MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN TBC
PARU PADA ANAK
Disusun oleh
Kelompok 2
1. Ahmad aji mulyanto
2. Hidayatul khosidah
3.
Noor
hanimah
4. U’un prapmaneta
Kelas 2 Reguler B
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2015
A. Pengertian TBC
Penyakit
tuberculosis pada bayi dan anak disebut juga tuberculosis primer dan merupakan
suatu penyakit sistemik.Tuberculosis primer biasanya mulai secara
perlahan-lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang
terdapat keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering disertai
tanda-tanda infeksi saluran napas bagian atas. Penyakit ini bila tidak diobati
sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat tmbul komplikasi yang berat dan
reinfeksi pada usia dewasa.
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium bovis (jaringan oleh mycobacterium avium). Basil tuberculosis
dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi mati
di dalam cairan yang bersuhu 60⁰
selama 15-20 menit. Fraksi protein basil tyberkulosis menyebabkan nekrosis
jaringan, sendang lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan factor
penyebab untuk terjadinya fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.
Basil tuberculosis tidak membentuk toksin.
Penularan tuberkolosis umumnya melalui udara hingga
sebagaian besar fokus primer tuberculosis terdapat dalam paru. Selain melalui
udara penularan dapat peroral jika meminum susu yang mengandung basil tuberculosis
bovis. Ada mikrobakterium lain yakni mycobacterium atipic yang dapat
menyebabkan penyakit menyerupai tuberculosis.
B. Etiologi
Tuberkulosis anak merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu
orang ke orang lain melalui percikan dahak (droplet nuclei) yang dibatukkan.
Jadi kalau Cuma bersin atau tukar-menukar piring atau gelas minum tidak akan
terjadi penularan (Aditama, 2000).
1. Merokok pasif
Merokok pasif bisa berdampak
pada sistem kekebalan anak, sehingga meningkatkan risiko tertular. Pajanan pada
asap rokok mengubah fungsi sel, misalnya dengan menurunkan tingkat kejernihan
zat yang dihirup dan kerusakan kemampuan penyerapan sel dan pembuluh darah
(Reuters Health, 2007).
2. Faktor Risiko TBC anak (admin., 2007)
a. Resiko
infeksi TBC
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa
dengan TBC aktif, daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan
serta lingkungan yang tidak sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang
infeksius. Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan
lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif,
terdapat infiltrat luas pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak dan
encer, batuk produktif dan kuat serta terdapat faktor lingkungan yang kurang
sehat, terutama sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang
menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya, karena TBC pada
anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena kuman TBC sangat jarang
ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang terdapat batuk5. Walaupun
terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum. Bahkan jika ada sputum pun,
kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam konsentrasi yang rendah pada
sektret endobrokial anak.
b. Resiko Penyakit TBC
Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar
mengalami progresi infeksi menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas
selulernya belum berkembang sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan
berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang
terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5
tahun, yang menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa
5-10%. Anak < 5 tahun memiliki resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata
dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi . Konversi tes tuberkulin dalam
1- 2 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan imunokompromis, diabetes melitus,
gagal ginjal kronik dan silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah,
penghasilan yang kurang, kepadatan hunian, pengangguran,
dan pendidikan yang rendah.
C. Patofisologi
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC
pada anak tidak menular. Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar
paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC
dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan
napas. Nah, pada saat batuk, percikan ludahnya mengandung kuman. Ini yang
biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru (Wirjodiardjo, 2008).
Proses penularan tuberculosis dapat melalui
proses udara atau langsung, seperti saat batuk. Terdapat dua kelompok besar
penyakit ini diantaranya adalah sebagai berikut: tuberculosis paru primer dan tuberculosis post
primer. Tuberculosis primer sering terjadi pada anak, proses ini dapat dimulai
dari proses yang disebut droplet nuklei, yaitu statu proses terinfeksinya
partikel yang mengandung dua atau lebih kuman tuberculosis yang hidup dan
terhirup serta diendapkan pada permukaan alveoli, yang akan terjadi eksudasi
dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin
serta makrofag ke dalam alveolar spase. Tuberculosis post primer, dimana
penyakit ini terjadi pada pasien yang sebelumnya terinfeksi oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis (Hidayat, 2008).
Sebagian besar infeksi tuberculosis menyebar
melalui udara melalui terhirupnya nukleus droplet yang berisikan mikroorganisme
basil tuberkel dari seseorang yang terinfeksi. Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas yang diperantarai
oleh sel dengan sel elector berupa makropag dan limfosit (biasanya sel T)
sebagai sel imuniresponsif. Tipe imunitas ini melibatkan pengaktifan makrofag
pada bagian yang terinfeksi oleh limfosit dan limfokin mereka, responya berupa
reaksi hipersentifitas selular (lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan
alveolar membangkitkan reaksi peradangan yaitu ketika leukosit digantikan oleh
makropag. Alveoli yang terlibat mengalami konsolidasi dan timbal pneumobia
akut, yang dapat sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya
dapat berjalan terus dengan bakteri di dalam sel-sel (Price dan Wilson, 2006).
Drainase limfatik basil tersebut juta masuk
ke kelenjar getah bening regional dan infiltrasi makrofag membentuk tuberkel
sel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis sel menyebabkan
gambaran keju (nekrosis gaseosa), jeringan grabulasi yang disekitarnya pada
sel-sel epitelloid dan fibroblas dapat lebih berserat, membentuk jatingan parut
kolagenosa, menghasilkan kapsul yang mengeliligi tuberkel. Lesi primer pada
paru dinamakan fokus ghon, dan kombinasi antara kelenjar getah bening yang
terlibat dengan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami
kalsifikasi dapat terlihat dalam pemeriksaan foto thorax rutin pada seseorang
yang sehat (Price dan Wilson, 2006).
Tuberculosis paru termasuk insidias. Sebagian
besar pasien menunjukkan demam tingkat rendah, keletihan, anorexia, penurunan
berat badan, berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetal. Batuk pada
awalnya mungkin nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan
sputum mukopurulen dengan hemoptisis. Tuberculosis dapat mempunyai manifestasi
atipikal pada anak seperti perilaku tidak biasa dan perubahan status mental,
demam , anorexia dan penurunan berat badan. Basil tuberkulosis dapat bertahan
lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman (Smeltzer dan Bare, 2002).
Menurut Admin (2007) patogenesis penyakit
tuberkulosis pada anak terdiri atas :
1. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang
terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil
ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan
terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai
saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru,
yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman
TBC ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks
primer predileksinya disemua lobus, 70% terletak subpelura. Fokus primer dapat
mengalami penyembuhan sempurna, kalsifikasi atau penyebaran lebih lanjut. Waktu
antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6
minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung
dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas
seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman TBC2. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap
sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang kadang daya tahan tubuh
tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan,
yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC. Masa inkubasi, yaitu waktu yang
diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
2. TBC Pasca Primer (Post Primary TBC)
TBC pasca primer biasanya terjadi setelah
beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan
tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari
TBC pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusi pleura.
D. Manifestasi
Klinik
Menurut Wirjodiardjo (2008) gejala TBC pada
anak tidak serta-merta muncul. Pada saat-saat awal, 4-8 minggu setelah infeksi,
biasanya anak hanya demam sedikit. Beberapa bulan kemudian, gejalanya mulai
muncul di paru-paru. Anak batuk-batuk sedikit. Tahap berikutnya (3-9 bulan
setelah infeksi), anak tidak napsu makan, kurang gairah, dan berat badan turun
tanpa sebab. Juga ada pembesaran kelenjar di leher, sementara di paru-paru
muncul gambaran vlek. Pada saat itu, kemungkinannya ada dua, apakah akan muncul
gejala TBC yang benar-benar atau sama sekali tidak muncul. Ini tergantung
kekebalan anak. Kalau anak kebal (daya tahan tubuhnya bagus), TBC-nya tidak
muncul. Tapi bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul,
bukan di paru-paru lagi, melainkan di tulang, ginjal, otak, dan sebagainya. Ini
yang berbahaya dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya.
