MAKALAH KMB III
Disusun
oleh:
1. Bagus
Alwibowo
2. Dea
Fera Indikasari
3. Indri
Dwi Pratiwi
4. Joko
Setyabudi
5. Nur
Huda Al Fauzi
6. Nurul
Febriana .H
7. Wada
Rahma Iqbal
8. Wiji
Astuti
Kelas 2 Reguler B
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita
semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.Ucapan terima kasih
kami sampaikan kepada dosen yang telah memberikan bimbingannya kepada kami dan
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
kelemahan, dan keterbatasan.Oleh karena itu kami mengharapkan sumbangan
pikiran, saran, dan kritikan yang konstruktif demi kesempurnaan penyusunan
makalah selanjutnya.Semoga dengan makalah yang sederhana ini dapat memenuhi
harapan kita semua dan memberikan manfaat bagi pembaca, sehingga dapat menambah
ilmu pengetahuan.Terima
kasih.
Pekalongan,
14 Januari 2015
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengkajian
muskuloskeletal meliputi pemeriksaan pada tulang, persendian, dan otot-otot. Pengkajian pada system ini rumit, karena
bagian-bagian ini bertanggung jawab untuk pergerakan , penunjang, dan
stabilisasi tubuh dan fungsinya sangat terintegrasi dengan sistem kulit dan
neurologis.Pengkajian
pada sistem ini rumit karena :
1. Bagian-bagian ini bertanggungjawab
untuk pergerakan penunjang dan sistem stabilitas tubuh.
2. Fungsinya sangat terintegrasi dengan
sistem intergumen dan neurologi.
Oleh
karenanya sebelum melakukan pemeriksaan fisik seorang perawat terlebih dahulu
harus mengetahui tentang anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal dan
integrasinya dengan sistem neurologi dan intergumen.Adapun tehnik-tehnik utama
yang di gunakan dalam pemeriksaan sistem muskuloskeletal adalah inspeksi dan
palpasi.
Pengkajian perlu
dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang dikumpulkan meliputi
data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan diagnostik
B. Tujuan Umum
1.Untuk memperoleh data dasar tentang otot,tulang dan
persendian.
2.Untuk mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya
ganguan pada bagian tertentu
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Umum Sistem Muskuloskeletal
Perawat menggunakan
riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh data tentang pola
pergerakan yang biasa dilakukan seorang. Data tersebut dikoordinasikan dengan
riwayat perkembangan dan informasi tentang latar belakang sosial dan
psikososial pasien.
Riwayat kesehatan
meliputi informasi tentang aktivitas hidup sehari-hari, pola ambulasi, alat
bantu yang digunakan (misal; kursi roda, tongkat, walker), dan nyeri (jika ada
nyei tetapkan lokasi, lama, dan faktor pencetus) kram atau kelemahan.
Pengkajian perlu
dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang dikumpulkan meliputi
data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan diagnostik.
B. Anamnesis
1. data subjektif
a. Data demografi. Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat
tinggal, jenis transportasi yang digunakan, dan orang yang terdekat dengan
klien.
b. Riwayat
perkembangan. Data ini untuk
mengetahui tingkat perkembangan pada neonatus, bayi prasekolah, remaja dan tua.
c. Riwayat sosial. Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang
yang terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status
kesehatannya dapat dipengaruhi.
d. Riwayat penyakit
keturunan. Riwayat penyakit
keluarga perlu diketahui untuk menentukan hubungan genetik yang perlu
diidentifikasi (misal; penyakit DM yang merupakan predisposisi penyakit sendi degeneratif,
TBC, artritis, riketsia, osteomielitis, dll)
e. Riwayat diet
(nutrisi). Identifikasi
adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat mengakibatkan stres pada
sendi penyangga tubuh dan prdisposisi terjadinya instabilitas legamen khususnya
pada punggung bagian bawah. Kurangnya asupan kalsium dapat menimbulkan fraktur
karena adanya dekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-hari dan konsumsi
vitamin A, D, kalsium serta protein yang merupakan zat untuk menjaga kondisi
muskuloskeletal.
f. Aktivas kegiatan sehari-hari. Identifikasi pekerjaan pasien dan
aktivitas sehari-hari. Kebiasaan membewa benda-benda berat yang dapat
menimbulkan regangan otot dan trauma lainnya. Perlu dikaji pula aktivitas hidup
sehari-hari, saat ambulasi apakah nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat
bantu (kursi roda, tongkat, walker)
g. Riwayat kesehatan
masa lalu. Data tentang
adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap muskuloskeletal, misalnya
riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan, riwayat artritis, dan osteomielitis.
h. Riwayat kesehatan
sekarang. Sejak kapan
timbul keluhan, apakah ada riwayat trauma. Timbulnya gejala mendadak atau
perlahan. Timbul untuk pertama kalinya atau berulang. Kaji klien untuk
mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri atau mengunjungi fasilitas
kesehatan. Keluhan utama pasien dengan gangguan muskuloskeletal meliputi :
i.
