KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.
Wr. Wb.
Alhamdulillah
hirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-NYA mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas Keperawatan
Jiwa tentang “Penyebab
Gangguan Jiwa”, yang penyusun sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah
ini memuat tentang “Penyebab
Gangguan Jiwa” yang sangat berbahaya bagi kesehatan jiwa seseorang. Walaupun
makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup
jelas bagi pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum.
Wr. Wb.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penderita
gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk
dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa, dengan 4 jenis penyakit
langsung yang ditimbulkannya yaitu depresi, penggunaan alkohol, gangguan
bipolar, dan skizoprenia.
Sementara WHO mengatakan gangguan jiwa di seluruh dunia telah menjadi masalah
serius. Pada 2001 terdapat 450 juta orang dewasa yang mengalami gangguan jiwa.
Pasien dengan ganguan jiwa dapat melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya
ataupun orang lain disekitarnya, hal tersebut dikelompokkan dalam kegawat daruratan
psikiatrik, dimana gaduh gelisah merupakan salah satu bagiannya.
Solomon
(1971) menganggap bahwa pasien serupa ini harus segera ditolong, karena
tindakan yang tepat ini akan sangat bermanfaat tidak saja bagi pasien karena ia
menjadi lebih tenang, tapi juga akan memberikan suasana yang lebih baik bagi
keluarga atau teman terdekatnya.
Keadaan
gaduh gelisah bukanlah merupakan diagnosis tersendiri dalam psikiatri, dan
keadaan ini dapat diakibatkan oleh bermacam-macam penyebab dan harus ditentukan
tiap kali pada setiap pasien. Biasanya gaduh gelisah ini merupakan manifestasi
dari Psikosa (baik psikosa yang disebabkan oleh gangguan otak organik, maupun
psikosa fungsional seperti skizofrenia, psikosa afektif, psikosa paranoid
maupun psikosa reaktif), tapi tidak jarang gangguan psikiatrik lain pun
mempunyai gambaran yang serupa.
Gangguan
psikiatrik lainnya yang dapat mengakibatkan gangguan ini antara lain panik yang
akut, psikopat berat, gejala lepas obat pada para pecandu, gangguan situasional
sementara, keadaan yang terikat pada kebudayaan setempat seperti AMOK. Demikian
pula, retardasi
mental tertentu, tidak jarang disertai dengan gangguan/kelainan jenis ini,
walaupun hal ini umumnya dipresipitir oleh suatu keadaan yang mengakibatkan
dekompensasi mentalnya.
B. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah pada
makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Apa
saja penyebab gangguan jiwa?
2.
Apa saja sumber penyebab gangguan jiwa?
3.
Apa saja
factor-faktor yang mempengaruhi psiko sosial?
C. Tujuan
Penelitian
Tujuan dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui apa saja penyebab gangguan jiwa.
2.
Mengetahui apa saja sumber penyebab gangguan jiwa.
3.
Mengetahui apa
saja factor-faktor yang mempengaruhi psiko sosial.
D. Manfaat
Penelitian
Makalah ini diharapkan
memiliki manfaat, yaitu:
1. Bagi
Tenaga Kesehatan, dijadikan kajian awal tentang klasifikasi gangguan jiwa.
2.
Bagi Pembaca, dapat
memberi informasi dan wawasan tentang gangguan jiwa dan klasifikasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
PENYEBAB GANGGUAN JIWA
Manusia
bereaksi secara keseluruhan, secara holistic, atau dapat dikatakan juga, secara
somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur
ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah
gejala-gejala yang patologik dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa
unsur yang lain tidak terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah
manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya.
Hal-hal
yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur
dan seks, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat,
kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan
kematian orang yang dicintai, agresi, rasa bermusuhan, hubungan antar manusia,
dan sebagainya.
Kita
akan melihat secara sepintas lalu angka kejadian (“insidence rate”) dan angka
kesakitan (“morbidity rate”) berbagai gangguan jiwa. Kemudian baru kita akan
membicarakan secara umum macam-macam penyebab gangguan jiwa.
1.
Angka
Kejadian (Insidensi) Dan Kesakiatan (
Morbiditas)
Dalam
masyarakat umum skizofernia terdapat 0,2 – 0,8% dan retardasi mental 1 - 3% . WHO melaporkan bahwa 5 - 15% dari anak- anak antara 3 – 15 tahun
mengalami gangguan jiwa yang persistent dan menggangu hubungan sosial. Bila
kira-kira 40%
penduduk negara kita ialah anak - anak
dibawah 15 tahun ( di negara yang sudah berkembang kira-kira 25%) ,dapat digambarkan besarnya masalah (
ambil saja 5% dari 40% dari katakan saja 120 juta penduduk, maka di negara kita
terdapt kira-kira 2.400.000 orang anak mengalami gangguan jiwa ).
Tidak
sedikit orang menderita gangguan jiwa akibat organik pada otak ( akibat
rudapaksa, keradangan ,gangguan pembuluh darah , neoplasma ,keracunan dan
sebagainya) .Banyak pula yang menderita gangguan nerosa dan Psikosomatik.
Tabel : Taksiran kasar
jumlah penderita beberapa jenis gangguan jiwa yang ada dalam satu tahun di
Indonesia dengan penduduk 130 juta orang.
Psiko
fungsional 520.000 (4%
)
Sindroma otak organik
akut 65.000 (0,5%)
Sindroma otak organik
menahun 130.000 (1%)
Retardasi mental 2.600.000 (2%)
Nerosa 6.500.000 (5%)
Psikosomatik 6.500.000 (5%)
Gangguan kepribadian 1.300.000 (1%)
Ketergantungan obat 1.000
17.616.000 (13,5%)
2.
Sumber
Penyebab Gangguan Jiwa
Biarpun gejala utama atau gejala yang
menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di
badan ( somatik ), dilingkungan sosial ( sosiogenik ) ataupun di psike (
psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal,akan tetapi penyebab
sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan
terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan atau jiwa.Umpamanya seorang
dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya tahan badaniyahnya berkurang
sehingga mengalami keradangan tenggorokan atau seorang dengan mania mendapat
kecelakaan. Sebaliknya seseorang dengan penyakit badaniah umpamanya keradangan
yang melemahkan, maka daya tahan psikologiknya pun menurun sehingga ia mungkin
mengalami depresi . Sudah lama diketahui
juga, contoh lain ialah seorang anak mengalami gangguan otak ( karena
kelahiran , keradangan, dan sebagainya) kemudian menjadi hiperkinetik dan sukar
diasuh. Ia mempengaruhi lingkungnya, terutama orang tua dan anggota lain
serumah. Mereka ini bereaksi terhadapnya dan mereka saling mempengaruhi. Karena
itu terdapat kecenderungan untuk membuat diagnosa multidimensional yang
menyebut hal-hal dari berbagai unsur itu.
Tabel 5 : Sumber
penyenbab gangguan jiwa
Penyesuaian somato- psiko-sosial
dipengaruhi oleh faktor- faktor pada ketiga unsur itu yang terus-menerus saling
mempengaruhi, yaitu:
- Faktor-faktor somatik (somatogenik ) :
1.1. Neroanatomi
1.2. Nerofisiologi
1.3. Nerokimia
1.4. Tingkat
kematangan dan perkembangan organik
1.5. Faktor-
faktor pre dan peri natal
2.
Faktor-
faktor psikologik ( psikogenik) :
2.01. Interaksi ibu anak : normal ( rasa percaya dan rasa aman ) atau
abnormal berdasarkan kekuranagan, distorsi dan keadaan yang terputus ( perasaan
tak percaya dan kebimbngan)
2.02. Perananan ayah
2.03. Persaingan antara saudara kandung
2.04. Intelegensi
2.05. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
2.06. Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau
rasa salah
2.07. Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan
yang tidak menentu
2.08. Ketrampilan, bakat dan kreavitas
2.09. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
2.10. Perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio
budaya ( sosiogenik) :
3.1. Kestabilan
keluarga
3.2. Pola
mengasuh anak
3.3. Tingkat
ekonomi
3.4. Perumahan
: perkotaan lawan pedesaan
3.5. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan
fasilitas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai
3.6. Pengaruh rasial dan keagamaan
3.7. Nilai – nilai
3.
