Wednesday, 18 February 2015

PENYEBAB GANGGUAN JIWA



KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Alhamdulillah hirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-NYA mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Keperawatan Jiwa tentang “Penyebab Gangguan Jiwa”,  yang penyusun sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Penyebab Gangguan Jiwa” yang sangat berbahaya bagi kesehatan jiwa seseorang. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi  juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.










BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa, dengan 4 jenis penyakit langsung yang ditimbulkannya yaitu depresi, penggunaan alkohol, gangguan bipolar, dan skizoprenia. Sementara WHO mengatakan gangguan jiwa di seluruh dunia telah menjadi masalah serius. Pada 2001 terdapat 450 juta orang dewasa yang mengalami gangguan jiwa. Pasien dengan ganguan jiwa dapat melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya ataupun orang lain disekitarnya, hal tersebut dikelompokkan dalam kegawat daruratan psikiatrik, dimana gaduh gelisah merupakan salah satu bagiannya.
Solomon (1971) menganggap bahwa pasien serupa ini harus segera ditolong, karena tindakan yang tepat ini akan sangat bermanfaat tidak saja bagi pasien karena ia menjadi lebih tenang, tapi juga akan memberikan suasana yang lebih baik bagi keluarga atau teman terdekatnya.
Keadaan gaduh gelisah bukanlah merupakan diagnosis tersendiri dalam psikiatri, dan keadaan ini dapat diakibatkan oleh bermacam-macam penyebab dan harus ditentukan tiap kali pada setiap pasien. Biasanya gaduh gelisah ini merupakan manifestasi dari Psikosa (baik psikosa yang disebabkan oleh gangguan otak organik, maupun psikosa fungsional seperti skizofrenia, psikosa afektif, psikosa paranoid maupun psikosa reaktif), tapi tidak jarang gangguan psikiatrik lain pun mempunyai gambaran yang serupa.
Gangguan psikiatrik lainnya yang dapat mengakibatkan gangguan ini antara lain panik yang akut, psikopat berat, gejala lepas obat pada para pecandu, gangguan situasional sementara, keadaan yang terikat pada kebudayaan setempat seperti AMOK. Demikian pula, retardasi mental tertentu, tidak jarang disertai dengan gangguan/kelainan jenis ini, walaupun hal ini umumnya dipresipitir oleh suatu keadaan yang mengakibatkan dekompensasi mentalnya.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah, sebagai berikut:
1.      Apa saja penyebab gangguan jiwa?
2.      Apa saja sumber penyebab gangguan jiwa?
3.      Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi psiko sosial?

C.     Tujuan Penelitian
Tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui apa saja penyebab gangguan jiwa.
2.    Mengetahui apa saja sumber penyebab gangguan jiwa.
3.    Mengetahui apa saja factor-faktor yang mempengaruhi psiko sosial.

D.    Manfaat Penelitian
Makalah ini diharapkan memiliki manfaat, yaitu:
1.    Bagi Tenaga Kesehatan, dijadikan kajian awal tentang klasifikasi gangguan jiwa.
2.    Bagi Pembaca, dapat memberi informasi dan wawasan tentang gangguan jiwa dan klasifikasinya.











 BAB II
PEMBAHASAN


PENYEBAB GANGGUAN JIWA
Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistic, atau dapat dikatakan juga, secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang patologik dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur dan seks, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa bermusuhan, hubungan antar manusia, dan sebagainya.
Kita akan melihat secara sepintas lalu angka kejadian (“insidence rate”) dan angka kesakitan (“morbidity rate”) berbagai gangguan jiwa. Kemudian baru kita akan membicarakan secara umum macam-macam penyebab gangguan jiwa.