Nyeri. Identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan
dengan pembuluh darah, sendi, fasia, atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri
apakah sakit yang menusuk atau berdenyut.Nyeri berdenyut biasanya berkaitan
dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri yang menusuk
berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang. Identifikasi apakah nyeri timbul
setelah diberi aktivitas/gerakan. Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda
masalah persendian. Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu
pada sendi tersebut. Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah
berjalan. Nyeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan
kapan nyeri makin meningkat, apakah pagi atau malam hari. Tanyakan apakah nyeri
hilang saat istirahat. Apakah nyerinya dapat diatasi dengan obat tertentu.
1) Kekuatan sendi. Tanyankan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya
kekuan tersebut, dan apakah selalu terjadi remisi kekakuan beberapa kali
sehari. Pada penyakit degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat
pada pagi hari setelah bangun tidur (inaktivitas).
2) Bengkak. tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga
disertai nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai sedera pada otot.
Penyakit degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak pada awal serangan,
tetapi muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri.
3) Deformitas dan
imobilitas. Tanyakan kapan
terjadinya, apakah tiba-tiba atau bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan
gerak. Apakah semakin memburuk dengan aktivitas, apakah klien menggunakan alat
bantu ( kruk, tongkat, dll)
4) Perubahan sensori. Tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh
tertentu. Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri.
Penekanan pada saraf dan pembuluh darah akibat bengkaka, tumor atau fraktur
dapak menyebabkan menurunnya sensasi.
2. data obyektif
a. Inspeksi dan palpasi ROM dan
kekuatan otot
b. Bandingakan dengan sisi lainnya.
c. Pengukuran kekuatan otot (0-5)
d. Duduk, berdiri dan berjalan kecuali
ada kontra indikasi.
e. Kyposis, scoliosis, lordosis.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik
harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari kesalahan. Pengkajian
keperawatan merupakan evaluasi fungsional. Teknik inspeksi dan palpasi
dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang, postur tubuh, fungsi sendi,
kekuatan otot, cara berjalan, dan kemampuan pasien melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
1. Pengkajian Skeletal Tubuh
Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan
kesejajaran.Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat
dijumpai.Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidan sejajar
dalam kondisi anatomis harus dicatat.Angulasi abnormal pada tulang panjang atau
gerakan pada titik selain sendi menunjukkan pataha tulang. Biasanya terjadi
krepitus (suara berderik ) pada titik gerakan abnormal. Gerakan fragmen tulang
harus diminimalkan untuk mencegah cedera lebih lanjut. (Smeltzer, 2002)
Priharjo
(1996) mengatakan pengkajian tulang di antaranya amato kenormalan susunan
tulang dan kaji adanya deformitas, lakukan palpasi untuk mengetahui adanya
edema atau nyeri tekan, dan amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya
pembengkakan.
2.
Pengkajian Tulang
Belakang
Kurvatura normal tulang belakang
konveks pada bagian dada dan konkaf pada sepanjang leher dan pinggang.
Deformitas tulang belakang yang sering terjadi meliputi : scoliosis (deviasi
kurvatura lateral tulang belakang), kifosis (kenaikan kurvatura lateral tulang
belakang bagian dada), lordosis ( membebek, kurvatura tulang belakang bagian
pinggang yang berlebihan). Kifosis terjadi pada pasien osteoporosis pada pasien
neuromuscular.
Skoliosis terjadi congenital,
idiopatrik (tidak diketahui penyebabnya) atau akibat kerusakan otot paraspinal
misalnya pada poliomyelitis. Lordosis dijumpai pada penderita kehamilan karena
menyesuaikan postur tubuhnya akibat perubahan pusat gaya beratnya.
