PENGKAJIAN
DAN PEMERIKSAAN FISIK
KELOMPOK
4
NAMA
ANGGOTA
1.
Noor
Hanimah
2.
Novi
Dewi Fatmaningsih
3.
Nur
Huda Al Fauzi
4.
Nuru
Febriana Hidayah
5.
Qonitalillah
6.
Ratna
Faradila
7.
Rima
Oktavinda Permatasari
8.
Rizkiana
Amelia
9.
Silvia
Anggarwati Prayitno Putri
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita
semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Ucapan terima kasih
kami sampaikan kepada dosen yang telah memberikan bimbingannya kepada kami dan
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
kelemahan, dan keterbatasan. Oleh karena itu kami mengharapkan sumbangan
pikiran, saran, dan kritikan yang konstruktif demi kesempurnaan penyusunan
makalah selanjutnya. Semoga dengan makalah yang sederhana ini dapat memenuhi
harapan kita semua dan memberikan manfaat bagi pembaca, sehingga dapat menambah
ilmu pengetahuan. Terima
kasih
Penyusun
Ttd
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tubuh manusia akan berada dalam kondisi sehat jika mampu
berespon dengan tepat terhadap perubahan-perubahan lingkungan secara
terkoordinasi. Tubuh memerlukan koordinasi yang baik . Salah satu sistem
komunikasi dalam tubuh adalah sistem saraf. Pengkajian system persarafan merupakan
salah satu aspek yang sangat penting untuk dilakukan dalam rangka menentukan
diagnosa keperawatan tepat dan melakukan tindakan perawatan yang sesuai.
Pemeriksaan persarafan terdiri dari dua tahapan penting
yaitu pengkajian yang berupa wawancara yang berhubungan dengan riwayat
kesehatan klien yang berhubungan dengan system persarafan seperti riwayat
hiopertensi, stroke, radang otak, atau selaput otak, penggunaan obat-obatan dan
alcohol, dan penggunaan obat yang diminum secara teratur. Tahapan selanjutnya
adalah pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status mental, pemeriksaan saraf
cranial, pemeriksaan motorik, pemeriksaan sensorik, dan pemeriksaan reflex.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik diperhatikan prinsip-prinsip head to toe,
chepalocaudal dan proximodistal. Harus pula diperhatikan keamanan klien dan
privacy klien.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengkajian dari system persyarafan?
2.
Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik sistem
persyarafan ?
C.
Tujuan
1. Dapat
mengetahui dan mempraktikan cara pengkajian system persyarafan
2. Dapat
mengetahui dan mempraktikkan cara pemeriksaan fisik sitem persyarafan?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Temuanya tergantung pada jenis /
penyebab dari sakit kepala tersebut
Riwayat yang lengkap merupakan suatu hal yang penting untuk membedakan diagnostik.
Riwayat yang lengkap merupakan suatu hal yang penting untuk membedakan diagnostik.
Pengkajian meliputi :
Aktivitas / Istirahat :
Lelah, letih , malaise
Ketegangan mata
Kesulitan membaca
Insomnia
Lelah, letih , malaise
Ketegangan mata
Kesulitan membaca
Insomnia
Sirkulasi :
Denyutan vaskuler misalnya daerah temporal
Pucat, wajah tampak kemerahan
Denyutan vaskuler misalnya daerah temporal
Pucat, wajah tampak kemerahan
Integritas ego
Ansietas, peka rangsang selama sakit kepala
Ansietas, peka rangsang selama sakit kepala
Makanan / Cairan
Mual / muntah , anoreksia selama nyeri
Mual / muntah , anoreksia selama nyeri
Neuro sensori :
Pening, Disorientasi (selama sakit kepala)
Pening, Disorientasi (selama sakit kepala)
Kenyamanan
Respon emosional/ perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah
Respon emosional/ perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah
Interaksi social
Perubahan dalam tanggung jawab peran
Perubahan dalam tanggung jawab peran
B. Posedur Pemeriksaan Fisik System
Persyarafan
1.
Persiapan Alat
a. Refleks hammer
b. Garputala
c. Kapas dan lidi
d. Penlight atau senter kecil
e. Opthalmoskop
f. Jarum steril
g. Spatel tongue
h. 2 tabung berisi air hangat dan air
dingin
i.
Objek
yang dapat disentuh seperti peniti atau uang receh
j.
Bahan-bahan
beraroma tajam seperti kopi, vanilla atau parfum
k. Bahan-bahan yang berasa asin, manis
atau asam seperti garam, gula, atau cuka
l.
Baju
periksa
m. Sarung tangan
2.
Pra
Intraksi
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur pemeriksaan pada
klien
c. Pastikan ruang periksa hangat dan
cukup penerangan
3. Pemeriksaan System Persyarafan
a.
Status
mental
Atur
posisi klien, mintalah klien untuk duduk disisi tempat tidur. Amati cara
berpakaian klien, postur tubuh klien, ekspresi wajah dan kemampuan bicara,
intonasi, keras lembut, pemilihan kata dan kemudahan berespon terhadap
pertanyaan. Nilai kesadara dengan menggunakan patokan Glasgow Coma Scale (GCS).
Tanyakan waktu, tanggal, tempat dan alasan berkunjung, kaji kemampuan klien
dalam berhitung dan mulailah dengan perhitungan yang sederhana. Kaji kemampuan
klien untuk berfikir abstrak.
Tingkat kesadaran klien : dikaji menggunakan Glasgow koma
skale
Keadaan umum, tingkat kesadaran yang
umumnya dikembangkan dengan Glasgow Coma Scala (GCS) :
Refleks membuka mata (E)
4 : Membuka secara spontan
3 : Membuka dengan rangsangan suara
2 : Membuka dengan rangsangan nyeri
1 : Tidak ada respon
Refleks verbal (V)
5 : Orientasi baik
4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan.
3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik
2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang
1 : Tidak keluar suara
Refleks motorik (M)
6 : Melakukan perintah dengan benar
5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar
4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi
3 : Hanya dapat melakukan fleksi
2 : Hanya dapat melakukan ekstensi
1 : Tidak ada gerakan.
4 : Membuka secara spontan
3 : Membuka dengan rangsangan suara
2 : Membuka dengan rangsangan nyeri
1 : Tidak ada respon
Refleks verbal (V)
5 : Orientasi baik
4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan.
3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik
2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang
1 : Tidak keluar suara
Refleks motorik (M)
6 : Melakukan perintah dengan benar
5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar
4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi
3 : Hanya dapat melakukan fleksi
2 : Hanya dapat melakukan ekstensi
1 : Tidak ada gerakan.
Derajat kesadaran :
·
Sadar
: Dapat berorientasi dan berkomunikasi
·
Somnolens
: dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal
kemudian terlena lagi. Gelisah atau tenang.
·
Stupor
: gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri,
pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin
terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan
menggunakan kepala.
·
Semi koma
: tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang menghindar
(contoh mnghindri tusukan).
·
Koma :
tidak bereaksi terhadap stimulus.
Kualitas kesadaran :
·
Compos mentis
: bereaksi secara adekuat.
·
Abstensia
drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu
waspada. Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk.
·
Bingung/confused:disorientasi
terhadap tempat, orang dan waktu.
·
Delerium
: mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak sesuai dengan kekacauan
fikirannya.
·
Apatis :
tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa
b.
Pemeriksaan
saraf cranial
Cara pemeriksaan saraf
cranialis :
·
N
I Olfactorius
Pastikan rongga hidung tidak
tersumbat oleh apapun dan cukup bersih. Lakukan pemeriksaan dengan menutup sebelah
lubang hidung klien dan dekatkan bau-bauan seperti kopi dengan mata tertutup
klien diminta menebak bau tersebut. Lakukan untuk lubang hidung yang satunya.
·
N
II Optikus
Catat kelainan pada mata seperti
katarak dan infeksi sebelum pemeriksaan. Periksa ketajaman dengan membaca,
perhatikan jarak baca atau menggunakan snellenchart untuk jarak jauh.
Periksa lapang pandang: Klien
berhadapan dengan pemeriksa 60-100 cm, minta untuk menutup sebelah mata dan
pemeriksa juga menutup sebelah mata dengan mata yang berlawanan dengan mata
klien. Gunakan benda yang berasal dari arah luar klien dank lien diminta
,mengucapkan ya bila pertama melihat benda tersebut. Ulangi pemeriksaan yang
sama dengan mata yang sebelahnya. Ukur berapa derajat kemampuan klien saat
pertama kali melihat objek. Gunakan opthalmoskop untuk melihat fundus dan optic
disk (warna dan bentuk)
·
N
III , N IV, dan N VI (occulomotorius, trochlear, dan abducen):
Pada mata diobservasi apakah ada
odema palpebra, hiperemi konjungtiva, dan ptosis kelopak mata
Pada pu[il diperiksa reaksi terhadap
cahaya, ukuran pupil, dan adanya perdarahan pupil
Pada gerakan bola mata diperiksa
enam lapang pandang (enam posisi cardinal) yaitu lateral, lateral ke atas,
medial atas, medial bawah lateral bawah. Minta klien mengikuti arah telunjuk
pemeriksa dengan bolamatanya
·
N
V Trigeminus
Fungsi sensorik diperiksa dengan
menyentuh kilit wajah daerah maxilla, mandibula dan frontal dengan mengguanakan
kapas. Minta klien mengucapkan ya bila merasakan sentuhan, lakukan kanan dan
kiri.
Dengan menggunakan sensori nyeri
menggunakan ujung jarum atau peniti di ketiga area wajah tadi dan minta
membedakan benda tajam dan tumpul.
Dengan mengguanakan suhu panas dan
dingin juag dapat dilakukan diketiga area wajah tersebut. Minta klien menyebutkan
area mana yang merasakan sentuhan. Jangan lupa mata klien ditutup sebelum
pemeriksaan.
Dengan rasa getar dapat pukla
dilakukan dengan menggunakan garputala yang digetarkan dan disentuhkan ke
ketiga daerah wajah tadi dan minta klien mengatakan getaran tersebut terasa
atau tidak
Pemerikasaan corneal dapat dilakukan
dengan meminta klien melihat lurus ke depan, dekatkan gulungan kapas kecil dari
samping kea rah mata dan lihat refleks menutup mata.
Pemeriksaan motorik dengan
mengatupkan rahang dan merapatkan gigi periksa otot maseter dan temporalis kiri
dan kanan periksa kekuatan ototnya, minta klien melakukan gerakan mengunyah dan
lihat kesimetrisan gerakan mandibula.
·
N
VII Facialis:
Fungsi sensorik dengan mencelupkan
lidi kapas ke air garam dan sentuhkan ke ujung lidah, minta klien
mengidentifikasi rasa ulangi untuk gula dan asam
Fungsi mootorik dengan meminta klien
tersenyum, bersiul, mengangkat kedua al;is berbarengan, menggembungkan pipi.
Lihat kesimetrisan kanan dan kiri. Periksa kekuatan otot bagian atas dan bawah,
minta klien memejampan mata kuat-kuat dan coba untuk membukanya, minta pula
klien utnuk menggembungkan pipi dan tekan dengan kedua jari.
·
N
VIII Vestibulotrochlear
cabang vestibulo dengan menggunakan
test pendengaran mengguanakan weber test dan rhinne test
Cabang choclear dengan rombreng test
dengan cara meminta klien berdiri tegak, kedua kaki rapat, kedua lengan disisi
tubuh, lalu observasi adanya ayunan tubuh, minta klien menutup mata tanpa
mengubah posisi, lihat apakah klien dapat mempertahankan posisi
· NIX dan NX Glossofaringeus dan Vagus
Minta klien mengucapkan aa lihat
gerakan ovula dan palatum, normal bila uvula terletak di tengan dan palatum
sedikit terangkat.
Periksa gag refleks dengan menyentuh
bagian dinding belakang faring menggunakan aplikator dan observasi gerakan
faring.
Periksa aktifitas motorik faring
dengan meminta klien menel;an air sedikit, observasi gerakan meelan dan
kesulitan menelan. Periksa getaran pita suara saat klien berbicara.
·
N
XI Assesorius:
Periksa fungsi trapezius dengan
meminta klien menggerakkan kedua bahu secara bersamaan dan observasi
kesimetrisan gerakan.
Periksa fungsi otot
sternocleidomastoideus dengan meminta klien menoleh ke kanan dank e kiri, minta
klien mendekatkan telinga ke bahu kanan dan kiri bergantian tanpa mengangkat
bahu lalu observasi rentang pergerakan sendi
Periksa kekuatanotottrapezius dengan
menahan kedua bahu klien dengan kedua telapak tangan danminta klien mendorong
telapak tangan pemeriksa sekuat-kuatnya ke atas, perhatikan kekuatan daya
dorong.
Periksa kekuatan otot
sternocleidomastoideus dengan meminta klien untuk menoleh kesatu sisi melawan
tahanan telapak tangan pemeriksa, perhatikan kekuatan daya dorong
·
N
XII Hipoglosus
Periksa pergerakan lidah,
menggerakkan lidah kekiri dan ke kanan, observasi kesimetrisan gerakan lidah
Periksa kekuatan lidah dengan
meminta klien mendorong salah satu pipi dengan ujung lidah, dorong bagian luar
pipi dengan ujung lidah, dorong kedua pipi dengan kedua jari, observasi
kekuatan lidah, ulangi pemeriksaan sisi yang lain
c.
Pemeriksaan motorik
Kaji cara
berjalan dan keseimbangan dengan mengobservasi cara berjalan kemudahan
berjalan, dan koordinasi gerakan tangan dan kaki. Minta klien berjalan dengan
menyentuhkan ibujari pada tumit kaki yang lain (heel to toe), minta klien jalan
jinjit dan minta klien berjalan dengan bertumpu pada tumit.
·
Lakukan romberg test
Lakukan pemeriksaan jari hidung dengan mata terbuka dan
tertutup, evaluasi perbedaan yang terjadi.
·
Tes pronasi dan supinasi
Dengan meminta klien duduk dan meletakan telapak tangan di
paha, minta untuk melakukan pronasi dan supinasi bergantian dengan cepat.
Observasi kecepatan, irama, dan kehalusan gerakan. Melakukan pemeriksaan heel
to shin test dengan meminta klien tidur pada posisi supine, minta klien
menggesekkan tuimit telapak kaki kiri sepanjang tulang tibia tungkai kanan dari
bawah lutut sampai ke pergelangan kaki. Ulangi pada kaki kanan. Observasi
kemudahan klien menggerakkan tumit pada garis lurus
Derajat
kekuatan motorik :
5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas
4 : Ada gerakan tapi tidak penuh
3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi
2 : Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi.
1 : Hanya ada kontraksi
0 : tidak ada kontraksi sama sekali
5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas
4 : Ada gerakan tapi tidak penuh
3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi
2 : Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi.
1 : Hanya ada kontraksi
0 : tidak ada kontraksi sama sekali
d.
Pemeriksaan
sensorik
Pemeriksaan dilakukan dengan
memberikan stimulus secara acak pada bagian tubuh klien dan dapat berupa
sentuhan ringan seperti kapas, tumpul dan tajam, suhu, getaran, identifikasi
objek tanpa melihat objek (stereognosis test), merasakan tulisan di tangan
(graphesthesia test), kemampuan membedakan dua titik, kemampuan
mengidentifikasi bagian tubuh yang diberi sentuhan dengan menutup mata
(topognosis test)
e.
Reflex
·
Biseps:
Klien diminta duduk dengan rilekx dan meletakkan kedua lengan diatas paha,
dukung lengan bawah klien dengan tangan non dominan, letakkan ibujari lengan
non dominan diatas tendon bisep, pukulkan refleks hammer pada ibu jari, observasi
kontraksi otot biseps (fleksi siku)
·
Triseps:
Minta klien duduk, dukung siku dengan tangan non dominan, pukulkan refleks
hammer pada prosesus olekranon, observasi kontraksi otot triseps (ekstensi
siku)
·
Brachioradialis:
Minta klien duduk dan meletakkan kedua tangan di atas paha dengan posisi
pronasi, pukulkan hammer diatas tendon (2-3 inchi dari pergelangan tangan),
observasi fleksi dan supinasi telapak tangan.
·
Patelar:
Minta klien duduk dengan lulut digantung fleksi, palpasi lokasi patella
(interior dari patella), pukulkan reflek hammer, perhatikan ekstensi otot
quadriceps
·
Tendon
archiles: Pegang telapak kaki klien dengan tangan non dominant, pukul tendon
archiles dengan mengguanakan bagian lebar refleks hammer, obsvasi plantar leksi
telapak kaki
·
Plantar:
Minta klien tidur terlentang dengan kedua tungkai sedikit eksternal rotasi,
stimulasi telapak kaki klien dengan ujung tajam refleks hammer mulai dari tumit
kearah bagain sisi luar telapak kaki, observasi gerakan telapak kaki (normal
jika gerakan plantar fleksi dan jari-jari kaki fleksi).
·
abdomen:
minta klien tidur terlentang, sentuhkan ujung aplikator ke kulit di bagian
abdomen mulai dari arah lateral ke umbilical, observasi kontraksi otot abdomen,
lakuakan prosedur tersebut pada keempat area abdomen.
BAB
III
PENUTUP
Setelah melakukan pemeriksaan fisik, klien dikembalikan pada
posisi yang nyaman, jelaskan kesimpulan dari pemeriksaan fisik, jika ditemukan
kelainan didiskusikan dengan tim medis. Tahap akhir adalah pendokumentasian.
Catat dengan teliti dan sistematis, dapat dimengerti oleh setiap anggota tim
kesehatan.
TOOLS
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM
PERSYARAFAN
NO
|
ASPEK YANG DINILAI
|
NILAI
|
||
0
|
1
|
2
|
||
Persiapan Alat
1.
Refleks hammer
2.
Garputala
3.
Kapas dan lidi
4.
Penlight atau senter kecil
5.
Opthalmoskop
6.
Jarum steril
7.
Spatel tongue
8.
2 tabung berisi air hangat dan air
dingin
9.
Objek yang dapat disentuh seperti
peniti atau uang receh
10. Bahan-bahan
beraroma tajam seperti kopi, vanilla atau parfum
11. Bahan-bahan
yang berasa asin, manis atau asam seperti garam, gula, atau cuka
12. Baju periksa
13.
Sarung tangan
TAHAP PRA INTERAKSI
1.
Mencuci tangan
2.
Membawa alat di dekat pasien dengan benar
TAHAP ORIENTASI
1.
Memberikan salam sebagai pendekatan teraupetik
2.
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga / klien
3.
Menanyakan kesepian klien sebelum kegiatan dilakukan
TAHAP KERJA
Pemeriksaan
status mental
1. Amati cara
berpakaian klien, postur tubuh klien, ekspresi wajah dan kemampuan bicara,
intonasi, keras lembut, pemilihan kata dan kemudahan berespon terhadap
pertanya
2.
Memeriksa reflex membuka mata dengan
benar
3.
Memeriksa reflex verbal dengan benar
4.
Memeriksa reflex motorik dengan benar
5.
Menilai hasil pemeriksaan
Pemeriksaan saraf cranial
1. Lakukan pemeriksaan dengan menutup sebelah lubang
hidung klien dan dekatkan bau-bauan seperti kopi dengan mata tertutup klien
diminta menebak bau tersebut. Lakukan untuk lubang hidung yang satunya.
2. Catat kelainan pada mata seperti katarak dan infeksi
sebelum pemeriksaan. Periksa ketajaman dengan membaca, perhatikan jarak baca
atau menggunakan snellenchart untuk jarak jauh
3. Pada mata diobservasi apakah ada odema palpebra,
hiperemi konjungtiva, dan ptosis kelopak mata
4. Fungsi sensorik diperiksa dengan menyentuh kulit wajah daerah maxilla, mandibula dan frontal dengan
mengguanakan kapas, jarum, benda panas dan dingin. Minta klien mengucapkan ya bila merasakan sentuhan,
lakukan kanan dan kiri.
5.
Fungsi sensorik dengan mencelupkan
lidi kapas ke air garam dan sentuhkan ke ujung lidah, minta klien mengidentifikasi
rasa ulangi untuk gula dan asam
6.
Fungsi mootorik dengan meminta klien
tersenyum, bersiul, mengangkat kedua al;is berbarengan, menggembungkan pipi.
Lihat kesimetrisan kanan dan kiri. Periksa kekuatan otot bagian atas dan
bawah, minta klien memejampan mata kuat-kuat dan coba untuk membukanya, minta
pula klien utnuk menggembungkan pipi dan tekan dengan kedua jari.
7. cabang vestibulo dengan menggunakan test pendengaran
mengguanakan weber test dan rhinne test
8. Minta klien mengucapkan aa lihat gerakan ovula dan
palatum, normal bila uvula terletak di tengan dan palatum sedikit terangkat.
9. Periksa fungsi trapezius dengan meminta klien
menggerakkan kedua bahu secara bersamaan dan observasi kesimetrisan gerakan.
10. Periksa pergerakan lidah, menggerakkan lidah kekiri dan
ke kanan, observasi kesimetrisan gerakan lidah
Pemeriksaan
Motorik
1. Lakukan
romberg test
Lakukan pemeriksaan jari hidung dengan mata terbuka dan
tertutup, evaluasi perbedaan yang terjadi.
Reflex
1.
Biseps: Klien diminta duduk dengan
rilekx dan meletakkan kedua lengan diatas paha, dukung lengan bawah klien
dengan tangan non dominan, letakkan ibujari lengan non dominan diatas tendon
bisep, pukulkan refleks hammer pada ibu jari, observasi kontraksi otot biseps
(fleksi siku)
2. Triseps:
Minta klien duduk, dukung siku dengan tangan non dominan, pukulkan refleks
hammer pada prosesus olekranon, observasi kontraksi otot
3.
triseps (ekstensi siku)
4. Brachioradialis:
Minta klien duduk dan meletakkan kedua tangan di atas paha dengan posisi
pronasi, pukulkan hammer diatas tendon (2-3 inchi dari pergelangan tangan),
observasi fleksi dan supinasi telapak tangan.
5. Patelar:
Minta klien duduk dengan lulut digantung fleksi, palpasi lokasi patella
(interior dari patella), pukulkan reflek hammer, perhatikan ekstensi otot quadriceps
6. Tendon
archiles: Pegang telapak kaki klien dengan tangan non dominant, pukul tendon
archiles dengan mengguanakan bagian lebar refleks hammer, obsvasi plantar
leksi telapak kaki
7. Plantar:
Minta klien tidur terlentang dengan kedua tungkai sedikit eksternal rotasi,
stimulasi telapak kaki klien dengan ujung tajam refleks hammer mulai dari
tumit kearah bagain sisi luar telapak kaki, observasi gerakan telapak kaki
(normal jika gerakan plantar fleksi dan jari-jari kaki fleksi).
8.
abdomen: minta klien tidur
terlentang, sentuhkan ujung aplikator ke kulit di bagian abdomen mulai dari
arah lateral ke umbilical, observasi kontraksi otot abdomen, lakuakan
prosedur tersebut pada keempat area abdomen.
TAHAP TERMINASI
Melepas
handscoon
Mencuci
tangan
Mencatat hasil
pemeriksaan dalam lembar catatan keperawatan.
Berpamitan
dengan klien
Membersihkan
alat – alat
|
||||
JUMLAH
|
Keterangan
:
0
= tidak dilakukan sama sekali Pekalongan
,.......,........,20..
1
= dilakukan tetapi tidak sempurna Penguji
2
= dilakukan sempurna
(.........................................)
Daftar Pustaka
·
http
:// SISTEM PERSYARAFAN/wahyu.indonesia
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERSARAFAN.htm
·
http
:// SISTEM PERSYARAFAN/Midwife.BieeHafshawaty
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERSYARAFAN.htm
20
No comments:
Post a Comment