Riwayat penyakit TBC anak sulit dideteksi
penyebabnya, Penyebab TBC adalah kuman TBC (mycobacterium tuberculosis).
Sebetulnya, untuk mendeteksi bakteri TBC (dewasa) tidak begitu sulit. Pada
orang dewasa bisa dideteksi dengan pemeriksaan dahak langsung dengan mikroskop
atau dibiakkan dulu di media. Mendeteksi TBC anak sangat
sulit, karena tidak mengeluarkan kuman pada dahaknya dan gejalanya sedikit.
Diperiksa dahaknya pun tidak akan keluar, sehingga harus dibuat diagnosis baku
untuk mendiagnosis anak TBC sedini mungkin. Yang harus dicermati pada saat
diagnosis TBC anak adalah riwayat penyakitnya. Apakah ada riwayat kontak anak dengan
pasien TBC dewasa. Kalau ini ada, agak yakin anak positif TBC (Wirjodiardjo,
2008).
Gejala-gejala lain untuk diagnosa antara lain
(Wirjodiardjo, 2008):
1. Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG
semasa kecil. Atau reaksi BCG sangat cepat. Misalnya, bengkak hanya seminggu
setelah diimunisasi BCG. Ini juga harus dicurigai TBC, meskipun jarang.
2. Berat badan anak turun tanpa sebab yang
jelas, atau kenaikan berat badan setiap bulan berkurang.
3. Demam lama atau berulang tanpa sebab. Ini
juga jarang terjadi. Kalaupun ada, setelah diperiksa, ternyata tipus atau demam
berdarah.
4. Batuk lama, lebih dari 3 minggu. Ini
terkadang tersamar dengan alergi. Kalau tidak ada alergi dan tidak ada penyebab
lain, baru dokter boleh curiga kemungkinan anak terkena TBC.
5. Pembesaran kelenjar di kulit, terutama di
bagian leher, juga bisa ditengarai sebagai kemungkinan gejala TBC. Yang
sekarang sudah jarang adalah adanya pembesaran kelenjar di seluruh tubuh,
misalnya di selangkangan, ketiak, dan sebagainya.
6. Mata merah bukan karena sakit mata, tapi di
sudut mata ada kemerahan yang khas.
7. Pemeriksaan lain juga dibutuhkan diantaranya
pemeriksaan tuberkulin (Mantoux Test, MT) dan foto. Pada anak normal, Mantoux
Test positif jika hasilnya lebih dari 10 mm. Tetapi, pada anak yang gizinya
kurang, meskipun ada TBC, hasilnya biasanya negatif, karena tidak memberikan
reaksi terhadap MT.
Menurut Supriyatno (2009) skrining
tuberkulosis pada anak antara lain : Sesungguhnya mendiagnosa
tuberculosis pada anak, terlebih pada anak-anak yang masih sangat kecil, sangat
sulit. Diagnosa tepat TBC tak lain dan tak bukan adalah dengan menemukan
adanya Mycobacterium tuberculosis yang hidup dan aktif dalam tubuh suspect TB atau orang yang diduga
TBC. Caranya? Yang paling mudah adalah dengan melakukan tes dahak.
Pada orang dewasa, hal ini tak sulit dilakukan. Tapi lain ceritanya, pada
anak-anak karena mereka, apalagi yang masih usia balita, belum mampu
mengeluarkan dahak. Karenanya, diperlukan alternatif lain untuk
mendiagnosa TB pada anak.
Kesulitan lainnya, tanda-tanda dan gejala TB
pada anak seringkali tidak spesifik (khas). Cukup banyak anak yang overdiagnosed sebagai pengidap TB, padahal
sebenarnya tidak. Atauunderdiagnosed, maksudnya terinfeksi atau
malah sakit TB tetapi tidak terdeteksi sehingga tidak memperoleh penanganan
yang tepat. Diagnosa TBC pada anak tidak dapat ditegakkan hanya dengan 1
atau 2 tes saja, melainkan harus komprehensif. Karena tanda-tanda dan
gejala TB pada anak sangat sulit dideteksi, satu-satunya cara untuk memastikan
anak terinfeksi oleh kuman TB, adalah melalui uji Tuberkulin (tes Mantoux). Tes
Mantoux ini hanya menunjukkan apakah seseorang terinfeksiMycobacterium
tuberculosis atau tidak, dan sama sekali
bukan untuk menegakkan diagnosa atas penyakit TB. Sebab, tidak semua
orang yang terinfeksi kuman TB lalu menjadi sakit TB.
Sistem imun tubuh mulai menyerang bakteri TB,
kira-kira 2-8 minggu setelah terinfeksi. Pada kurun waktu inilah tes
Mantoux mulai bereaksi. Ketika pada saat terinfeksi daya tahan tubuh
orang tersebut sangat baik, bakteri akan mati dan tidak ada lagi infeksi dalam
tubuh. Namun pada orang lain, yang terjadi adalah bakteri tidak aktif
tetapi bertahan lama di dalam tubuh dan sama sekali tidak menimbulkan
gejala. Atau pada orang lainnya lagi, bakteri tetap aktif dan orang
tersebut menjadi sakit TB.
Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan
sejumlah kecil (0,1 ml) kuman TBC, yang telah dimatikan dan dimurnikan, ke
dalam lapisan atas (lapisan dermis) kulit pada lengan bawah. Lalu, 48
sampai 72 jam kemudian, tenaga medis harus melihat hasilnya untuk diukur.
Yang diukur adalah indurasi (tonjolan keras tapi tidak sakit) yang terbentuk,
bukan warna kemerahannya (erythema). Ukuran dinyatakan dalam milimeter,
bukan centimeter. Bahkan bila ternyata tidak ada indurasi, hasil tetap
harus ditulis sebagai 0 mm.
Secara umum, hasil tes Mantoux ini dinyatakan
positif bila diameter indurasi berukuran sama dengan atau lebih dari 10
mm. Namun, untuk bayi dan anak sampai usia 2 tahun yang tanpa faktor
resiko TB, dikatakan positif bila indurasinya berdiameter 15 mm atau
lebih. Hal ini dikarenakan pengaruh vaksin BCG yang diperolehnya ketika
baru lahir, masih kuat. Pengecualian lainnya adalah, untuk anak dengan
gizi buruk atau anak dengan HIV, sudah dianggap positif bila diameter
indurasinya 5 mm atau lebih.
Namun tes Mantoux ini dapat memberikan hasil
yang negatif palsu (anergi), artinya hasil negatif padahal sesungguhnya
terinfeksi kuman TB. Anergi dapat terjadi apabila anak mengalami
malnutrisi berat atau gizi buruk (gizi kurang tidak menyebabkan anergi), sistem
imun tubuhnya sedang sangat menurun akibat mengkonsumsi obat-obat tertentu,
baru saja divaksinasi dengan virus hidup, sedang terkena infeksi virus, baru saja
terinfeksi bakteri TB, tata laksana tes Mantoux yang kurang benar.
Apabila dicurigai terjadi anergi, maka tes harus diulang.
E.
Komplikasi
Komplikasi Yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
a. Meningitis
b. Spondilitis
c. Pleuritis
d. Bronkopneumoni
e. Atelektasis
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
Komplikasi Yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
a. Meningitis
b. Spondilitis
c. Pleuritis
d. Bronkopneumoni
e. Atelektasis
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
F. Penatalaksanaan
Medis
Menurut Price dan Wilson (2006) pengobatan TBC terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu
lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit
klinis. ATS (1994) menekankan tiga prinsip dalam pengobatan tuberculosis yang
berdasarkan pada:
1. Regimen harus termasuk obat-obat multiple
yang sensitif terhadap mikroorganisme.
2. Obat-obatan harus diminum secara teratur.
3. Terapi obat harus dilakukan terus menerus
dalam waktu yang cukup untuk menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling
aman pada waktu yang paling singkat.
Obat anti tuberculosis (OAT) harus diberikan
dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa
obat ketiga. Tujuan dari pengobatan ini adalah (FKUI, 2001):
1. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi
negatif secepat mungkin melalui kegiatan bakterisid.
2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama
estela pengobatan dengan kegiatan sterilisasi.
3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi
melalui perbaikan daya tahan imunologis.
G. Penatalaksanaan
Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan anak dengan
tuberculosis dapat dilakukan dengan melakukan :
1. Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder
2. Pemberian oksigen yang adekuat
3. Latihan batuk efektif
4. Fisioterapi dada
5. Pemberian nutrisi yang adekuat
6. Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis
(seperti: isoniazid, streptomisin, etambutol, rifamfisin, pirazinamid dan
lain-lain)
7. Intervensi yang dapat dilakukan untuk
menstimulasi pertumbuhan perkembangan anak yang tenderita tuberculosis dengan
membantu memenuhi kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan, yaitu (Suriadi
dan Yuliani, 2001) :
a. Memberikan
aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan, ketrampilan tangan,
vidio game, televisi)
b. Memberikan makanan yang menarik untuk
memberikan stimulus yang bervariasi bagi anak
c. Melibatkan
anak dalam mengatur jadual harian dan memilih aktivitas yang diinginkan
d. Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas
sekolah selama di rumah sakit, menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman
melalui telepon jika memungkinkan
H. Pathways
ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
·
Identitas Data Umum (selain identitas klien,
juga identitas orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga)
·
Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke
rumah sakit)
·
Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil)
2) Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
3) Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi , asfiksia ikterus
1) Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil)
2) Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
3) Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi , asfiksia ikterus
·
Riwayat Masa Lampau
1) Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?)
2) Pernah dirawat dirumah sakit
3) Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
4) Riwayat kontak dengan penderita TBC
5) Alergi
6) Daya tahan yang menurun.
7) Imunisasi/Vaksinasi : BCG
1) Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?)
2) Pernah dirawat dirumah sakit
3) Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
4) Riwayat kontak dengan penderita TBC
5) Alergi
6) Daya tahan yang menurun.
7) Imunisasi/Vaksinasi : BCG
·
Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala
klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti:
leher, inguinal, axilla dan sub mandibula)
·
Riwayat Keluarga (adakah yang menderita
TB atau Penyakit Infeksi lainnya, Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit
yang sama
·
Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial
ekonomi
1) Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak), pola sosialisasi anak.
2) Kondisi rumah
3) Merasa dikucilkan
4) Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri)
5) Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
6) Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak
7) Tidak bersemangat dan putus harapan.
1) Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak), pola sosialisasi anak.
2) Kondisi rumah
3) Merasa dikucilkan
4) Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri)
5) Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
6) Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak
7) Tidak bersemangat dan putus harapan.
·
Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh,
Hubungan dengan anggota keluarga, Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan
secara umum, Pelaksanaan spiritual)
·
Pola fungsi kesehatan.
Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan. Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi. Pola nutrisi – metabolik. Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek. Pola eliminasi. Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali. Pola aktifitas-latihan Sesak nafas, fatique, tachicardia, aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek). Pola tidur dan istirahat Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari. Pola kognitif perseptual. Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu. Pola persepsi diri. Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah. Pola peran hubungan Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri. Pola seksualitas/reproduktif. Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah. Pola koping toleransi stres, Menarik diri, pasif
Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan. Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi. Pola nutrisi – metabolik. Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek. Pola eliminasi. Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali. Pola aktifitas-latihan Sesak nafas, fatique, tachicardia, aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek). Pola tidur dan istirahat Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari. Pola kognitif perseptual. Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu. Pola persepsi diri. Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah. Pola peran hubungan Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri. Pola seksualitas/reproduktif. Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah. Pola koping toleransi stres, Menarik diri, pasif
·
Pemeriksaan Fisik
Demam: sub fibril, fibril (40-41°C) hilang timbul. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum). Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah paru. Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari. Pada tahap dini sulit diketahui. Ronchi basah, kasar dan nyaring. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara limforik. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis. Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak). Pembesaran kelenjar biasanya multipel. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
Demam: sub fibril, fibril (40-41°C) hilang timbul. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum). Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah paru. Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari. Pada tahap dini sulit diketahui. Ronchi basah, kasar dan nyaring. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara limforik. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis. Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak). Pembesaran kelenjar biasanya multipel. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
·
Pemeriksaan Diagnostik Dan Pengobatan
1) Uji tuberkulin = uji tuberkulin (+).® hipersensitifitas tipe lambat ®imunitas seluler ®Infeksi TB
2) Foto rontgent Rutin : foto pada rongga paru. Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen. Rontgent paru tidak selalu khas.
3) Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB. Hasil normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) : 10-62% dengan cara lama. Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
4) Pemeriksaan darah tepi (Tidak khas. LED dapat meninggi)
5) Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi. Sumber infeksiAdanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.
6) Lain-lain (Uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi, Serologim dll)
1) Uji tuberkulin = uji tuberkulin (+).® hipersensitifitas tipe lambat ®imunitas seluler ®Infeksi TB
2) Foto rontgent Rutin : foto pada rongga paru. Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen. Rontgent paru tidak selalu khas.
3) Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB. Hasil normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) : 10-62% dengan cara lama. Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
4) Pemeriksaan darah tepi (Tidak khas. LED dapat meninggi)
5) Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi. Sumber infeksiAdanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.
6) Lain-lain (Uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi, Serologim dll)
·
Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan
DDST
1) Pertumbuhan
a) Kaji BBL, BB saat kunjungan
b) BB normal
c) BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur
d) Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R = usia dalam tahun
e) LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan
2) Perkembangan
a) lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek dengan mata, mengoceh,
b) usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda, tertawa, dan mengais meringis
c) usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri, merangkak, meraih benda, memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain dan mengeluarkan kata-kata tanpa arti.
d) usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan kat-kata, mengerti ajakan sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam permainan.
e) usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3 kata dapat mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing
f) usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata dan hidung, belajar makan sendiri, menggambar garis, memperlihatkan minat pada anak lain dan bermain dengan mereka.
g) usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3 kotak, menyusun kalimat dan lain-lain.
h) usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara dengan baik, menyebut warna, dan menyayangi saudara.
i) usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan menghitung.
1) Pertumbuhan
a) Kaji BBL, BB saat kunjungan
b) BB normal
c) BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur
d) Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R = usia dalam tahun
e) LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan
2) Perkembangan
a) lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek dengan mata, mengoceh,
b) usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda, tertawa, dan mengais meringis
c) usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri, merangkak, meraih benda, memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain dan mengeluarkan kata-kata tanpa arti.
d) usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan kat-kata, mengerti ajakan sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam permainan.
e) usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3 kata dapat mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing
f) usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata dan hidung, belajar makan sendiri, menggambar garis, memperlihatkan minat pada anak lain dan bermain dengan mereka.
g) usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3 kotak, menyusun kalimat dan lain-lain.
h) usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara dengan baik, menyebut warna, dan menyayangi saudara.
i) usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan menghitung.
2. Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan obstruksi
jalan napas
2.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3.
Ketidak
seimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi
nutrisi
4.
Defisiensi
Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit
3. Intervensi Keperwatan
No.
|
NANDA: Nursing Diagnosis
|
Nursing
Care Plan
|
||
Nursing Outcomes
Classification (NOC)
|
Nursing Interventions
Classification (NIC)
|
|||
1
|
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas b.d obstruksi jalan napas
Definisi : Ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
·
Tidak ada
batuk
·
Suara
napas tambahan
·
Perubahan
frekuensi napas
·
Perubahan
irama napas
·
Sianosis
·
Kesulitan
berbicara/mengeluarkan suara
·
Penurunan
bunyi napas
·
Dispnea
·
Sputum
dalam jumlah yang berlebihan
·
Batuk
yang tidak efektif
·
Ortopnea
·
Gelisah
·
Mata terbuka
lebar
Faktor yang berhubungan:
Lingkungan
·
Perokok
pasif
·
Mengisap
asap
Obstruksi jalan napas
·
Spasme
jalan napas
·
Mucus
dalam jumlah yang berlebihan
·
Eksudat
dalam alveoli
·
Materi
asing dalam jumlah napas
·
Adanya
jalan napas buatan
·
Sekresi
yang tertahan/sisa sekresi
·
Sekresi
dalam bronki
Fisiologis
·
Jalan
napas alergik
·
Asma
·
Penyakit
paru obstruksi kronis
·
Hyperplasia
dinding bronchial
·
Infeksi
·
Disfungsi
neuromuskular
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …. x 24 jam klien akan:
- 0403. Respiratory status :
Ventilation
- 0410. Respiratory status : Airway
patency
- 0402. Respiratory Status: Gas
Exchange
- 1918. Aspiration Prevention,
yang dibuktikan dengan indikator sebagai berikut:
(1-5 = tidak pernah, jarang,
kadang-kadang, sering, atau selalu)
Kriteria Hasil :
-
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
-
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
-
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
nafas
|
3160. Airway Suctioning
Aktivitas keperawatan:
1.