Perkembangan Badaniah Yang Salah
Perkembangan badaniah mempunyai suatu
urut-urutan tertentu suatu alangan dalam hal ini dapat mengakibatkan gangguan
perkembangan. Perilaku kita berdasarkan juga pada kwalitas dan keutuhan fungsi
susunan saraf dan perlengkapan badaniah lain. Setiap faktor yang mengganggu
perkembangan badaniah yang normal dapat dianggap sebagai suatu faktor yang
dapat menjadi penyebab perilaku yang abnormal. Faktor-faktor ini mungkin dari
keturunan ataupun dari lingkungan.
1) Faktor
keturunan
Pada mongoloisme atau sindroma Down (
suatu macam retardasi mental dengan mata sipit, muka datar, telinga kecil,
jari-jari pendek dan lain0lain) terdapt trisomi (yaitu tiga buah, bukan dua)
pada pasangan kromosoma No. 21
Sindroma turner (dengan iri khas :
,tubuh pendek, leher melebar, infantilisme sexual) ternyata berhubungan dengan
kromosom sex yang abnoral. Gangguan yang berhubunggan dengan jumlah kromosom
sex dikatakan “terikat pada sex” (sex linked”) artinya bahwa defek genetik itu
hanya terdapat pada kromosom sex.kaum wanita ternyata lebih kurang peka
terhadap gagguan yang terikat pada sex., karena mereka mempunya dua kromosom X:
bila satu tidak baik maka yang lain akan melakukan pekerjaannya,. Akan tetapi
pada seorang pria hanya mempunyai satu kromosom X dan satu kromosoma Y, dan
bila alah satu kromosom tidak baik maka akan terganggu. Massih dipermasalahkan,
betulkah pria dengan XYY lebih cendeerung melakukan kriminal yang kejam?
Fenilketouria yang terdapat pada
anak-anak dengan kekuarangnan enzim untuk menghancurkan fenilalanin, suatu
asaam amino dalam makanan yang mengandungg protein. Bila tidak diketahui
sehingga diberi diit, maka terkumpulah fenilalanin didalam darah dan merusak
otak.
Tabel
6 : Penelitian Saudara Kembar Dan
Saudara Kandung Yang Salah Satunya Mengalami Skizofrenia
Hubungan
passien sdengan skizofrenia
|
% yang menderita
skizofrenia
|
Kembar
monozigot (satu telur)
|
86,2
|
Kembar
heterozigot ( dua telur)
|
14,5
|
Saudara
kandung
|
14,2
|
Saudaara
tiri
|
7,1
|
Masyarakat
umum
|
0,85
|
(Coleman,J.C. :
Abnormal Psychology And Modern Life. Taraprevala Sons Dan Co., Bombay, 1970,
Hal.121).
Tabel diatas menunjukan bahwa
terdaapat lebih banyak skizofrenia pada semua tingkat persaudaraan dari pada
dimasyarakat umum dengan angka yang paling tinggi pad saudara kembar monozigot
tidak 100% ? kiranya kembali lagi pada faktor lingkungan yang berpengaruh.
2) faktor
konstitusi
Konstitusi pada umumnya menunjukan
kepada keadaan biologik seluruhnya, termasuk baik yang diturunkan maupun yang
didapati kemudian : ummpamanya bentuk badan (prerawakan) sex, tempramen,funsi
endrokrin daan urat saraf serta jenis darah.
Jelas hal-hal ini mempengaruhi perilaku
individu secara baik ataupun tidak
baik,umpamanya bentuk badan yang atletik atau yang kurus, tingggi badan yang
terlalu tinngi atau terlalu pendek, paras muka yang cantik atau yang jelek, sex
wanita atau pria, fungsii hormonal yang seimbang atau yang berlebihan salah asatu hormon, urat saraf yang cepat
reaksinya atau yang lambat sekali dan sterusnya. Semua ini turut mempengaruhi
sesorang.
Tabel 7 : faktor konstitusi dan perilaku abnormal
Faktor
konstitusi
|
Hubungan
dengan perkembangan abnormal
|
Bentuk
badan
|
Tidak
jelas peranananya, tetapi disproporsi badaniah,kelemahan,dan penampakan yang
jelek, umpamanya lebih sering
berhubungan dengan gangguan jiwa dari pada bentuk badan yang baik dan
menark.
|
Energi
dan kegiatan
|
Rupanya
berhubungan dengan apakah individu mengembangkan reaksi yang agresif atau
lebih menuju kedalam terhadap stress, jadi lebih berhubungan dengan jenis
gangguan jiwa yang timbul bila individu itu terganggu jiwanya.
|
Reaktifitas
susunan saraf vegetatif
|
Reaktifitas
emotional yang tinggi mungkin sekali berhubungan dengan reaksi berlebihan
terhadap stress ringan dan pembebtukan rasa takut yang tak perlu, rektivitas
emotional yang kurang, dapat mengakibatkan sosialisai yang tidak sesuai
karena reaksi yang terlalu sedikit.
|
Daya
tahan badaniah
|
Membantu
menentukan toleransi terhadap stresss biologik dan psikologik dan sistim
organ apakah yang paling mudah terganggu. Ada individu yang sangat mudah
tergangggu sistim badaniahnya karena fungsi otaknya.
|
Sensitivitas
(kepekaan)
|
Menentukan
sebagian dari jenis stress yang terhadap anak itu paling peka dan menentukan
besarnya stress yang dapat ditahan tanpa gangguan jiwa mempengaruhi cara anak
menanggapi dunia.
|
Kecerdasan
dan bakat yang lain
|
Mempengaruhi
kesempatan anak untuk berhasildalam pertandingan / persaingan sehingga
mempengaruhi juga kepercayaan pada diri sendiri berdasarkan
keberhasilan.
|
(Coleman,J.C. :
Abnormal Psychology And Modern Life. Taraprevala Sons Dan Co., Bombay, 1970,
Hal.126).
Susunan saraf vegetatif
juga tidak sedikit menentukan perilaku manusia, banyak keluhan penderita datang
dari pihak ini,umpamanya susunan saraf vegetatif yang labil.
Biarpun konstitusi itu
lebih banyak ditentukan oleh faktor keturunan,tetapi dapat juga diubah oleh
faktor kelahiran, umpanya toxin, virus, kesukaran kelahiran, emosi ibu yang
snagat labil, adiasi sinar X , dan sebagainya. Selanjutny lihat tabel faktor
kostitusi dan perilaku abnormal.
3) Cacat
Konngenital
Cacat kongenital atau bawaan sejak lahir
dapat mempengaaruhi perkembangan jiwa anak, terlebih yang berat, seperti
retardasi mental yang berat. Akan tetapi pada umumnya pengaruh cacat yang ini
pada timbulnya gangguan jiwa terutama tergantung pada individu tersebut, bagaimana
ia menilai dan menyesuaikan diri terhadap keadaan hidupnya yang cacat atau
berubah itu.
Orang tua dapat mempersukar penyesuaian
ini dengan perlindungan yang berlebihan (proteksi berlebihan), penolakan atau
tuntan yang diluar kemampuan anak.
Singkatnya, kromosom dan “genes” yang
defek serta banyak faktor lingkungan sebelum, sewaktu, dan sesudah lahir dapat
mengakibatkan gangguan badaniah. Cacat badaniah dapat dilihat dengan jelas,
tetapi gangguan sistem biokimiawi lebih halus dan sukar ditentukan. Gangguan
badaniah dapat mengganggu fungsi biologik atau psikologik secara langsung atau
dapat mempengaruhi daya tahan tehadap stress.
4) Perkembangan
Psikologik Yang Salah
Dalam masa kanak-kanak diletakan dasar
bagi masa dewasa, bagaimanakah lingkungan dan diri sndiri diniilai, kebiasaan
berpikir dan pola reaksi. Biarpun demikian, kita dapat saja berubah dewasa,
kita dapat mengadakan perubahan-perubahan besar dalam pola berpikir dan
bertindak kita. Kita tidak terpaku atau terbatas pada pola yang dibentuk dalam
masa kanak-kanak saja.
Pada umumnya perkembangan psikologik
yang salah mencakup:
a. Ketidak
matangan atau fixasi,yaitu individu gagal berkembang lebih lanjut ke fase
berikutnya.
b. “Tempat-tempat
lemah” yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatik sebagai kepekaan
terhadap jenis sterss tertentu, atau
c. Distorsi,
yaitu bila individu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak sesuai atau
gagal mencapai integrasi kepribadian yanng normal.kita akan membicarakan
beberapa faktor dalam perkembangan psikologik yang tidak sehat.
v Deprivasi
dini
Makin
lama makin nyata bahwa deprivasi (kehilangan) biologik atau psikologik pada
waktu bayi dapat mengakibatkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki lagi.
Deprivasi
internal atau kehilangan asuhan ibu dirumah sendiri, terpisah dengan ibu atau
diasrama, dapat menimbulakan perkembangan yang abnormal.
Deprivasi
rnagsangan umum dari lingkungan bila sangat berat , ternyata berhubungan dengan
retardasi mental,. Kekuarangan protein dalam makanan, terutama dalam jangka
waktu lama, sebalum anak berusia empat tahun, dapat mengakibatkan retardasi
mental.
Deprivasi
atau frustasi diini dapat menimbulkan “tempat-tempat yang lemah” pada jiwa,
dapat mengakibatkan perkembangan yang salah ataupun perkemabgan yang terhennti.
Untuk
perkembangan psikologik rupanya ada “masa-masa gawat”. Dalam masa ini
rangsangan dan pengalaman belajar yang berhubungn dengannya serta pemuasan
berbagai kebutuhan sangat perlu bagi urut-urutan perkembangan intelektual,
emosional dan sosial yang normal.
v Pola
keluarga patogenik
Dalam
masa kanak-kanak keluarga memegang peran penting dalam perkembangan
kepribadian. Hubungan orang tua-anak yang salah atau interaksi yang patogenik
dalam keluarga sering merupakan sumber gangguan penyesuaian diri.
Kadang-kadang
orang tua berbuat terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan nak
itu berkembang sendiri. Ada kalanya orang tua berbuat terlalu sedikit dan tidak
merangsang anak itu atau tidak memberi
bimbingan yang dibutuhkannya. Kadang-kadang mereka malah mengajarkan anak itu
pola-pola yang tidak sesuai.
Akan
tetapi pengaruh cara asuahan anak tergantung pada keadaan sosial secara
keseluruhan dimana hal itu dilakuakan. Dan juga, anak-anak brlebihan terhadap
cara yang sama dan tidak semua akibat adalah tetap, kerusakan dini sering
diperbaiki sebagian oleh pengalaman dikemudian hari. Akan tetapi beberapa jenis
hubungan orangtua-anak sering trdapat dalam latar belakang anak-anak yang
terganggu, umpamanya penolakan, pelindungan berlebihan, manja berlebihan,
tuntutan perfeksionistik, standard moral yang kaku dan tidak realistik, disiplin
yang salah, persaingan antar saudara yang tidak sehat, contoh orang tua yang
salah, ketidak-sesuaian perkawinan dan rumah tangga yang berantakan, tuntutan
yang bertentangan (lihat tabel 7).
Tabel
8. Beberapa orang tua yang kurang bijaksana dan pengaruhnya terhadap anak.
No
|
Sikap
orang tua
|
Pengaruh
terhadap perkembangan keperibadian anak dan sifat atau sikap yang mungkin
timbul.
|
1
|
Melindungi
anak secara berlebihan karena memanjanya
|
Hanya
memikiran diri sendiri, hanya tahu menuntut saja, lekas kecil hati, tidak
tahan kekecewaan ingin menarik diri. Kurang rasa bertanggung jawab. Cenderung
menolak peraturan dan memina dikeculaikan.
|
2
|
Melindungi
anak secara berlebhan karena sikap “berkuasa” dan “harus tunduk saja”
|
Kurang
berani dalam pekerjaan, condong lekas menyerah. Bersikap pasif dan bergantung
kepada orang lain. Ingin menjadi “anak emas” dan menerima saja segala
perintah.
|
3
|
Penolakan
(anak tidak disukai)
|
Merasa
gelisah dan diasingkan. Bersikap melawan orang tuadan mencari bantuan kepada
orang lain. Tidak mampu member dan menerima kasih sayang.
|
4
|
Menentukan
norma-norma etika dan moral yang terlalu tinggi
|
Menilai
dirinya dan hal lain juga dengan norma yang terlalu keras dan tinggi. Sering
kaku dank eras dalam pergaulan. Cenderung menjadi sempurna (“perfectionism”)
dengan cara yang berlebihan. Lekas merasa bersalah, berdosa dan tidak
berarti.
|
5
|
Disiplin
yang telah keras.
|
Menilai
dan menuntut dari pada dirinya juga secara terlalu keras. Agar dapat
meneruskan dan menyelesaikan sesuatu usaha dengan baik, diperlukannya sikap
menghargai yang tinggi dari luar.
|
6
|
Disiplin
yang tak teratur atau yang bertentangan.
|
Sikap
anak terhadap niali dan normapun tak teratur. Kurang tetap dalam menghadapi
berbagai persoalan; didorong kesan kemari anatara berbagai nilai yang
bertentangan.
|
7
|
Perselisihan
antara ayah-ibu (pernikahan yang cedera).
|
Bergelisah
hati terus menerus. Berkurangnya rasa dirinya terjamin dan rasa disayangi
(yang diperlukan oleh setiap anak). Cenderung menafsirkan orang lain sebagai
berbahaya, sehingga bersikap bermusuhan dan agresif.
|
8
|
Perceraian.
|
Timbul
perasaan dirinya tersaingi, gelisah dan cemas. Rasa setianya berlawanan
berpindah-pindah dari ibu keayah dan sebaliknya
|
9
|
Persaingan
yang kurang sehat diantara para saudaranya
|
Timbul
sifat bermusuhan, merasa kurang aman serta terancam terus menerus. Kurang
percaya pada dirinya sendiri. Tingkah
lakunya menyerupai anak dibawah umur.
|
10
|
Niali
–niali yang buruk (yang tidak bermoral).
|
Anak
mengambil oper cara dan niali yang buruk itu. Timbul berbagai persoalan dan
kesukaran, sehingga sangat memungkinkan terjadinya pelanggaran hokum
|
11
|
Perfeksionisme
dan ambisi (cita-cita yang terlalu tinggi bagi si anak).
|
Anakpun
mengambil oper perfeksionisme itu. Demikian ia akan gagal dalam mengejar
cita-cita yang sudah melampaui batas kemampuannya. Kemudian ia menjadi kecewa
yang berlebih, merasa dirinya bersalah berdosa dan tidak berarti apa-apa
lagi. mudah timbul reaksi depresi (rasa sedih yang terlalu keras dan terlalu
lama).
|
12
|
Ayah
dan atau ibu nerotik (mederita ganggauan jiwa)
|
Anak
condong mewarisi gejala gangguan jiwa itu yang dapat berupa keceasan,
keyakianan yang tak berdasarkan kenyataan atau prasangka. Semua ini akan
menghambat perkembangan kepribadian anak itu.
|
(coleman,
J.C. :Abnormal psychology and modern life. Taraporevala Sons & Co., Bombay,
1976, hal. 160 (ditamabah)
Perlu
diingat bahwa hubungan orang tua-anak selalu merupakan suatu interaksi (saling
empengaruhi), bukanlah hanya pengaruh satu arah dari orang tua ke anak. Pada
waktu lahir dan terlebih sesudahnya, anak itu masuk kedalam interaksi bukan
sebagai suatu organism yang aktif dengan kecenderungan reaksi tertentu, dengan
kelemahan-kelemahannya dan dengan kebutuhan-kebutuhannya yang khas. Dalam
menilai hasil suatu keadaan kita tidak boleh menganggap bahwa perilaku orang
tua itu selalu yang menentukan dan perilaku serta perkembangan anak itu selalu
tergantung pada perilaku orang tua.
Pada
umumnya trauma (frustrasi) dini rupanya mempunyai akibat yang lebih jauh,
sebagian besar karena mawasdiri, penialaian seksama dan pembelaan diri
psikolgik belum terbentuk seperti pada orang dewasa. Pada orang dewasa sering
suatu pengalaman traumatic cenderung untuk membuat individu itu menjadi kebal terhadap
pengalaman traumatic yang sama di kemudian hari, karena sudah dikanal,
keterbatasannya telah diketahui, individu telah menyamakannya dengan pengalaman
lain yang dikenal dan telah berkembang pembelaan diri.
3.
Masa Remaja
Masa remaja dikenal sebagai masa
gawat dalam perkembangan keperibadian, sebagai masa “badai dan stress”. Daam
masa ini individu dihadapi dengan pertumbuhan yang cepat, perubahan-perubahan
badaniah dan pematangan seksual. Pada waktu yang sama status socialnya juga
mengalami perubahan, bila dahulu ia sangat tergantung kepada orang tuanya atau
rang lain, sekarang ia harus belajar berdiri sendiri dan bertanggung jawab yang
membawa dengan sendirinya masalah pernikahan, pekerjaan dan status social umum.
Kebebasan yang lebih besar membawa tenggung jawab yang lebih bersar pula.
Perubahan-perubahan ini
mengakibatkan bahwa ia harus mengubah konsep tentang diri sendiri . tidak
jarang terjadi “krisis identitas” (erikson, 1950). Ia harus memantapkan dirinya
sebagai seorang individu yang berkepribadian lepas dari keluarganya , ia harus
menyelesaikan masalah pendidikan , pernikahan dan kehidupan dalam masyarakat.
Bila ia tdak dibekali dengan pengangan hidup yang kuat, maka ia akan mengalami
“difusi identitas”, yaitu ia bingung tentang “apakah sebenarnya ia ini” dan
buat apakah sebenarnya hidup ini”.sindroma ini disebut juga “anomi”, remaja itu
merasa terombang-ambing, terapung-apung dalam hidup ini tanpa tujuan tertentu.
Banyak remaja sebenarnya tidak memberontak, akan tetapi hanya sekedar sedang mencari
arti dirinya sendiri serta pegangan hidup yang beratri bagi mereka.
Hal “badai dan stress” bagi kaum
remaja ini sebagian besar berakar pada struktur social suatu masyarakat. Ada
masyarakat yang membantu para remaja ini dengan adat istiadatnya seingga masa
remaja dialalui tanpa gangguan emosiaonal yang berarti.
Dapat dikatakan bahwa bagi banyak
orang yang terganggu emosianya, kegagalan untuk mempertahankan gizi yang baik
dan istiadat yang cukup, tambah melemahkan mereka secara keseluruhan dan menambah
beban sehingga mereka menjadi lebih keras terganggu.
Perlu ditekankan bahwa perasaan
terhadap humor dan kemampuan untuk menerima dan member kasih sayang merupakan
kemampuan emosional yang tidak diberi, tetapi yang harus dikembangkan.
Kedua-duanya penting bagi penyesuaian diri yang sehat, terutama kasih sayang
adalah fundamental bagai pencapaian suatu hidup yang berarti dan memuaskan.
Kebanyakan kebutuhna kita hanya
dapat diperoleh melalui hubungan dengan orang-orang lain. Jadi cara kita
berhubungan dengan orang lain sangat mempengaruhi kepuasan hidup kita.
Kegagalan untuk mengadakan hubungan antara manusia yang baik mungkin berasal
dai dan mengakibatkan juga kekurangan partisipasi dalam kelompok dan kekurangan identifikasi
dengan kelompok. Sebaliknya juga dapat terjadi suatu indentifikasi yang
berlebihan dengan kelompok (seperti dalam “gang” atau perkumpulan-perkumpulan
rahasia para remaja).
Secara garis besar dapat dikatakan
bahwa kemampuan utama dalam hidup dan dalam menyesuaikan diri memerlukan “penerangan”
tentang beberapa masalah utama dalam hidup, seperti pernikahan, keorangtuaan,
pekerjaan dan hari tua. Disamping kemampuan umum ini dalam bidang
badaniah,emosianal,social dan intelektual, kita memerlukan persiapan bagi
masalah-masalah khas yang mungkin sekali akan dihapai dalam berbagai masa hidup
kita.
5.
FAKTOR SOSIOLOGIK DALAM PERKEMBANGAN YANG SALAH
Dalam kehidupan modern terdapat
tidak sedikit bahanya terhadap pengarahan diri yang baik. Sukar unuk memperoleh
dan mempertahankan idetitas diri yang baik. Sukar untuk memperoleh dan
mempertahankan dentitas diri yang stabil ditengah-tengah perubahan-perubahan
yang complex dan cepat. Alfin Toffler mengemukakan bahwa yang paling brbahaya
di zamanmodern, dinegara-negara dengan “super-industrialisai”, ialah. Kecepatan
perubahan dan pergantian yang makin cepat dalam hal “ke-sementara-an”
(“transience”), “ke-baru-an” (“novelty”) dan “ke-aneka-ragaman” (diversity”).
Dengan demikian individu menerima rangsangan yang berlebihan sehingga
kemungkinan terjadinya kekacauan mental lbih besar. Karena hal ini lebih besar
kemungkinan dalam masa depan, maka dinamakannya “shok masa depan” (“future
shock”).
Telah diketahui bahwa seseorang yang
mendadak berada di tengah-tngah kbudayan asing, dapat mngalami gangguan jiwa karena
pengaruh kebudayaan ini yang serba baru dan asing baginya. Hal ini dinamakan
“shok kebudayaan (“culture shock”).
Dai berbagai penelitian terdapat
perbedaan antara gejal-gejala gangguan jiwa disebabkan oleh perbedaan
kebudayaan dan lingkunan social. Biarpun faktor patogenetik (yang
menyebabkan)kemungkinan sama, akan tetapi faktor patoplastik (yang membentuk,
member rupa/ warna)berbeda-beda.
Di dalam suatu Negara pun terdapat
perbedaan antara arah perkembangan gangguan di daerah perkotaan dan pedesaan,
serta diberbagai lapisan sosio ekonomi. Hal ini akan disingguang dalam
pembicaraan tentang nerosa, gangguan psikosomatik, retardasi mental dan
psikosa.
Seperti seorang individu, suatu
masyarakat secara keseluruhan dapat juga berkembang ke arah yang tidak baik.
Hal ini apat dipengaruhi oleh lingkungan fisik (umpamanya daerah yang dahulu
subur berubah menjadi tandus ) ataupun oleh keadaan social masyarakat itu
sendiri (umpamanya Negara dengan pimpinan dictatorial, diskriminasi
rasial/religious yang hebat, ketidak – adilan social, dan sebagainya). Hal-hal
ini merendahkan daya tahan frustasi seluruh masyarakat (kelompok) dan
menciptakan suasana social yang tidak baiksehingga para anggotanya secara
perorangan dapat menjurus ke gangguan mental. Faktor –faktor sosiokultral
membentuk, baik macam sikap individu dan jenis reaksi yang dikembangkannya,
maupun jenis stress yang dihadapinya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan jiwa menurut Yosep(2007) adalah
kumpulan dari keadaan – keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan
fisik, maupun dengan mental. Ada tiga faktor penyebab gangguan jiwa yaitu :
Faktor somatic (somatogenik) atau organobiologis, faktor psikologik
(psikogenik) atau psikoedukatif dan faktor sosio-budaya(sosiogenik) atau
sosiokultural. Gejala umum yang muncul pada seseorang yang mengalami gangguan
mental (Sundari,2005) adalah : keadaan fisik, keadaan mental dan keadaan emosi.
Tujuan komunikasi pada pasien jiwa yaitu perawat dapat memahami orang lain,
menggali perilaku klien, memahami perlunya member pujian dan memperoleh
informasi klien.
B. Saran
Calon perawat harus mengetahui cara
berkomunikasi dengan baik pada pasien terutama pada pasien yang mengalami
gangguan kejiwaan.
DAFTAR PUSTAKA
Maramis.W.F.1994.Catatan ilmu kedokteran
jiwa. Surabaya. Airlanggga University press
Damayanti,
mukhripah.Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.2008. Bandung. Redika
Aditama
Yosep, iyus. Keperawatan
Jiwa.2009.Bandung. Redika Aditama
http://perawatpskiatri.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-klien-dengan-risiko.html
Cara Mengobati Penyakit Sipilis Ampuh
ReplyDeleteCara Menyembuhkan Sipilis Ampuh
Cara Mengobatri Sipilis Ampuh
Cara Menyembuhkan Penyakit Sipilis Ampuh
Cara Ampuh Mengobati Sipilis
Cara Paling Ampuh Untuk Mengobati Sipilis