Thursday 2 October 2014

PENGKAJIAN GASTROINTESTINAL



MAKALAH
PENGKAJIAN GASTROINTESTINAL


Disusun oleh :
Kelompok 2
1.     DiahRiniSetiyawati
2.     Dimas JanuPratama
3.     DwiSeptyaningrum
4.     FinaWijayanti
5.     FitriFauziahApriliani
6.     HidayatulKhosidah
7.     Ika safitri
8.     Ike Kusuma Rimbani
9.     Indri DwiPratiwi

2 Reguler B


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN
2014




KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah pengkajian kesehatan dan diasnotik ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu memberikan semangat dan dorongan demi terwujudnya karya ini, yaitu makalah pengkajian kesehatan dan diasnotik ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Bp. Supriyo yang telah  membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis makalah ini. Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan untuk menyempurnakan makalah ini.
Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.

                                                                                                   Pekalongan, 04 september 2014

                                                                                                                       
Penyusun










DAFTAR ISI


Halaman judul................................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang......................................................................................        1
B.       Tujuan Penulisan...................................................................................        1
C.       Manfaat Penulisan................................................................................        1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pemeriksaan fisik........................................................................................... 2
B.     Pemeriksaan fisik pada mulut dan faring....................................................... 3
C.     Pemeriksaan fisik pada abdomen................................................................... 3
D.    Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan..................................... 5
BAB III PENUTUP
A.    Simpula...................................................................................................        iv
B.     Saran.......................................................................................................        iv
Daftar Pustaka....................................................................................................        v












BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perawat mulai dengan mengambil riwayat lengkap, memfokuskan pada gejala-gejala umum disfungsi gastrointestinal. Gejala-gejala dimana pengkajian difokuskan mencakup nyeri, kembung, bising usus, mual dan muntah, hematemesis, perubahan kebiasaan defekasi serta karakteristik feses.
 Nyeri sering merupakan gejala utama dari penyakit gastrointestinal. Kaji lokasi, durasi, pola, frekwensi, distribusi penyebaran dan waktu nyeri
Indigesti. Indigesti dapat diakibatkan oleh gangguan control saraf lambung dan bagian lain GI. Makanan berlemak cenderung menimbulkan ketidaknyamanan karena lemak berada di lambung lebih lama Sendawa dan flatulensi. Akumulasi gas di saluran GI dapat menimbulkan sendawa (pengeluaran gas melalui mulut bila gas mencapai lambung) dan flatulensi (pengeluaran gas dari rektum). Keluhan yang sering dirasakan : kembung, distensi atau merasa penuh. Mual dan muntah. Muntah biasanya didahului oleh rasa mual yang dapat dicetuskankan oleh bau, aktifitas, atau makanan yang masuk. Muntah dapat berupa partikel yang tidak dapat dicerna atau darah (hematemesis). Diare dan konstipasi. Diare secara umum terjadi bila isi saluran pencernaan bergerak terlalu cepat dan terdapat ketidakadekwatan waktu untuk absorbsi. Konstipasi adalah reternsi atau perlambatan pengeluaran feses dari rectum. Absorpsi berlebihan air dari bahan fekal menghasilkan feses yang yang keras, kering dan volume yang lebih kecil dari normal. Dikatakan konstipasi jika pada saat BAB sering mengejan, frekwensi dua kali setiap minggu. Riwayat lain yang perlu dikaji adalah riwayat kesehatan terdahulu, kesehatan keluarga dan riwayat psikososial.

B.     Tujuan
Untuk mempelajari tentang pengkajian gastrointestinal.
                                                                                                        
C.    Manfaat
1.      Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam melakukan pengkajian gastrointestinal
2.      Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
3.      Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai gastrointestinal




BAB II
PEMBAHASAN
1)    Pemeriksaan Fisik
Temuan fisik kemudian dikaji untuk memastikan data subyektif yang didapat dari pasien. Abdomen diinspeksi, diauskultasi, di palpasi dan diperkusi. Pasien ditempatkan pada posisi supine. Kontur dan simetrisitas dari abdomen dilihat dengan identifikasi penonjolan lokal, distensi atau gelombang peristaltik. Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi untuk mencegah terjadi perubahan motilitasi usus. Karakter, lokasi dan frekwensi usus dicatat, timpani atau pekak dicatat selama perkusi. Palpasi digunakan untuk mengidentifikasi massa abdomen atau area nyeri tekan.
Adanya temuan abnormal harus dicatat berdasarkan kwadran atau regio-regio untuk menggambarkan abdomen. (Kwadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan kwadran kiri bawah)

Regio-regio abdominalis
·      Hipokondria kanan
ü Lobus kanan hepar
ü Bagian duodenum
ü Fleksur hepatica
ü Ginjal kanan
ü Kelenjar suprarenal
·      Epigastrik
ü Akhir pilorik
ü Duodenum
ü Pankreas
·      Hipokondria kiri
ü Lambung
ü Limpa
ü Ginjal kiri
·      Lumbal kanan
ü Kolon asenden
ü Bagian duodenum dan yeynu
·      Umbilikalis
ü Omentum
ü Mesentrika
ü Bag. Bawah duodenum
ü Yeyenum dan ileum
·      Lumbal kiri
ü Kolon desenden
ü Bagian bawah ginjal kiri
ü Bag. Jejunum dan ileum
·      Inguinalis kanan
ü Sekum
ü Apendik
ü Ureter/ovarium
·      Hipogastrik
ü Ileum
ü Kandung kemih
ü uterus
·      Inguinalis kiri
ü kolon sigmoid
ü ureter
ü ovarium
2)      Pemeriksaan fisik pada mulut dan faring
Ø  Inspeksi warna bibir, kesimetrisan, luka/ulkus
Ø  Kemampuan membuka dan menutup mulut
Ø  Isspeksi lidah, bagian dalam mulut, warna dan kondisi membrane mukosa
Ø  Keadaan gigi geligi dan gusi, dikaji apakah ada carries, inflamasi atau tanda-tanda Perdarahan
3)      Pemeriksaan fisik pada abdomen
Inspeksi
§  Perubahan warna di abdomen
§  Distribusi rambut
§  Adanya ras, lesi, striae, petechie, scar atau ikterik
§  Kesimetrisan
Auskultasi
§  Bising usus à bunyi klik lembut yang terdengar setiap 5-10 detik di setiap kwdran abdomen, bising usus normal terdengar 5-12 kali/menit
§  Bising usus tidak ada (-) : dijumpai setelah tindakan pembedahan, peritonitis, ileus paralitik
§  Bising usus meningkat disebabkan hipermotilitas usus pada diare atau gastro enteritis, obstruksi usus
§  Bising abdomen (bruit) merupakan bunyi dari pembuluh darah (artery narrowing)
§   
Perkusi
§  Menentukan ukuran dan lokasi organ abdomen
§  Menentukan akumulasi berlebihan dari cairan dan udara dalam abdomen
§  Dilakukan disemua kwadran
§  Bunyi perkusi normal : Timpani pada 4 kwadran , timpani diatas hepar dan limpa
Palpasi
Karakter dinding abdomen, ukuran, kondisi dan konsistensi organ, lokasi nyeri
§  Palpasi ringan : tekan ujung-ujung jari sedalam 1-2 cm, palpasi dalam dilakukan penekanan sedalam 4 cm
§  Lakukan palpasi secara sistematis pada ke empat kwadran

Kwadran-kwadran abdomen
v Kwadran kanan atas :
·         Sebagian besar hati
·         Kandung empedu
·         Duodenum
·         Bagian kepala pancreas
·         Fleksur hepatikus colon
·         Sebagian kolon asenden dan tranversum
v  Kwadran kiri atas :
·      Lobus kiri hati
·      Lambung
·      Lien
·      Badan dan ekor pancreas
·      Pleksur splenikus colon
·      Sebagian kolon tranversum dan asenden
v  Kwadran kanan bawah :
·      Sekum
·      Apendiks
·      Ureter kanan
·      Ovarium kanan dan tuba fallopi
·      Korda spermatikus kanan
v  Kwadran kiri bawah :
·           Sebagian kolon desenden
·           Kolon sigmoid
·           Ureter kiri
·           Ovarium kiri dan tuba fallopi
·           Korda spermatikus kiri

4)      Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan
Definisi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
·  Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
·  Rontgen
·  Ultrasonografi (USG)
·  Perunut radioaktif
·  Pemeriksaan kimiawi.
             
              Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.
              Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti. Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.
a.      Pemeriksaan Kerongkongan
1)        Pemeriksaan barium.
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau difilmkan). Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan (misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau kaset video.
Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal.
·      Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa menunjukkan kelainan seperti: selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa)
·      divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
·      erosi dan ulkus kerongkongan
·      varises kerongkongan
·      tumor.
2)        Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan. Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.
3)        Pengukuran pH kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.
4)        Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan).
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).
5)      Intubasi
Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus. Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan. Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri. Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).
1.         Intubasi Nasogastrik.
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung. Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan karakteristik lainnya. Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya. Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat.
v  Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:
- Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
- Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.


2.         Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Intubasi Nasoenterik. Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
v  Prosedur ini bisa digunakan untuk:
- mendapatkan contoh isi usus
- mengeluarkan cairan
- memberikan makanan.
Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim).
Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak menimbulkan nyeri.

3.         Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat optik yang disebut endoskop.
v  Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
v  Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).
             
              Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari sekitar 30 cm-150 cm. Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan. Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal. Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya. Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop: Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil. Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan perdarahannya. Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.
              Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang.
Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.

4.      Laparoskopi
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop.
Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total. Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut.
v  Dengan laparoskopi dokter dapat:
- mencari tumor atau kelainan lainnya
-mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- memperoleh contoh jaringan
- melakukan pembedahan perbaikan.
5.             Rontgen
                  i.       Foto polos perut.
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).
                ii.       Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.

v Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat menilai:
- fungsi kerongkongan dan lambung
- kontraksi kerongkongan dan lambung
- penyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya. Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.
Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.

6.         Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya.
Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa.
Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul.
Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.



7.    USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam.
USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.
USG juga dapat menunjukkan adanya cairan.
Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar. USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.
8.    Pemeriksaan Darah Samar
Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan maupun kanker yang serius. Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena). Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya ulkus, kanker dan kelainan lainnya.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.














BAB III
PENUTUP

A.          Kesimpulan
         Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut daritubuh.
         Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

      B.     Saran
`Di sarankankepadapembaca agar pembacalebihbaikdalammengkajidanlebihtelitidalammengkaji gastrointestinal.











DAFTAR PUSTAKA


http://aianpramadhan.blogspot.com/2012/04/pengkajian-keperawatan-sistem.html

No comments:

Post a Comment