MAKALAH
DHF
(Dengue Hemoragic Fever)
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas :
Keperawatan Anak
Disusun Oleh:
1.
Arif
Alama
2.
Dimas
Janu Pratama
3.
Ike
Kusuma Rimbani
4.
Loly
Rizqiani
5.
Novi
Dewi Fatmaningsih
6.
Rizkiana
Amelia
7.
U’un
Prapmaneta
2 REGULER B
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“DHF (Dengue Hemoragic Fever)”
tepat pada waktunya. Dalam penulisan makalah ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan siapa saja yang membacanya.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
DHF
(Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai demam
berdarah.
Menurut
para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering
dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama
demam,nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti ;
bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah
atau BAB berdarah.
Demam
Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya
adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan
DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan
manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas
penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis.
Disetiap
negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia
Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang
menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai
adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi
agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor
geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam
manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah
berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada
banyak negara tropis dan sub tropis.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan demam berdarah?
2. Apakah
etiologi dari demam berdarah?
3. Bagaimana
manifestasi klinis dari demam berdarah?
4. Bagaimana
patofisiologi dari demam berdarah?
5. Bagaimana
cara pemeriksaan diagnosa dari demam berdarah?
6. Bagaimana
penatalaksanaan medis dari demam berdarah?
7. Bagaimana
cara pengkajian keperawatan dari demam berdarah?
8. Apa
diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan demam berdarah?
9. Bagaimana
bentuk perencanaan keperawatan dari demam berdarah?
C. Tujuan
Penulisan
Setelah
dilakukan pembelajaran tentang Asuhan Keperawatan Anak dengan Meningitis,
diharapkan mahasiswa mampu:
1.
Memahami tentang
pengertian dari demam berdarah
2.
Memahami tentang
etiologi dari demam berdarah
3.
Memahami tentang
manifestasi klinis dari demam berdarah
4.
Memahami tentang
patofisiologi/pathway dari demam berdarah
5.
Memahami tentang
pemerikaan diagnosa dari demam berdarah
6.
Memahami tentang
penatalaksanaan medis dari demam berdarah
7.
Memahami tentang
pengkajian keperawatan demam berdarah
8.
Memahami tentang
diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan demam berdarah
9.
Memahami tentang
perencanaan keperawatan demam berdarah
BAB II
KONSEP DASAR
A.
Pengertian
Demam
berdarah merupakan manifestasi klinis yang berat dari penyakit arbovirus.
(Soedarmo Sumarno, 2005).
Dengue
ialah infeksi arbovirus (arthropod-borne virus) akut ditularkan oleh nyamuk
spesies Aedes. (Hasan Rusepno, 2007).
Demam
Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.
(Hidayat A. Aziz Alimul, 2008).
B.
Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdarah
Dengue adalah virus Dengue. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat
ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang termasuk dalam grup B
arthropediborne viruses (arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
dan DEN-4.(Nursalam Susilaningrum, 2005).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue
dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes
yaitu:
1. Aedes Aegypti
a.
Paling sering ditemukan
b.
Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis,
terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan
air jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah.
c.
Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik,
berbintik bintik putih.
d.
Biasanya menggigit pada siang hari,
terutama pada pagi dan sore hari.
e.
Jarak terbang 100 meter
2. Aedes Albopictus
a.
Tempat habitatnya di tempat air bersih.
Biasanya di sekitar rumah atau pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng
bekas.
b.
Menggigit pada waktu siang hari
c.
Jarak terbang 50 meter.
(Rampengan T H, 2007)
C.
Klasifikasi
1. Derajat
I : Demam
disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif,
trombositopenia, dan hemokosentrasi.
2. Derajat
II : Derajat
I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain
3. Derajat
III : Kegagalan
sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah.
4. Derajat
IV : Renjatan
berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat diukur. Yang disertai dengan
Dengue Shock Sindrom. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
D.
Manifestasi klinis
1.
Demam tinggi selam 5-7 hari
2.
Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit
: petechie, ekimosis, hematoma.
3.
Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
4.
Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare,
konstipasi
5.
Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan uluh
hati
6.
Sakit kepala
7.
Pembengkakan sekitar mata
8.
Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah
bening
9.
