg BB /20 jam
= 2 tetes/kgBB/ menit. atau 2 ½ tetes/kgBB/menit.
2. Pengobatan
dietetik
Untuk anak
dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis
makanan :
a. Susu (ASI dan
atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak jenuh).
b. Makanan
setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).
c. Susu khusus
yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.
Cara
memberikannya :
a. Hari pertama :
setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI/susu
formula tapi masih diare diberikan oralit selang-seling.
b. Hari kedua –
keempat : ASI /susu formula rendah laktosa penuh.
c. Hari kelima :
bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasa.
3. Obat-obatan
a. Obat anti
sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis0,5
– 1 mg /kg bb /hari
b. Obat
spasmolitik.
c.
Antibiotik (Ngastiyah, 1997).
G.
Pathways
H.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Biasanya klien sering mengeluhkan
Feces semakin cair, muntah, terjadinya dehidrasi, dan berat badan menurun.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk rumah sakit dengan keluhan berat badan
menurun dari biasanya, nafas cepat, mudah letih dan sakit kepala. Klien juga
tidak mau makan, nyeri dada, cepat kenyang, nyeri abdomen, mual dan muntah,
serta feses yang encer.
c. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Biasanaya klien mengatakan pernah
mengkonsumsi alkohol dan obat – obatan seperti OAINS/NSAID, Kortikosteroid,
Aspirin. Sering jajan disembarang tempat sehingga kebersihannya tidak terjaga.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada keluarga klien yang menderita penyakit yang sama.
e. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
1) Pola Persepsi – Manajemen Kesehatan
Biasanya klien tidak mengetahui
penyebab penyakitnya, Kebersihan klien sehari-sehari kurang baik.
2) Pola Nutrisi Metabolik
Biasanya klien tidak mau makan, dan
klien mengalami penurunan berat badan.
3) Pola Eliminasi
Biasanya klien BAB lebih dari 4 kali
sehari, dan BAK jarang.
4) Pola Latihan dan Aktivitas
Biasanya klien mengalami gangguan
aktivitas karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi
abdomen, aktivitas klien dibantu keluarga/ orang lain.
5) Pola Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan
istirahat dan tidur karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa
tidak nyaman.
6) Pola Persepsi dan Kognitif
Biasanya klien masih dapat menerima
informasi namun kurang berkonsentrasi karena nyeri pada abdomennya.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Biasanya klien mengalami gangguan
konsep diri karena kebutuhan fisiologisnya terganggu sehingga aktualisasi diri
tidak tercapai pada fase sakit.
8) Pola Peran dan Hubungan
Biasanya klien memiliki hubungan
yang baik dengan keluarga dan peran klien pada kehidupan sehari-hari mengalami
gangguan (ex: tidak dapat menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga).
9) Pola Seksual – Reproduksi
Biasanya klien mengalami gangguan
seksual- reproduksi (ex: tidak teraturnya siklus menstruasi).
10) Pola Koping – Toleransi Stress
Biasanya klien mengalami kecemasan
yang berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress.
11) Pola Nilai & Kepercayaan
Biasanya klien tidak dapat
melaksanakan sholat seperti biasanya Karena posisi klien dalam keadaan tirah
baring.
f. Pemerikasaan fisik.
1) Pemeriksaan psikologis :
keadaan umum tampak lemah, kesadarancomposmentis
sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat
2) Pemeriksaan sistematik :
·
Inspeksi
: mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat
badan menurun, anus kemerahan.
·
Perkusi
: adanya distensi abdomen.
·
Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
·
Auskultasi
: terdengarnya bising usus.
3) Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami
gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.
4) Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan
duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan
kualitatif.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output
berlebihan dan intake yang kurang
b.
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder
terhadap diare.
c.
Resiko
peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
d.
Resiko
gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan
elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
·
Tanda
vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
·
Turgor
elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
·
Konsistensi
BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1)
Pantau
tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume
cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini
memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
2)
Pantau
intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju
filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa
metabolisme.
3)
Timbang
berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan ,
penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
4)
Anjurkan
keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit
yang hilang secara oral
5)
Kolaborasi
:
·
Pemeriksaan
laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan
elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
·
Cairan
parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit
secara adekuat dan cepat.