1.        Angka Kejadian  (Insidensi) Dan Kesakiatan ( Morbiditas)
Dalam masyarakat umum skizofernia terdapat 0,2 – 0,8% dan retardasi mental 1 - 3% . WHO melaporkan bahwa 5 - 15% dari anak- anak antara 3 – 15 tahun mengalami gangguan jiwa yang persistent dan menggangu hubungan sosial. Bila kira-kira 40% penduduk negara kita ialah anak   - anak dibawah 15 tahun ( di negara yang sudah berkembang kira-kira 25%) ,dapat digambarkan besarnya masalah ( ambil saja 5% dari 40% dari katakan saja 120 juta penduduk, maka di negara kita terdapt kira-kira 2.400.000 orang anak mengalami gangguan jiwa ).
Tidak sedikit orang menderita gangguan jiwa akibat organik pada otak ( akibat rudapaksa, keradangan ,gangguan pembuluh darah , neoplasma ,keracunan dan sebagainya) .Banyak pula yang menderita gangguan nerosa dan Psikosomatik.
Tabel : Taksiran kasar jumlah penderita beberapa jenis gangguan jiwa yang ada dalam satu tahun di Indonesia dengan penduduk 130 juta orang.

Psiko fungsional                                       520.000           (4% )
Sindroma otak organik akut                     65.000            (0,5%)
Sindroma otak organik menahun             130.000           (1%)
Retardasi mental                                      2.600.000        (2%)
Nerosa                                                      6.500.000        (5%)
Psikosomatik                                            6.500.000        (5%)
Gangguan kepribadian                             1.300.000        (1%)
Ketergantungan obat                                     1.000
                                                                                         17.616.000      (13,5%)

2.        Sumber Penyebab Gangguan Jiwa
Biarpun gejala utama atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan ( somatik ), dilingkungan sosial ( sosiogenik ) ataupun di psike ( psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal,akan tetapi penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan atau jiwa.Umpamanya seorang dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya tahan badaniyahnya berkurang sehingga mengalami keradangan tenggorokan atau seorang dengan mania mendapat kecelakaan. Sebaliknya seseorang dengan penyakit badaniah umpamanya keradangan yang melemahkan, maka daya tahan psikologiknya pun menurun sehingga ia mungkin mengalami depresi . Sudah lama diketahui  juga, contoh lain ialah seorang anak mengalami gangguan otak ( karena kelahiran , keradangan, dan sebagainya) kemudian menjadi hiperkinetik dan sukar diasuh. Ia mempengaruhi lingkungnya, terutama orang tua dan anggota lain serumah. Mereka ini bereaksi terhadapnya dan mereka saling mempengaruhi. Karena itu terdapat kecenderungan untuk membuat diagnosa multidimensional yang menyebut hal-hal dari berbagai unsur itu.
Tabel 5 : Sumber penyenbab gangguan jiwa
Penyesuaian somato- psiko-sosial dipengaruhi oleh faktor- faktor pada ketiga unsur itu yang terus-menerus saling mempengaruhi, yaitu:
  1. Faktor-faktor somatik (somatogenik ) :
1.1.   Neroanatomi
1.2.   Nerofisiologi
1.3.   Nerokimia
1.4.   Tingkat kematangan dan perkembangan organik
1.5.   Faktor- faktor pre dan peri natal
2.      Faktor- faktor psikologik ( psikogenik) :
2.01.    Interaksi ibu anak : normal ( rasa percaya dan rasa aman ) atau abnormal berdasarkan kekuranagan, distorsi dan keadaan yang terputus ( perasaan tak percaya dan kebimbngan)
2.02.    Perananan ayah
2.03.    Persaingan antara saudara kandung
2.04.    Intelegensi
2.05.    Hubungan dalam keluarga, pekerjaan,  permainan dan masyarakat
2.06.    Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah
2.07.    Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu
2.08.    Ketrampilan, bakat dan kreavitas
2.09.    Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
2.10.    Perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio budaya ( sosiogenik) :
            3.1.      Kestabilan keluarga
            3.2.      Pola mengasuh anak
            3.3.      Tingkat ekonomi
            3.4.      Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
3.5.      Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai
3.6.      Pengaruh rasial dan keagamaan
3.7.      Nilai – nilai
3.    Perkembangan Badaniah Yang Salah
Perkembangan badaniah mempunyai suatu urut-urutan tertentu suatu alangan dalam hal ini dapat mengakibatkan gangguan perkembangan. Perilaku kita berdasarkan juga pada kwalitas dan keutuhan fungsi susunan saraf dan perlengkapan badaniah lain. Setiap faktor yang mengganggu perkembangan badaniah yang normal dapat dianggap sebagai suatu faktor yang dapat menjadi penyebab perilaku yang abnormal. Faktor-faktor ini mungkin dari keturunan ataupun dari lingkungan.
1)      Faktor keturunan
Pada mongoloisme atau sindroma Down ( suatu macam retardasi mental dengan mata sipit, muka datar, telinga kecil, jari-jari pendek dan lain0lain) terdapt trisomi (yaitu tiga buah, bukan dua) pada pasangan kromosoma No. 21
Sindroma turner (dengan iri khas : ,tubuh pendek, leher melebar, infantilisme sexual) ternyata berhubungan dengan kromosom sex yang abnoral. Gangguan yang berhubunggan dengan jumlah kromosom sex dikatakan “terikat pada sex” (sex linked”) artinya bahwa defek genetik itu hanya terdapat pada kromosom sex.kaum wanita ternyata lebih kurang peka terhadap gagguan yang terikat pada sex., karena mereka mempunya dua kromosom X: bila satu tidak baik maka yang lain akan melakukan pekerjaannya,. Akan tetapi pada seorang pria hanya mempunyai satu kromosom X dan satu kromosoma Y, dan bila alah satu kromosom tidak baik maka akan terganggu. Massih dipermasalahkan, betulkah pria dengan XYY lebih cendeerung melakukan kriminal yang kejam?
Fenilketouria yang terdapat pada anak-anak dengan kekuarangnan enzim untuk menghancurkan fenilalanin, suatu asaam amino dalam makanan yang mengandungg protein. Bila tidak diketahui sehingga diberi diit, maka terkumpulah fenilalanin didalam darah dan merusak otak.
Tabel 6 : Penelitian Saudara Kembar Dan Saudara Kandung Yang Salah Satunya Mengalami Skizofrenia 
Hubungan passien sdengan skizofrenia
% yang menderita skizofrenia
Kembar monozigot (satu telur)
86,2
Kembar heterozigot ( dua telur)
14,5
Saudara kandung
14,2
Saudaara tiri
7,1
Masyarakat umum
0,85
(Coleman,J.C. : Abnormal Psychology And Modern Life. Taraprevala Sons Dan Co., Bombay, 1970, Hal.121).
Tabel diatas menunjukan bahwa terdaapat lebih banyak skizofrenia pada semua tingkat persaudaraan dari pada dimasyarakat umum dengan angka yang paling tinggi pad saudara kembar monozigot tidak 100% ? kiranya kembali lagi pada faktor lingkungan yang berpengaruh. 
2)      faktor konstitusi
Konstitusi pada umumnya menunjukan kepada keadaan biologik seluruhnya, termasuk baik yang diturunkan maupun yang didapati kemudian : ummpamanya bentuk badan (prerawakan) sex, tempramen,funsi endrokrin daan urat saraf serta jenis darah.
Jelas hal-hal ini mempengaruhi perilaku individu secara baik ataupun  tidak baik,umpamanya bentuk badan yang atletik atau yang kurus, tingggi badan yang terlalu tinngi atau terlalu pendek, paras muka yang cantik atau yang jelek, sex wanita atau pria, fungsii hormonal yang seimbang atau yang berlebihan  salah asatu hormon, urat saraf yang cepat reaksinya atau yang lambat sekali dan sterusnya. Semua ini turut mempengaruhi sesorang.
Tabel 7 : faktor konstitusi dan perilaku abnormal
Faktor konstitusi
Hubungan dengan perkembangan abnormal
Bentuk badan
Tidak jelas peranananya, tetapi disproporsi badaniah,kelemahan,dan penampakan yang jelek, umpamanya  lebih sering berhubungan dengan gangguan jiwa dari pada bentuk badan yang baik dan menark. 
Energi dan kegiatan
Rupanya berhubungan dengan apakah individu mengembangkan reaksi yang agresif atau lebih menuju kedalam terhadap stress, jadi lebih berhubungan dengan jenis gangguan jiwa yang timbul bila individu itu terganggu jiwanya.
Reaktifitas susunan saraf vegetatif
Reaktifitas emotional yang tinggi mungkin sekali berhubungan dengan reaksi berlebihan terhadap stress ringan dan pembebtukan rasa takut yang tak perlu, rektivitas emotional yang kurang, dapat mengakibatkan sosialisai yang tidak sesuai karena reaksi yang terlalu sedikit.
Daya tahan badaniah
Membantu menentukan toleransi terhadap stresss biologik dan psikologik dan sistim organ apakah yang paling mudah terganggu. Ada individu yang sangat mudah tergangggu sistim badaniahnya karena fungsi otaknya.
Sensitivitas (kepekaan)
Menentukan sebagian dari jenis stress yang terhadap anak itu paling peka dan menentukan besarnya stress yang dapat ditahan tanpa gangguan jiwa mempengaruhi cara anak menanggapi dunia. 
Kecerdasan dan bakat yang lain
Mempengaruhi kesempatan anak untuk berhasildalam pertandingan / persaingan sehingga mempengaruhi juga kepercayaan pada diri sendiri berdasarkan keberhasilan. 
(Coleman,J.C. : Abnormal Psychology And Modern Life. Taraprevala Sons Dan Co., Bombay, 1970, Hal.126).
Susunan saraf vegetatif juga tidak sedikit menentukan perilaku manusia, banyak keluhan penderita datang dari pihak ini,umpamanya susunan saraf vegetatif yang labil.
Biarpun konstitusi itu lebih banyak ditentukan oleh faktor keturunan,tetapi dapat juga diubah oleh faktor kelahiran, umpanya toxin, virus, kesukaran kelahiran, emosi ibu yang snagat labil, adiasi sinar X , dan sebagainya. Selanjutny lihat tabel faktor kostitusi dan perilaku abnormal.
3)      Cacat Konngenital
Cacat kongenital atau bawaan sejak lahir dapat mempengaaruhi perkembangan jiwa anak, terlebih yang berat, seperti retardasi mental yang berat. Akan tetapi pada umumnya pengaruh cacat yang ini pada timbulnya gangguan jiwa terutama tergantung pada individu tersebut, bagaimana ia menilai dan menyesuaikan diri terhadap keadaan hidupnya yang cacat atau berubah itu.
Orang tua dapat mempersukar penyesuaian ini dengan perlindungan yang berlebihan (proteksi berlebihan), penolakan atau tuntan yang diluar kemampuan anak.
Singkatnya, kromosom dan “genes” yang defek serta banyak faktor lingkungan sebelum, sewaktu, dan sesudah lahir dapat mengakibatkan gangguan badaniah. Cacat badaniah dapat dilihat dengan jelas, tetapi gangguan sistem biokimiawi lebih halus dan sukar ditentukan. Gangguan badaniah dapat mengganggu fungsi biologik atau psikologik secara langsung atau dapat mempengaruhi daya tahan tehadap stress.
4)      Perkembangan Psikologik Yang Salah
Dalam masa kanak-kanak diletakan dasar bagi masa dewasa, bagaimanakah lingkungan dan diri sndiri diniilai, kebiasaan berpikir dan pola reaksi. Biarpun demikian, kita dapat saja berubah dewasa, kita dapat mengadakan perubahan-perubahan besar dalam pola berpikir dan bertindak kita. Kita tidak terpaku atau terbatas pada pola yang dibentuk dalam masa kanak-kanak saja.
Pada umumnya perkembangan psikologik yang salah mencakup:
a.    Ketidak matangan atau fixasi,yaitu individu gagal berkembang lebih lanjut ke fase berikutnya.
b.    “Tempat-tempat lemah” yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatik sebagai kepekaan terhadap jenis sterss tertentu, atau
c.    Distorsi, yaitu bila individu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak sesuai atau gagal mencapai integrasi kepribadian yanng normal.kita akan membicarakan beberapa faktor dalam perkembangan psikologik yang tidak sehat.

v Deprivasi dini
Makin lama makin nyata bahwa deprivasi (kehilangan) biologik atau psikologik pada waktu bayi dapat mengakibatkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki lagi.
Deprivasi internal atau kehilangan asuhan ibu dirumah sendiri, terpisah dengan ibu atau diasrama, dapat menimbulakan perkembangan yang abnormal.
Deprivasi rnagsangan umum dari lingkungan bila sangat berat , ternyata berhubungan dengan retardasi mental,. Kekuarangan protein dalam makanan, terutama dalam jangka waktu lama, sebalum anak berusia empat tahun, dapat mengakibatkan retardasi mental.
Deprivasi atau frustasi diini dapat menimbulkan “tempat-tempat yang lemah” pada jiwa, dapat mengakibatkan perkembangan yang salah ataupun perkemabgan yang terhennti.
Untuk perkembangan psikologik rupanya ada “masa-masa gawat”. Dalam masa ini rangsangan dan pengalaman belajar yang berhubungn dengannya serta pemuasan berbagai kebutuhan sangat perlu bagi urut-urutan perkembangan intelektual, emosional dan sosial yang normal.

v Pola keluarga patogenik
Dalam masa kanak-kanak keluarga memegang peran penting dalam perkembangan kepribadian. Hubungan orang tua-anak yang salah atau interaksi yang patogenik dalam keluarga sering merupakan sumber gangguan penyesuaian diri.
Kadang-kadang orang tua berbuat terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan nak itu berkembang sendiri. Ada kalanya orang tua berbuat terlalu sedikit dan tidak merangsang  anak itu atau tidak memberi bimbingan yang dibutuhkannya. Kadang-kadang mereka malah mengajarkan anak itu pola-pola yang tidak sesuai.
Akan tetapi pengaruh cara asuahan anak tergantung pada keadaan sosial secara keseluruhan dimana hal itu dilakuakan. Dan juga, anak-anak brlebihan terhadap cara yang sama dan tidak semua akibat adalah tetap, kerusakan dini sering diperbaiki sebagian oleh pengalaman dikemudian hari. Akan tetapi beberapa jenis hubungan orangtua-anak sering trdapat dalam latar belakang anak-anak yang terganggu, umpamanya penolakan, pelindungan berlebihan, manja berlebihan, tuntutan perfeksionistik, standard moral yang kaku dan tidak realistik, disiplin yang salah, persaingan antar saudara yang tidak sehat, contoh orang tua yang salah, ketidak-sesuaian perkawinan dan rumah tangga yang berantakan, tuntutan yang bertentangan (lihat tabel 7).
Tabel 8. Beberapa orang tua yang kurang bijaksana dan pengaruhnya terhadap anak.


No
Sikap orang tua
Pengaruh terhadap perkembangan keperibadian anak dan sifat atau sikap yang mungkin timbul.
1
Melindungi anak secara berlebihan karena memanjanya

Hanya memikiran diri sendiri, hanya tahu menuntut saja, lekas kecil hati, tidak tahan kekecewaan ingin menarik diri. Kurang rasa bertanggung jawab. Cenderung menolak peraturan dan memina dikeculaikan.
2
Melindungi anak secara berlebhan karena sikap “berkuasa” dan “harus tunduk saja”

Kurang berani dalam pekerjaan, condong lekas menyerah. Bersikap pasif dan bergantung kepada orang lain. Ingin menjadi “anak emas” dan menerima saja segala perintah.
3
Penolakan (anak tidak disukai)
Merasa gelisah dan diasingkan. Bersikap melawan orang tuadan mencari bantuan kepada orang lain. Tidak mampu member dan menerima kasih sayang.
4
Menentukan norma-norma etika dan moral yang terlalu tinggi

Menilai dirinya dan hal lain juga dengan norma yang terlalu keras dan tinggi. Sering kaku dank eras dalam pergaulan. Cenderung menjadi sempurna (“perfectionism”) dengan cara yang berlebihan. Lekas merasa bersalah, berdosa dan tidak berarti.
5
Disiplin yang telah keras.

Menilai dan menuntut dari pada dirinya juga secara terlalu keras. Agar dapat meneruskan dan menyelesaikan sesuatu usaha dengan baik, diperlukannya sikap menghargai yang tinggi dari luar.
6
Disiplin yang tak teratur atau yang bertentangan.
Sikap anak terhadap niali dan normapun tak teratur. Kurang tetap dalam menghadapi berbagai persoalan; didorong kesan kemari anatara berbagai nilai yang bertentangan.
7
Perselisihan antara ayah-ibu (pernikahan yang cedera).

Bergelisah hati terus menerus. Berkurangnya rasa dirinya terjamin dan rasa disayangi (yang diperlukan oleh setiap anak). Cenderung menafsirkan orang lain sebagai berbahaya, sehingga bersikap bermusuhan dan agresif.
8
Perceraian.
Timbul perasaan dirinya tersaingi, gelisah dan cemas. Rasa setianya berlawanan berpindah-pindah dari ibu keayah dan sebaliknya
9
Persaingan yang kurang sehat diantara para saudaranya
Timbul sifat bermusuhan, merasa kurang aman serta terancam terus menerus. Kurang percaya pada dirinya sendiri.  Tingkah lakunya menyerupai anak  dibawah umur.
10
Niali –niali yang buruk (yang tidak bermoral).

Anak mengambil oper cara dan niali yang buruk itu. Timbul berbagai persoalan dan kesukaran, sehingga sangat memungkinkan terjadinya pelanggaran hokum
11
Perfeksionisme dan ambisi (cita-cita yang terlalu tinggi bagi si anak).

Anakpun mengambil oper perfeksionisme itu. Demikian ia akan gagal dalam mengejar cita-cita yang sudah melampaui batas kemampuannya. Kemudian ia menjadi kecewa yang berlebih, merasa dirinya bersalah berdosa dan tidak berarti apa-apa lagi. mudah timbul reaksi depresi (rasa sedih yang terlalu keras dan terlalu lama).

12
Ayah dan atau ibu nerotik (mederita ganggauan jiwa)
Anak condong mewarisi gejala gangguan jiwa itu yang dapat berupa keceasan, keyakianan yang tak berdasarkan kenyataan atau prasangka. Semua ini akan menghambat perkembangan kepribadian anak itu.