Pastikan
kebutuhan oral / tracheal suctioning
2.
Auskultasi
suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
3.
Informasikan
pada klien dan keluarga tentang suctioning
4.
Minta
klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
5.
Berikan
O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
6.
Gunakan
alat yang steril sitiap melakukan tindakan
7.
Anjurkan
pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari
nasotrakeal
8.
Monitor
status oksigen pasien
9.
Ajarkan
keluarga bagaimana cara melakukan suksion
10.
Hentikan
suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
3140. Airway Management
Aktivitas keperawatan:
1.
Buka
jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2.
Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3.
Identifikasi
pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4.
Pasang
mayo bila perlu
5.
Lakukan
fisioterapi dada jika perlu
6.
Keluarkan
sekret dengan batuk atau suction
7.
Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara tambahan
8.
Lakukan
suction pada mayo
9.
Berikan
bronkodilator bila perlu
10.
Berikan
pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
11.
Atur
intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
|
|
2
|
Intoleransi aktivitas b.d
kelemahan umum
Definisi : Ketidakcukupan energu
secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan
aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari.
Batasan karakteristik :
·
Respons
tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
·
Respon
frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
Perubahan EKG yang mencerminkan
aritmia
·
Perubahan
EKG yang mencerminkan iskemia
·
Ketidaknyaman
setelah beraktivitas
·
Dispnea
setelah beraktivitas
·
Menyatakan
merasa letih
·
Menyatakan
merasa letih
Faktor yang berhubungan :
·
Tirah baring
·
Kelemahan
umum
·
Ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
·
Imobilitas
·
Gaya
hidup monoton
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …. x 24 jam klien akan:
- 0002. Energy conservation
- 0300. Self Care : ADLs, yang
dibuktikan dengan indikator sebagai berikut:
(1-5 = tidak pernah, jarang,
kadang-kadang, sering, atau selalu)
Kriteria Hasil :
-
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
-
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
|
0180. Energy Management
Aktivitas keperawatan:
1.
Observasi
adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2.
Dorong
anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
3.
Kaji
adanya factor yang menyebabkan kelelahan
4.
Monitor
nutrisi dan sumber energi tangadekuat
5.
Monitor
pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
6.
Monitor
respon kardivaskuler terhadap aktivitas
7.
Monitor
pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
4310. Activity Therapy
Aktivitas keperawatan:
1.
Kolaborasikan
dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
2.
Bantu
klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3.
Bantu
untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
4.
Bantu
untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
5.
Bantu
untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
6.
Bantu
untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
7.
Bantu klien
untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
8.
Bantu
pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
9.
Sediakan
penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
10.
Bantu
pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
11.
Monitor
respon fisik, emoi, social dan spiritual
|
|
3
|
·
Ketidak seimbangan
Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi
nutrisi
Definisi : Intake nutrisi tidak
cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
·
Kram
abdomen
·
Nyeri
abdomen
·
Menghindari
makan
·
Berat
badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
·
Kerapuhan
kapiler
·
Diare
·
Kehilangan
rambut berlebihan
·
Bising
usung hiperaktif
·
Kurang
makan
·
Kurang
informasi
·
Kurang
minat pada makanan
·
Penurunan
berat badan dengan asupan makanan adekuat
·
Kesalahan
konsepsi
·
Kesalahan
informasi
·
Membrane
mukosa pucat
·
Ketidakmampuan
memakan makanan
·
Tonus
otot menurun
·
Mengeluh
gangguan sensasi rasa
·
Mengeluh
asupan makanan kurang dari RDA (recommended daily allowance)
·
Cepat
kenyang setelah makan
·
Sariawan
rongga mulut
·
Steatore
·
Kelemahan
otot pengunyah
·
Kelemahan
otot untuk menelan
Faktor yang berhubungan :
·
Faktor
biologis
·
Faktor
ekonomi
·
Ketidakmampuan
untuk mengabsorpsi nutrisi
·
Ketidakmampuan
untuk mencerna makanan
·
Faktor
psikologis
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …. x 24 jam klien akan:
- 1008. Nutritional Status : food
and Fluid Intake
- 1006. Weight : Body Mass,
yang dibuktikan dengan indikator sebagai berikut:
(1-5 = tidak pernah, jarang,
kadang-kadang, sering, atau selalu)
Kriteria Hasil :
-
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
-
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
-
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
-
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
-
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
|
1100. Nutrition Management
Aktivitas keperawatan:
1.