·
Obat-obatan
: (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan
sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses
absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
b. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan perawatan
selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil:
·
Nafsu
makan meningkat
·
BB
meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1)
Diskusikan
dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air
terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu
panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.
2)
Ciptakan
lingkungan yang bersih, jauh dari bau
yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan
merangsang nafsu makan.
3)
Berikan
jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang
berlebihan
4)
Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat
merencenakan jumlah makanan.
5)
Kolaborasi
dengan tim kesehtaan lain :
·
terapi
gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
·
obat-obatan
atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan ,
untuk proses pertumbuhan
c. Resiko peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu
tubuh
Kriteria hasil:
·
suhu
tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
·
Tidak
terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1)
Monitor
suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan
abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2)
Berikan
kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas
untuk menurunkan produksi panas tubuh
3)
Kolaborasi
pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas
di otak
d. Resiko gangguan integritas kulit
perianal berhubungan dengan peningkatan
frekwensi BAB (diare)
Tujuan: Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama
di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil:
·
Tidak
terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
·
Keluarga
mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi :
1)
Diskusikan
dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang
biakan kuman
2)
Demontrasikan
serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti
pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi
kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces
3)
Atur
posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi,
mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Gastroenteritis adalah buang air
besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya, untuk neonotus bila lebih dari 4 kali dan untuk anak
lebih dari Dan terjadi secara mendadak berlangsung 7 hari dari anak yang
sebelumnya. Bila hal ini terjadi maka tubuh anak akan kehilangan cairan tubuh
sehingga menyebabkan dehidrasi.Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi
dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua.
Diare ini oci menyebapkan beberapa komplikasi,yaitu dehidrasi, renjatan
hivopolemik, kejang, bakterimia, mal nutrisi,hipoglikemia,intoleransi skunder akibat
kerusakan mukosa usus.
B.
SARAN
Dalam upaya meningkatkan kualitas
perawatan pada klien gastroenteritis perlu ditingkatkan tentang keperawatan
pada klien tersebut sehingga asuhan keperawatan dapat lebih efektif secara
komprehensip meliputi Bio-Psiko-Sosial-Spiritual pada klien melalui pendekatan
proses keperawatan mencakup didalamnya pelayanan promotif, preventif, kuratif,
rehabilitative yang dilandasi oleh ilmu dan kiat keperawatan profeisonal yang
sesuai nilai mopral etika profesi keperawatan sehingga dimasa yang akan ocial
dapat mengantisipasi dan menjawab tantangan-tangan dan perubahan ocial
yang menitik beratkanpada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu,
keluarga, masyarakat, serta lingkungannya.
Daftar
Pustaka
Nursalam.
(2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Penyakit. Salemba
Medika. Jakarta.
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan
Anak (untuk perawat dan bidan). Salemba Medika. Jakarta.
Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Soegijanto,Soegeng, (2002). Ilmu Penyakit Anak,
Diagnosa dan Pelaksanaan. Salemba Medika, Jakarta.
Depkes
RI. (2005). Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Depkes RI.
Juffrie,
Mohammad. Dkk. (2010). Gastroenterologi-hepatologi
Jilid I. Jakarta: IDAI.
Ngastiyah,
(2005). Perawatan Anak Sakit.
Jakarta ; EGC
Carpenitto.LJ.(2000).
Diagnosa
KeperawatanAplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC. Jakarta
TUGAS
KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN
KEPERAWATAN GASTROENTERITIS
PADA ANAK
Disusun
Oleh:
1. Amilatul
Kamilah
2. Dewi
Aisyah
3. Hidayatul
Khosidah
4. Kiky
Suryani
5. Nailatul
Khikmah
6. Ratna
Faradila
7. Susiyanti
8. Bagas
Amirur Rizal
Kelas: 2 Reguler
B
POLTEKKES
KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII
KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2015
bermanfaat sekali ilmunya kunjungi juga http://ilmukeperawatanasepcarsa007.blogspot.co.id/ berisi tentang materi kuliah untuk mahasiswa keperawatan
ReplyDeleteObat Sipilis Ampuh
ReplyDeleteObat Sipilis Paling Ampuh
Obat Sipilis Yang Ampuh
Obat Sipilis Terampuh
Pengobatan Sipilis Ampuh
mantap.. tapi sayang gk bisa download. apalagi di kopy paste. :-(
ReplyDelete