(coleman, J.C. :Abnormal psychology and modern life. Taraporevala Sons & Co., Bombay, 1976, hal. 160 (ditamabah)
Perlu diingat bahwa hubungan orang tua-anak selalu merupakan suatu interaksi (saling empengaruhi), bukanlah hanya pengaruh satu arah dari orang tua ke anak. Pada waktu lahir dan terlebih sesudahnya, anak itu masuk kedalam interaksi bukan sebagai suatu organism yang aktif dengan kecenderungan reaksi tertentu, dengan kelemahan-kelemahannya dan dengan kebutuhan-kebutuhannya yang khas. Dalam menilai hasil suatu keadaan kita tidak boleh menganggap bahwa perilaku orang tua itu selalu yang menentukan dan perilaku serta perkembangan anak itu selalu tergantung pada perilaku orang tua.
Pada umumnya trauma (frustrasi) dini rupanya mempunyai akibat yang lebih jauh, sebagian besar karena mawasdiri, penialaian seksama dan pembelaan diri psikolgik belum terbentuk seperti pada orang dewasa. Pada orang dewasa sering suatu pengalaman traumatic cenderung untuk membuat individu itu menjadi kebal terhadap pengalaman traumatic yang sama di kemudian hari, karena sudah dikanal, keterbatasannya telah diketahui, individu telah menyamakannya dengan pengalaman lain yang dikenal dan telah berkembang pembelaan diri.
3. Masa Remaja
            Masa remaja dikenal sebagai masa gawat dalam perkembangan keperibadian, sebagai masa “badai dan stress”. Daam masa ini individu dihadapi dengan pertumbuhan yang cepat, perubahan-perubahan badaniah dan pematangan seksual. Pada waktu yang sama status socialnya juga mengalami perubahan, bila dahulu ia sangat tergantung kepada orang tuanya atau rang lain, sekarang ia harus belajar berdiri sendiri dan bertanggung jawab yang membawa dengan sendirinya masalah pernikahan, pekerjaan dan status social umum. Kebebasan yang lebih besar membawa tenggung jawab yang lebih bersar pula.
            Perubahan-perubahan ini mengakibatkan bahwa ia harus mengubah konsep tentang diri sendiri . tidak jarang terjadi “krisis identitas” (erikson, 1950). Ia harus memantapkan dirinya sebagai seorang individu yang berkepribadian lepas dari keluarganya , ia harus menyelesaikan masalah pendidikan , pernikahan dan kehidupan dalam masyarakat. Bila ia tdak dibekali dengan pengangan hidup yang kuat, maka ia akan mengalami “difusi identitas”, yaitu ia bingung tentang “apakah sebenarnya ia ini” dan buat apakah sebenarnya hidup ini”.sindroma ini disebut juga “anomi”, remaja itu merasa terombang-ambing, terapung-apung dalam hidup ini tanpa tujuan tertentu. Banyak remaja sebenarnya tidak memberontak, akan tetapi hanya sekedar sedang mencari arti dirinya sendiri serta pegangan hidup yang beratri bagi mereka.
            Hal “badai dan stress” bagi kaum remaja ini sebagian besar berakar pada struktur social suatu masyarakat. Ada masyarakat yang membantu para remaja ini dengan adat istiadatnya seingga masa remaja dialalui tanpa gangguan emosiaonal yang berarti.
            Dapat dikatakan bahwa bagi banyak orang yang terganggu emosianya, kegagalan untuk mempertahankan gizi yang baik dan istiadat yang cukup, tambah melemahkan mereka secara keseluruhan dan menambah beban sehingga mereka menjadi lebih keras terganggu.
            Perlu ditekankan bahwa perasaan terhadap humor dan kemampuan untuk menerima dan member kasih sayang merupakan kemampuan emosional yang tidak diberi, tetapi yang harus dikembangkan. Kedua-duanya penting bagi penyesuaian diri yang sehat, terutama kasih sayang adalah fundamental bagai pencapaian suatu hidup yang berarti dan memuaskan.
            Kebanyakan kebutuhna kita hanya dapat diperoleh melalui hubungan dengan orang-orang lain. Jadi cara kita berhubungan dengan orang lain sangat mempengaruhi kepuasan hidup kita. Kegagalan untuk mengadakan hubungan antara manusia yang baik mungkin berasal dai dan mengakibatkan juga kekurangan partisipasi  dalam kelompok dan kekurangan identifikasi dengan kelompok. Sebaliknya juga dapat terjadi suatu indentifikasi yang berlebihan dengan kelompok (seperti dalam “gang” atau perkumpulan-perkumpulan rahasia para remaja).
            Secara garis besar dapat dikatakan bahwa kemampuan utama dalam hidup dan dalam menyesuaikan diri memerlukan “penerangan” tentang beberapa masalah utama dalam hidup, seperti pernikahan, keorangtuaan, pekerjaan dan hari tua. Disamping kemampuan umum ini dalam bidang badaniah,emosianal,social dan intelektual, kita memerlukan persiapan bagi masalah-masalah khas yang mungkin sekali akan dihapai dalam berbagai masa hidup kita.
5. FAKTOR SOSIOLOGIK DALAM PERKEMBANGAN YANG SALAH
            Dalam kehidupan modern terdapat tidak sedikit bahanya terhadap pengarahan diri yang baik. Sukar unuk memperoleh dan mempertahankan idetitas diri yang baik. Sukar untuk memperoleh dan mempertahankan dentitas diri yang stabil ditengah-tengah perubahan-perubahan yang complex dan cepat. Alfin Toffler mengemukakan bahwa yang paling brbahaya di zamanmodern, dinegara-negara dengan “super-industrialisai”, ialah. Kecepatan perubahan dan pergantian yang makin cepat dalam hal “ke-sementara-an” (“transience”), “ke-baru-an” (“novelty”) dan “ke-aneka-ragaman” (diversity”). Dengan demikian individu menerima rangsangan yang berlebihan sehingga kemungkinan terjadinya kekacauan mental lbih besar. Karena hal ini lebih besar kemungkinan dalam masa depan, maka dinamakannya “shok masa depan” (“future shock”).
            Telah diketahui bahwa seseorang yang mendadak berada di tengah-tngah kbudayan asing, dapat mngalami gangguan jiwa karena pengaruh kebudayaan ini yang serba baru dan asing baginya. Hal ini dinamakan “shok kebudayaan (“culture shock”).
            Dai berbagai penelitian terdapat perbedaan antara gejal-gejala gangguan jiwa disebabkan oleh perbedaan kebudayaan dan lingkunan social. Biarpun faktor patogenetik (yang menyebabkan)kemungkinan sama, akan tetapi faktor patoplastik (yang membentuk, member rupa/ warna)berbeda-beda.
            Di dalam suatu Negara pun terdapat perbedaan antara arah perkembangan gangguan di daerah perkotaan dan pedesaan, serta diberbagai lapisan sosio ekonomi. Hal ini akan disingguang dalam pembicaraan tentang nerosa, gangguan psikosomatik, retardasi mental dan psikosa.
            Seperti seorang individu, suatu masyarakat secara keseluruhan dapat juga berkembang ke arah yang tidak baik. Hal ini apat dipengaruhi oleh lingkungan fisik (umpamanya daerah yang dahulu subur berubah menjadi tandus ) ataupun oleh keadaan social masyarakat itu sendiri (umpamanya Negara dengan pimpinan dictatorial, diskriminasi rasial/religious yang hebat, ketidak – adilan social, dan sebagainya). Hal-hal ini merendahkan daya tahan frustasi seluruh masyarakat (kelompok) dan menciptakan suasana social yang tidak baiksehingga para anggotanya secara perorangan dapat menjurus ke gangguan mental. Faktor –faktor sosiokultral membentuk, baik macam sikap individu dan jenis reaksi yang dikembangkannya, maupun jenis stress yang dihadapinya.


BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Gangguan jiwa menurut Yosep(2007) adalah kumpulan dari keadaan – keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Ada tiga faktor penyebab gangguan jiwa yaitu : Faktor somatic (somatogenik) atau organobiologis, faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif dan faktor sosio-budaya(sosiogenik) atau sosiokultural. Gejala umum yang muncul pada seseorang yang mengalami gangguan mental (Sundari,2005) adalah : keadaan fisik, keadaan mental dan keadaan emosi. Tujuan komunikasi pada pasien jiwa yaitu perawat dapat memahami orang lain, menggali perilaku klien, memahami perlunya member pujian dan memperoleh informasi klien.
B.     Saran
Calon perawat harus mengetahui cara berkomunikasi dengan baik pada pasien terutama pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan.














DAFTAR PUSTAKA


Maramis.W.F.1994.Catatan ilmu kedokteran jiwa. Surabaya. Airlanggga University press
Damayanti, mukhripah.Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.2008. Bandung. Redika Aditama
Yosep, iyus. Keperawatan Jiwa.2009.Bandung. Redika Aditama
http://perawatpskiatri.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-klien-dengan-risiko.html

1 comment: