KEPERAWATAN
ANAK I
ASUHAN
KEPERAWATAN CEREBRAL PALSY
Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai tugas semester empat mata
kuliah Keperawatan Anak I
Disusun Oleh :
1.
Fina
Wijayanti P17420313059
2.
Muhammad
Saifullah P17420313072
3.
Susiyanti P17420313086
POLTEKKES
KEMENKES SEMARANG
PRODI
D III KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN
2014/2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.
Wr. Wb.
Segala
puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayahNya, sehingga makalah Keperawatan Anak I yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Cerebral Palsy” ini telah selesai tepat pada waktunya. Guna
untuk memenuhi nilai tugas Keperawatan Anak semester 4.
Terimaksih
kami ucapkan kepada Hj.Rr.Sri Sedjati,SST, yang mana telah membantu kami dalam
menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Dan juga pihak – pihak lain yang telah
membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami
sadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita dalam mengembangkan profesionalisme keperawatan di
Indonesia. Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum.
Wr. Wb.
Pekalongan, 18 Januari
2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Cerebral palsy
adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam
perkembangan anak, di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak
progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai
pertumbuhannya.Walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif,
tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi
serebral.
Yang pertama
kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little(1843), yang
menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibatprematuritas atau
afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kalimem- perkenalkan
istilah cerebral palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnyadengan istilah
Infantile Cerebral Paralysis.
Walaupun sulit,
etiologi cerebral palsy perlu diketahui untuk tindakan pencegahan. Fisioterapi
dini memberi hasil baik, namun adanya gangguan perkembangan mental dapat
menghalangi tercapainya tujuan pengobatan. Winthrop Phelps menekankan
pentingnya pendekatan multi disiplin dalam penanganan penderita cerebral palsy,
seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah tulang, bedahsaraf, psikologi,
ahli wicara, fisioterapi, pekerja sosial, guru sekolah Iuar biasa. Disamping
itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Cerebral palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang
kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan)
serta merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah
selama hidup dan menunjukan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai
kelainan neurologist berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan
cerebelum juga kelainan mental.
Cerebral palsy ialah suatu gangguan atau kelainan yang
terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel
motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif
akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai
pertumbuhannya.
Cerebral palsy adalah sekelompok gangguan perkembangan gerakan dan
postur yang menyebabkan keterbatasan aktivitas yang terjadi non progresif, yang
terjadi pada perkembangan otak janin atau bayi. Gangguan Motor cerebral palsy
sering disertai dengan gangguan sensasi, komunikasi kognisi, persepsi, dan/atau
perilaku dan/ataugangguan kejang.
2. Klasifikasi
Cerebral palsy
diklasifikasikan menurut tonus otot saat istirahat dan anggota tubuh yang
terlibat (disebut dominasi topografi). Cerebral palsy spastik,karena lesi
korteks/traktus piramidal, adalah jenis yang paling umum dan menyumbang sekitar
80% kasus; jenis cerebral palsy ini ditandai dengan kekejangan (kecepatan
tergantung pada peningkatan tonus otot), hyperreflexia, clonus, danpeningkatan
refleks Babinski.
Cerebral palsy
ekstrapiramidal atau dyskinetic terdiri dari 10-15% gangguan inidan ditandai lebih
menurut gerakan tak terkendali abnormal. Cerebral palsy ataxicterdapat kurang
dari 5% dari cerebral palsy.
Banyak pasien memiliki
karakteristik cerebral palsy spastik dan ekstrapiramidal. Jenis-jenis khas dari
cerebral palsy adalah sebagai berikut:
1.
Spastic hemiplegia (20-30%) - Cerebral palsy
terutama mempengaruhi 1 sisi tubuh, termasuk lengan dan kaki, dengan
keterlibatan kelenturan ekstremitasatas lebih dari kelenturan ekstremitas
bawah. Jika kedua lengan lebih terlibat dar i pada kaki, kondisi tersebut dapat diklasifikasikan
sebagai hemiplegiaganda.
2.
Spastic diplegia (30-40%) - Cerebral palsy
mempengaruhi ekstremitas bawah bilateral lebih dari ekstremitas atas, dalam
beberapa kasus, ekstremitas bawah yang hanya terlibat.
3.
Spastic quadriplegia (10-15%) - Cerebral
palsy mempengaruhi semua 4 ekstremitas dan tubuh penuh.
4.
Cerebral palsy dyskinetic (athetoid,
choreoathetoid, dan dystonic) - Cerebralpalsy dengan tanda-tanda
ekstrapiramidal ditandai dengan gerakan abnormal hipertonisitas sering terkait.
5. Cerebral palsy Campuran - Cerebral palsy tanpa didominasi kualitas
tunggal tonus tertentu tonal, biasanya ditandai dengan campuran komponen kejang
dan dyskinetic.
6.
Cerebral palsy hipotonik - Cerebral palsy
dengan hipotonia trunkal dan ekstremitas dengan hyperreflexia dan refleks
primitif persisten; dianggap langka.
7.
Monoplegia - Langka; keterlibatan dicatat
dalam 1 anggota tubuh, baik lengan atau kaki. Jika pasien memiliki monoplegia,
upaya harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain dari cerebral palsy.
Sistem klasifikasi
fungsional umumnya membagi pasien menjadi jenis ringan,sedang, dan berat (tergantung
pada keterbatasan fungsional).
Berdasarkan
derajat kemampuan fungsional:
a.
Golongan Ringan
Penderita masih
dapat melakukan pekerjaan aktivitas sehari-hari, sehingga sama sekali/hanya
sedikit membutuhkan bantuan.
b.
Golongan Sedang
Aktivitas
sangat terbatas sekali. Penderita membutuhkan bermacam-macam bantuan atau
pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, bergerak atau berbicara
sehingga dapat bergaul dengan masyarakat yang baik.
c.
Golongan Berat
Penderita sama
sekali tidak dapat melakukan aktivitas fisik dan tidak mungkin dapat hidup
tanpa pertolongan orang lain. Pendidikan atau latihan khusus sangat sedikit
hasilnya. Sebaiknya penderita seperti ini ditampung pada tempat perawatan
khusus. Lebih-lebih apabila disertai dengan retardasi mental atau yang
diperkirakan akan menimbulkan gangguan sosial emosional baik bagi keluarga
maupun lingkungannya.
3. Eiologi
Cerebral palsy
dapat disebabkan faktor genetik ataupun faktor lainnya. Apabila diketemukan
lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini, maka kemungkinan disebabkan
oleh faktor genetik. Penyebab cerebral palsy dapat dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu pranatal, perinatal, dan pascanatal.
a)
Pranatal
Infeksi terjadi
dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin, misalnya oleh lues,
toksoplasmosis, rubela, dan penyakit infeksi sitomegalik. Kelainan yang
menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental. Anoksia dalam
kandungan, terkena radiasi sinar X dan keracunan kehamilan dapat menimbulkan
cerebral palsy.
b)
Perinatal
1.
Anoksia atau hipoksia
Penyebab
terbanyak ditemukan pada masa perinatal ialah cidera otak. Keadaan inilah yang
menyebabkan terjadinya anoksia. Hal demikian terdapat pada keadaan presentasi
bayi abnormal, disproporsi sefalopelvik, partus lama, plesenta previa, infeksi
plasenta, partus menggunakan bantuan alat tertentu dan lahir dengan secsio
sesar.
2.
Perdarahan otak
Perdarahan dan
anoksia dapat terjadi bersama-sama sehingga sukar membedakannya, misalnya
perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernapasan dan
peredaran darah sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat terjadi diruang
subaraknoid dan menyebabkan penyumbatan CSS sehingga mengakibatkan
hidrosefalus. Perdarahan diruang subdural dapat menekan korteks serebri
sehingga timbul kelumpuhan spastis.
3.
Prematuritas
Bayi kurang
bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak lebih banyak dibandingkan
dengan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, faktor pembekuan darah
dan lain-lain masih belum sempurna.
4.
Ikterus
Ikterus pada
masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang kekal akibat
masuknya bilirubin keganglia basal,misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan
darah.
5.
Meningitis purulenta
Meningitis
purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan
mengakibatkan gejala sisa berupa palsy cerebral.
c)
Pascanatal
Setiap
kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat menyebabkan
cerebral palsy misalnya pada trauma kapitis, meningitis, encefalitis, dan luka
parut pada otak pasca operasi.
4. Patofisiologi
Adanya malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi, hilangnya neuron dan
degenarasi laminar akan menimbulkan narrowergyiri, suluran sulci dan berat otak
rendah. Serebral palsi digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan postur
tubuh yang disebabkan oleh cacat non progressive atau luka otak pada saat
anak-anak. Suatu presentasi serebral palsi dapat diakibatkan oleh suatu dasar
kelainan (structural otak : awal sebelum dilahirkan, perinatal, atau
luka-luka/kerugian setelah kelahiran dalam kaitan dengan ketidakcukupan
vaskuler, toksin atau infeksi).
6. Manifestasi Klinis
a) Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan
reflek Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak
hilang meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama
derajatnya pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sifat yang khas dengan
kecenderungan terjadi kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada
sendi siku dan pergelangan tangan dalam pronasi serta jari-jari dalam fleksi
sehingga posisi ibu jari melintang di telapak tangan.
Golongan spastitis ini meliputi penderita cerebral palsy. Bentuk kelumpuhan
spastitis tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan, yaitu:
1. Monoplegia/Monoparesis
Kelumpuhan ke empat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak
lebih hebat dari yang lainnya.
2. Hemiplegia/Diparesis
Kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama.
3. Diplegia/Diparesis
Kelumpuhan ke empat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebat dari pada lengan.
4. Tetraplegia/Tetraparesis
Kelumpuhan ke empat anggota gerak, tetapi lengan lebih atau sama
hebatnya dibandingkan dengan tungkai.
b) Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini, pada usia bulan pertama tampak fleksid (lemas) dan
berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada lower
motor neuron. Menjelang umur 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari
rendah hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak fleksid dan sikapnya
seperti kodok terlentang, tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa otot
tonusnya berubah menjadi spastis, Refleks otot yang normal dan refleks babinski
negatif, tetapi yang khas ialah reflek neonatal dan tonic neck reflex menetap.
Kerusakan biasanya terletak di batang otak dan disebabkan oleh afiksia
perinatal atau ikterus.
c) Koreo-atetosis
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi
dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan pertama tampak flaksid,
tetapi sesudah itu barulah
muncul kelainan tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak adanya perubahan
tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia, kerusakan
terletak di ganglia basal disebabkan oleh asfiksia berat atau
ikterus kern pada masa neonatus.
d) Ataksia
Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya
flaksid dan menunjukan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan
keseimbangan tampak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan
semua pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan terletak di serebelum.
e) Gangguan pendengaran
Terdapat 5-10% anak dengan serebral palsi. s Terdapat pada golongan
koreo-atetosis.
f) Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retradasi mental.Gerakan yang
terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot
tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
g) Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi pada keadaan asfiksia
yang berat dapat terjadi katarak.
h) Paralisis
Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia.
Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.
i)
Gerakan involunter
Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat
bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.
j)
Kejang
Dapat bersifat umum atau fokal.
k) Gangguan perkembangan mental
Retardasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral
palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral
palsy yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh
anoksia serebri yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang
menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak
mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota gerak yang dapat
digerakkan secara volunter. Dengan dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh
anggota gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif.
7. Komplikasi
a)
Ataksi
b)
Katarak
c)
Hidrosepalus
d)
Retardasi Mental
IQ di bwh 50,
berat/beban dari otak motoriknya IQ rendah nya, dengan suatu ketegangan
[menyangkut] IQ yang yang lebih rendah.
e)
Strain/ ketegangan
Lebih sering
pada qudriplegia dan hemiplegia
f)
Pinggul Keseleo/ Kerusakan
Sering terjadi
pada quadriplegia dan paraplegia berat.
g)
Kehilangan sensibilitas
Anak-anak
dengan hemiplegia akan kehilangan sensibilitas.
h)
Hilang pendengaran
Atrtosis sering
terjadi terpasang, tetapi bukan pada anak spaskis.
i)
Gangguan visual
Bermata juling,
terutama pada anak-anak prematur dan quadriplegia.
j)
Kesukaran btuk bicara
Penyebab:
disartria, Retardasi mental, hilang pendengaran, atasi kortikal, gangguan emosional
dan mungkin sebab gejala lateralisasi pada anak hemiplagia.
k)
Lateralisasi
Dominan pada
anak [sebelum/di depan] [yang] normal nya dan yang di / terpengaruh oleh gejala
hemiplegia, kemudian akan ada berbagai kesulitan untuk pindah;gerakkan pusat
bicara
l)
Inkontinensia
RM, dan
terutama oleh karena berbagai kesulitan pada pelatihan kamar kecil.
m)
Penyimpangan Perilaku
Tidak suka
bergaul, dengan mudah dipengaruhi dan mengacaukan ketidaksuburan/kemandulan.
8. Penatalaksanaan
a.
Medik
Pengobatan
kausal tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini perlu kerja sama yang baik
dan merupakan suatu tim dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter
THT, ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi, occupatiional therapist, pekerja
sosial, guru sekolah luar biasa dan orang tua pasien.
b.
Fisioterapi
Tindakan ini
harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu program latihan
dirumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi pasien pada waktu
istirahat atau tidur. Bagi pasien yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal
dipusat latihan. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang pasien hidup.
c.
Tindakan bedah
Bila terdapat
hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan pembedahan
otot, tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan
stereotatik dianjurkan pada pasien dengan pergerakan koreotetosis yang
berlebihan.
d.
Obat-obatan
Pasien sebral
palsi (CP) yang dengan gejala motorik ringan adalah baik, makin banyak gejala
penyertanya dan makin berat gejala motoriknya makin buruk prognosisnya. Bila di
negara maju ada tersedia institute cerebral palsy untuk merawat atau untuk
menempung pasien ini.
e.
Tindakan keperawatan
Mengobservasi
dengan cermat bayi-nayi baru lahir yang beresiko ( baca status bayi secara
cermat mengenai riwayat kehamilan/kelahirannya . jika dijumpai adanya kejang
atau sikap bayi yang tidak biasa pada neonatus segera memberitahukan dokter
agar dapat dilakukan penanganan semestinya.
Jika telah
diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi gangguan pada otak walaupun selama
di ruang perawatan tidak terjadi kelainan agar dipesankan kepad orangtua/ibunya
jika melihat sikap bayi tidak normal supaya segera dibawa konsultasi ke dokter.
f.
Occupational therapy
Ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan untuk menolong diri sendiri, memperbaiki kemampuan
motorik halus, penderita dilatih supaya bisa mengenakan pakaian, makan, minum
dan keterampilan lainnya.
g.
Speech therapy
Diberikan pada
anak dengan gangguan wicara bahasa, yang ditangani seorang ahli.
9. Pemeriksaan Penunjang
a)
Pemeriksaan mata dan pendengaran segera
dilakukan setelah diagnosis sebral palsi di tegakkan.
b)
Fungsi lumbal harus dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada serebral
palsi. CSS normal.
c)
Pemeriksaan EKG dilakukan pada pasien kejang
atau pada golongan hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak.
d)
Foto rontgen kepala.
e)
Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk
tingkat pendidikan yang dibutuhkan.
f)
Pemeriksaan metobolik untuk menyingkirkan
penyebablain dari reterdasi mental.
BAB III
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Identifikasi anak yang mempunyai resiko.
b.
Jenis kelamin,laki-laki lebih banyak dari pada
wanita.
c.
Kesukaran dalam makan,keterlambatan
perkembangan,perkembangan. pergerakan kurang,postur tubuh yang
abnormal,ataxsia,kurangnya tonus otot.
d.
Monitor respon untuk bermain.
e.
Perkembangan fungsi inelektual.
Pemeriksaan fisik
a.
Muskuloskeletal:spastisitas,atakxia.
b.
Neurosensorik:gangguan menangkap suara,gangguan
berbicara,anak berliur,bibir dan lidah erjadi pergerakan dengan
sendirinya,strabismus konvergen,dan kelainan refraksi.
c.
Eliminasi:Konstipasi
d.
Nutrisi:intake yang kurang
Pemeriksaan laboraorium dan penunjang
a.
Pemeriksaan pendengaran
b.
Pemeriksaan penglihatan
c.
Pemeriksaan serum anti body terhadap rebula,herper,
toksoplasmosis
d.
MRI kepala,CT Scan menunjukkan adanya kelainan
bawaan,dapat membanut melokalisasi lesi,melihat ukuran atau letak vertikal.
e.
EEG,mungkin terlihat gelombang lambat secara
fokal atau umum(ensepalitis) atau volsetasenya meningkat(abses).
f.
Analisa kromosom
g.
Biopsi otot
h.
Penilaian psikologik
2.
Diagnosa Keperawatan
1)
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan edem serebral.
2)
Keidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan.
3)
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
keterbatasan kognitif perawatan.
4)
Resiko cidera berhubungan dengan gangguan
fungsi motorik.
5)
Resiko tinggi trauma berhubungan dengan
kelemahan.
3.
Rencana Asuhan Keperawatan
1)
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan edem serebral.
Data subjekt:-
Data objektif:Gangguan status mental,perubahan
perilaku,perubahan respon motorik,perubahan reaksi pupil,kesulitan
menelan,kelemahan atau paralis ekstremitas,abnormalitas bicara.
NOC:
Status sirkulasi,status neurologi,perfusi
jaringan serebral
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama....ketidak efektifan jaringan serebral teratasi dengan kriteria hasil:
-
Tekanan sistol dan diastole dalam rentang yang
diharapkan
-
Tidak ada ortostatikhipertensi
-
Komunikasi jelas
-
Menunjukkan komunikasi dan orientasi
-
Pupil seimbang dan reaktif,bebas dari aktifitas
kejang
NIC:
-
Monitor TTV
-
Monitor AGD,ukuran pupil,ketajaman,kesimetrian
dan reaksi.
-
Monitor adanya diplopia,pandangan kabur,nyeri
kepala.
-
Monitor tonus otot pergerakan.
-
Monitor tekanan intrakranial dan respon
nerologis.
-
Monitor status cairan.
-
Tinggikan kepala 0-450 tergantung
pada kondisi pasien dan keadaan medis lain.
2)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan.
Data subjektif:Nyeri abdomen,muntah,kejang
perut.
Data objektif:Diare,rontok rambut yang
berlebihan,kurang nafsu makan,bising usus berlebihan,konjungtifa pucat,denyut
nadi lemah.
NOC:
Status nutrisi:nutrisi makan dan cairan
adekuat.
Kontrol berat tubuh
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama...nutrisi kurang teratasi dengan kriteria hasil:
-
Albumin serum
-
Pre albumin serum
-
Hematokrit
-
Hemoglobin
-
Jumlah limfosit
NIC:
-
Kaji adanya alergi makanan
-
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan.
-
Diet tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
-
Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
-
Monitor turgor kulit
-
Monitor intake nutrisi
-
Atur posisi semi fowler atau ditinggikan selama
makan
-
Anjurkan banyak minum
-
Informasikan pada keluarga klien tentang
manfaat nutrisi.
-
Monitor mual dan muntah
-
Monitor kekeringan,pucat,kemerahan
-
Catat adanya edema,hiperemik,hipertonik
3)
Resiko cidera berhubungan dengan gangguan
fungsi motorik.
Data subjektif:-
Data objektif:-
NOC:
Risk control
Immune status
Safety behavior
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama...klien tidak mengalami injury dengan kriteria hasil:
-
Klien terbebas dari cidera
-
Keluarga klien mampu menjelaskan cara/metode
untuk mencegah injury
-
Keluarga klien mampu menjelaskan faktor resiko dari
lingkungan aau perilaku personal
-
Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah
injury
-
Mengguanakan fasilitas kesehatan yang ada
-
Mampu mengenali perubahan status kesehatan
NIC
-
Sediakan lingkungan yang aman untuk klien
-
Identifikasi kebutuhan keamanan klien,sesuai
dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif klien dan riwayat penyakit dahulu.
-
Menghindari lingkungan yang berbahaya
-
Memasang pengaman(slide rail) pada tempat tidur
-
Memberikan penerangan yang cukup
-
Menganjurkan keluarga untuk menemani kline
-
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
-
Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
DAFTAR PUSTAKA
·
NANDA Internasional diagnosa keperawatan
definisi dan klasifikasi
·
2012-2014
ko engga bisa di copy ka gimana ath ini teh...
ReplyDeleteterimakasih infonya ka sebelumnya
huuu blog jelek gak bisa d copy ahh
ReplyDelete