Disusun Oleh:
Siti Nurrohmah Widhawati
Sulton Akbar Nafis
Susiyanti
Tissa Opilaseli
U’un Prapmaneta
Wada Rahma Iqbal
Wiji Astuti
Wiwik Nurhikmah
Bagas
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2014
PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM MUSKULOSKELETAL
A.
PENDAHULUAN
Pengkajian muskuloskeletal meliputi pemeriksaan pada tulang, persendian
dan otot.
Pengkajian
pada sistem ini rumit karena:
1.
Bagian-bagian ini
bertanggung jawab untuk pergerakan,penunjang dan stabilitas tubuh.
2.
Fungsinya sangat
terintegrasi dengan sistem integumen dan neurologis.
Oleh karenanya, sebelum melakukan pemeriksaan fisik, seorang perawat
terlebih dahulu harus mengetahui tentang anatomi dan fisiologi sistem
muskuloskeletal dan integrasinya dengan sistem neurologi dan inteumen.
Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam pengkajian fisik sistem
muskuloskeletal adalah, inspeksi dan palpasi.
B.
TUJUAN UMUM
1.
Untuk memperoleh data dasar
tentang otot, tulang dan persendian.
2.
Untuk mengetahui adanya mobilitas,
kekuatan atau adaya gangguan pada bagian tertentu.
C.
PERALATAN YANG DIPERLUKAN
1.
Meteran
2.
Goniometer
D.
LANGKAH PEMERIKSAAN
1.
Pada pemeriksaan fisik
sistem muskuloskeletal, posisi klien tergantung pada kelompok otot mana yang
diperiksa, klien dapat duduk, terbaring terlentang, ataupun dalam keadaan
berdiri.
2.
Pengkajian dimulai saat
klien dalam keadaan netral.
3.
Pengkajian juga bahwa otot
dan sendi klien terbuka dan bebas bergerak.
4.
Untuk dapat melakukan
observasi secara lengkap dan cermat, tubuh klien harus dapat dilihat dengan
jelas, dan perlu diperhatikan tentang suhu ruangan harus cukup hangat. Ruangan
harus cukup luas. Lakukan langkah-langkah pemeriksaan berikut ini:
Ø Inspeksi Secara Umum
Observasi gaya berjalan, cara berdiri dan postur saat memsuki ruangan. Pengkajian
dimulai saat klien berada dalam posisi netral, secara normal klien harus
berjalan dengan kedua lengan bergerak bebas di sisinya, kepala mendahului
tubuh, kedua ibu jari mengarah tepat kedepan.
a.
Minta klien untuk berjalan
pada sebuah garis lurus, minta klien untuk berdiri, perhatikan cara berdiri dan
postur tubuh klien.
§ Posisi berdiri, pasien berdiri yang normal adalah tegak lurus, dengan
panggul dan bahu berada dalam satu keselarasan
§ Pada saat berjalan, observasilah:
·
Gaya berjalan
·
Gerakan ekstrimitas
·
Adanya penegangan pada kaki
§ Penampilan klien secara keseluruhan:
Adalah fleksi secara umum, kepala dan leher mengarah kedepan, kifosis
dorsalis, fleksi pada siku, pergelangan tangan, pinggul dan lutut, berdiri pada
dasar lebar.
Observasi
klien dari samping, perhatikan:
·
Kaji lengkung : Spinal, Servikal,
Torakal, dan Lumbal
·
Kaji penyangga serta
stabilitas penahan berat badan
Penyimpangan
dari normal:
ü Adanya deformitas
ü Lordosis
ü Kifosis
ü Skilofosis
b.
Inspeksi kulit dan jaringan
subkutan dibawah otot, tulang dan sendi, terhadap:
§ Adanya warna yang tidak normal
§ Pembengkakan, atau
§ Adanya massa
Secara normal jaringan biasanya mengikuti bentuk bagian tubuh tanpa
pembengkakan atau massa
c.
Observasi Rentang Gerak
Sendi
§ Ukuran secara keseluruhan
§ Adanya defomitas
§ Pembesaran tulang
§ Kesimetrisan
§ Keselarasan, panjang terhadap posisi tubuh
Dalam keadaan normal biasanya terdapat simetris bilateral pada paanjang,
lingkar, keselarasan posisi.
Ø Pemeriksaan Rentang Gerak Sendi
Pada pemeriksaan rentang gerak sendi, pertama buatlah tiap sendi mencapai
rentang gerak normal yang penuh, kemudian bandingkan keselarasan sendi pada
keduasisi tubuh.
Selanjutnya uji kedua rentang gerak aktif dan pasif untuk masing-masing
kelompok sendi otot mayor yang berhubungan. Melakukan uji rentang luas,
sehingga gerakan kelompok otot bebas, tiak terhambat jangan paksa sendi
bergerak kearah posisi yang menyakitkan.
Pada saat melakukan uji rentang gerak sendi, lakukan pemeriksaan baik
secara inspeksi maupun palpasi terhadap:
§ Pembengkakan
§ Deformitas
§ Kondisi jaringan sekitar
§ Kekakuan
§ Ketidakstabilan gerak sendi
§ Adanya rasa sakit/ Nyeri
§ Krepitasi
§ Nodul
Bila sendi terlihat bengkak atau adanya inflamasi, maka observasi
kehangatan kulit sekitar sendi tersebut.
Pada saat pengukuran rentang gerak sendi secara pasif, klien harus dalam
keadaan rileks untuk memungkinkan gerak sendi pasif sampai akhir gerak sendi
terasa.
Bila diduga terjadi penurunan gerek sendi, maka gunakan goniometer untuk
pengukuran yang tepat mengenai derajat gerakan, caranya:
1.
Ukur sudut sendi sebelum
rentang gerak sendi secara penuh
2.
Ukur sudut sendi setelah
rentang gerak sendi sejauh mungkin
3.
Bandingkan hasilnya dengan
derajat normalgerakan sendi
Ø Posisi Rentang Gerak Sendi Normal
1.
Fleksi, Gerakan memperkecil sudut antara dua tulang yang menyatu, pada bidang
anterior-posterior. Penekukan ekstrimitas. Contoh, menekuk siku, lutut dan
kepala.
2.
Ekstensi, Gerakan memperbesar sudut antara dua tulang yang menyatu. Contoh,
meluruskan siku, jari, lutut, kepala.
3.
Hiperekstensi, Gerakan bagian tubuh melebihi batas normal posisi ekstensinya. Contoh,
siku, jari lutut, kepala.
4.
Pronasi, Permukaan depan atau ventral bagian tubuh menghadap kebawah. Contoh:
Tangan dan lengan bawah.
5.
Supinasi, Permukaan dengan atau ventral bagian tubuh menghadap keatas. Contoh: Pada
tangan dan lengan bawah.
6.
Abduksi, Gerakan ekstrimitas menjauhi dari garis tengah tubu. Contoh, tungkai,
lengan dan jari.
7.
Adduksi, Gerakan ekstrimitas kearah garis tengah tubuh. Contoh: tungkai, lengan
dan jari.
8.
Rotasi Internal, Rotasi sendi kearah dalam.
9.
Rotasi Eksternal, Rotasi sendi kearah luar. Contoh: lutut dan panggul.
10. Eversi, Pembalikan bagian tubuh menjauhi garis tengah.
Contoh: telapak kaki.
11. Inversi, Pembalikan bagian tubuh
kearah garis tengah. Contoh: telapak kaki.
12. Dorsi Fleksi, Fleksi dari telapak kaki dan
jri jaringan keatas.
13. Plantar Fleksi, Penekukan telapak kaki dan
jari-jarinya kebawah. Contoh: Telapak kaki
Ø Rentang gerak sendi normal :
Anggota Tubuh
|
Gerakan
|
Pengukuran
|
Rahang
|
Membuka dan menutup rahang.
Gerakkan rahang dari sisi ke sisi.
Gerakkan rahang kedepan.
|
Mampu untuk memasukkan tiga jari.
Sisis dasar gigi tumpang tindih
dengan puncak sisi gigi.
Puncak sisi gigi jatuh kebelakang
gigi bawah.
|
Leher
|
Menyentuh dagu ke stenum.
Ekstensi leher dengan dagu
menghadap ke atap.
Menekuk leher secara lateral,
telinga mengarah ke bahu.
Rotasi leher dengan telinga
mengarah ke dada.
|
Fleksi 70°-90°
Hiperekstensi 55°
Penekukkan lateral 35°
Rotasi 70° ke kiri dan kanan
|
Tulang Belakang
|
Menekuk kedepan pinggang
Menekuk ke belakang
Menekuk ke tiap sisi
|
Fleksi 75°
Ekstensi 30°
Penekukkan lateral 35°
|
Bahu
|
Abduksi
lengan lurus ke atas.
Abduksi
lengan kegaris tengah tubuh.
Abduksi
lengan secara horisontal lurus dengan lantai.
Tarik
lengan belakang ke arah tulang belakang, belakang dan kedepan menyilang
terhadap dada.
Fleksi
kedepan atau elavasi dengan lengan lurus.
Eksistensi
kebelakang dengan lengan lurus.
|
Abduksi 180º
Abduksi 45º
Ekstensi
horisontal 45º
Fleksi horisontal 130º
Fleksi 180º
Eksistensi 60º
|
Siku
|
Ekstensi lengan bawah ke batas terjauh
normal.
Fleksi lengan bawah kearah bisep.
Hiperekstensi lengan di luar batas
normalnya.
Supinasi lengan bawah.
Pronasi lengan bawah
|
Ekstensi 150º
Fleksi 150º
Hiperekstensi 0º-10º
Supinasi 90º
Pronasi 90º
|
Pergelangan Tangan
|
Fleksi pergelangan kearah lengan
bawah.
Ekstensi pergelangan tangan kearah belakang.
Simpangkan lateral pergelangan kearah radial.
Simpangkan lateral pergelangan kearah ulnar .
|
Fleksi 80º-90º
Ekstensi 70º
Penyimpangan kearah radial 20º
Penyimpangan kearah ulnar 30º-50º
|
Anggota
Tubuh
|
Gerakan
|
Pengukuran
|
Jari -
jari
|
Fleksikan jari-jari membentuk
sebuah kepalan.
Ekstensikan sampai datar.
Buka jari-jari hingga terpisah.
Silangkan jari-jari bersamaan.
Oposisi setiap jari mampu menyentuh ibu jari.
|
80º-100º
(bervariasi tergantung pada sendinya)
Ekstensi
0º-45º
Abduksi
antara jari-jari 20º
Abduksi
(jari-jari bersentuhan)
Meliputi
abduksi, rotasi, dan fleksi.
|
|
Panggul Naikkan
tungkai dengan lutut lurus.
Naikkan tungkai dengan lutut berfleksi.
Berbaring tengkurap, ekstensikan tungkai ke
belakang.
Abduksi sebagian tungkai yang fleksi kearah luar.
Abduksi sebagian tungkai yang fleksi
kearah dalam.
Fleksi lutut dan ayun kaki menjauhi garis
tengah. Rotasi internal 35º-40º
Fleksi lutut dan ayun kaki ke arah garis tengah.
|
Fleksi 90º
Fleksi
110º-120º
Ekstensi
30º
Abduksi
45º-50º
Abduksi
20º-30º
Rotasi
internal 35º-40º
Rotasi
eksternal 45º
|
Lutut
|
Fleksi lutut dengan betis
menyentuh paha.
Ekstensi lutut luar batas normal eksistensinya.
Putar lutut dan tungkai bawah ke
garis tengah.
|
Fleksi 90º
Hiperekstensi
15º
Rotasi
internal 10º
|
Tumit
|
Dorsiflekkan kaki dengan ibu jari mengarahke kepala
Plantar kaki fleksi dengan ibu jari mengarah kebawah.
Putar balik kaki menjauh dari garis tengah.
Putar balik kaki mengarah dari garis tengah.
|
Dorsifleksi
20º
Plantar
fleksi 45º
Eversi 20º
Inversi
30º
|
Ibu jari
|
Lekukkan ibu jari ke bawah telapak.
Angkat ibu jari ke atas.
Ibu jari dirngangkan.
|
Fleksi 35º-60º(bervariasi tergantung sendinya)
Ekstensi 0º-90º (bervariasi tergantungpada sendinya)
|
Hasil Normal:
1.
Sendi harus bebas dari kekakuan,
ketidak stabilan pembengkakan atau inflamasi
2.
Bila dilakukan penekanan
pada tulang dan otot harus adanya ketidaknyamanan pada daerah yang ditekan
3.
Rentang gerakan dibanding
dengan gerakan pasif dan aktif harus setara untuk masing-masing sendi dan diantara
sendi-sendi kontralateral
4.
Sendi normal bisa bergerak
tanpa ada rasa sakit atau kerpitasi
Ø Pemeriksaan Tonus Otot dan Kekuatan Otot
Tonus terdeteksi sebagai tahanan otot saat ekstremitas rileks
secarapasif, digerakan melalui rentang geraknya. Periksalah tiap kelompok otot
dengan mengkaji kekuatan otot dan membandingkan pada kedua sisi tubuh.
Tonus dan kekuatan otot dapat diperiksa selama pengukuran rentanggerak
sendi
Cara Pemeriksaan:
a.
Mintalah klien untuk
membentuk suatu posisi yang stabil
b.
Minta
klien untuk memfleksikan otot yang akan diperiksa, kemudian suruh klien untuk
menahan tenaga dorong yang perawat lakukan terhadap fleksinya
c.
Periksa seluruh kelompok
otot mayor, kemudian bandingkan kekuatan secara bilateral.
Pada Saat Melakukan Tahanan:
a.
Minta klien untuk membentuk
suatu posisi kuatnya
b.
Beri peningkatan tenaga
dorong secara bertahap terhadap kelompok otot
c.
Mintalah klien untuk menahan
dorongan, untuk menggerakan sendi berlawanan dengan dorongan tersebut
d.
Klien menjaga tahanan sampai
diminta untuk menghentikannya
e.
Sendi yang normal biasanya
bergerak saat pemeriksa memberi variasi kekuatan tenaga
Bila otot klien lemah, maka ukurlah otot dengan pita pengukur,
kemudian dibandingkan dengan sisi yang berlawanan
TINGKAT GRADIASI KEKUATAN OTOT
Ciri-Ciri
|
Skala Lovert
|
Derajat
|
Presentasi
Normal
|
Paralisis
total, tak ada bukti
Kontraktilitas
|
Nol
|
0
|
0
|
Tidak ada
gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot sedikit
|
Kecil
|
1
|
10
|
Gerakan
otot penuh, menentang gravitasi dengan sokongan
|
Buruk
|
2
|
25
|
Rentang
gerak lengkap/normal menentang gravitasi
|
Sedang
|
3
|
50
|
Gerakan
normal penuh, menentang gravitasi dengan sedikit tahanan
|
Baik
|
4
|
75
|
Gerakan
normal penuh menentang gravitasi dengan penahan penuh
|
Normal
|
5
|
100
|
Hasil Normal
1.
Tonus otot
normal menyebabkan tahanan ringan dan datar terhadap gerakan pasif
selama rentang geraknya
2.
Kekuatan otot secara
bilateral simetris terhadap tahanan tenaga dorong
3.
Lengan dominan kemungkinan sedikit
lebih kuat dari lengan yang tidak dominan
Penyimpangan Dari Normal
a.
Kelainan gaya berjalan
·
Penghentakan kaki
·
Kaki berlekuk-lekuk
·
Penyeretan kaki
·
Posisi batang tubuh terhadap
kaki
b.
Kelainan postural
·
Kifosis
·
Lordosis
·
Skoliosis
c.
Kelainan gerak rentang
·
Nyeri pada sendi : ketidak
stabilan, kekuatan sendi
·
Gerakan meraba-raba pada
sendi yang tak biasa
·
Pembengkakan/inflamasi pada
sendi
·
Atropi otot dan perubahan
kulit disekitar sendi
·
Gerakan spesifik
·
Rentang gerak kurang normal
d.
Kelainan otot
·
Hipertonus, otot teraba
keras
·
Hipotonik, otot teraba lunak
·
Atonik, teraba lunak/lembek
·
Atropi, otot mengecil
No comments:
Post a Comment