KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH I
ASUHAN
KEPERAWATANPNEUMONIA
Tugas
ini disusun untuk memenuhi nilai tugas semester tiga mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah
Disusun
Oleh :
1. Akhmad
Aji Mulyanto P17420313047
2. Dewi
Aisyah P17420313055
3. Ika
Safitri P17420313062
4. Loly
Risqiani P17420313069
5. Nur
Huda Al Fauzi P17420313076
6. Siti
Nurrohmah Widhawati P17420313084
7. Wiwik
Nurhikmah P17420313091
POLTEKKES KEMENKES
SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN
PEKALONGAN
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.
Wr. Wb.
Segala
puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayahNya, sehingga makalah Keperawatan Medikal Bedah I yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pneumonia” ini telah selesai tepat pada waktunya.
Guna untuk memenuhi nilai tugas Keperawatan Medikal Bedah semester 3.
Terimaksih
kami ucapkan kepada Bapak Ahmad Baequny, yang mana telah membantu kami dalam
menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Dan juga pihak – pihak lain yang telah
membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami
sadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita dalam mengembangkan profesionalisme keperawatan di
Indonesia. Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum.
Wr. Wb.
Pekalongan, 19 Agustus 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR
ISI............................................................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................. 1
C. Tujuan
.............................................................................................. 2
D. Manfaat
............................................................................................ 2
BAB II : LANDASAN TEORI
1.1 Definisi Pneumonia ....................................................................... 3
1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
........................................... 3
1.3 Etiologi Pneumonia
....................................................................... 8
1.4 Manifestasi Klinis
......................................................................... 10
1.5 Patofisiologi
.................................................................................. 11
1.6 Klasifikasi Pneumonia
.................................................................. 12
1.7 Pemeriksaan Diagnosis
................................................................. 13
1.8 Komplikasi
................................................................................... 14
1.9 Pathways Keperawatan ................................................................ 14
STUDI KASUS PNEUMONIA
......................................................... 16
ASUHAN KEPERAWATAN
PNEUMONIA ................................... 16
BAB III :
PENUTUP
2.1 Kesimpulan ................................................................................ 21
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Pneumonia
adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli.
Terjadi pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses
infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa di sebut dengar broncho nomonia.
Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru
meradang secara mendadak.
Pneumonia
adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama kematian
di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi
pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari
tiga kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia. Lebih dari dua juta anak
balita meninggal setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan bahwa
sampai dengan 1 juta ini (vaksin dicegah) kematian yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus''''pneumoniae, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di
negara-negara berkembang.
Pneumonia
sering terjadi pada anak usia 2 bulan – 5 tahun, pada usia dibawah 2 bulan
pneumonia berat di tandi dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit
juga disertai penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam. Pneumonia berat ditandai dengan adanya gejala
seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang
dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan suara nafas bunyi krekels (suara
nafas tambahan pada paru) saat inspirasi. Kasus terbnyak terjadi pada anak
dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi yang berusia kurang dari 2
bulan. Apabila anak diklasifikasikan menderita pneumonia berat di puskesmas
atau balai pengobatan, maka anak perlu segera dirujuk setelah diberi dosis
pertama antibiotik yang sesuai.
Olehkarenaitu,
penulistertarikuntukmembahasmasalah
pneumonia, agar dapatmemberikanmanfaatuntukkitasemua.
B. RumusanMasalah
1.
Apa itu
pneumonia?
2.
Bagaimanaanatomifisiologi
system respirasi?
3.
Apasajaetiologi
pneumonia?
4.
Bagaimanapatofisilogiasmabronkial?
5.
Bagaimanaklafikasi
pneumonia?
6.
Bagaimanapenatalaksanaan
pneumonia?
7.
Bagaimanadiagnonis
pneumonia?
8.
Apasajakomplikasi
pneumonia?
9.
Bagaimanaasuhankeperawatan
pneumonia?
C. Tujuan
1.
TujuanUmum
Mengetahuiasuhankeperawatanunutukpasien
pneumonia.
2. TujuanKhusus
a.
Mengetahui pengertian pneumonia.
b.
Mengetahui bagaimana anatomidanisiologi
pneumonia.
c.
Mengetahui etiologi pneumonia.
d.
Mengetahui patofisilogi pneumonia.
e. Mengetahuiklasifikasi pneumonia..
f. Mengetahuipenatalaksanaan
pneumonia.
g. Mengetahui diagnosis
pneumonia.
h. Mengetahuikomplikasipneumona.
i. Mengrtahuiasuhankeperawatan
pneumonia.
D. Manfaat
1. BagiPenulis
Penulisdapatmengetahuisecaradalammengenai
pneumonia dandapatmengetahuiasuhankeperawatannya.
2.
BagiLingkungan
Agar masyarakat mengetahui tentang penyakit pneumonia.
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1 Defenisi
Pneumonia
Pneumonia adalahpenyakitinflamasipadaparu yang dicirikandenganadanyakonsolidasiakibateksudat
yang masukdalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
Pneumonia
adalah peradangan parenkim paru dimana asinus terisi dengan
cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam
interstitium, menyebabkan sekumpulan gejala dan tanda khas biasanya dengan
gambaran infiltrat sampai konsolidasi pada foto rontgen dada. Gejala/tanda
tersebut antara lain, demam, sesak napas, batuk dengan dahak purulen kadang
disertai darah dan nyeri dada (anonim a 2012)
Pneumonia
adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak
bisa bekerja. Gara-gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh,
penderita pneumonia bisa meninggal (anonim a. 2012).
Pneumonia
adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkhiolus
terminalis yang mencakup bronkhiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan mengganggu pertukaran gas setempat.
Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut
yang merupakan penyebab tersering,
sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi (anonim b.
2011)
Pneumonia
merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak dan
sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer dan
dapat juga akibat penyakit komplikasi. (A. Aziz Alimul : 2006).
1.2 Anatomi
Fisiologi Sistem Pernafasan
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru
adalah hidung, farinx, larinx, trachea, bronkus, dan bronkiolus.
a.
Hidung
Nares anterior adalah
saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam
bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai
selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan
lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke
dalam rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini
tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau
sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding
lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os.
Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan
menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior.
Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk
oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit
yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius,
pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf
khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina
cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I
olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
§ Lubang hidung
§ Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
§ Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara
concha superior dan media dan diantara concha media dan inferior
§ Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
§ Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
b.
Faring (tekak)
Faring adalah pipa berotot
yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada
ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx
(larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan gabungan
sistem respirasi dan pencernaan.
c. Laring (tenggorok)
Terletak pada garis tengah
bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan beberapa otot
kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus. Laring merupakan
struktur yang lengkap terdiri atas:cartilago yaitu cartilago thyroidea,
epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea.
Membarana
yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum, membrana
mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis Cartilago
tyroidea à berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung
batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya
ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat
beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea.Membrana Tyroide Ã
mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os hyoideum. Membrana
cricothyroideum à menghubungkan batas bawah dengan cartilago cricoidea.
Epiglottis
Cartilago yang berbentuk
daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada
bagian belakang V cartilago thyroideum.
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring
Cartilago cricoidea
Cartilago berbentuk cincin
signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah cartilago
tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea.
Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada
setiap sisi. Membrana cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan cincin
trachea I
Cartilago arytenoidea
Dua cartilago kecil
berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica vokalis
pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan
Membrana mukosa
Laring sebagian besar
dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder yang
bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.
Plica vokalis
Plica vocalis adalah dua
lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas ligamenturn vocale, dua pita
fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago thyroidea di bagian
depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.
Otot
Otot-otot kecil yang
melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea, yang dengan
kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan plica vocalis.
Otot-otot tersebut diinervasi oleh nervus cranialis X (vagus).
Respirasi
Selama respirasi tenang,
plica vocalis ditahan agak berjauhan sehingga udara dapat keluar-masuk. Selama
respirasi kuat, plica vocalis terpisah lebar.
Fonasi
Suara dihasilkan olch
vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang dihasilkan dimodifikasi oleh
gerakan palaturn molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi tertentu oleh
sinus udara cranialis.
Gambaran klinis
Laring dapat tersumbat
oleh:
§
Benda
asing, misalnya gumpalan makanan, mainan kecil
§
Pembengkakan
membrana mukosa, misalnya setelah mengisap uap atau pada reaksi alergi
§
Infeksi,
misalnya difteri
§
Tumor,
misalnya kanker pita suara.
d.
Trachea atau batang tenggorok
Adalah tabung fleksibel
dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan dari
cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium
sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni)
atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 – 20
lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama
oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea,
selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
e.
Bronchus
Bronchus yang terbentuk
dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima,
mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama.
Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru.
Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang
kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah
cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri
lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri
pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas
dan bawah.Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus
lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus
menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi
bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang
lebih I mm.
Bronkhiolus tidak diperkuat
oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya
dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah
sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
f. Paru-Paru
Paru-paru terdapat dalam
rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki :
1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm
diatas calvicula
2. permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam
dinding dada
3. permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan
jantung.
4. Basis, Terletak pada diafragma.
Paru-paru juga dilapisi
oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura
terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi
atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri
dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh
jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial
venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap
paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup
luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
1.3 Etiologi
Pneumonia
Pneumonia
bisa diakibatkan adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dan
penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat
hingga menimbulkan perubahan karakteristik pada kuman. Etiologi pneumonia
berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan hal ini berdampak kepada
obat yang akan di berikan. Mikroorganisme penyebab yang tersering adalah
bakteri, yang jenisnya berbeda antar Negara, antara suatu daerah dengan daerah
yang lain pada suatu Negara, maupun bakteri yang berasal dari lingkungan rumah
sakit ataupun dari lingkungan luar. Karena itu perlu diketahui dengan baik pola
kuman di suatu tempat.
Pneumonia
yang disebabkan oleh infeksi antara lain :
1.
Bakteri
Agen
penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif atau gram-negatif
seperti : Steptococcus pneumonia (pneumokokus), Streptococcus piogenes,
Staphylococcus aureus, Klebsiela pneumoniae, Legionella, hemophilus influenzae.
2.
Virus
Influenzae
virus, Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial adenovirus, chicken-pox
(cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herves simpleks, Virus sinial
pernapasan, hantavirus.
3.
Fungi
Aspergilus,
Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma kapsulatum.Selain disebabkan
oleh infeksi, pneumonia juga bisa di sebabkan oleh bahan-bahan lain/non infeksi
:
§
Pneumonia
Lipid : Disebabkan karena aspirasi minyak mineral
§
Pneumonia
Kimiawi : Inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik atau uap kimia seperti
berillium
§
Extrinsik
allergic alveolitis : Inhalasi bahan debu yang mengandung alergen seperti spora
aktinomisetes termofilik yang terdapat pada ampas debu di pabrik gula
§
Pneumonia
karena obat : Nitofurantoin, busulfan, metotreksat
§
Pneumonia
karena radiasi
§
Pneumonia
dengan penyebab tak jelas.
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering
adalah:
§
Virus
sinsisial pernafasan
§
Adenovirus
§
Virus
parainfluenza
§
Virus
influenza
Adapun cara mikroorganisme
itu sampai ke paru-paru bisa melalui :
§
Inhalasi
(penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar.
§
Aliran
darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
§
Migrasi
(perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.
Faktor-faktor resiko
terkena pneumonia, antara lain: Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia lanjut,
alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan, Jenis kelamin
laki-laki , Gizi kurang, Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI memadai,
Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang tidak memadai, Membedong
bayi, efisiensi vitamin A dan penyakit kronik menahun. Selain faktor-faktor
resiko diatas, faktor-faktor di bawah ini juga mempengaruhi resiko dari
pneumonia :
1. Individu yang mengidap
HIV
2. Individu yang terpajan
ke aerosol dari air yang lama tergenang
3. Individu yang mengalami
aspirasi isi lambung
4. Karena muntah air akibat
tenggelam
5. Bahan yang teraspirasi
Pneumonia paling sering
diakibatkan oleh infeksi bakteri, virus, atau mikoplasma, atau aspirasi benda
asing. Organisme utama penyebab pnuemonia bakteri pada bayi berusia kurang dari
3 bulan adalah streptococcus pneumonia,
streptococcus grup A, staphylococcus,
basil gram-negatif, basil enterik, dan chlamydia.
Pada anak-anak berusia antara tiga bulan sampai 5 tahun, S. Pneumoniae, H. Influenzae (menurun sejak diberikan vaksin), dan staphylococcus merupakan organisme umum
penyebab pneumonia bakteri. Pneumonia virus lebih sering terjadi dibandingkan
pneumonia bakteri. Penyebab paling sering pneumonia virus pada bayi adalah RSV.
Adeno –associated virus, virus
influenza dan parainfluenza merupakan organisme yang biasanya menyebabkan
pneumonia virus pada anak-anak yang lebih besar. Pneumonia mikoplasma mirip dengan
pneumonia virus, kecuali bahwa organisme mycoplasma
lebih besar dibandingkan virus. Pneumonia mikoplasma terjadi lebih sering
pada anak-anak berusia lebih dari 5 tahun (Mary E. Muscari, 229).
1.4 Manifestasi
Klinis
a.
Kesulitan
dan sakit pada saat pernapasan
·
Nyeri pleuritik
·
Napas dangkal dan mendengkur
·
Takipnea
b.
Bunyi
napas diatas area yang mengalami konsolidasi
·
Mengecil, kemudian menjadi hilang
·
Krekels, rhonki, egofoni
c.
Gerakan
dada tidak simetris
d.
Menggigil
dan deman 38,80C sampai 41,10C, delirium
e.
Diafoesis
f.
Anoreksia
g.
Malaise
h.
Batuk
kental produktif
Sputum kuning kehijauan
kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
i.
Gelisah
j.
Sianosis
k.
Area
sirkumoral
Dasar kuku
kebiruanMasalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati.
1.5 Patofisiologi
1.
Aspirasi
mikroorganisme yang mengkolonisasi sekresi orofarinks merupakan rute infeksi
yang peling sering. Rute inokulasi lain meliputi inhalasi, penyebaran infeksi
melalui darah (hematogen) dari area infeksi yang jauh, penyebaran langsung dari tempat penularan infeksi.
2.
Jalan
napas atas merupakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi, tetapi,
pembersihan mikroorganisme oleh air liur, ekspulsi mukosiliar, dan sekresi IgA
dapat terhambat oleh berbagai penyakit, penurunan imun, merokok, dan intubasi
endotrakeal.
3.
Pertahanan
jalan napas bawah meliputi batuk, refleks muntah, ekspulsi mukosiliar,
surfaktan, fagositosis makrofag dan polimorfonukleosit (PMN), dan imunitas
selular dan humoral. Pertahan ini dapat dihambat oleh penurunan kesadaran,
merokok, produksi mukus yang abnormal (mis, kistik fibrosis atau bronkitis
kronis), penurunan imun, intubasi dan tirah baring berkepanjangan.
4.
Makrofag
alveolar merupakan pertahanan primer terhadap invasi saluran pernapasan bawah
dan setiap harimembersihkan jalan napas dari mikroorganisme yang teraspirasi
tanpa menyebabkan inflamasi yang bermakna.
5.
Bila
jumlah atau virulensi mikroorganisme terlalu besar, maka makrofag akan merekrut
PMN dan memulai rangkaian inflamasi dengan pelepasan berbagai sitokin termasuk
leukotrien, faktor nekrosis tumor (TNF), interleukin, radikal oksigen, dan
protese.
6.
Inflamasi
tersebut menyebabkan pengisian alveolus mengalami ketidakcocokan
ventilasi/perfusi dan hipoksemia. Terjadi apoptosis sel-sel paru yang meluas,
ini membantu membasmi mikroorganisme intrasel seperti tuberkulosis atau
klamidia, tetapi juga turut andil dalam proses patologis kerusakan paru.
7.
Infeksi
dan inflamasi dapat tetap terlokalisir di paru atau dapat menyebabkan
bakteremia yang mengakibatkan meningitis atau endokarditis, sindrom respons
inflamasi sistemik (Systemic inflamatory response syndrome, SIRS), dan/atau sepsis.
8.
Faktor
virulensi dari berbagai mikroorganisme dapat memengaruhi patofisiologi dan perjalanan
klinis penyakit. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) merupakan contoh yang
sangat tepat.
1.6 Klasifikasi Pneumonia
Sistem
klasifikasi lain yang penting digunakan untuk pneumonia adalah klasifikasi
klinis kombinasi, yang mengkombinasikan banyak faktor termasuk usia,
§
Suksion
subglotis kontinu
§
Variasi/rotasi
postural
§
Gunakan
sukralfat daripada penyekat H2 untuk profilaksis (masih
kontroversial)
§
Bilas
mulut dengan klorheksidin
§
Usia
diatas 65 tahun, tunawisma, dirawat dirumah sakit karena pneumonia ditahun yang
lalu
§
Denyut
nadi > 140/menit, frekuensi respirasi > 30/menit hipotensi.
§
Temperatur
> 38,30C
§
Penurunan
status mental, sianosis
§
Imunosupresi,
kondisi penyerta
§
Mikroorganisme
risiko tinggi (mis, infeksi pseudomonas yang terbaru)
§
SDP < 4000
atau > 3000/µL
§
Tekanan
parsial oksigan dalam darah arteri (PaO2) < 60 atau PaCO2>
50
§
Foto
ronsen dada dengan keterlibatan banyak lobus atau progresi cepat
§
Menarik
napas dalam dan batuk, fisioterapi dada bila tersedia
§
Antibiotik
untuk pneumonia bakteri, parasit, atau jamur (bukan virus)
§
Perlindungan
empiris paling sering digunakan pada pasien rawat jalan; pewarnaan gram pada
sputum dapat menjadi panduan terapi pada pasien rawat inap tetapi mungkin perlu
diubah bila kultur dengan sensitivitas telahtersedia (48 samapi 72 jam).
§
Pilihan
antibiotik empiris bervariasi berdasar pada pasien rawat jalan versus rawat
inap, usia, faktor risiko pasien, dan pengkajian pasien; pilihan antibiotika
empiris yang umum dirangkum dalam tabel dibawah.
Tipe pasien
|
Pengkajian pasien
|
Antibiotika empiris
|
Pasien rawat jalan
|
Imunokomperen
Diperkirakan terdapat S pneuminiae yang resisten
terhadap PCN
Aspirasi
Usia 18 sampai 40 tahun
|
Makrolida, fluoroqulnolon atau doksisiklin
Amoksilin/klavulanat
doksisiklin
|
Pasien rawat inap
|
Bangsal medis umum
ICU
Penyakit paru
Aspirasi
|
Beta laktam dengan makrolida atau fluoroquinolon
sama seperti anti-pseudomonas dengan makrolida atau fluoroquinolon dengan
aminoglikosida
Fluoroquinolon dengan klindamisin.
|
1.7
Pemeriksaan Diagnosis
1.
Chest
X-ray: teridentifikasi adanya penyebaran (misalnya: lobus dan bronkhial); dapat
juga menunjukan multipel abses/infiltrat, empiema (staphylococcus); penyebaran
atau lokasi infiltrat (bakterial); atau penyebaran/extensive nodul infiltrat (sering
kali viral), pneumonia mycoplasma chest X-ray mungkin bersih.
2.
Analisis
gas darah (analysis blood gasses-ABGs) dan
pulse oximetry: abnormalitas mungkin
timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru.
3.
Pewarna
Gram/culture sputum dan darah: didapatkan
dengan needly biopsy, apirasi
transtrakheal, fiberoptic bronchoscopy, ataubiopsi
paru-paru terbuka untuk mengeluarkan organisme penyabab. Lebih dari satu tipe
organisme yang dapat ditemukan, seperti diplococcus
pneumonia, staphylococcus aureus, A.
Hemolytic streptococcus , dan hemophilus
influenzae.
4.
Periksa
darah lengkap (complete blood count-): leukositosis
biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood coun-WBC) rendah pada infeksi virus
5.
Tes
serologi : membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik
6.
LED:
meningkat
7.
Pemeriksaan
fungsi paru-paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar):
tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun,
hipoksemia
8.
Elektrolit
:sodium dan klorida mungkin rendah
9.
Bilirubin
mungkin meningkat
1.8
Komplikasi
Kadang-kadang
pneumonia berperan penting dalam penambahan masalah medis yang disebut
komplikasi. Komplikasi yang penting sering disebabkan oleh pneumonia karena
bekteri daripada virus. Komplikasi yang penting meliputi :
1.
Gagal
napas dan sirkulasi
Efek
pneumonia terhadap paru-paru pada orng yang menderita pneumonia sering
kesulitan bernapas, dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk tetap cukup
bernapas tanpa bantuan agar tetap hidup. Bantuan pernapasan non-invasiv yang
dapat membantu seperti mesin untuk jalan napas dengan bilevel tekanan positif,
dalam kasus lain pemasangan endotracheal tube kalau perlu dan ventilator dapat
digunakan untuk membantu pernapasan.
Pneumonia
dapat menyebabkan gagal napas oleh pencetus akut respiratory distress syndrome
(ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan respons inflamasi dalam paru-paru
segera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu dengan
keras menyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan alveoli, harus
membuat ventilasi mekanik yang membutuhkan.
Syok
sepsis dan septik merupakan komplikasi potensial dari pneumonia. Sepsis terjadi
karena mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem imun melalui
sekresi sitokin. Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena bakteri;
streptococcus pneumonia merupakan salah satu penyebabkan individu dengan sepsis
atau septik membutuhkan unit perawatan intensif dirumah sakit. Mereka
membutuhkan cairan infus dan obat-obatan untuk membantu mempertahankan tekanan
darah agar tidak turun sampai rendah. Sepsis dapat meyebabkan kerusakan hati,
ginjal, dan jantung diantara masalah lain dan sering menyebabkan kematian.
2.
Efusi
pleura, empyema, dan abces
Ada
kalanya, infeksi mikroorganisme pada paru-apru akan menyebabkan bertambahnya
(effusi pleura)cairan dalam ruang yang mengelilingi paru (rongga pleura). Jika
mikroorganisme itu sendiri ada di rongga pleura, kumpulan cairan ini disebut
empyema. Bila cairan pleura ada pada orang dengan pneumonia, cairan ini sering
diambil dengan jarum (toracentesis) dan periksa, tergantung dari hasil
pemeriksaan ini. Perlu pengaliran lengkap dari cairan ini, sering memerlukan
selang pada dada. Pada kasusu empyema berat perlu tindakan pembedahan. Jika cairan tidak dapat
dikeluarkan, mungkin infeksi berlansung lama, karena antibiotik tidak menembus
dengan baik ke dalam rongga pleura.
Bakteri
akan menginfeksi bentuk kantong yang berisi cairan yang disebut abses. Abses
pada paru biasanya dapat dilihat dengan foto thorax dengan sinar x atau CT
scan. Abses-abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering mengandung
beberapa tipe bakteri. Biasanya antibiotik cukup untuk pengobatan abses pada
paru, tetapi kadang abses harus dikeluarkan oleh ahli bedah atau ahli radiologi.
1.9
Pathways Keperawatan
STUDI KASUS PNEUMONIA
Ny. R umur
25 tahun agama islam, suku bangsa jawa, pekerjaan PNS alamat Jl. Husni Tamrin
No 24 b pasar jambi. klien masuk RS pada tgl 30 september 2012 ruang paru kelas
1, klien msuk RS dengan keluhan demam sudah 5 hari, menggigil, klien juga
mengtakan nyeri dada pleuritik, batuk produktif, sputum hijau dan purulen. pada
saat pengkajian klien mengatakan nyeri dada pada saat batuk skala nyeri 8,intesitasnyerisetiap 20 menit,
hidung memerah,
retraksi interkostal, penggunaan otot bantu pernapasan dan timbul sianosis,
badan lemas dan teraba panas, malaise, dari hasil pemeriksaan fisik TD 130/90
mmHg, suhu 39 C, nadi 100 x/menit, dari hsil labor didapatkan Hb. 10.0 gr%,
leukosit 15000 ml.
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA
1. PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien:
Data dasar pengkajian pasien:
1.
Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan,
insomnia
Tanda : letargi, penurunan
toleransi terhadap aktivitas.
2.
Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan
kemerahan, atau pucat.
3.
Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan,
mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit
kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia(malnutrisi)
4.
Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah
frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental
(bingung)
5.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada
(meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang
sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
6.
Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK
kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : - sputum: merah muda,
berkarat
- perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
- premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
- bunyi nafas menurun
- warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
- perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
- premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
- bunyi nafas menurun
- warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
7.
Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem
imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar .
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar .
8.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami
pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea
bronchial,pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
b.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa
oksigendarah.
3. RENCANA KEPERAWATAN
No Dx
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan 2x24 jam diharapkan bersihan jalan napas efektif dengan
kriteria hasil :
-
Batuk efektif
- Nafas normal (12-20x/menit) - Bunyi nafas bersih - Sianosis |
Kaji frekuensi/kedalaman
pernafasan dan gerakan dada.
|
Takipnea, pernafasan
dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan. |
Auskultasi area paru,
catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas
|
Penurunan aliran darah
terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
|
||
Biarkan teknik batuk
efektif
|
Batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan
jalan nafas paten. |
||
Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, eks.
|
Alat untuk menurunkan
spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk memperbaiki
batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara
hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan.
|
No Dx
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
2.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan gangguan pertukaran gas dapat teratasi dengan kriteria hasil
:
- Sianosis
- Nafas normal (12-20x/menit) - Sesak - Hipoksia - Gelisah |
Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas
|
Manifestasi distress pernafasan tergantung pada
indikasi derajat keterlibatan
paru dan status kesehatan umum. |
Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku.
Catat adanya sianosis perifer (kuku)
atau sianosis sentral. |
Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh
terhadap demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan
kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
|
||
Kaji status mental.
|
Gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat
menunjukkan hipoksia
atau penurunan oksigen serebral. |
||
Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi,
nafas dalam dan batuk efektif.
|
Tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat
pengeluaran sekret
untuk memperbaiki ventilasi tak efektif. |
||
Kolaborasi dengan tim dokter dalam memberikan terapi
oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.
|
Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan
dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pe.
|
4. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan rencana tindakan menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan pedoman atau prosedur teknik yang telah ditentukan.
Dilakukan sesuai dengan rencana tindakan menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan pedoman atau prosedur teknik yang telah ditentukan.
5. EVALUASI
Kriteria keberhasilan:
Kriteria keberhasilan:
§
Berhasil
Tuliskan kriteria keberhasilannya dan tindakan dihentikan
Tuliskan kriteria keberhasilannya dan tindakan dihentikan
§
Tidak
berhasil
Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.
Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.
BAB III
PENUTUP
2.1
Kesimpulan
Pneumonia adalah penyakit
umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama kematian di antara semua
kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi pada masa
neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga
kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia.
Pneumonia adalahpenyakitinflamasipadaparu yang
dicirikandenganadanyakonsolidasiakibateksudat yang masukdalam area alveoli.
(Axton & Fugate, 1993).
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti :
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa,
eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicans
5. Aspirasi: lambung
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Respirasi. Jakarta :
Salemba Medika
Marilynn E. Doenges Mary france Moorhouse. Alice C.
Geissler. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC
Anonima. 2012.Asuhan
Keperawatan Pneumonia. Http://sains.wordpress.com. Diakses tanggal 02
Desember 2012 jam 21:08 WIB
Anonimb. 2012. Definisi
Pneumonia. Http://www.scribd.com/. Diakses tanggal 02 Desember 2012 jam 21:20 WIB
http://meilanyhartanti.blogspot.com/2013/10/asuhan-keperawatan-pneumonia.html
No comments:
Post a Comment