Kaji
adanya alergi makanan
2.
Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
3.
Anjurkan
pasien untuk meningkatkan intake Fe
4.
Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5.
Berikan
substansi gula
6.
Yakinkan
diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
7.
Berikan
makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
8.
Ajarkan
pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
9.
Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10.
Berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi
11.
Kaji
kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
1160. Nutrition Monitoring
Aktivitas keperawatan:
1.
BB
pasien dalam batas normal
2.
Monitor
adanya penurunan berat badan
3.
Monitor
tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
4.
Monitor
interaksi anak atau orangtua selama makan
5.
Monitor
lingkungan selama makan
6.
Jadwalkan
pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
7.
Monitor
kulit kering dan perubahan pigmentasi
8.
Monitor
turgor kulit
9.
Monitor
kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
10.
Monitor
mual dan muntah
11.
Monitor
kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
12.
Monitor
makanan kesukaan
13.
Monitor
pertumbuhan dan perkembangan
14.
Monitor
pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
15.
Monitor
kalori dan intake nuntrisi
16.
Catat
adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
17.
Catat
jika lidah berwarna magenta, scarlet
|
|
4
|
Defisiensi Pengetahuan b.d kurang
informasi tentang proses penyakit
Definisi :
Ketiadaan atau defisiensi
informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
Batasan karakteristik :
·
Perilaku
hiperbola
·
Ketidakdaruratan
mengikuti perintah
·
Ketidakdaruratan
melakukan tes
·
Perilaku
tidak tepat (mis ; histeria, bermusuhan, agitasi, apatis)
·
Pengungkapan
masalah
Faktor yang berhubungan :
·
Keterbatasan
kognitif
·
Salah
interpretasi informasi
·
Kurang
pajanan
·
Kurang
minat dalam belajar
·
Kurang
dapat mengingat
·
Tidak
familiar dengan sumber informasi
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …. x 24 jam klien akan:
- 1803. Kowledge : disease process
- 1805. Kowledge : health behavior,
yang dibuktikan dengan indikator sebagai berikut:
(1-5 = tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, atau selalu)
Kriteria Hasil :
-
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis
dan program pengobatan
-
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
-
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
|
5602. Teaching : Disease Process
Aktivitas keperawatan:
1.
Berikan
penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
2.
Jelaskan
patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3.
Gambarkan
tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
4.
Gambarkan
proses penyakit, dengan cara yang tepat
5.
Identifikasi
kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
6.
Sediakan
informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7.
Hindari
harapan yang kosong
8.
Sediakan
bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
9.
Diskusikan
perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
10.
Diskusikan
pilihan terapi atau penanganan
11.
Dukung
pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12.
Eksplorasi
kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
13.
Rujuk
pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
14.
Instruksikan
pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat
|
|
Daftar Pustaka :
Buleche,
G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.C. (Eds.). (2008). Nursing
Interventions Classification (NOC) (5th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
Herdman, T. Heather. (2012).
Nursing Diagnosis : Defenitions and Clasification 2012 -2014. Jakarta : EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (Eds). (2008).
Nursing Outcomes Classification (NOC) (4th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
Perawatan anak sakit/ ngastiyah; editor, monica Ester-Ed.2 – Jakarta:
EGC.2005
No comments:
Post a Comment