Pemeriksaan
kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa kurvatura tulang belakang dan
kesimetrisan batang tubuh dari pandangan anterior, posterior dan lateral.
Dengan cara berdiri di belakang pasien, dan memperhatikan perbedaan tinggi bahu
dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. Simetri bahu dan pinggul
serta kelurusan tulang belakang diperiksa dengan pasien berdiri tegak,
dan membungkuk ke depan (fleksi). Skoliosis ditandai dengan abnormal
kurvatura lateral tulang belakang, bahu yang tidak sama tinggi, garis pinggang
yang tidak simetri dan scapula yang yang menonjol, akan lebih jelas dengan uji
membungkuk kedepan. Lansia akan mengalami kehilangan tinggi badan karena
hilangnya tulang rawan dan tulang belakang.
3.
Pengkajian
Persendian
Sistem persendian dievaluasi dengan
memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas dan benjolan.Luas gerakan
dievaluasi secara aktif (sendi digerakkan oleh otot sekitar sendi dan pasif
dengan sendi digerakkan oleh pemeriksa). Luas gerakan normal sendi-sendi besar
menurut American Academy of Orthopedic Surgeons diukur dengan goniometer (busur
derajat yang dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi). Bila suatu
sendi di ekstensi maksimal namun terdapat sisa fleksi, dikatakan bahwa luas
gerakan terbatas.Yang disebabkan karena deformitas skeletal, patologi sendi
atau kontraktur otot dan tendo disekitarnya.Pada lansia penurunan keterbatasan
gerakan yang disebabkan patologi degeneratif sendi dapat berakibat menurunnya
kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.Inspeksi persendian dan bandingkan
secara bilateral.Harusnya didapat kesimetrisan tanpa kemerahan, pembengkakan,
pembesaran / deformitas.Palpasi sendi dan tulang untuk mengetahui edema dan
tenderness.Palpasi sendi selama gerakan untuk mengetahui adanya krepitasi.
Sendi harusnya terasa lembut saat bergerak dan tidak ada nodul.
Deformitas
sendi disebabakan oleh kontraktur (pemendekan struktur sekitar sendi),
subluksasi (lepasnya sebagian permukaan sendi atau distrupsi struktur
sekitar sendi, dislokasi (lepasnya permukaan sendi). Kelemahan atau putusnya
struktur penyangga sendi dapat menakibatkan sendi terlalu lemah untuk berfungsi
normal, sehinga memerlukan alat penyokong eksternal ( misalnya brace).
Jika sendi
terasa nyeri periksa adanya kelebihan cairan pada kapsulnya (efusi),
pembengkakan, dan peningkatan suhu, yang mencerminkan inflamasi aktif. Kita
dapat mencurigai adanya effuse jika sendi mebengkak,ukurannya dan tonjolan
tulangnya samar. Tempat tersering terjadi efusi adalah lutut. Bila hanya ada
sedikit cairan pada rongga sendi di bawah tempurung lutut dapat diketahui
dengan maneuver : aspek lateral dan medial lutut dalam dalam keadaan ekstensi
dapat diurut dengan kuat kearah bawah. Gerakan tersebut akan menggerakkan
cairan kearah bawah. Begitu ada tekanan dari sisi lateral dan medial pemeriksa
akan melihat benjolan disisi lain dibawah tempurung lutut.
4.
Pengkajian Sistem
Otot
Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan merubah
posisi, kekuatan otot dan koordinasikan ukuran otot serta ukuran masing-masing
otot.Kelemahan otot menunjukkan polineuropati, gangguan elektrolit (kalsium dan
kalium), miastenia grafis, poliomyelitis, distrofi otot. Dengan palpasi otot
saat ekstremitas relaks digerakkan secara pasif akan terasa tonus otot.
Mengkaji kekuatan otot dilakukan dengan palpasi otot dan ekstremitas yang
digerakkan secara pasif dan rasakan tonus otot.
Kaji
kekuatan otot
Catatan
: Evaluasi kekuatan kelompok otot dari kepala ke kaki dimasukkan dalam
pengkajian rentang gerak. Teknik –
teknik untuk tes skrining kekuatan otot adalah sebagai berikut :
1) Teknik uskulatur okuler
2) Teknik
muskulatur wajah
3)
Teknik muskulatur leher
4)
Teknik muskulatur bahu
5)
Teknik muskulatur deltoid
6)
Teknik bisepsi
7)
Teknik triseps
8)
Teknik muskulatur pergerakan tangan dan jari
9)
Teknik muskulatur panggul, telentang
10)
Teknik quadriseps, duduk
11)
Teknik urat-urat lutut, duduk
12)
Teknik muskulatur pergelangan dan telapak kaki
Penilaian
Kekuatan Otot
(
Priguna S, 1980 )
NO
|
Tingkat fungsional
|
Skala lovet
|
DERAJAT
|
%
|
1
|
Tidak
ada bukti kontraktiliitas
|
Nol
|
0
|
0
%
|
2
|
Bukti
sedikit kontaktilitas
|
Kecil
|
1
|
10
%
|
3
|
Rentang gerak
lengkap dengan pembatasan gravitasi
|
Buruk
|
2
|
25
%
|
4
|
Rentang gerak lengkap dengan garavitasi
|
Sedang
|
3
|
50
%
|
5
|
Rentang gerak lengkap terhadap gravitasi
dengan beberapa tahanan
|
Baik
|
4
|
75
%
|
6
|
Rentang gerak lengkap terhadap gravitasi
dengan tahanan penuh
|
normal
|
5
|
100
%
|
a.
Kepala & Leher
Inspeksi & Palpasi adanya luka,
bengkak, asimetris
b.
Mandibular
Sendi Temporomandibular kaku / kejang
R.O.M buka mulut (normal 2-5 cm )
Kekuatan otot dengan tahanan mandibular
c.
Leher
Simetris, benjolan, kaku, nodul
R.O.M:
Fleksi – fleksi lateral
Ekstensi-hiperekstensi
Rotasi
Kekuatan otot tahan tiap gerakan 2X
d.
Bahu
Bandingkan kanan-kiri dari simetris,
atrofi, deformitas
Adakah nyeri tekan pada sendi sternoklavikuler
dan sendi akromioklavikuler.
e.
Klavikula
Simetris
Tonjolan tuberositas Humerus
Lekukan otot Humerus salah letak
f.
Skapula
Tinggi sama ?
Jarak dengan spinal columna sama ?
Palpasi dengan jari untuk melihat
batas tulang, krepitasi ?kelembutan otot ? Simetri ?
g.
Siku
Fleksi dan ekstensi kedua siku (
bandingkan kanan-kiri )
Ekstensi,
periksa sendi dari kemerahan dan pembengkakan, perubahan bentuk sendi &
otot
Palpasi siku adanya cairan,
pembesaran kelenjar Supra Condylar , nodulus rematoid.
R.O.M fleksi ( normal 150 derajat )
ekstensi ( normal 5-15 derajat )
supinasi& pronasi
h.
Pergelangan Tangan
Simetris, bentuk.
Lakukan fleksi tahan selam 1 menit,
bila timbul rasa kebas / kesemutan / paraesthesia permukaan tangan terutama 3
jari pertama dan separoh dari jari ke 4
(tanda Phalen) merupakan tanda
i.
Punggung & Dada
Inspeksi bentuk Spinal Columna dari
belakang dan samping ( Skoliosis, Lordosis)
Membungkuk sejauh mungkin untuk
melihat otot samping kanan-kiri Spina ( normal :sama )
j.
Pinggul
Thomas test ( peluk lutut kiri ke
dada )
bila
panggul kanan fleksi kemungkinan adanya
kelainan fleksi panggul
Bila sakit kemungkinan adanyafraktur
?
Angkat tungkai bawah sampai terasa
sakit kemudian dorsofleksi telapak kaki (normal 50 derajat, tidak ada nyeri)
k.
Paha
Simetris dan bentuk
Lingkar paha bandingkan secara
bilateral ( normal kaki dominant > 1cm )
l.
Lutut
Inspeksi posisi dan bentuk
Periksa kekakuan, pembengkakan,
pembesaran tulang sekitar sendi lutut
R.O.M ekstensi ( normal 10 derajat )
fleksi ( normal 135 derajat )
Periksa kekuatan otot dengan tekan
lutut, klien berusaha untuk mengangkat
m.
Pergelangan & Telapak Kaki
Inspeksi terhadap edema, kemerahan,
kelainan bentuk
Inversi 35 derajat, eversi 15
derajat
Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi
jari-jari
Bila perlu meloncat dengan satu kaki
( bila sukses fungsi motorik kaki dan cerebellum serta position sense baik )
n.
Postur Tubuh & Gaya Berjalan
Klien jalan 20 langkah bolak-balik
Amati postur, cara menelapakan kaki,
keseimbangan ( jalan lurus satu garis ), ayunan lengan, irama langkah, jarak
langkah ( n=37,5 cm )
Bila berputar muka & kepala
berputar terlebih dahulu dari bagian lain
5.
Inspeksi dan palpasi
a. Inspeksi
1) Kesemetrisan
seluruh tubuh
• Simetris
pada bagian – bagian tubuh, sedikit asimetris mungkin bukan patologis yang
berarti.
2) Kesejajaran
ekstremitas
•
Ekstremitas sejajar dengan kontur,
simetris dan sudut yang sama secara bilateral, ekstremitas tampak panjang
karena ukuran batang tubuh telah membatasi.
3) Adanya
deformitas nyata dan postur
•
Penampilan menyeluruh adalah salah satu
dari fleksi umum, kepala dan leher mengarah kedepan, kifosis dorsalis, fleksi
pada siku, pergerakan lengan tangan, pinggul dan lutut berdiri pada dasar
lebar.
•
Penympangan sangat asimetri atau
deformitas: deformitas varus ( bowleg ), deformitas valgus (
knock-knees ), lordosis dan skoliosis.
4) Otot
– otot mengenai hipertrofi nyata atau atrofi
• Kerusakan
dapat ditemukan dekat sendi yang terbatas geraknya, saluran di dasar
interkapal, penampilan ekstremitas keseluruhan adalah lonjong dengan sisi datar
pada posisi inferior dan posterior bila ekstremitas pada posisi horizontal
asimetris 1cm atau kurang. Penyimpangan
: hipertrofi atau atrofi nyata.
b.Palpasi
13) Palpasi
tulang, sendi, dan otot mengenai pembengkaan, nyeri tekan, perubahan suhu lokal
dan krepitasi.
14) Normal
: tidak ada pembengkaan dan nyeri tekan tergantung riwayat. Suhu secara umum sama keseluruhan tidak ada
krepitasi.
15) Penyimpangan
: sangat menonjol, bengkak, atau nyeri takan.
16) Catatan
: Bila bengkak fluktuan, ini karena cairan, bila padat ini karena penebalan
atau pembesaran.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengkajian muskuloskeletal
meliputi pemeriksaan pada tulang, persendian, dan otot-otot.Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan
terarah. Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
Pemeriksaan fisik
harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari kesalahan. Pengkajian
keperawatan merupakan evaluasi fungsional. Teknik inspeksi dan palpasi
dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang, postur tubuh, fungsi sendi,
kekuatan otot, cara berjalan, dan kemampuan pasien melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
B. Saran
1. Saat melakukan pengkajian
musculoskeletal harus secara sistematis teliti dan terarah
2. Saat akan melakukan pemeriksaan
fisik terlebih dahulu harus mengetahui tentang anatomi dan fisiologi sistem
muskuloskeletal dan integrasinya dengan sistem neurologi dan intergumen
- Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
- Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
- http// : muskuloskeletal/Cuap-cuap%20S1%20Keperawatan%20%20PEMERIKSAAN%20MUSKULOSKELETAL.htm
PROSEDUR
PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
Nama :
Kelas :
NIM :
Hari/ Tanggal :
No
|
Aspek yang di nilai
|
Bobot
|
Nilai
|
||
1
|
2
|
3
|
|||
1.
2.
3.
4.
|
Persiapan Alat
a. Pita ukur
b.
Goniometer
Tahap Pra interaksi
a.
Melakukan pengecekan program terapi
b.
Mencuci tangan
c.
Membawa alat ke dekat klien
Tahap Orientasi
a.
Memberikan salam sebagai pendekatan teraupetik
b.
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga / klien
Tahap
Kerja
· Menginspeksi dan mempalpasi otot
a)
Meskipun inspeksi dan palpasi dilakukan secara
terpisah pada banyak pengkajian, tetapi kedua teknik tersebut dilakukan
secara bersamaan pada pengkajian muskuloskeletal. Pengkajiam otot meliputi
mengevaluasi tonus otot, massa otot dan kekuatan otot.
b)
Palpasi otot dengan perlahan, jangan pernah
memaksakan gerakan jika klien mengeluh nyeri atau jika anda merasakan adanya
tahanan. Perhatikan tanda ketidaknyamanan pada wajah dan bahasa tubuh klien ;
klien dapat secara diam – diam menderita.
c)
Kaji tonus
otot – konsistensi atau tegangan pada otot yang sedang beristirahat – dengan
mempalpasi otot pada saat istirahat atau selama rentang gerak pasif.
d)
Palpasi otot pada saat istirahat dari pelekatan
otot pada tulang sampai ke tepi otot. Normalnya, otot yang rileks akan terasa
lembut, lunak, dan tidak ada nyeri tekan ; otot yang terkontraksi, terasa
keras.
e)
Pengkajian massa otot biasanya melibatkan
pengukuran lingkar paha, betis, dan lengan atas. Ketika mengukur, beri tanda
untuk memastikan pengukuran di tempat yang sama pada setiap ekstremitas.
f)
Ketika mengukur lingkar lengan tengah bagian atas
untuk mengkaji ukuran otot, pastikan untuk menanyakan pada klien mana tangan
yang dominan. Perkirakan kesimetrisan ukuran, lengan atas yang lebih dari 1
cm dianggap tidak normal kecuali jika peningkatan ukuran oto terjadi karena
aktivitas fisik tertentu.
g)
Untuk mengevaluasi kekuatan otot, minta klien
melakukan gerakan rentang gerak aktif, sedangkan Anda memberi tahanan.
Perhatikan kekuatan yang klien keluarkan untuk melawan tahanan tersebut. Jika
kelompok otot tersebut lemah, kurang tahanan agar memungkinkan pengkajian
yang lebih akurat.
· Menginspeksi dan mempalpasi sendi dan tulang
a)
Pengkajian sendi dan tulang meliputi pengukuran
tinggi badan dan panjang ekstremitas klien ( lengan dan kaki ) dan
mengevaluasi karakteristik sendi dan tulang dan rentang gerak sendi.
b)
Selama pengkajian sendi, jangan pernah memaksakan
gerakan sendi jika Anda merasakan adanya tahanan atau jika klien mengeluh
nyeri.
c)
Rentang gerak. Minta klien duduk atau
berdiri. Kemudian, kaji fleksi
dengan memintanya menekuk lengan dan mencoba menyentuh bahu. Untuk mengkaji ekstensi, minta klien menguatkan lengannya. Kaji pronasi dengan menahan siku klien pada posisi fleksi sementara
klien merotasi lengan sampai telapak tangan menghadap ke lantai. Supinasi
dengan menahan siku klien pada posisi fleksi sementara klien merotasi lengan
sampai telapak tangan menghadap ke atas.
d)
Kekuatan otot. Uji kekuatan otot dan
gerakkan kedua tangan secara bersamaan dengan meminta klien meremas kedua
jari. Pertama : Membuat kepalan , meluruskan pergelangan tangan klien yang
fleksi, dan menahannya.
e)
Rentang gerak. Untuk mengkaji fleksi, minta
klien menekuk pergelangan tangan ke arah bawah ; kaji ekstensi dengan meminta
klien meluruskan pergelangan tangannya. Untuk mengkaji hiperektensi atau
dorsifleksi, minta klien menekuk pergelangan tangannya ke atas.
· Lutut
a)
Kekuatan otot. Untuk mengkaji ekstensor lulut, minta klien duduk
atau berbaring terlentang dan mengekstensikan tungkai, sementara terapis
berusaha memfleksikannya. Fleksor lutut,
minta klien duduk atau berbaring terlentang sementara terapis berusaha
mengekstensikan tungkai klien pada saat klien memfleksikan lutut.
b)
Rentang gerak. Dengan posisi klien duduk atau
berdiri, observasi dan ukur rentang gerak pada saat klien mendemonstrasikan
ekstensi dengan meluruskan tungkai pada lutut dan fleksi dengan menekuk
tungkai pada lutut dan menarik kaki ke atas menyentuh panggul.
· Pergelangan kaki dan kaki
a)
Kekuatan otot. Untuk mengkaji dorsifleksi sendi pergelangan kaki,
letakkan tangan terapis pada permukaan dorsal dari kaki klien dan diberi
tekanan. Minta klien menekuk kaki ke atas. Fleksi plantar, berikan tekanan dengan tangan pada permukaan
plantar dari kaki klien sementara klien berusaha menekuk kaki ke arah bawah.
|
Pekalongan,
..............................
Penguji,
....................................................
NIP.
No comments:
Post a Comment