Tanda dan renjatan (sianosis, kulit lembab
dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah). (Suriadi dan
Rita Yuliani, 2006).
E.
Patofisiologi
Virus
dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi,
dalam sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya
untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma
mealui endotel dinding itu.
Terjadinya
trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagalasi
(protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada
DHF.
Yang
menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
Nilai
hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik.
Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian.
F.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
1.
HB dan PCV meningkat ( > 20 % )
2.
Trombositopenia ( < 100.000/ml )
3.
Leukopenia ( mungkin normal atau
lekositosis )
4.
lg. D . dengue fositif
5.
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan :
hipoproteinemi, hipokloremia, dan hiponatremia.
6.
Urium dan PH darah mungkin meningkat.
7.
Asidosis metabolik : pCO2 <35-40
mmHg dan HCO3 rendah.
8.
SGOT/SGPT mungkin meningkat.
G.
Penatalaksanaan
1.
Tirah
baring
2.
Pemberian
makanan lunak
3.
Pemberian
cairan melalui infus
Pemberian cairan
intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra
vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4
mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
4.
Pemberian
obat-obatan: antibiotic, antipiretik,
5.
Anti
konvulsi jika terjadi kejang
6.
Monitor
tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
7.
Monitor
adanya tanda-tanda renjatan
8.
Monitor
tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9.
Periksa
HB,HT, dan Trombosit setiap hari.
H. Pathways
BAB III
FOKUS KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Identitas pasien
Nama, umur ( pada DHF paling sering menyerang anak-anak
dengan usia kurang dari 15 tahun ), jenis kelamin, alamat , pendidikan , nama
orang tua , pendidikan orang tua , dan pekerjaan orang tua.
2.
Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3.
Riwayat Penyakit Sekarang
Di dapatkan adanya keluhan panas mendadak yang di sertai
menggigil dan saat demam kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara
hari ke 3 dan ke 7 , dan anak semakin lemah. Kadang-kadang di sertai dengan
keluhan batuk, filek, nyeri telan, mual, muntah, anorexia, diare/konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakanbola mata
terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi ( grade III,
IV ), melena, atau hematemesis.
4.
Riwayat penyakit yang pernah di derita
Penyakit apa saja yang pernah di derita. Pada DHF, anak bisa
mengalami serangan ulang DHF dengan tipe virus yang lain.
5.
Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya komplikasi dapat di hindarkan.
6.
Riwayat Gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. semua
anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat
faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7.
Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih seperti air yang menggenang dan gantungan baju di
kamar.
8.
Pola kebiasaan
a.
Nutrisi dan metabolisme frekuensi, jenis,
pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
b.
Eliminasi alvi ( buang air besar ).
Kadang-kadang anak mengalami diare / konstipasi. sementara DHF pada grade
III-IV bisa terjadi melena.
c.
Eliminasi urine ( buang air kecil ) perlu
di kaji apakah sering kencing, sedikit / banyak, sakit / tidak. pada DHF garade
IV sering terjadi hematuria.
d.
Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami
kurang tidur karena mengalami sakit / nyeri otot dan persendian sehingga
kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
e.
Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga
kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membesihkan
tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
f.
Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga
yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
g.
Pemeriksaan fisik. Meliputi inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut.
1)
Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaaan
umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.
2)
Grade II : Kesadaran kompos mentis ,
keadaaan uum lemah, ada perdarahan spontan ptekia, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
3)
Grade III : kesadaran apatis, somenolen,
keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4)
Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda
vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernafasan tidak teratur,
ekstremitas dingin , berkeringat, dan kulit tampak biru.
h.
Sistem Integumen
1)
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit
menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab.
2)
Kuku sianosis / tidak
3)
Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam ( flusy ), mata anemis, hidung kadang mengalamiperdarahan (
epistaksis ) pada grade II,III,IV, pada mulut di dapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami
hypertemia pharing dan terjadi perdarahan telinga ( pada grade II,III,IV ).
4)
Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. pada fhoto
thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi
pleura ), Rales +, rhonkhi + yang biasanya terdapat grade III dan IV.
5)
Abdomen, mengalami nyeri tekan, pembesaran
hati ( hepatomegali ), dan asietas.
6)
Ekstremitas, akral dingin, serta terjadi
nyeri otot , sendi, serta tulang.
B.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Peningkatan
suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi virus.
2.
Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan,
muntah dan demam.
3.
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.
4.
Perubahan
perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
5.
Gangguan
rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan keletihan, malaise sekunder akibat DHF.
6.
Kecemasan
ringan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang
dialami pasien.
C.
Perencanaan
1.
Diagnosa I
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses
infeksi virus.
Tujuan : Anak menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal.
Kriteria
hasil :
a.
Suhu
tubuh 36-37 0C
b.
Pasien
bebas dari demam.
Rencana
tindakan :
a.
Monitor
temperatur tubuh
Rasional :
Perubahan temperatur dapat terjadi pada proses infeksi akut.
b.
Observasi
tanda-tanda vital (suhu, tensi, nadi, pernafasan tiap 3 jam atau lebih sering).
Rasional : Tanda
vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
c.
Anjurkan
pasien untuk minum banyak 1 ½ -2 liter dalam 24 jam.
Rasional :
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan yang banyak.
d.
Berikan
kompres dingin
Rasional :
Menurunkan panas lewat konduksi.
e.
Berikan
antipiretik sesuai program tim medis
Rasional :
Menurunkan panas pada pusat hipotalamus.
2.
Diagnosa II
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah, dan demam.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan
cairan.
Kriteria
hasil :
a.
TTV
(nadi, tensi) dalam batas normal
b.
Turgor
kulit kembali dalam 1 detik
c.
Ubun-ubun
datar
d.
Produksi
urine 1 cc/ kg/ BB/ jam
e.
Tidak
terjadi syok hipovolemik
Rencana
tindakan :
a.
Kaji
keadaan umum pasien
Rasional :
Menetapkan data dasar untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan
normalnya.
b.
Observasi
tanda-tanda syok (nadi lemah dan cepat, tensi menurun akral dingin, kesadaran
menurun, gelisah)
Rasional :
Mengetahui tanda syok sedini mungkin sehingga dapat segera dilakukan tindakan.
c.
Monitor
tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit turun, ubun-ubun cekung produksi urin
turun).
Rasional :
Mengetahui derajat dehidrasi (turgor kulit turun, ubun-ubun cekung produksi
urin turun).
d.
Berikan
hidrasi peroral secara adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Rasional : Asupan
cairan sangat diperhatikan untuk menambah volume cairan tubuh.
e.
Kolaborasi
pemberian cairan intravena RL, glukosa 5% dalam half strenght NaCl 0,9%,
Dextran L 40.
Rasional :
Pemberian cairan ini sangat penting bagi pasien yang mengalami defisit volume
cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan ini langsung masuk ke
pembuluh darah.
3.
Diagnosa III
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah dan anoreksia.
Tujuan : pemenuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria
hasil :
a.
Adanya
minat/ selera makan
b.
Porsi
makansesuai kebutuhan
c.
BB
dipertahankan sesuai usia
d.
BB
meningkat sesuai usia
Rencana
tindakan :
a.
Monitor
intake makanan
Rasional :
Memonitor intake kalori dan insufisiensi kualitas konsumsi makanan.
b.
Memberikan
perawatan mulut sebelum dan sesudah makan.
Rasional :
Mengurangi rasa tidak nyaman dan meningkatkan selera makan.
c.
Sajikan
makanan yang menarik, merangsang selera dan dalam suasana
yang menyenangkan.
Rasional :
Meningkatkan selera makan sehingga meningkatkan intake makanan.
d.
Berikan
makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Makan
dalam porsi besar/ banyak lebih sulit dikonsumsi saat pasien anoreksia.
e.
Timbang
BB setiap hari.
Rasional :
Memonitor kurangnya BB dan efektifitas intervensi nutrisi yang diberikan.
f.
Konsul
ke ahli gizi.
Rasional :
Memberikan bantuan untuk menetapkan diet dan merencanakan pertemuan secara
individual bila diperlukan.
4.
Diagnosa IV
Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
perdarahan.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan perifer yang
adekuat.
Kriteria
hasil :
a.
Suhu
ekstrimitas hangat, tidak lembab, warna merah muda
b.
Ekstrimitas
tidak nyeri, tidak ada pembengkakan
c.
CRT
kembali dalam 1 detik
Rencana
tindakan :
a.
Kaji
dan catat tanda-tanda vital (kualitas dan frekuensi nadi, tensi, capilary
reffil).
Rasional : Tanda
vital merupakan acuan untuk mengetahui penurunan perfusi ke jaringan.
b.
Kaji
dan catat sirkulasi pada ekstrimitas (suhu kelembaban, dan warna).
Rasional : Suhu
dingin, warna pucat pada ekstrimitas menunjukkan sirkulasi darah kurang
adekuat.
c.
Nilai
kemungkinan kematian jaringan pada ekstrimitas seperti dingin, nyeri,
pembengkakan, kaki.
Rasional :
Mengetahui tanda kematian jaringan ekstrimitas lebih awal dapat berguna untuk
mencegah kematian jaringan.
5.
Diagnosa V
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan keletihan
malaise sekunder akibat DHF.
Tujuan : Rasa nyaman pasien terpenuhi dengan kriteria nyeri
berkurang atau hilang.
Rencana
tindakan :
a.
Kaji
tingkat nyeri yang dialami pasien dengan memberi rentang nyeri (0-10).
Rasional :
Mengetahui nyeri yang dialami pasien sehingga perawat dapat menentukan cara
mengatasinya.
b.
Kaji
faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri.
Rasional : Dengan
mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat melakukan intervensi yang
sesuai dengan masalah klien.
c.
Berikan
posisi yang nyaman dan ciptakan suasana ruangan yang tenang.
Rasional : Posisi
yang nyaman dan situasi yang tenang dapat membuat perasaan yang nyaman pada
pasien.
d.
Berikan
suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri
dengan mainan, membaca buku cerita.
Rasional
: Dengan melakukan aktifitas lain pasien dapat sedikit mengalihkan
perhatiannya terhadap nyeri.
e.
Kolaborasi
pemberian obat-obatan analgesik.
Rasional : Obat
analgesik dapat menekankan rasa nyeri.
6.
Diagnosa VI
Kecemasan ringan berhubungan dengan kondisi pasien yang
memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.
Tujuan : kecemasan berkurang
Kriteria
hasil :
a.
Klien
tampak lebih tenang
b.
Klien
mau berkomunikasi dengan perawat
Rencana
tindakan :
a.
Kaji
rasa cemas yang dialam oleh pasien.
Rasional :
Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
b.
Beri
kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional :
Membantu menenangkan perasaan pasien.
c.
Gunakan
komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar
segala sesuatu yang disampaikan pada pasien memberikan hasil yang efektif.
d.
Jaga
hubungan saling percaya dari pasien dan keluarga.
Rasional :
Menjalin hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien/ keluarga.
e.
Jawab
pertanyaan daripasien/ keluarga dengan jujur dan benar.
Rasional : Jawaban
jujur dan benar akan menumbuhkan kepercayaan pasien pada perawat.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Banyak
cara untuk menurunkan insiden terjadinya DHF. Karena vektor dari DHF adalah
nyamuk Aedes a, maka ada beberapa hal yang sebaiknya dilaksanakan untuk
memutuskan rantai penyakit:
1. Tanpa insektisida:
a.
Menguras
bak mandi,tempayan,drum,dll minimal seminggu sekali
b.
Menutup
penampungan air rapat- rapat
c.
Membersihkan
pekarangan dari kaleng bekas,botol bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang.
2. Dengan insektisida:
a.
malathion
untuk membunuh nyamuk dewasa: biasanya dengan fogging/pengasapan.
b.
abate
untuk membunuh jentik nyamuk denan cara ditabur pada bejana- bejana tempat
penampungan air bersih dengan dosis 1 gram Abate SG 1% per 10 liter air.
B.
Saran
Penulis
berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada anak/bayi dengan DHF ini
dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik
keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan
proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, Yuliana R,
2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi I, Penerbit PT. Fajar
Interpratama : Jakarta.
Nelson,
2000, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Ngastiyah,
1997, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
http://www.riyawan.com
/ http://www.smkmuh5babat.info /
http://www.babat.web.id
Ma'af ea, tolong di teliti lagi cara penuliasannya.
ReplyDeleteBnyak yang salah-salah kata.
Terimakasih :)