Thursday 2 October 2014

ASKEP BRONKHITIS



KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”BRONKHITIS” tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah  Sistem Pernapasan. Terselesaikannya penyusun makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sehingga hasil dari penyusunan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi semua pihak.
Waalaikum sallam wr. wb

Pekalongan, 18 Agustus 2014

( penyusun )








BAB 1
Konsep Dasar

A.    Definisi
Bronkhitis  adalah adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. (KMB burner sundarth)
Bronchitis adalah keadaan yang berkaitan dengan produksi mokus takeobronkhial yang berlebihan,sehingga cukup untuk menimbulakan batuk dengan ekpektorasi sedikit 3 bulan dalam setahun dan paling sedikit 2 tahun secara berturut – turut
B.     Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab brokhitis akut yaitu :
1.      Infeksi ,seperti staphylococcus, streptococcus, pneumococcus , haemophilus dan influenza
2.      Alergi
3.      Rangsangan, seperti asap yang berasal dari pabrik, kendaraan  bermotor, rokok, dan lain-lain.
C.    Pathofisiologi
Asap mengiritasi jalan nafas , mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Karena iritasi yang konsttan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel gobblet meningkat jumlahnya , fungsi silia menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan sebagai akibat, bronkiolus menjadi menyempit dan tersumbat.
 Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis mengakibatkan perubahan fungsi makrofak alveolar,yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing,termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronchial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibutik yang terjadi  dalam jalan napas. pada waktunya, mungkin terjadi perubahan paru yang irreversible kemudian mengakibatkan emfisema dan bronkhiaktasis.




D.    Pathway Keperawatan


































E.     Manifestasi Klinis
1.      Penampilan  umum : cenderung over weight,sianosis akibat pengaruh sekunder polisitemia, edema ( akibat CHF kanan) dan barrel chest
2.      Usia : 45-65 tahun
3.      Pengkajian
Ø  Batuk persisten, produksi sputum seperti kopi , dispnea dalam beberapa  keadaan, variable wheezing pada saat ekspirasi, serta seringnya infeksi pada system respirasi
Ø  Gejala biasanya timbul  pada waktu yang sama
4.      Jantung : pembesaran jantung , cor pulmonal, dan hematokrit > 60 %
5.      Riwayat merokok pasif.
F.     Penatalaksanaan
Objektif utama pengobatan adalah untuk menjaga agar brokhiolus terbuka dan berfungsi, untuk memudahkan pembuangan sekresi brokhial, untuk mencegah infeksi dan kecacatan perubahan dalam pola sputum (sifat,warna,jumlah,ketebalan). Dan dalam pola batuk adalah tanda yang penting untuk dicatat. Infeksi bakteri kambuhan di obati dengan terapi antibiotic berdasarkan hasil pemeriksaan kultur dan sensifitas .
Untuk membantu membuang sekresi brokhial,diresapkan brokodilator untuk menghialangkan brokhospasmedan mengurangi obstruksi jalan napas sehingga lebih banyak oksigen ditrisbusikan keseluruh bagian paru,dan ventilasi alveolar diperbaiki. Drainase postural dan perkusi dada setelah pengobatan bioasanya sangat menbantu, terutama jika terdapat brokhiektasis.
Cairan(yang diberikan per oral atau paranteral jika bronkospasme berat)adalah bagian penting dari terapi. Karena hidrasi yang baik membantu untuk mengncerkan sekresi sehingg dapat dengan mudah dikeluarkan dengan membatukanya. Terapi korukosteroid mungkin digunakan ketika pasien tidak menunjukan keberhasilan terhadap pengukuran yang lebih koserfatif. Pasien harus menghentikan merokok karena menyebabkan brokhokonstriksi, melumpuhkan silia yang penting dalam membuang partikel yang mengiritasi. Dan menginaktifasi survaktan yang memainkan peran penting dalam memudahkan pengembangan paru – paru. perokok juga lebih rentan terhadap infeksi bronchial .

G.    Klasifikasi
1.      Bronchitis akut adalah radang pada bronkus yang biasanya mengenai trachea dan laring
2.      Bronchitis kronik adalah menunjukan kelainan pada bronchitis yang sifatnya menahun (berlangsun lama) dan merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mucus trachea bronchial  yang berlebihan ,sehingga menimbulkan batuk yang paling sedikit selama 3 bulan dalam waktu satu tahun untuk lebih Dari 2 tahun secara berturut-turut.
H.    Komplikasi
Bronkhitis kronis bisa menjadi komplikasi kelainan patologik yang mengenai beberapa organ tubuh yaitu sebagai berikut:
1.      Penyakit jantung menahun, baik pada katup maupun pada miokardium, kongesti pada dinding  bronkus melemahkan daya tahanya sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
2.      Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, Merupakan sumber bakteri yang dapat menyerang dinding bronkus.
3.      Dilatasi bronkus brokhiatasis, menyebabkan gangguan pada susunan dan fungsi dinding brokhus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi
4.      Rokok dapat menyebabkan kelumpuhan bulu getar selaput lender bronchus sehingga drainase lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik  untuk pertumbuhan bakteri.
I.       Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan analisa gas darah : hipoksia dengan hiperkapnia
2.      Rontgen dada  : pembesaran jantung dengan diafragma normal/mendatar
3.      Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi kuat (FEV), peningkatan volume residual (RV), kapasitas paru total (TLC) normal atau sedikit meningkat.
4.      Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit : dapat sedikit meningkat


BAB II
Konsep Asuhan Keperawatan


A.      Pengkajian
1. Anamnesis
Keluhan utama pada klien dengan bronchitis meliputi batuk kering dan produktif dengan sputum purulen, demam dengan suhu tubuh dapat mencapai >40 oC, dan sesak napas.
2.  riwayat kesehatan
Ø  Keluhan utama: Batuk persisten, produksi sputum seperti warna kopi, disnea dalam beberapa keadaan. Weizing pada saat ekspirasi,sering mengalami infeksi pada system respirasi.
Ø  Riwayat kesehatan dahulu: Batuk atau produksi sputum selama beberapa hari kurang lebih 3 bulan dalam 1 th. Dan paling sedikit dalam 2 th berturut-turut adanya riwayat merokok.
Ø  Riwayat kesehatan keluarga: Penelitian terahir didapatkan bahwa anak dari orang tua perokok dapat menderita penyakit pernafasan lebih sering dan lebih berat. Serta prefalensi  terhadap gangguan pernapasan lebih tinggi. selain itu klien yang tidak merokok tetepi tinggal dengan perokok (perokok pasif) mengalami peningkatan kadar karbon monoksida darah. Dari keterangan tersebut untuk penyakit familial dalam hal ini bronchitis mungkin berkaitan dengan polusi udara rumah, dan bukan penyakit yang diturunkan.  (mutaqin,2008)
3.      Pemeriksaan Fisik
Ø  Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien dengan bronchitis biasanya didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh lebih dari 40 drajat celcius, frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal, nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, serta biasanya tidak ada masalah dengan tekanan darah



Ø  B1 (breathing)
·         Inspeksi
Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, biasanya menggunakan otot bantu pernapasan. Pada kasus bronchitis kronis, sering didapatkan bentuk dada barrel/ tong. Gerakan pernapasan masih simetris. Hasil pengkajian lainnya menunjukkan klien juga mengalami batuk yang produktif dengan sputum purulen berwarna kuning kehijauan sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah.
·         Palapasi
Taktil fremitus biasanya normal.
·         Perkusi
Hasil penkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan pada seluruh lapang paru.
·    Auskultasi
Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang buruk, maka suara napas melemah. Jika bronkus paten dan drainasenya baik ditambah adanya konsolidasi di sekitar abses, maka akan terdengar suara napas bronchial dan ronkhi basah.
Ø  B2 (blood)
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi takikardi. Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan. Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
Ø  B3 (brain)
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit yang serius.
Ø  B4 (bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan intake cairan, oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria yang merupakan salah satu tanda awal dari syok.
Ø  B5 (bowel)        
Klien biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan, dan penurun berat badan.


Ø  B6 (bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum sering menyebabkan klien memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
(Muttaqin, Arif.2008)

4.      Terapi Medis
Pengobatan yang utama ditujukan untuk mencegah dan mengkontrol infeksi serta meningkatkan dreinase bronchial.pengobatan yang diberikan berupa:
Ø  Antimicrobial
Ø  Bronkodilator
Ø  Aerosolizet nebulizer
Ø  intervensi bedah.
(Irman, 2009)

B.       Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan yang dapat ditemui pada klien bronkitis adalah:
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum  dan broncospasme.
2.      Gangguan pertukaran gas dengan perubahan supple oksigen
3.      Gangguan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea dan anoreksia.
4.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplei oksigen.
( Manurung, 2008 )

Diagnose 1
bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum dan bronkospasme
Tujuan: bersihan jalan napas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam



Ø  Kriteria Hasil :
1.      Sputum tidak ada
2.      Bunyi napas vesikuler
3.      Batuk berkurang atau hilang
4.      Sesak napas berkurang atau hilang
5.      Tanda-tanda vital normal
Intervensi :
1.       Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas kecepatan irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernapasan.
Rasional: memantau adanya perubahan pola napas
2.   Kaji posisi yang nyaman untuk klien, misalnya posisi kepala lebih tinggi ( semi fowler ).
Rasional : posisi semi fowler memperlancar sirkulasi pernapasan dalam tubuh
3.   Ajar dan anjurkan klien latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : mengajarkan batuk efektif agar pasien mandiri
4.   Pertahankan hidrasi adekuat, adupan cairan 40-50cc/ kg bb/ 24 jam
Rasional : mencegah adanya dehidrasi
5.   Lakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontrak indikasi.
Rasional : fisioterapi dada mempermudah pengeluaran secret
6.   Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan mukolitik
Rasional : untuk menurunkan spasme jalan napas dan produksi mukosa.

Diagnosa2
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai oksigen.
            Tujuan: gangguan pertukaran gas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
            Selama … x 24 jam
Ø  Kriteria hasil:
1.      Nilai analisa gas darah dalam batas normal.
2.      Kesadaran komposmentis.
3.      Klien tidak bingung
4.      Sputum tidak ada
5.      Sianosis tidak ada
6.      Tanda fital dalam batas normal

Ø  Intervensi
1.      Pertahankan posisi tidur fowler.
Rasional : posisi fowler memperlancar sirkulasi pernapasan dalam tubuh
2.   Ajarkan klien pernapsan diagframatik dan pernapasan bibir.
Rasional : untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea dan kerja napas
3.   Kaji pernapasan, kecepatan dan kedalaman serta penggunaan otot bantu pernapasan
4.    Kaji secara rutin warna kulit dan membran mukosa
Rasional:indikasi langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan oksigen tambahan.
5.   Dorong klien untuk mengeluarkan sputum, penghisapan lendir jika diindikasikan
Rasional: untuk membantu melancarkan jalannya pernapasan 
6.   Awasi tingkat kesadaran / status mental klien, catat adanya perubahan
Rasional: Dengan mengetahui tingkat kesadaran atau status mental klien, sehingga memudahkan tindakan selanjutnya.
7.   Ukur tanda vital setiap 4-5 jam dan awasi irama
Rasional: Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
8.    Palpasi fremitus
Rasional:  mengetahui adanya bunyi nafas akibat mukus
9.   Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional: Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.

Diagnosa 3
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi sputum
Tujuan : nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam
Ø  Kriteria hasil :
1.      Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat
2.      Menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang tepat.





Ø    Intervensi
1.   Kaji keluhan klien terhadap mual, muntah dan anoreksia
Rasional: menentukan penyebab masalah
2.   Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta ciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman
Rasional: menghilangkan tanda bahaya, rasa bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual
3.   Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
Radional: dapat meningkatkan nutrisi dalam tubuh meskipun napsu makan berkurang.

4.      Timbang berat badan klien setiap minggu
Rasional: Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi
5.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
Rasional: berguna untuk kestabilan dan gizi yang masuk untuk pasien













DAFTAR PUSTAKA
  • Carpenito, Lynda Juall. Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit EGC. Jakarta. 2001.
  • Doenges, Marliynn E.1999. Rencana Asuahan Keperawatan Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
  • Price, sylvia Anderson. 2005 . pathofisiologi. Edisi 6. Jakarta .EGC .
  • Soemantri ,irman. 1995. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernafsan. Edisi 2. Jakarta penerbit Salemba Medika
















Asuhan Keperawatan Bronchitis
klinik medikal bedah I



 










2 Reguler B
DISUSUN OLEH :
1.      Abdul Gofur
2.      Bagas Amirur Rizal
3.      Diah Rini Setiyawati
4.      Ike Kusuma Rimbani
5.      Mastini Febiyanti
6.      Nurul Febriana Hidayah
7.     Sulton Akbar Nafis


                                              
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
2014/2015


5 comments: