PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Morbili (campak) adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virusyang
belum ada obatnya dan apabila tidak ditindaklanjutkan dalam keperawatannya maka
akan mengakibatkankomplikasi dalam tubuh, sehingga peranan keperawatan dalam
penanggulangan morbili di RS penting untuk mengurangi resiko penderita
penyakit.
Peran perawat adalah mengatasi penyakit morbili dengan
promotif, preventif, kreatif dan rehabilitative. Promotif adalah member
penyuluhan kesehatan di masyarakat tentang penyakit morbili dan
penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah terjadinya morbili adalah
merubah kebiasaan sehari-hari yaitu menjaga kebersihan lingkungan, pola hidup
sehat.
Masa tunas atau inkubasi penyakit morbili berlangsung kurang
lebih dri 10-20 hari da kemudian timbul gejala-gejala.
Walaupun campak tidak umum lagi di
Negara yang memberikan vaksin secara luas, tetapi ketimpangan antara Negara
maju dan Negara lain yang kurang perawatan kesehatan untuk bayi dan anak sangat
mencolok
Menurut data SKRT ( 1996 )
insiden campak pada balita sebesar 528/10.000. angka tersebut jauh lebih rendah
disbanding tahun 1982 sebelum program imunisasi campak dimulai, yaitu
8000/10.000 pada anak umur 1-15 tahun. Imunisasi merupakan salah satu upaya terbaik
untuk menurunkan insiden campak. Sebagai dampak program imunisasi tersebut
insiden campak cenderung turun pada ssemua umur. Pada bayi ( < 1 tahun ) dan
anak umur 1-4 tahun terjadi penurunan cukup tajam, sedangkan pada golongan umur
5-14 tahun relative landai.
Saat ini programpemberantasan
penyakit campak dalam tahap reduksi yaitu penurunan jumlah kasus dan kematian
akibat campak, menyusul tahap eliminasi dan akhirnya tahap eradikasi.
Diharapkan 10-15 tahun setelah tahap eliminasi, penyakit campak dapat
dieradikasi, karena satu-satunya penjamunya adalah manusia.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Campak disebut juga Morbili. Campak
merupakan penyakit yang sangat menular terutama menyerang anak-anak, walaupun
pada beberapa kasus juga dapat menyerang orang dewasa. Pada anak-anak dengan
keadaan gizi buruk ditemukan kejadian campak dengan komplikasi yang fatal atau
berpotensi menyebabkan kematian.
Penyakit campak
adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo papular selama
tiga hari atau lebih yang disertai panas 380c atau lebih dan
disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah. ( WHO )
Penyakit Campak adalah penyakit
menular akut yang disebabkan virus Campak/ Rubella. Campak adalah penyakit
infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium
erupsi dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak
langsung dengan pasien. Virus ini terdapat dalam darah, air seni, dan
cairan pada tenggorokan. Itulah yang membuat campak ditularkan melalui
pernapasan, percikan cairan hidung ataupun ludah.
B. Etiologi
Etiologi
campak adalah virus RNA dari famili paramikoviridae, genus morbili virus. Hanya
1 tipe antigen yang diketahui. Selama masa prodormal dan selama waktu singkat
sesudah ruam tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin.
Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.
Virus
Campak dapat diisolasi dalam biakan emrio manusia atau jaringan ginjal kera
rhesus, perubahan sitopatik, tampak dalam 5 – 10 hari, terdiri dari sel raksasa
multi nudeus dengan 1 nukleusi intra nudear. Anti bodi dalam sirkulasi dapat
dideteksi bila ruam.muncul. (Richard E. Behrman: 1999).
C. Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara,
menempel dan berbiak. Infeksi mulai saat orang yang rentan menghirup percikan
mengandung virus dari secret nasofaring pasien campak. Di tempat masuk kuman,
terjadi periode pendek perbanyakan virus local dan penyebaran terbatas, diikuti
oleh viremia primer singkat bertiter rendah, yang memberikan kesempatan kepada
agen untuk menyebar ketempat lain, tempat virus secara aktif memperbanyak diri
di jaringan limfoid. Viremia sekunder yang memanjang terjadi, berkaitan dengan
awitan prodromal klinis dan perluasan virus. Sejak saat itu ( kira-kira 9
sampai 10 hari setelah terinfeksi ) sampai permulaan keluarnya ruam, virus
dapat dideteksi di seluruh tubuh, terutama di traktus respiraturius dan
jaringan limfoid. Virus juga dapat ditemukan di secret nasofaring, urine, dan
darah.pasien paling mungkin menularkan pada orang lain dalam periode 5 sampai 6
hari. Dengan mulainya awitan ruam ( kira-kira 14 hari setelah infeksi awal ),
perbanyakan virus berkurang dan pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali di
urine, tempat virus bisa menetap selama beberapa hari lagi. Insiden bersamaan
dengan munculnya eksantema adalah deteksi antibody campak yang beredar dalam
serum yang ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke dua timbulnya ruam.
Perbaikan gejala klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa pasien, dimulai
beberapa hari kemudian karena penyakit sekunder yang disebabkan oleh bakteri
yang bermigrasi melintasi barisan sel epitel traktus respiraturius. Terjadi
sinusitis, otitis media, bronkopneumonia sekunder akibat hilangnya pertahanan
normal setempat.
Sebanyak 10% pasien memperlihatkan pleositosis dalam cairan
serebrospinalis dan 50% memperlihatkan kelainan elektroensefalografi di puncak
serangan penyakit. Namun, hanya 0,1% yang memperlihatkan gejala dan tanda
ensefalomielitis. Beberapa hari setelah serangan akut, terlihat kelainan system
saraf pusat, saat serum antibody berlimpah dan virus menular tidak lagi dapat
dideteksi.hal ini diperkirakan ensefalitik autoimun. Pada pasien SSPE,
hilangnya virus campak dari system saraf pusat beberapa tahun kemudian setelah
infeksi campak primer menekankan perlunya penjelasan lebih lanjut tentang
interaksi virus dengan system saraf pusat, baik secara akut maupun kronis. SSPE
bisa disebut sebagai ensefalitis virus campak lambat.
Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah
mendapatkan imunisasi campak akan meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang
dikandungnya. Kekebalan ini akan bertahan selama satu tahun pertama setelah
anak dilahirkan. Oleh karena itu, jarang sekali kita jumpai bayi ( khususnya yang
berusia dibwah 5 bulan ) yang menderita campak. Seseorang yang pernah menderita
campak akan menjadi kebal seumur hidupnya.
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Campak memiliki masa tunas 10-20
hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga stadium, yaitu :
1.
Stadium
Kataral ( Prodromal ).
Biasanya stadium ini berlangsung
selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan
koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema,
timbul bercak koplik yang patognomonik bagi campak, tetapi sangat jarang
dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar jarum dan dikelilingi
oleh eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.
Jarang ditemukan dibibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat
macula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah
tepi ialah limfositosis dan leucopenia. Secara klinis, gambaran penyakit
menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis
perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah
kontak dengan penderita campak dalam waktu 2 minggu terakhir.
2.
Stadium
Erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah.
Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole.
Kadang-kadang terlihat pula beercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk
macula papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit
yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, dibagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat
perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota
bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya.
Terdapat pembersaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan dibawah leher
belakang. Pula terdapat sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan
muntah. Variasi dari campak yang biasa ini adalah “ black measles” yaitu campak
yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3.
Stadium
Konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas
yang berwarna lebih tua ( hiperpigmentasi ) yang lama kelamaan akan hilang
sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit
yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk campak.
Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang
tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal kecuali bila ada komplikasi.
F. Diagnosa
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut :
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut :
1.
Anamnesis
a. Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya
tinggi, mendadak), batuk, pilek harus dicurigai atau di diagnosis banding
morbili.
b. Mata merah, mukopurulen, menambah
kecurigaan.
c. Dapat disertai diare dan muntah.
d. Dapat disertai dengan gejala
perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis, petekie, ekimosis.
e. Anak resiko tinggi adalah bila
kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu sebelumnya) dan belum pernah
vaksinasi campak.
2.
Pemeriksaan
fisik
a. Pada stadium kataral manifestasi
yang tampak mungkin hanya demam (biasanya tinggi) dan tanda-tanda
nasofaringitis dan konjungtivitis.
b. Pada umumnya anak tampak lemah.
c. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas
(akhir stadium kataral).
d. Pada stadium erupsi timbul ruam
(rash) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya mulai dari belakang
telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian seluruh
tubuh.
G. Diagnosis Banding
1.
German
measles. Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran
kelenjar di daerah suboksipitalis, servikal bagian posterior, belakang teling.
2.
Eksantema
subitum. Ruam akan timbul bila suhu badan menjadi normal.
H. Pencegahan
1.
Cara
yang paling efektif untuk mencegah anak dari penyakit campak adalah dengan
memberikan imunisasi campak. Jika setelah mendapat imunisasi, anak terserang
campak, maka perjalanan penyakit akan jauh lebih ringan. Imunisasi campak untuk
bayi diberikan pada umur 9 bulan. Bisa pula imunisasi campuran, misalnya MMR
(measles-mump-rubella), biasanya diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua
diberikan pada usia 4-6 tahun. Disuntikkan pada otot paha atau lengan atas
- Selalu menjaga kebersihan
dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan.
Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter menunda pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan dengan anak lain atau orang lain yang sedang demam.
I. Komplikasi
1.
Otitis
media akut
2.
Pneumonia
/ bronkopneumoni
3.
Encefalitis
4.
Bronkiolitis
5.
Laringitis
obstruksi dan laringotrakkhetis
J. Penatalaksanaan
Terdapat
indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi.
Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan
humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih
baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.
Penatalaksanaan Teraupetik :
1.
Pemberian vitamin A
2.
Istirahat baring selama suhu meningkat,
pemberian antipiretik
3.
Pemberian antibiotik pada anak-anak
yang beresiko tinggi
4.
Pemberian obat batuk dan sedativum
K. Pemeriksaan Penunjang
1.
Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan
pemeriksaan serologi untuk memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat
dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody
fluoresensi tidak langsung.
2.
Patologi
anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai :
hyperplasia folikuler yang nyata, senterum germinativum yang besar, sel
Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak yang tersebar secara acak, sel ini
memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam sitoplasma, sel ini
merupakan tanda patognomonik sampak ). Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis,
neutrofil, neovaskularisasi.
3.
Darah
tepi
Jumlah leukosit normal atau
meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
4.
Pemeriksaan
antibody IgM anti campak.
5.
Pemeriksaan
untuk komplikasi
6.
Ensefalopati
/ ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar elektrolit
darah dan analisis gas darah ), enteritis ( feces lengkap), bronkopneumonia (
dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah ).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi
nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi yang
kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P
pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit,
diagnosa medis
b. Keluhan utama
Anak
masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang telinga, di
bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan
panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan palatum mole.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada
anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak
tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan
enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Anak
belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasien
campak.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah
anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f. Riwayat imunisasi
Imunisasi
apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III;
dan campak.
g. Riwayat nutrisi
Kebutuhan
kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun
900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 +
2n.
Status
Gizi, Klasifikasinya sebagai berikut :
·
Gizi
buruk kurang dari 60%
·
Gizi
kurang 60 % - <80 %
·
Gizi
baik 80 % - 110 %
·
Obesitas
lebih dari 120 %
h. Riwayat tumbuh kembang anak.
1) Tahap pertumbuhan
Pada
anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan
umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada
usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg.
Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan
untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12
tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah
yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan
TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik
cenderung bertambah tinggi.
2) Tahap perkembangan.
a)
Perkembangan
psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif
mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa
bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang
menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
b)
Perkembangan
psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun
).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek
( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih
dekat ke ayahnya ).
c)
Perkembangan
kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual
( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini
kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan
magical thinking.
d)
Perkembangan
moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial :
sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa
menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
e)
Perkembangan
spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan
belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
f)
Perkembangan
body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain
sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
g)
Perkembangan
sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana sudah bisa
mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa
mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak
protes.
h)
Perkembangan
bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5
tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek
yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat
menerima atau memberikan perintah sederhana.
i)
Tingkah
laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak
bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai
menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
j)
Bermain
jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan
yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu
melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
2.
Pemeriksaan
fisik ( had to toe )
a. Status kesehatan umum
Meliputi
keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital.
b. Kepala dan leher
· Inspeksi :
Kaji
bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah
eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut
dan bagian belakang bawah.
· Palpasi :
adakah
pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher
belakang,
c. Mulut
Inspeksi
:
Adakah
bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema di
palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.
d. Toraks
·
Inspeksi
:
Bentuk
dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung. Pada
penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.
·
Auskultasi
:
Ronchi
/ bunyi tambahan pernapasan.
e. Abdomen
·
Inspeksi
:
Bentuk
dari perut anak. Ruam pada kulit.
·
Auskultasi
Bising
usus.
·
Perkusi
Perkusi
abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau
pembengkakan.
f. Kulit
·
Inspeksi
:
Eritema
pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
·
Palpasi
:
Turgor
kulit menurun
B. DiagnosaKeperawatan
1.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan.
tertahan.
2. Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan penurunan imunitas
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukkan,
mencerna, dan mengabsorpsi makanan.
4. Nyeri akut berhubungan dengan
keterbatasan agen injury
C. Perencanaan
1.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan.
tertahan.
Tujuan : Setalah dilakukan
tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas efektif.
NOC : Respiratory status
: Ventilation
Kriteria
Hasil :
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan
suara, nafas yang bersih, tidak ada sianosis, dan. dyspnen.
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten
c. Mampu mencegah dan mengidentifikasi
faktor yang dapat menghambat jalan nafas.
Indikator
Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC
: Air way management
Intervensi
:
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alai jalan nafas buatan
c. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
d. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
e. Monitor status respirasi dan O2.
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alai jalan nafas buatan
c. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
d. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
e. Monitor status respirasi dan O2.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunitas
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan kerusakan integritas
kulit tidak terjadi.
NOC
: Tissue integrity : Skin and mucous membranes
Kriteria
Hasil :
a. Integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi.
b. Tidak ada luka, atau lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang.
e. Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami.
Indikator
Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC
: Pressure Management
Intervensi
:
a. Anjurkan pasien untak menggunakan pakaian yang longgar.
b. Hindari kerutan pada tempat tidur
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali
e. Monitor kulit adanya kemerahan
f. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
g. Monitor status nutrisi pasien
a. Anjurkan pasien untak menggunakan pakaian yang longgar.
b. Hindari kerutan pada tempat tidur
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali
e. Monitor kulit adanya kemerahan
f. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
g. Monitor status nutrisi pasien
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan.
Tujuan: Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nutrisi pasien
terpenuhi.
NOC : Nutritional
Status : Food and fluid intake
Kriteria
Hasil :
a. Adanya penigkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
a. Adanya penigkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Indikator
Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC
: Nutrition management
Intervensi
:
a.
Kaji
adanya alergi makanan
b.
Kolaborasikan
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
c.
Anjurkan
pasien untuk meningkatkan intake protein, Fe, dan vitamin C
d.
Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori
e.
Berikan
makanan yang terpilih.
4.
Nyeri
akut berhubungan dengan keterbatasan agen injury
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nyeri dapat
teratasi/hilang.
NOC :
Pain Level
Kriteria Hasil :
a.
Mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri) .
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen nyeri.
c. Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang.
Indikator
Skala
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC
: Management pain
Intervensi
:
a.
Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor predisposisi.
b.
Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c.
Ajarkan
teatang teknik nonfamakologi
d.
Kaji
tipe dan untuk menentukan intervensi
e.
Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri
f.
Tingkatkan
istirahat
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala
kemerahan berbentuk makulo popular selama tiga hari atau lebih disertai panas
badan 380c atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek dan
mata merah.
Keluhan yang umum muncul adalah kelerahan yang timbul pada
bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar keseluruh tubuh. Selain itu, timbul
gejala seperti flu disetai mata berair dan kemerahan ( konjungtivitis ).
Setalah 3-4 hari kemerahan mulai menghilang dan berubah menjadi kehitaman yang
akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh kulit akan tampak
seperti bersisik.
Pada anak sehat dan cukup gizi, campak biasanya tidak
menjadi masalah serius. Dengan istirahatyang cukup dan gizi yang baik, penyakit
campak ( pada kasus ringan ) dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Namun, bila anak dalam kondisi yang yang tidak sehat
dapat menyebebkan kematian pada anak.
Pengobatan pada anak dengan campak dapat dilakukan secara
simtomatik yaitu antipeiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap
komplikasi ayng timbul.
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan menberikan
imunisasi campak pada balita usia 9 bulan ke atas ( imunisasi aktif ).
B. Saran
1.
Perawat
a. Mengingat bahwa penyakit campak
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang angka mordibilitasnya masih tinggi,
maka penulis menyarankan untuk semua perawat jika menemukan kasus campak
secepatnya dirujuk ke rumah sakit ssehingga anak secepatnya mendapatkan
perawatan dan pengobatan yang lebih baik.
b. Untuk lebih mengetahui perkenbangan
anak, hendaknya perawat mengunakan asuhan keperawatan secara tepat.
2.
Keluarga
Penulis menyarankan keluarga untuk tanggap dan ikut serta
dalam perawatan anak serta memperhatikan status gizi anak jika anak terkena
penyakit campak tidak akan berdampak buruk bagi kondisi anak
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment