MAKALAH
TES
KESEIMBANGAN
Di susun oleh :
KELOMPOK
4
1. Annisa
Resiana (P17420313050)
2. Dedy
Samsun Hidayat (P17420313054)
3. Ika
Safitri (P17420313062)
4. Dewi
Aisyah (P17420313055)
5. Mastini
Febiyanti (P17420313070)
6. Maulida
Safutri (P17420313071)
7. Muhammad
Saifullah (P17420313072)
8. Ratna
Faradila (P17420313080)
9. Rima
Oktavinda P (P17420313081)
10. U’un
Prapmaneta (P17420313088)
11. Wada
Rahma Iqbal (P17420313089)
1
REGULER B
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI
D III KEPERAWATAN PEKALONGAN TAHUN 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Keseimbangan adalah
kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di tempatkan di
berbagai posisi. Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan
untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat
posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan
untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan
statis atau dinamis, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal. Keseimbangan
juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat
massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of
gravity) terhadap bidang tumpu (base of support).
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas,dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
Bagaimana
mengetes keseimbangan pada orang lain?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui
cara tes keseimbangan dengan tes Romberg.
2.
Mengetahui
cara tes keseimbangan dengan tes satu kaki.
3.
Mengetahui
cara tes keseimbangan dengan tes menyentuh hidung.
4.
Mengetahui
cara tes keseimbangan dengan tes menempatkan tumit kaki.
5.
Mengeahui cara tes keseimbngan dengan tes menepuk lutut.
6.
Mengeahui cara tes keseimbngan dengan tes tangan.
7.
Mengeahui cara tes keseimbngan dengan tes kaki
8.
Mengeahui cara tes keseimbngan dengan tes cara berjalan.
D. Manfaat
Penulisan
1.
Pembaca
dapat Mengetahui cara tes keseimbangan dengan tes Romberg.
2.
Pembaca
dapat Mengetahui cara tes keseimbangan dengan tes satu kaki.
3.
Pembaca
dapat Mengetahui cara tes keseimbangan dengan tes menyentuh hidung.
4.
Pembaca dapat Mengetahui
cara tes keseimbangan dengan tes menempatkan tumit kaki.
5.
Pembaca
dapat Mengeahui
cara tes keseimbngan dengan tes menepuk lutut.
6.
Pembaca dapat Mengeahui cara tes keseimbngan dengan tes
tangan.
7.
Pembaca dapat Mengeahui cara tes keseimbngan dengan tes
kaki.
8.
Pembaca dapat Mengeahui cara tes keseimbngan dengan tes cara
berjalan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Keseimbangan
Keseimbangan merupakan suatu proses komplek yang melibatkan tiga
penginderaan penting yaitu :
-
Propioseptif adalah
kemampuan untuk mengetahui posisi tubuh.
-
Sistem Vestibular
adalah kemampuan untuk mengetahui posisi kepala.
-
Mata adalah untuk
memonitor perubahan posisi tubuh.
Gangguan terhadap salah satu dari ketiga jalur tersebut akan
membuat keseimbangan terganggu.
Keseimbangan
juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat
massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of
gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Keseimbangan
melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh
sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa
tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara
efektif dan efisien.
Keseimbangan
terbagi menjadi dua kelompok,yaitu:
1.
Keseimbangan
Statis
Kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada
posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan
keseimbangan).
2.
Keseimbangan
Dinamis
Kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan ketika
bergerak. Keseimbangan dinamis adalah pemeliharaan pada tubuh melakukan gerakan
atau saat berdiri pada landasan yang bergerak (dynamic standing) yang
akan menempatkan ke dalam kondisi yang tidak stabil.
B. Fisiologi
Keseimbangan
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat
dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam
pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah
menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk
mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta
menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak.
C. Komponen-Komponen
Pengontrol Keseimbangan
1. Sistem
informasi sensori,meliputi
a. Sistem
vestibuler adalah sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan,
kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada
di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis,
utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan
sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan
posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks
vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek
yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus
vestibular yang berlokasi di batang otak.
b.
Sistem somato sensori
terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif.
Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula
spinalis. Sebagian besar masukan (input) propioseptif menuju cerebellum,tetapi adapula yang menuju ke
korteks serebri melalui lemniskus medialis dan thalamus.
c. Sistem
visual
Visual memegang peran penting dalam
sistem sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan
terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik
utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama
melakukan gerak statis atau dinamis.
2. Kekuatan
otot(muscle strength)
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan
otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force)
maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat
berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem
saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak
serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan
otot tersebut.
3. Lingkup
gerak sendi(joint range of motion)
Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan
mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang
tinggi.
4. Adaptive
sistem
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris
dan keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan
karakteristik lingkungan.
5. Respon
otot-otot postural yang sinergis
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah
pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik
pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri
tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan.
D. Tes-tes
Keseimbangan
Untuk
memeriksa keseimbangan
dan koordinasi ada beberapa tes yang bisa dilakukan, yaitu :
1. Tes
keseimbangan,meliputi tes
a. Tes
romberg digunakan untuk menilai propioseptif yang menggambarkan sehat tidaknya
fungsi kolumna dorsalis pada medula spinalis. Pada pasien ataxia (kehilangan
koordinasi motorik) tes romberg
digunakan untuk menentukan penyebabnya, apakah murni karena defisit
sensorik/propioseptif, ataukah ada gangguan pada serebelum. Pasien ataxia
dengan gangguan serebelum murni akan menghasilkan tes romberg negatif.
Pasien dengan gangguan serebelum akan terjatuh atau hilang
keseimbangan pada saat berdiri meskipun dengan mata terbuka.
Langkah-langkah melakukan tes
Romberg
-
Pemeriksa berdiri dalam jarak dekat untuk menjaga bila pasien jatuh.
- Mintalah pasien berdiri dengan
kaki berhimpitan dan kedua lengan disisi tubuh.
- Kedua mata pasien terbuka,kemudian
mintalah pasien untuk menutup matanya.
- Nilai normal bila adanya gerakan
tubuh dengan sedikit bergoyang.
- Bila pasien jatuh atau jatuh ke
samping karena hilangnya keseimbangan(test romberg positife).
b. Tes
satu kaki
Langkah-langkah melakukan tes satu
kaki
- Mintalah pasien berdiri dengan
satu kaki dan mata tertutup.
- Kedua lengan lurus dan tetap
diposisi tubuh.
- Ulangi prosedur ini dengan satu
kakinya.
- Normal keseimbangan berkisar lima
detik dengan sedikit goyangan tubuh.
- Penyimpangan apabila pasien
menggerakan badan dan mengayunkan kakinya agar tidak terjatuh.
2. Tes
fungsi koordinasi meliputi tes
a.
Tes menyentuh hidung,gangguan pada
serebelum atau saraf – saraf propioseptif dapat juga menyebabkan ataxia tipe
dismetria. Dismetria berarti hilangnya kemampuan untuk memulai atau
menghentikan suatu gerak motorik halus. Untuk menguji adanya suatu dismetria
bisa dilakukan beberapa pemeriksaan, salah satunya adalah finger to nose test.
Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan pasien dalam kondisi berbaring, duduk atau berdiri. Diawali pasien mengabduksikan lengan serta posisi ekstensi total, lalu pasien diminta untuk menyentuh ujung hidungnya sendiri dengan ujung jari telunjuknya. Mula – mula dengan gerakan perlahan kemudian dengan gerakan cepat, baik dengan mata terbuka dan tertutup.
Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan pasien dalam kondisi berbaring, duduk atau berdiri. Diawali pasien mengabduksikan lengan serta posisi ekstensi total, lalu pasien diminta untuk menyentuh ujung hidungnya sendiri dengan ujung jari telunjuknya. Mula – mula dengan gerakan perlahan kemudian dengan gerakan cepat, baik dengan mata terbuka dan tertutup.
Langkah-langkah melakukan tes
-
Demonstrasikan setiap manuver ini terhadap pasien dan minta pasien
mengulanginya.
- Perhatikan kehalusan dan keseimbangan gerakan tersebut untuk memeriksa fungsi motor halus.
- Mintalah pasien mengekstensikan lengan keluar sisi tubuh dan sentuhkan setiap jari ke hidung.
- Mintalah pasien melakukan dengan mata terbuka dan kemudian dengan mata terpejam.
- Normal pasien dapat menyentuh hidung secara bergantian.
- Penyimpangan terjadi apabila pasien tidak mempunyai kemampuan menyentuh hidung, gerakan tidak terkordinasi, tampak kaku, lambat dan tidak teratur.
- Perhatikan kehalusan dan keseimbangan gerakan tersebut untuk memeriksa fungsi motor halus.
- Mintalah pasien mengekstensikan lengan keluar sisi tubuh dan sentuhkan setiap jari ke hidung.
- Mintalah pasien melakukan dengan mata terbuka dan kemudian dengan mata terpejam.
- Normal pasien dapat menyentuh hidung secara bergantian.
- Penyimpangan terjadi apabila pasien tidak mempunyai kemampuan menyentuh hidung, gerakan tidak terkordinasi, tampak kaku, lambat dan tidak teratur.
b. Tes
menempatkan tumit kaki,Pemeriksaan
ini lebih mudah dilakukan bila pasien dalam keadaan berbaring. Pasien diminta
untuk menggerakkan tumit kakinya ke arah lutut kontralateral, kemudian tumit
digerakkan atau didorong ke arah jari kaki kontralateral.
Langkah-langkah
melakukan tes
-
Posisi pasien terlentang/duduk dengan mata tertutup.
-
Mintalah pasien untuk menempatkan tumit salah satu kaki keatas tulang kering
atau tibia kaki satunya.
- Turunkan tumit tersebut dari tulang kering ke ujung kaki lainnya.
- Normal pasien dapat menggerakan tumit kakinya keatas atau kebawah pada bagian atas tulang tibia kaki yang lainnya dalam satu garis lurus dengan teratur.
- Turunkan tumit tersebut dari tulang kering ke ujung kaki lainnya.
- Normal pasien dapat menggerakan tumit kakinya keatas atau kebawah pada bagian atas tulang tibia kaki yang lainnya dalam satu garis lurus dengan teratur.
-.
Penyimpangan terjadi apabila pasien sulit melakukan gerakan keatas atau
kebawah, gerakan tampak tidak teratur, kaku, sering menyimpang kesamping dan
tidak lurus.
c. Tes
menepuk lutut
Langkah-langkah melakukan tes
-
Posisi pasien duduk.
- Mintalah pasien untuk menepuk lututnya dengan kedua tangan.
- Mintalah pasien untuk menepuk lututnya dengan kedua tangan.
-
Kemudian mintalah pasien menepuk lututnya dengan telapak dan punggung tangan
secara bergantian dengan gerakan yang cepat dan bergantian.
- Mintalah pasien untuk meningkatkan kecepatan secara bertahap.
- Mintalah pasien untuk meningkatkan kecepatan secara bertahap.
-
Normal tangan yang dominan pasien tampak lebih terkordinasi dalam gerakan,
irama teratur, dapat dihentikan dengan halus dan cepat.
d. Tes
tangan
Langkah-langkah
melakukan tes
-
Posisi pasien duduk, berdiri atau tidur terlentang.
-
Mintalah pasien menyentuh masing-masing jari dengan ibu jari dari tangan yang
sama.
-
Mintalah pasien malakukan dalam rangkaian gerak yang cepat, dimulai dari jari
telunjuk sampai jari kelinking.
-
Normal pasien dapat menyentuh masing- masing dari jari pada tangan yang sama
dengan teratur, cepat dan halus.
e. Tes
gaya berjalan
Langkah-langkah
melakukan tes
-
Mintalah pasien berjalan tanpa alas kaki mengelilingi ruang.
-
Mintalah pasien berjalan dengan mata terbuka dan kemudian dengan mata tertutup.
- Amatilah rangkaian gaya berjalan dan gerakan dari lengan, adanya kaki terseret, berjalan dengan ibu jari kaki, telapak kaki terangkat dengan lemah. keterlambatan/ kelainan pertumbuhan tungkai, terjadinya gaya berjalan yang limbung/tidak seimbang.
- Normal tumit yang pertama menyentuh lantai, kemudian seluruh bagian kaki.
- Amatilah rangkaian gaya berjalan dan gerakan dari lengan, adanya kaki terseret, berjalan dengan ibu jari kaki, telapak kaki terangkat dengan lemah. keterlambatan/ kelainan pertumbuhan tungkai, terjadinya gaya berjalan yang limbung/tidak seimbang.
- Normal tumit yang pertama menyentuh lantai, kemudian seluruh bagian kaki.
-
Tumit kedua menekan dan melayang dari lantai.
-
Berat badan berpindah dari tumit pertama ke pusat kaki.
-
Ayunan tungkai meningkatkan kecepatan saat berat badan pindah dari kaki kedua.
-
Kaki kedua mengangkat dan melangkah mendahului kaki pertama yang masih menahan
berat badan dan mengayun.
-
Kaki kedua menurun kecepatannya dalam mempersiapkan sentuhan tumit selanjutnya.
-
Tidak normal bila panggul dan lutut terangkat terlalu tinggi untuk menaikan
kaki dan plantar fleksi dari tanah (Steppage).
-
Gerakan seperti kejang dan tidak terarah (Distonik).
-
Tungkai jauh terpisah dengan berat badan berpindah dari sisi satu kelainnya
seperti gerak bebek (Distropik).
Prosedur
Tes Romberg
No
|
Prosedur Kerja
|
A
B
1
2
C
1
2
3
D
1
2
3
4
E
1
2
3
4
|
Persiapan Alat
Tahap Pra-Interaksi
Melakukan verifikasi program tes keseimbangan Romberg
Mencuci
Tangan
Tahap
Orientasi
Memberikan
salam sebagai pendekatan terapetik
Menjelaskan
tujuan dan prosedur tindakan pada klien/ keluarga
Menanyakan
kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
Pemeriksa berdiri dalam jarak dekat untuk menjaga bila klien
jatuh
Mintalah klien berdiri dengan kaki berhimpitan dan kedua lengan
disisi tubuh
Kedua mata klien terbuka dan kemudian mintalah matanya
dipejamkan
Perhatikan reaksi klien
Terminasi
Melakukan evaluasi tindakan
Berpamitan dengan klien
Mencuci tangan
Mencatat hasil tes romberg
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi dapat di
simpulkan bahwa dalam tes keseimbagan ada beberapa metode tes yang dilakukan
dengan tujuan yang sama yaitu untuk mengetahui seberapa tingkat keseimbangan
seseorang dalam melakukan serangkaian tes untuk mengetahui tingkat keseimbangan
pada setiap individu yang di lakukan tes keseimbangan baik yang di lakukan
dalam gerakan yang bereda-beda.
B.
Saran
Melakukan
tes keseimbangan secara teratur dapat mengetahui ketidakseimbangan dalam
beraktivitas dan juga dapat meningkatkan fungsi koordinasi anggota tubuh.
DAFTAR
PUSTAKA
sayang ngak bisa d copas
ReplyDelete